Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN

Dibuat Oleh:

1. Amrina Rusda – 01044882326002

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tidak terlepas pula dari persoalan lingkungan yang semakin hari semakin
terasa dampaknya. Era industrialisasi disatu pihak menitik beratkan pada pengunaan
teknologi seefisen mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek lingkungan.
Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya arti lingkungan mulai tumbuh secara
perlahan-lahan. Kesadaran ini tentunya menjadi modal dasar sebagai sistem kontrol bagi
perusahaan- perusahaan sehingga efek samping industrialisasi perusahaan dapat
termarjinalkan. Aktualisasi kesadaran ini mulai kelihatan dengan gencarnya reaksi
masyarakat terhadap perubahan yang terjadi dari suatu sistem. Pembuangan air limbah dari
satu industri atau penebangan hutan yang menyimpang selalu menjadi sorotan tajam.

Belakangan ini semakin banyak tuntutan agara perusahaan memperhatikan faktor-faktor


lingkungan dalam menjalankan usahanya. Tuntutan ramah lingkungan bukan saja
berasal dari pemerintah, yang semakin banyak mengeluarkan peraturan-peraturan untuk
memaksa perusahaan menjadi ramah lingkungan, namun juga banyak perusahaan yang
memasukkan unsur ramah lingkungan sebagai bagian dari strateji usaha mereka. Perusahaan
dituntut untuk menjadi eco-efisien, yang berarti kemampuan untuk memproduksi barang
untuk memuaskan konsumen dengan biaya yang kompetitif, namun juga sekaligus
mengurnagi dampak negative terhadap lingkungan. Dengan alasan-alasan tersebut, maka
kebutuhan informasi keuangan dan non keuangan mengenai pengelolaan lingkungan
menjadi semakin dibutuhkan perusahaan.

Akuntansi Manajemen Lingkungan atau Environmental Management Accounting


(EMA) merupakan sebuah konsep yang membantu perusahaan dalam memuat dampak-
dampak bisnis dalam bentuk unit moneter. Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan
membantu perusahaan dalam permasalahan lingkungan dengan mencatat seluruh aktivitas
produksinya untuk dilaporkan dalam laporan biaya lingkungan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan manfaat dari akuntansi manajemen lingkungan ?

2) Bagaimana pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan (Enviromental Cost) ?

3) Apa itu Triple Bottom Accounting ?

4) Apa saja hambatan dalam penerapan akuntansi manajemen lingkungan ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah di paparkan diatas maka di dapat tujuan
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi manajemen lingkungan

dan manfaatnya;

2) Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan

(Enviromental Cost);

3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triple Bottom Accounting;

4) Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam penerapan akuntansi manajemen


lingkungan.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini tak lain adalah,
1) Bagi pembaca umum, memberikan tambahan pengetahuan dan informasi mengenai
materi tentang akuntansi manajemen lingkungan;
2) Bagi akademisi, untuk menambah pengetahuan ataupun dapat dijadikan sebagai sumber
referensi mengenai materi tentang akuntansi manajemen lingkungan;
3) Bagi penulis, untuk mengasah keterampilan dalam hal penulisan makalah yang baik dan
untuk memenuhi tugas individu yang di berikan dalam proses belajar mengajar mata
kuliah akuntansi manajemen lanjutan.
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian dan Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan


Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Management Accounting)
merupakan salah satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang aktivitasnya bertujuan
memberikan informasi pada manajemen atas pengelolaan lingkungan dan dampaknya
terhadap biaya produksi. Akuntansi manajemen lingkungan diharapkan akan menjadi salah
satu rangkaian sistem yang bertujuan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga
tercapai model pengukuran kinerja yang seimbang antara ukuran financial profit dengan
kinerja pengelolaan lingkungan. Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan
mendorong kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang
dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi
lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan
melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs)
dan manfaat atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai
perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak
perlindungan lingkungan (environmental protection).
The International Federation of Accountants (1998) dalam Ikhsan (2009)
mendefinisikan akuntansi manajemen lingkungan sebagai: “Pengembangan manajemen
lingkungan dan kinerja ekonomi seluruhnya serta implementasi dari lingkungan yang
tepat – hubungan sistem akuntansi dan praktik. Ketika ini mencakup pelaporan dan
audit dalam beberapa perusahaan, akuntansi manajemen lingkungan khususnya melibatkan
siklus hidup biaya, akuntasni biaya penuh, penilaian keuntungan dan perencanaan strategic
untuk manajemen lingkungan”. Menurut IFAC (2005), akuntansi manajemen lingkungan
(environmental management accounting) merupakan pengelolaan lingkungan sekaligus
kinerja ekonomi organisasi melalui pengembangan dan implementasi sistem dan
praktek akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi manajemen, yaitu :
a) Kepatuhan (Compliance) –dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus dapat
memberikan informasi mengenai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan-peraturan
yang terkait dengan lingkungan, baik yang dibuat sendiri oleh perusahaan maupun yang
dibuat oleh pemerintah.
b) Efisien Lingkungan (Eco-effisien) –dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan
harus dapat melakukan pengawasan terhadap efisiensi penggunaan SDA dan sumber
energi lain, dampak terhadap lingkungan, dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
c) Posisi Strategis (Strategic Positioning) –dalam hal ini perusahaan harus membuat
program-program yang terkait dengan lingkungan untuk mencapai tujuan jangka
panjang perusahaan. Akuntansi manajemen lingkungan harus dapat mengawasi
apakah biaya- biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan tersebut.

