Tujuan dari Akuntansi lingkungan itu sendiri adalah untuk menyediakan informasi
biaya lingkungan yang relevan bagi mereka yang memerlukan. Keberhasilan akuntansi
lingkungan bukan saja tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua biaya-biaya
yang dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan
dalam menekan dampak lingkungan yang timbul dari aktivitas perusahaan. Tujuan
dikembangkannya Akuntansi Lingkungan adalah untuk digunakan sebagai alat manajemen
lingkungan dan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Pentingnya praktik akuntansi
lingkungan bagi perusahaan berkaitan dengan fungsi internal dan eksternal.
Pada dasarnya belum ada yang aturan khusus mengenai pelaporan akuntansi
lingkungan akan tetapi penerapan akuntansi lingkungan ini sudah tercantum dalam PSAK No
1 Paragraf kesembilan menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added
statement) khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup dan bagi industri
yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting.
Pada PSAK No. 1 paragraf kesembilan diatas belum secara jelas menjelaskan tentang
bagaimana pelaporan akuntansi lingkungan akan tetapi dalam rerangka pikir pernyataan
standar akuntansi keuangan menjelaskan bahwa “apabila tidak ada landasan yang detail
dalam standar akuntansi keuangan (PSAK) dapat menggunakan landasan yang mendasar
seperti peraturan pemerintah untuk industri, pedoman atau praktik akuntansi dan simpulan
riset atau pendapat dari beberapa ahli sepanjang pengaturan tersebut tidak bertentangan
dengan landasan konseptual atau prinsip yang digunakan dilandasan operasional”.
Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibilty), atau lazim disingkat CSR
merupakan basis teori tentang perlunya entitas bisnis membangun hubungan harmonis
dengan masyarakat dan lingkungan tempat beroperasi. Parameter keberhasilan entitas bisnis
dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai
suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya (Febrina dan Suaryana,
2011). Tanggung jawab sosial disebabkan pergeseran orientasi entitas bisnis dari
shareholders ke stakeholders. Kecenderungan pencapaian keuntungan sebesar-besarnya tanpa
melihat dampaknya ke arah mencari laba yang berwawasan lingkungan (Rajafi dan Irianto.
2007).
Tujuan Biaya Lingkungan
Segala sesuatu yang dilakukan perusahaan pasti memiliki tujuan. Seperti halnya
dengan penganggaran biaya lingkungan oleh perusahaan. Lima tujuan inti dari perspektif
lingkungan dalam Hansen & Mowen (2009) adalah
a. Meminimalkan penggunaan bahan baku meminimalkan penggunaan bahan baku atau
bahan yang masih asli
b. Meminimalkan penggunaan barang berbahaya
c. Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk
d. Meminimalkan pelepasan residu padat, cair, dan gas
e. Memaksimalkan peluang untuk daur ulang
Bagi banyak perusahaan, biaya lingkungan merupakan persentase yang signifikan dari
total biaya operasional. Fakta ini, ditambah dengan ekoefisiensi, menekankan pentingnya
pendefinisian, pengukuran, dan pelaporan biaya lingkungan. Biaya lingkungan adalah biaya-
biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas
lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi
empat kategori, yaitu :
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs) adalah biaya
aktivitas yang dilakukan karena kontaminasi dan limbah telah diproduksi tapi tidak
dibuang ke lingkungan. Dengan demikian, biaya kegagalan internal dikeluarkan untuk
menghilangkan dan mengelola kontaminasi atau limbah sekali produksi. Kegiatan
kegagalan internal memiliki dua tujuan: (1) memastikan bahwa kontaminasi dan limbah
yang dihasilkan tidak dilepaskan ke lingkungan dan (2) mengurangi tingkat kontaminasi
yang dilepaskan ke jumlah yang sesuai dengan standar lingkungan. Contoh-contoh
aktivitas kegagalan internal termasuk operasi peralatan untuk meminimalkan atau
menghilangkan polusi, merawat dan membuang racun, menjaga peralatan polusi, perizinan
fasilitas untuk memproduksi kontaminasi dan bahan daur ulang.
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs) adalah biaya
aktivitas yang dilakukan setelah pemakaian kontaminan dan limbah ke lingkungan.
