Anda di halaman 1dari 7

RMK MATERI PERTEMUAN IX:

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
PRAYOGA CAHAYANDA (A014212010)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
LEARNING OBJECTIVE:

1. Latar Belakang
2. Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan;
3. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan;
4. Pengelolaan Biaya Lingkungan; dan
5. Triple Bottom Accounting.

1. Latar Belakang

Kepedulian akan pentingnya perusahaan memperhatikan dampak lingkungan dalam


aktivitas industri, mendorong munculnya banyak peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk
melakukan pengelolaan atas dampak yang dihasilkan dari kegiatan produksi. Hal ini mendorong
perusahaan perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit terkait lingkungan. Untuk meminimalkan
biaya yang harus dikeluarkan terkait lingkungan, maka perusahaan harus menerapkan suatu
sistem produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu muncul suatu konsep yang dinamakan
ecoefficiency.

2. Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan

Akuntansi Manajemen Lingkungan merupakan pengelolaan lingkungan sekaligus kinerja


ekonomi organisasi melalui pengembangan dan implementasi sistem dan praktek akuntansi yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut. Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam
akuntansi manajemen lingkungan, yaitu:
a. Kepatuhan (compliance) – akuntansi manajemen lingkungan harus dapat memberikan
informasi mengenai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan-peraturan yang terkait
dengan lingkungan, yang dibuat sendiri oleh perusahaan tersebut maupun yang dibuat oleh
pemerintah.
b. Eco-efficient – akuntansi manajemen lingkungan harus dapat monitoring terhadap efisiensi
penggunaan sumber daya alam seperti penggunaan bahan baku, bahan bakar, air, dan lain-
lainnya, dan dampaknya terhadap lingkungan dan juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
c. Posisi stratejik – organisasi harus membuat program-program yang terkait dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Akuntansi manajemen
lingkungan harus dapat memonitor apakah biaya-biaya yang dikeluarkan dapat mencapai
tujuan tersebut.

3. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan

Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam empat


kategori, yaitu:
a. Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs),
Biaya yang terkait ini adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Contoh: Evaluasi
dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain
proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus limbah, melatih pegawai,
mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan, daur ulang produk,
pemerolehan sertifikasi ISO 14001.
b. Biaya Pemeriksaan Lingkungan (environmental appraisal costs)
Biaya yang terkait Pemeriksaan adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan dalam
menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain yang dihasilkan perusahaan telah
memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh: Audit aktivitas
lingkungan, pemeriksaan produk dan proses, pengembangan ukuran kinerja lingkungan,
pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari pemasok, serta
pengukuran tingkat pencemaran.
c. Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure costs)
Merupakan biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan
sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: Pengoperasian peralatan untuk
mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun,
pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, serta daur
ulang sisa bahan.
d. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure costs)
Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah atau sampah ke
dalam lingkungan. Biaya ini terbagi menjadi dua, yaitu: biaya kegagalan eksternal yang
direalisasi (realized external failure costs) dan biaya kegagalan eksternal yang tidak
direalisasikan (unrealized external failure costs). Biaya kegagalan eksternal yang
direalisasi adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan
eksternal yang tidak direalisasikan adalah biaya sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi
dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial ini dapat
diklasifikasikan sebagai biaya yang dihasilkan dari degradasi lingkungan dan yang
berhubungan dengan dampak negatif terhadap properti atau kesejahteraan individu. Dalam
kedua kasus, biaya ditanggung oleh orang lain dan bukan oleh perusahaan meskipun
penyebab adalah perusahaan. Contoh biaya kegagalan eksternal yang direalisasi adalah:
pembersihan danau yang tercemar, pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan tanah
yang tercemar, penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien, penyelesaian klaim
kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak ramah lingkungan, dll. Contoh biaya
sosial adalah: mencakup perawatan medis karena udara yang terpolusi (kesejahteraan
individu), hilangnya kegunaan danau sebagai tempat rekreasi karena pencemaran
(degradasi), hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual),
dan rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi).

4. Pengelolaan Biaya Lingkungan

Prinsip pengelolaan biaya lingkungan sama dengan prinsip pengelolaan biaya kualitas
yang telah dibahas dalam modul sebelumnya. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi
perusahaan adalah biaya lingkungan karena adanya kegagalan eksternal. Biaya ini memang tidak
sering muncul, namun jika biaya tersebut muncul, maka akan dapat membebani perusahaan
dengan biaya yang amat besar, bahkan dalam kasus yang ekstrim dapat menimbulkan
kebangkrutan perusahaan. Pada setiap pengelolaan tentunya perlu ada pelaporan di mana
pelaporan biaya lingkungan berdasarkan kategori mengungkapkan dua hasil penting, yaitu: (1)
dampak dari biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan (2) jumlah relatif yang
dikeluarkan dalam setiap kategori. Gambar berikut dikutip dari Hansen et al. (2009) memberikan
contoh laporan biaya lingkungan sederhana.
Gambar 1
Contoh Pelaporan Biaya Lingkungan

Dari laporan ini, terlihat upaya untuk menyoroti pentingnya biaya lingkungan dengan
mengekspresikan mereka sebagai persentase dari total biaya operasional. Dalam laporan ini, biaya
lingkungan merupakan 30 persen dari total biaya operasional, merupakan jumlah yang signifikan.
Dari sudut pandang praktis, biaya lingkungan akan menjadi perhatian manajerial hanya jika
mewakili jumlah yang signifikan. Ketika menjadi biaya yang sangat signifikan, maka manajer
cenderung berusaha melakukan upaya pengurangan terhadap biaya yang terkait lingkungan.

5. Triple-Bottom-Accounting

Triple bottom accounting merupakan kerangka akuntansi yang melihat dari tiga sisi, yaitu
orang, lingkungan dan profit. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha.
Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan
mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi
yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk
mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi
biaya. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai
penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan
pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material
sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.
People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan,
karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi
perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk
melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam
kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup
selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh
peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagian besar dari manusia
masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan
langsung yang bisa diambil didalamnya.
Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar.
Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang
sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal
dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih,
terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih
terjamin kelangsungannya
Daftar Pustaka

Hansen, D. R., Mowen, M. M., dan Guan, L., Cost Management: Accounting & Control, 6th
Edition, 2009.

Ikatan Akuntan Indonesia, Modul Chartered Accountant: Akuntansi Manajemen Lanjutan, 2015.

Anda mungkin juga menyukai