Manfaat dari mengadopsi akuntansi manajemen lingkungan (EMA) adalah


a) Dapat memperkirakan yang lebih baik dari seluruh biaya pada perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa.
b) Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk proses, sistem atau fasilitas dan
menjabarkan biaya-biaya tersebutpada tanggung jawab manajer.
c) Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan
perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas
d) Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran perbaikan
kualitas
e) Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatifuntuk mengurangi biaya- biaya
lingkungan
f) Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumber daya
dan mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah
g) Peningkatan kepedulian staf terhadap isu-isu lingkungan, kesehata, dan keselamatan
kerja h) Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan
sekaligus
meningkatkan daya kompetitif

Selain itu akuntansi manajemen lingkungan dapat mendukung


pembuatan keputusan di perusahaan dalam hal :
a) Penganggaran modal adalah proses menganalisis alternative investasi dan memutuskan
investasi mana yang akan digunakan dalam standar keuangan yang mana
mempertimbangkan aliran pendapatan dan biaya-biaya dihasilkan dari sepanjang waktu
investasi
b) Pemilihan produk – perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai produk mana
untuk dapat didasarkan pada pertimbangan biaya mereka. Biaya-biayanya termasuk
tidak hanya biaya pembelian, namun biaya yang terjadi karena menggunakan dan
membuang produk pada akhir masa penggunaannya.
c) Manajemen limbah – perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah yang
pilihan pengolahan dan pembuangannya ditentukan oleh komposisi aliran limbah.
Karena biaya- biaya pembuangan adalah biaya-biaya lingkungan,mencoba untuk
meminimalkan biaya- biaya ini akan mendapat manfaat dari akuntansi lingkungan

2.2 Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan (Enviromental Cost)


Perusahaan dapat menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan ditambah biaya
pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya)
daripada biaya yang selama ini diperhitungkan. Dan dapat meminimalisirkan
pemakaian bahan agar tidak terbuang percuma dan akhirnya menjadi limbah. Biaya
lingkungan dalam perusahaan sangat perlu di perhatikan untuk meminimalisirkan
permasalahan lingkungan yang berakibat juga terhadap perusahaan. Biaya lingkungan dapat
disebut juga sebagai biaya kualitas lingkungan. Dalam arti yang sama dengan biaya
kualitas, biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan
yang buruk ada atau mungkin ada. Dengan demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan
penciptaan, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Pengelolaan dan
pengendalian biaya lingkungan dapat dilakukan dengan membagi biaya yang terkait
dengan biaya lingkungan menjadi empat bagian, yaitu:

1) Biaya lingkungan yang bersifat pencegahan (prevention cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk dari barang atau jasa yang dihasilkan
atau diberikan kepada pelanggan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya seleksi dan evaluasi pemasok, sehingga didapatkan pemasok yang
ramah lingkungan.
b) Biaya perancangan proses produksi yang ramah lingkungan.
c) Biaya sertifikasi eksternal seperti ISO 14001 tentang Environmental
Management, ISO 50001 tentang Energy Management, maupun OHSAS 18001
tentang Occupational Health and Safety Management.
d) Biaya perancangan produk yang ramah lingkungan.

2) Biaya lingkungan yang bersifat pemeriksaan (appraisal cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk memastikan kesesuaian barang atau jasa yang dihasilkan atau
diberikan dengan peraturan pemerintah maupun peraturan internal perusahaan. Biaya ini
antara lain dapat berupa:
a) Biaya pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan.
b) Biaya inspeksi terhadap proses yang dilakukan maupun produk yang dihasilkan.
c) Biaya pengembangan tolok ukur (benchmark) yang berkaitan dengan
lingkungan. d) Biaya percobaan untuk menguji tingkat kontaminasi suatu zat.