Realisasi kegagalan eksternal biaya adalah biaya yang dikeluarkan dan dibayar oleh
perusahaan. Biaya kegagalan eksternal yang belum direalisasi (biaya sosial) disebabkan
oleh perusahaan namun dikeluarkan dan dibayarkan oleh pihak-pihak di luar perusahaan.
Biaya sosial dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai (1) hasil dari degradasi lingkungan
dan (2) hal-hal yang terkait dengan dampak buruk pada properti atau kesejahteraan
individu. Dalam kedua kasus tersebut, biaya ditanggung oleh orang lain dan bukan oleh
perusahaan, meskipun mereka disebabkan oleh perusahaan.
Biaya siklus hidup membebankan biaya dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan
perbaikan. Siklus Hidup Produk. Tahapan dalam siklus hidup antara lain :
a. Ekstraksi sumber daya
b. Pembuatan produk
c. Penggunaan produk
d. Daur ulang dan pembuangan
e. Pengemasan produk
Perspektif Lingkungan
Kita dapat mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari perspektif lingkungan,
antara lain :
a. Meminimalkan bahan baku atau bahan yang masih asli
b. Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya
c. Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk
d. Meminimalkan residu padat, cair, dan gas
e. Memaksimalkan peluang untuk daur ulang
Ukuran kinerja yang memungkinkan untuk tujuan nomor 1 dan 2 ialah berapa jumlah
kuantitas total dan per unit dari berbagai bahan baku dan energi (misalnya, berat bahan kimia
beraun yang digunakan), ukuran produktivitas (output/bahan baku, output/energi), dan biaya
bahan (energi) berbahaya yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku. Tujuan
inti yang keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari dua cara berikut :
1) menggunakan teknologi dan metode untuk mencegah pelepasan residu, ketika diproduksi,
dan
2) menghindari produksi residu dengan mengidentifikasi penyebab dasar dan mendesain
ulang produk dan proses untuk menghilangkan penyebab-penyebabnya.
Pengakuan Biaya Lingkungan
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2014) pengakuan merupakan proses pembentukan suatu
pos dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi unsur serta
kriteria pengakuan, yaitu:
a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir ke atau dari entitas; dan
b. pos tersebut mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun
dalam jumlah moneter dan mencantumkannya dalam laporan posisi keuangan atau
laporan laba rugi. Di dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2014), dinyatakan bahwa biaya diakui dalam laporan
laba rugi ketika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan
aset atau kenaikan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Laporan Biaya Lingkungan
Pelaporan biaya lingkungan menjadi suatu hal yang penting jika sebuah organisasi
dengan serius ingin memperbaiki kinerja lingkungannya serta mengendalikan biaya
lingkungannya (Hansen dan Mowen, 2009). Menurut Hansen dan Mowen (2009), langkah
pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut
kategori. Pelaporan biaya lingkungan memberikan dua hasil yang penting, yaitu:
a. dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan, dan
b. jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.
Laporan biaya lingkungan menyediakan informasi yang berhubungan dengan
distribusi relatif dari biaya lingkungan. Laporan biaya lingkungan menggarisbawahi
pentingnya biaya lingkungan dengan menyatakan sebagai persentase dari total biaya
operasional. Di dalam buku Akuntansi Manajerial oleh Hansen dan Mowen (2009: 416), ada
beberapa bukti mengenai isu pelaporan biaya lingkungan, yaitu perusahaan Amoco
menyimpulkan biaya lingkungan pada pabrik penyulingannya di Yorktown adalah minimal
22% dari biaya operasional, sedangkan World Resources Institute menyatakan
biaya lingkungan adalah 20% atau lebih dari biaya operasional perusahaan. Dengan
demikian, laporan biaya lingkungan tidak hanya memperlihatkan jumlah kuantitatif dari
biaya lingkungan, tetapi juga mengenai persentase biaya lingkungan dari biaya operasional.
Sumber :
https://docplayer-info.cdn.ampproject.org/v/s/docplayer.info/amp/54548029-Pengaruh-
tekanan-stakeholders-dan-tanggung-jawab-sosial-terhadap-penerapan-akuntansi-lingkungan-
di-kawasan-industri-makassar.html?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16169947122998&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fdocplayer.info%2F54548029-Pengaruh-
tekanan-stakeholders-dan-tanggung-jawab-sosial-terhadap-penerapan-akuntansi-lingkungan-
di-kawasan-industri-makassar.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-biaya-lingkungan/127574/3