Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : HASBIYAH
NIM : BCA 115 156
KELAS : B
JURUSAN : AKUNTANSI
MATA KULIAH : AKUNTANSI DAN VALUASI LINGKUNGAN

1. Menurut saya pada saat ini banyak sekali perusahaan yang bergerak di bidang industri.
Mengingat banyaknya kerusakan lingkungan akibat dari adanya industri-industri ini
menjadi perhatian dan tuntutan bagi perusahaan untuk dapat memperhatikan lingkungan
dalam operasi perusahaannya. Perusahaan tidak boleh hanya memikirkan keuntungan
semata, mereka juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar agar usaha
mereka pun dapat terus bertahan. Partisipasi perusahaan dalam menjaga kelestarian
lingkungan ini tentu mengeluarkan biaya, sehingga harus tetap ada pengakuan,
pengungkapan, dan penyajiannya dalam pencatatan akuntansi perusahaan, karena
perusahaan harus mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas operasional dan manajemen
kepada seluruh stakeholders dan shareholders. Oleh karena itu lahir green accounting atau
environmental accounting (akuntansi lingkungan), yaitu akuntansi yang didalamnya
terdapat identifikasi, pengukuran, dan alokasi biaya lingkungan, di mana biaya-biaya
lingkungan ini diintegrasikan dalam pengambilan keputusan bisnis, dan selanjutnya
dikomunikasikan kepada stakeholders.
Maka akuntansi dan valuasi penting untuk dipelajari agar nantinya dapat dipahami dan
benar-benar dapat diterapkan dengan baik didalam perusahaan dan organisasi untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan
lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek agar dapat meningkatkan
usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan, dan
memungkinkan untuk mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan, memperbaiki
kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan manusia dan dan menjadi upaya untuk memperthankan kelangsungan bisnis
perusahaan.

2. Kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan sebuah perusahaan industri manufaktur seperti:
a. Pencemaran air dan tanah. Pencemaran pada air dan tanah ini bisa disebabkan oleh
limbah-limbah industri, seperti sampah non-organik dan zat-zat kimia sisa proses
produksi yang dibuang secara sembarangan oleh pihak pemilik industri. Sampah
anorganik yang dibuang di tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme di
dalam tanah (yang berperan pada kesuburan tanah); mengakibatkan tanah tidak lagi
gembur dan subur sehingga tanaman enggan tumbuh di atasnya. Sedangkan sampah,
baik padat maupun cair, yang terbuang ke dalam sumber air dapat menimbulkan,
misalnya, bau, perubahan suhu, atau pendangkalan sungai. Di samping itu, air tidak lagi
sehat untuk digunakan. Ketika penduduk sekitar memaksa menggunakan air yang
tercampur limbah tersebut, kemungkinan mereka akan mengalami gangguan pada
kesehatannya.
b. Pencemaran udara. Beberapa jenis industri melibatkan proses produksi yang
menghasilkan gas maupun asap. Tidak tanggung-tanggung, asap ini membumbung
hampir setiap saat apabila pabrik beroperasi sepanjang hari, 24 jam tanpa henti. Udara
menjadi buruk dan adanya peningkatan suhu yang ekstrim yang dihasilkan oleh gas-gas
buang industri ini sehingga daerah industri menjadi panas. Asap industri juga tentu
mengandung zat-zat yang sebagian besar berbahaya ketika dihirup. Selain itu, debu
yang dihasilkan pun bisa mengakibatkan tercemarnya udara bersih. Adanya
pencemaran udara ini, apapun penyebab khususnya, semakin mempersulit masyarakat
sekitar untuk mendapatkan udara bersih untuk bernafas. Berbagai penyakit pernafasan
seperti TBC, pneumonia, dan penyakit berbahaya lainnya pun mengancam.
c. Polusi suara. Kegiatan di industri-indsutri ini seringkali menimbulkan suara-suara yang
mengganggu atau bisa disebut dengan polusi suara. Jika intensitasnya tinggi dan jangka
waktunya lama, kebisingan ini dapat menimbulkan gangguan, baik bagi para pekerja
maupun masyarakat di dekatnya.