3) Biaya lingkungan karena kegagalan internal (internal failure cost), merupakan biaya
yang muncul karena perusahaan menghasilkan elemen- elemen yang dapat merusak
lingkungan namun dapat dikendalikan oleh perusahaan sehingga tidak mencemari
lingkungan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya pengamanan dan pengolahan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan.
b) Biaya operasional dan pemeliharaan peralatan yang berkaitan dengan
pengolahan limbah atau polusi.

4) Biaya lingkungan karena kegagalan eksternal (external failure cost), Biaya


ini dibagi 2, yaitu:
a) Realized external failure cost, yaitu biaya yang benar benar dikeluarkan perusahaan,
karena adanya kontaminasi atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan operasional
perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
 Biaya pembersihan danau atau sungai yang tercemar.
 Biaya ganti rugi kepada para penduduk atau pihak ketiga karena
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan.
 Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena bocor
atau karamnya kapal tanker pengangkut minyak
b) Unrealized external failure (societal) cost, dalam kasus ini kerusakan
lingkungan memang berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun biaya yang
timbul tidak ditanggung oleh perusahaan, tapi ditanggung pihak lain diluar
perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
 Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi
 Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi

2.2.1 Pengelolaan Biaya Lingkungan


Pada dasarnya prinsip pengelolaan biaya lingkungan sama dengan prinsip
pengelolaan biaya kualitas. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan
adalah biaya lingkungan karena adanya kegagalan eksternal. Biaya ini memang tidak
sering muncul namun jika biaya tersebut muncul maka akan dapat membebani
perusahaan dengan biaya yang amat besar, bahkan dalam kasus yang ekstrim
dapat menimbulkan kebangkrutan perusahaan. Contohnya adalah kasus lumpur lapindo.
Karena itu untuk mengelola atau mengurangi biaya yang terkait dengan lingkungan
maka perusahaan harus memperbanyak proporsi biaya yang bersifat pencegahan dan
pemeriksaan. Contoh dari laporan yang berkaitan dengan pengelolaan biaya lingkungan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PT Kacau Balau
Laporan Biaya Lingkungan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x3
Biaya Pencegahan Lingkungan
Biaya untuk Melakukan Sertifikasi ISO 14001 Rp. 300.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemilihan Pemasok 100.000.000
Rp. 400.000.000 5.95%
Biaya Pemeriksa Lingkungan
Biaya untuk Mengukur tingkat Kontaminasi Rp. 125.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemeriksaan terhadap
Proses Produksi 200.000.000
Rp. 325.000.000 4.83%
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Internal
Biaya untuk Membuang "Waste" dari Produksi Rp. 800.000.000
Biaya untuk Mengoperasikan Peralatan untuk
Mengendalikan Produksi 200.000.000
Rp. 1.000.000.000 14.87%
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Eksternal
Biaya untuk membersihkan sungai yang
terkena polusi Rp.
Biaya untuk membayar ganti rugi pada penduduk 1.800.000.000
yang terkena dampak polusi
3.200.000.000 Rp. 74.35%
Total Biaya Lingkungan 6.000.000.000
Rp. 100%
6.725.000.000

Pada tabel ini terlihat bahwa perusahan belum menerapkan pengelolaan


biaya lingkungan dengan baik, hal ini dicerminkan dari tingginya biaya kegagalan dari
pihak internal maupun eksternal perusahaan serta rendahnya biaya pencegahan dan
pemeriksaannya. Bisa saja, perusahaan baru saja mau memulai memberikan
perhatian yang lebih pada lingkungan dan hal tersebut mencerminkan dari adanya
biaya untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001.

2.3 Triple Bottom Accounting


Triple-bottom accounting merupakan kerangka akuntansi yang melihat dari tiga sisi
yaitu people (orang), planet (lingkungan) dan profit. Dalam pelaporan keuangan
secara tradisional biasanya perusahaan hanya melaporkan profit atau keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Namun demikian, apa yang terjadi apabila profit tersebut diperoleh
dengan kegiatan merusak lingkungan ataupun dengan melakukan outsourching pada
perusahaan- perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur. Collin dan Porras
(2004) dalam
penelitiannya menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham biasayanya tidak akan bertahan hidup dalam
waktu yang lama. Menurut penelitian tersebut, perusahaan yang dapat bertahan dan sukses
dalam waktu yang lama adalah perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk mencapai
beberapa tujuan (cluster of objectives) dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham
hanya merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dan biasanya bukan merupakan
tujuan yang utama.
Planet, People, and Profit atau yang di Ilmu Akuntansi lazim disebut dengan
Triple Bottom Line merupakan pemikiran yang sudah berkembang cukup lama di Eropa.
Pemikiran tentang bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) yang mengedepankan
kelestarian alam (planet) sebagai sumber dari semua sumber daya, kesejahteraan
masyarakat atau manusia (people), dan memperoleh laba (profit) yang memadai untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Elkington (1997) dalam Wibisono (2007) menjelaskan
konsep Triple Bottom Line digunakan sebagai landasan prinsipal dalam aplikasi program
Corporate Social Responsibility pada sebuah perusahaan. Tiga kepentingan yang menjadi
satu ini merupakan garis besar dan tujuan utama tanggung jawab sosial sebuah perusahaan.

a) Profit (Keuntungan)
Keuntungan merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan
usaha. Keuntungan sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat
digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

b) People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder
penting bagi perusahaan karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan untuk
keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Selain itu, operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar.
Tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada keputusan perusahaan tersebut
tidak bersifat paksaan atau tuntutan masyarakat sekitar. Untuk memperkokoh komitmen
dalam tanggung jawab sosial diperlukan pandangan menganai Corporate Social
Responsibility.
Melalui kegiatan sosial perusahaan maka itu dapat dikatakan melakukan investasi
masa depan dan timbal baliknya masyarakat juga akan ikut serta menjaga eksistensi
perusahaan.

c) Planet (Lingkungan)
Lingkungan merupakan sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan
perusahaan. Hubungan perusahaan dan lingkungan adalah hubungan sebab akibat yaitu jika
perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan akan bermanfaat bagi perusahaan.
Sebaliknya jika perusahaan merusak lingkungan maka lingkungan juga akan tidak
memberikan manfaat kepada perusahaan.

Dengan demikian, penerapan konsep Triple Bottom Accounting yakni profit, people,
dan planet sangat diperlukan sebuah perusahaan dalam menjalankan operasinya. Sebuah
perusahaan tidak hanya keuntungan saja yang dicari melainkan juga memperdulikan
masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

2.4 Hambatan Akuntansi Manajemen Lingkungan


Hambatan dalam penerapan akuntansi lingkungan:
a) System pendukung Informasi akuntansi yang kurang/tidak cukup. Informasi mengenai
biaya lingkungan sangat kurang.sistem akuntansi- idealnya informasi sumber biaya-
umumnya tidak cukup untuk kebutuhan akuntansi lingkungan,diman manfaat-
manfaatnya dari memisahkan biaya-biaya lingkungan dari pos overhead dalam rangka
untuk menelusuri biaya ke produk atau aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut
rancuh.
b) Hubungan yang kurang antara bidang pembelian dan bagian sumber daya. Hubungan
institusional antara pembeliah atau usaha mendapatkan dan fungsi-fungsinya
sumber daya sangat lemah. Ketika penggunaan tim pendapatan produk antar fungsi
terlihat meningkat,hal ini cenderung difokuskan pada mengintegrasi secara efektif
criteria klinis ke dalam keputusan pembelian, terutama usaha-usaha standarisasi. Input
sumber daya cenderung secara spesifik diminta hanya bagi keputusan dengan aspek
lingkungan yang jelas- seperti kontrak manajemen limbah.
c) Halangan pembelian. Seperti fasilitas di banyak sector lain, fasilitas penjagaan
kesehatan seringkali merupakan subyek pada halangan pembelian yang cenderung
mengurangi alternatif-alternatif produk dari mana mereka mungkin dipilih secara
efektif.
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Akuntansi lingkungan merupakan salah satu strategi untuk mengelola
lingkungan dengan menggunakan alat manajemen lingkungan yang dapat diterapkan
sebagai upaya pelestarian lingkungan. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan
informasi mengenai penggunaan sumber daya alam dan dampaknya terhadap lingkungan
serta informasi moneter mengenai biaya yang digunakan untuk upaya perbaikan lingkungan
sehingga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra sebuah peerusahaan dan
mempengaruhi kinerja financial perusahaan.
Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya
yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin ada. Dengan
demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi, perbaikan, dan
pencegahan degradasi lingkungan. Triple-bottom accounting merupakan kerangka akuntansi
yang melihat dari tiga sisi yaitu people (orang), planet (lingkungan) dan profit. Dalam
pelaporan keuangan secara tradisional biasanya perusahaan hanya melaporkan profit atau
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Namun demikian, apa yang terjadi apabila profit
tersebut diperoleh dengan kegiatan merusak lingkungan ataupun dengan melakukan
outsourching pada perusahaan- perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur

3.2 Saran
Disarankan perusahaan lebih memperhatikan dampak dari limbah yang di akibatkan oleh
perusahaan manufaktur dengan menerapkan Akuntansi Manajemen Lingkungan bagi
perusahaan. Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian
agar dapat mengambil manfaat dari pembahasan mengenai materi akuntansi
manajemen lanjutan ini sehingga memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif
tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mengenai apa itu
akuntansi manajemen lingkungan. Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung kami untuk memperbaiki makalah ini di
masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai