Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK

PERENCANAAN LABA

Dibuat Oleh:

1. Amrina Rusda – 01044882326002

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2024
PENGGUNAAN INFORMASI UNTUK PERENCANAAN LABA

Keadaan perekonomian yang semakin komplek dan perubahan yang demikian cepatnya
menyebabkan banyaknya perkembangan pemikiran dan peran pada segala bidang di antaranya
adalah pengendalian dalam bidang keuangan. Untuk perusahaan yang berskala kecil masalah
pengendalian keuangan tidak terlalu rumit, hal itu dikarenakan pihak pimpinan perusahaan
masih mampu mengendalikan secara langsung kegiatan operasional perusahaan. Namun
untuk perusahaan yang berskala besar di mana kegiatan pengelolahan perusahaan yang
semakin kompleks, tentunya pengawasan secara langsung tidak memungkinkan lagi.
Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu pengukuran atas kinerja keuangan yang
telah terjadi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengendalian yang akan ditetapkan.
Suatu perencanaan yang matang untuk mencapai laba yang maksimal, melibatkan evaluasi
yang hati-hati dan cermat dari berbagai tindakan alternative. Perencanaan yang baik
memungkinkan manajemen bekerja lebih efektif dan efisien, mempengaruhi kelancaran dan
keberhasilan aktivitas produksi, dan dapat menilai kemampuan manajemen perusahaan itu
sendiri.
Dalam mengelola perusahaan manajer sering dihadapkan pada berbagai masalah
pengambilan keputusan. Semua bentuk pengambilan keputusan untuk merencanakan
operasinya dengan baik bahkan tidak meneruskan operasinya. Salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan tersebut adalah faktor biaya yang selama
satu periode kerja tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Unutk dapat
merealisasikan tujuan suatu perusahaan diperlukan perencanaan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan. Salah satu alternative dari analisis perencanaan untuk
meningkatkan perolehan laba dan menetapkan harga jual adalah dengan menggunakan Cost,
Volume, Profit Analysis (CVP). Cost, volume, profit (CVP) memiliki beberapa pendekatan
diantaranya adalah break even point (BEP) dan margin of safety.
Penggunaan cost, volume, profit analysis (CVP) sendiri dapat memberikan informasi
tentang berapa jumlah penjualan yang harus dicapai perusahaan dimana perusahaan dalam
keadaan tidak mendapat laba dan tidak menderita kerugian kepada manajer. Cost, volume,
profit analysis (CVP) dapat juga memberikan informasi mengenai laba yang diperoleh
perusahaan pada berbagai tingkat penjualan serta menunjukkan kemungkinankemungkinan
yang berhubungan dengan perusahaan dalam biaya maupun tingkat penjualan dan
pengaruhnya terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

A. Pemisahan Biaya Fixed Cost dan Variable Cost untuk Analisis CVP

Variable Cost (Biaya variabel) adalah perubahan total dalam proporsi langsung dengan
perubahan tingkat aktivitas (atau cost driver). Sebagai contoh, di Perusahaan Donat, biaya
bahan langsung adalah biaya variabel. Total biaya bahan untuk barang-barang ini meningkat
berbanding lurus dengan jumlah item yang terjual.Sedangkan, biaya tetap tidak berubah
secara total sebagai tingkat aktivitas (atau cost driver) bervariasi. Biaya fasilitas, termasuk
pajak properti, penyusutan bangunan dan peralatan, dan gaji personil pemeliharaan , yang
biaya untuk Perusahaan Donut tetap . Biaya tetap per unit tidak berubah sebagai aktivitas
bervariasi.
Analisis CVP mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam dua
kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya variabel) dan biaya
yang tidak berubah (biaya tetap).Selanjutnya, biaya diasumsikan fungsi linier dari volume
penjualan. Namun, banyak perusahaan sekarang menyadari bahwa ini tetap dibandingkan
perbedaan variabel terlalu sederhana. Dalam sistem biaya berdasarkan aktivitas, biaya yang
dibagi ke dalam unit dan kategori berbasis nonunit. Activity-based costing mengakui bahwa
beberapa biaya bervariasi dengan unit yang diproduksi dan beberapa biaya yang tidak
bervariasi. CVP menjadi lebih berguna karena memberikan wawasan yang lebih akurat
mengenai perilaku biaya.

ABC untuk Analisis CVP

Total cost = Fixed cost + (Unit variable costs x number of units) + (Unit cost x number of
setups) + (Engineering costs x number of engineering hours)

Operating income = Total revenue- fixed costs + (unit variable costs x number of units) +
(Setup costs x number of setups) + (engineering costs x number of engineering hours)
B. Cost Volume Profit Analysis

Menurut Hansen & Mowen (2005:274) ”Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit


analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan”. Sedangkan menurut Garrison, dkk (2006:322) ”Analisis biaya-volume-laba
adalah satu dari beberapa alat yang berguna bagi manajer dalam memberikan perintah”.
Alat ini membantu manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan timbal
balik antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antarlima
lima elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel per unit,
total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.
Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari analisis cost
volume profit yaitu:
 Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah.
 Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan
tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara
total dalam rentang yang relevan.
 Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
 Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi
sama dengan jumlah unit terjual.
Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi manajemen
suatuperusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk membuat kalkulasi
perencanaanlaba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan menjadi akurat. Dengan
menggunakan analisis cost volume profit akan dapat diketahui berapa jumlah penjualan impas
agarperusahaan tidak mengalami kerugian maupun untung, untuk mengetahui berapa jumlah
penjualan yang harus dicapai untuk mencapai target laba tertentu, Analisis cost volume
profit juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat
membuatpenurunan sebelum mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan
kombinasi penjualan dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba
yang telah ditetapkan.
Dasar-dasar Analisis Cost-Volume-Profit
1. Margin Kontribusi
Margin kontribusi menurut Garrison, dkk (2006:324) adalah “jumlah yang tersisa
dari pendapatan dikurangi beban variabel”. Margin kontribusi merupakan jumlah yang
tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan. Margin kontribusi juga
dapat disajikan dalam bentuk persentase. Hansen & Mowen (2005:280) menyatakan
bahwa rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Adapun
rumus rasio margin kontribusi adalah:
Rasio margin kontribusi = margin kontribusi/penjualan

2. Analisis Titik Impas (BEP)


Menurut Garrison, dkk (2006:325) ”Titik impas adalah tingkat penjualan dimana
laba adalah nol”. Jadi dapat dikatakan bahwa titik impas merupakan titik di mana biaya
dan pendapatan sama besarnnya sehingga tidak terjadi laba maupun rugi. Analisa
terhadap titik impas ini digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran
produk yang diperlukan agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat
tertutupi.
Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation
method) dan metode margin kontribusi (contribution method).
a. Metode Persamaan
Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang
disusun denganformat kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan
persamaan sebagai berikut:
Laba = (Penjualan – Beban Variabel) - Beban Tetap
Persamaan tersebut dapat diubah menjadi:
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

b. Metode Margin Kontribusi


Metode margin kontribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari
metodepersamaan yang telah dijelaskan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa
setiap unit yangterjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan
untuk menutupi biayatetap. Untuk menentukan berapa unit yang harus dijual untuk
mencapai titik impas, total biayatetap dibagi dengan margin kontribusi per unit.
Titik impas dalam unit yang terjual = beban tetap/margin kontribusi per unit
Titik impas dalam dolar penjualan = beban tetap/rasio cm

3. Analisis Target Laba


Analisis CVP juga digunakan ketika perusahaan sedang mencoba untuk
menentukan tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, juga
disebut laba ditargetkan.
Target laba juga dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan
(equation method) dan metode margin kontribusi (contribution method).
a. Metode Persamaan
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

b. Metode Margin Kontribusi


Unit penjualan untuk mencapai target = beban tetap + target laba/margin kontribusi
per unit

Identifikasi Biaya Variabel dan Biaya Tetap


Masalah tersulit dalam analisis CVP adalah membagi semua biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Analisis CVP tidak mengenal
jenis biaya lain, seperti biaya semi variable, step cost, dan sebagainya.
1. Kelompok pertama adalah biaya yang sering disebut sebagai mixed costs. Contoh
biaya ini adalah biaya listrik, air, telepon, dimana biaya – biaya tersebut memiliki
unsur biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya seperti ini, maka unsur biaya tetap
dan biaya variabel harus dipisahkan.

2. Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat dikelompokkan
sebagai biaya tetap ataupun biaya variabel. Dengan demikian, definisi biaya tetap
dalam analisis CVP adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
tidak dapat dikategorikan sebagai biaya variabel.
Analisis CVP Dalam Ketidakpastian
Analisis CVP dilakukan dalam tahap perencanaan, dimana asumsi yang dibuat
perusahaan belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya saat rencana tersebut dilaksanakan.
Karena unsur itu, unsur ketidakpastian harus dipertimbangkan, ada tiga cara yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, yaitu:
1. Safety margin merupakan selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual perusahaan
pada periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas. Semakin
besar safety margin yang dimiliki perusahaan, maka posisi perusahaan akan semakin aman,
karena jika terdapat asumsi yang sedikit meleset, perkiraan posisi perusahaan masih jauh
dari titik impas.

2. Operating leverage mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage berarti semakin
tinggi proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Rumus untuk menghitung operating
leverage adalah total marjin kontribusi dibagi dengan total laba operasi.

3. Analisis sensitivitas (what-if analysis) merupakan analisis yang dilakukan untuk mencari
unsur yang paling sensitif dalam analisis CVP. Yang dimaksud dengan faktor yang paling
sensitif adalah faktor yang jika meleset paling mempengaruhi perolehan laba perusahaan.
Faktor yang paling sensitif inilah yang harus dijaga perusahaan agar dalam masa
pelaksanaannya tidak meleset dari rencana.

CVP Dengan Model Activity Based Costing


Dalam hal ini definisi biaya tetap dan biaya variabel akan dikaitkan bukan hanya
terhadap produk, namun juga terhadap aktivitas. Dengan Activity Based Costing ini biaya
variabel hanyalah merupakan biaya variabel dari aktivitas tingkat unit, sedangkan biaya tetap
untuk aktivitas tingkat unit, dan juga biaya – biaya dari tingkatan aktivitas lainnya
dikelompokkan sebagai biaya tetap.

Anda mungkin juga menyukai