3. Menurut saya solusi untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan
industri dapat diupayakan dengan beberapa hal berikut:
a. Pemilihan lokasi pembangunan yang tidak terlampau dekat dengan pemukiman warga
setempat.
b. Adanya upaya memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut;
misalnya dengan pemilihan bahan baku dan peralatan yang ramah lingkungan.
c. Adanya usaha mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sekitar. Contohnya, dengan
melakukan pengelolaan limbah secara bijak atau menyediakan tempat penyaluran
limbah yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan sekitar.
d. Menghijaukan lingkungan di sekitar lokasi pendirian industri. Hal ini bisa dilakukan
oleh penyelenggara industri dan masyarakat sekitar. Seperti yang kita ketahui,
pepohonan ataupun tanaman hijau lainnya mempunyai dampak signifikan dalam
menetralkan udara yang kotor, ataupun menjadi sumber penampungan air bersih.
e. Penjagaan kebersihan lokasi industri dan lingkungan sekitarnya; memastikan tidak ada
sampah yang terbuang tidak pada tempatnya.
f. Penerapan akuntansi lingkungan bagi perusahaan industri tersebut untuk dapat
mengelola limbah mereka dan dapat ikut melestarikan lingkungan.

4. Akuntansi lingkungan berkontribusi sebagai penyedia informasi lingkungan yang lengkap


bagi manajemen sehingga manajemen dapat memaksimalkan upaya-upaya untuk
melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Akuntansi lingkungan memiliki
fungsi dan berperan dalam pengaturan biaya konservasi lingkungan serta melakukan
analisa biaya dari kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai
dengan pengambilan keputusan dan merupakan bentuk informasi mengenai manajemen
perusahaan dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakaian
sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya dengan harapan dapat berfungsi dan
berarti bagi perusahaan untuk memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi kepada
para stakeholders dalam kepastian suatu evaluasi dari kegiatan konservasi lingkungan.

5. Dalam manajemen biaya lingkungan, biaya lingkungan diklasifikasikan menjadi empat


kategori, yaitu :
a. Biaya pencegahan lingkungan. Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan
untuk mencegah diproduksinya limbah dan atau sampah yang dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan. Contoh: biaya mendesain proses/produk yang dapat
meminimalkan atau menghilangkan polusi, biaya studi dampak lingkungan, dan
sebagainya.
b. Biaya deteksi lingkungan. Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk
menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas lainnya di perusahaan telah
memenuhi standar yang berlaku atau tidak. Contoh: biaya audit aktivitas lingkungan,
biaya melakukan uji polusi, dan sebagainya.
c. Biaya kegagalan internal lingkungan. Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang
dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan
luar. Contoh: biaya pengolahan dan pembuangan limbah berbahaya, biaya daur ulang
sisa bahan, dan sebagainya.
d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan. Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang
dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan
eksternal dibagi menjadi dua, antara lain:
1) Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi, adalah biaya yang dialami dan dibayar
oleh perusahaan. Contoh: biaya konservasi lahan yang rusak, biaya pembersihan
lingkungan yang tercemar, dan sebagainya.
2) Biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan, adalah biaya yang ditanggung
dan dibayar oleh pihak lain di luar perusahaan dan tidak termasuk dalam kelompok
biaya lingkungan yang harus diakui dan dibebankan ke perusahaan walaupun
timbulnya biaya tersebut disebabkan oleh perusahaan, biasanya secara tidak
langsung. Biaya ini disebut juga biaya sosial (societal cost). Contoh: biaya
pengobatan warga yang sakit karena terpapar polusi akibat aktivitas perusahaan,
biaya kehilangan lingkungan yang sehat, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai