Anda di halaman 1dari 8

NAMA :RAHMI

NPM:2001103010036
MK:ALK_34

RESUME PERTEMUAN KE 10

1)BREAK EVENT POINT

Break Even Point adalah titik impas saat laba yang didapatkan mempunyai nilai setara
dengan yang diperlukan dalam proses produksi. Definisi lainnya dari Break Even Point adalah
kondisi di mana jumlah seluruh pendapatan setara dengan jumlah seluruh pengeluaran di setiap
produksi jasa atau barang. Dalam posisi tersebut, laba bernilai nol mutlak, yang bagi orang awam
banyak dikenal dengan sebutan balik modal.

Tujuan Break Even Point


 Membantu perusahaan atau pebisnis menentukan sisa kapasitas produksi pasca
tercapainya BEP, dan mengetahui proyeksi laba atau keuntungan maksimum yang bisa
didapatkan.
 Membantu perusahaan atau pebisnis untuk menentukan langkah bisnis selanjutnya yang
lebih efisien, seperti, mengganti SDM dengan mesin. Otomatisasi produksi tersebut bisa
mengubah biaya tetap serta biaya variabel, dan menekan biaya produksi.
 perusahaan atau pebisnis dalam memahami perubahan nilai keuntungan saat harga
produk mengalami perubahan.
 Membantu Menunjukkan kerugian sehingga perusahaan atau pebisnis mampu
mengantisipasinya saat terjadi penurunan penjualan.

Manfaat Break Even Point


 Menjadi pedoman bagi perusahaan atau pebisnis guna memberi nilai investasi secara
tepat dan dapat mengimbangi biaya produksinya.
 Menjadi bahan analisis perusahaan guna mengetahui nilai transaksi atau jual beli
sahamnya, serta proyeksi finansial perusahaan dan perencanaan anggarannya.
 Menjadi patokan untuk menentukan margin.
 Membuat pebisnis lebih jeli dalam bidang usahanya dan terus melakukan inovasi agar
bisa terus berkembang.

Cara Menghitung Break Even Point

Menghitung BEP pada dasarnya tidak terlalu sulit, tapi perlu dilakukan dengan teliti dan
memastikan tidak ada elemen pembentuk yang terlewat. Berikut adalah 3 cara atau rumus untuk
menghitung. Break Even Point.

 BEP Unit
Rumus BEP ini didapat dari fixed cost dibagi margin kontribusi setiap unit. Nilai margin tersebut
didapatkan dari selisih harga jual dengan variable cost per unit. Nilai margin juga bisa
didapatkan dari hasil bagi antara jumlah keseluruhan penjualan dengan variable cost.
Dalam kata lain, rumus BEP Unit adalah:
BEP Unit = (Fixed Cost)/(harga unit – variable cost unit)

 BEP Nilai Penjualan


Rumus BEP lainnya dihitung berdasarkan hasil dari nilai penjualan. Rumus BEP Nilai Penjualan
adalah:
BEP=biaya tetap/(1-(variable cost/harga))

 BEP Mata Uang


Rumus BEP ketiga dilakukan untuk mengetahui nilai BEP sesuai satuan mata uang yang dipakai.
Caranya dengan membagi biaya tetap dengan hasil pembagian kontribusi margin unit dengan
harga unitnya. Untuk lebih jelasnya, inilah rumus BEP Mata Uang:
BEP Mata Uang = (Fixed cost) / (Kontribusi margin unit/harga unit)

Contoh Break Even Point


Perusahaan A bergerak dalam bisnis penjualan botol air. Dalam bisnis tersebut, Perusahaan A
mempunyai biaya tetap berupa pajak properti, biaya sewa, serta gaji eksekutif sejumlah 100 juta.
Sedangkan biaya variabel perusahaan tersebut untuk memproduksi botol air adalah 2 ribu per
unit, dengan harga jual 12 ribu.
Agar bisa mengetahui Break Even Point, kamu bisa menghitungnya menggunakan rumus:

BEP = 100.000.000 / (12.000-2.000)= 10.000


Berdasarkan perhitungan tersebut, Perusahaan A harus menjual sebanyak 10 ribu unit agar bisa
mencapai Break Even Point atau titik impas bisnisnya

Faktor Peningkat Break Even Point


Menghitung BEP memang menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan perusahaan atau
pebisnis. Nilai dari titik impas tersebut bisa menurun atau meningkat, berdasarkan sejumlah
faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan Break Even Point.
 Peningkatan Penjualan
Saat terjadi peningkatan penjualan oleh konsumen, artinya terdapat permintaan lebih tinggi.
Menanggapi hal tersebut, perusahaan tentu perlu meningkatkan aktivitas produksinya.
Imbasnya, BEP akan mengalami kenaikan guna menutup biaya penambahan produksi
tersebut.
 Biaya Produksi Meningkat
Biaya produksi yang meningkat juga bisa menjadi faktor yang melonjakkan Break Even
Point. Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri dalam berbisnis saat permintaan produk atau
penjualan pelanggan tetap sama, namun biaya variabelnya meningkat. Tidak hanya biaya
produksi, BEP juga bisa meningkat akibat kenaikan biaya sewa gedung, gaji karyawan,
ataupun biaya utilitas.
 Perbaikan Peralatan
Faktor lainnya yang bisa meningkatkan BEP adalah perbaikan alat, yang juga bisa mencakup
masalah pada jalur produksi. Saat hal tersebut terjadi, kenaikan BEP juga terjadi, itu semua
karena jumlah target unit yang tidak bisa diproduksi sesuai kerangka waktu yang telah
ditentukan. Peralatan yang gagal beroperasi atau menghasilkan produk gagal juga bisa
berujung pada meningkatnya biaya operasional, sehingga titik impasnya menjadi lebih
tinggi.
Untuk menekan kenaikan Break Even Point tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan,
yaitu dengan menaikkan harga jual produk, atau melakukan outsourcing. Dengan
menurunkan BEP, bisnis jadi lebih mampu untuk menghasilkan untung lebih tinggi.

2)CONTRIBUTION MARGIN

Margin kontribusi adalah suatu nilai pendapatan bersih setelah dikurangi dengan berbagai
biaya variabel jika dirumuskan, maka akan terlihat seperti ini:

Margin Kontribusi = Pendapatan Bersih – Biaya Variabel

Berdasarkan rumus tersebut bisa kita lihat bahwa terdapat dua komponen penting yang
digunakan dalam menghitung margin contribution, yakni penjualan bersih atau pendapatan
bersih dan juga biaya variabel.Jika membuat suatu produk ataupun memberikan suatu jasa dan
memberikan biaya variabel seperti biaya packing dan ongkos kirim, maka nilai sisanya adalah
margin kontribusi.Hal ini menjadi cara yang berbeda dalam memaknai laba bisnis. Pada
implikasinya, margin contribution digunakan sebagai alat untuk melihat seberapa banyak
pendapatan penjualan bisnis agar bisa menutupi biaya tetap setelah mengeluarkan unsur biaya
variabel.

Contoh perhitungan margin kontribusi perusahaan


Jika suatu perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur memproduksi alat kalkulator
dengan penjualan bersih nya sebesar 800 juta rupiah.Biaya variabel seperti biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya utilitas, biaya pengiriman, dan biaya yang
berhubungan dengan produksi lainnya adalah senilai 600 juta rupiah. Maka, berapakah margin
kontribusi dari perusahaan tersebut?

Diketahui:
Penjualan bersih = Rp800 juta
Biaya variabel = Rp 500 juta
Penyelesaiannya:
Margin kontribusi = penjualan bersih – Biaya variabel
Margin kontribusi = Rp 800 juta – Rp 500 juta
Margin kontribusi = Rp 300 juta

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa margin kontribusi dari
perusahaan tersebut adalah Rp 300 juta. Itu artinya, perusahaan tersebut mempunyai dana 300
juta rupiah untuk menutupi biaya tetapnya dan sisa margin setelah biaya tetapnya ditutupi
dengan laba perusahaan.

Analisis dan Penilaian Margin Kontribusi


Pihak manajemen Perusahaan bisa menggunakan contribution margin untuk menentukan
keputusan dalam hal produksi dan menetapkan harga produk dalam usahanya. Konsep ini akan
sangat membantu pihak manajemen perusahaan dalam menghitung titik impas atau break even
point pada Lini produk ataupun unit kerja tertentu.Pihak manajemen perusahaan bisa
menggunakannya untuk memahami berapa harga yang bisa mereka tetapkan pada suatu produk
agar bisa menghindari adanya kerugian saat produksi meningkat dan skala produksi yang
semakin terus berkembang.
Tingkat pengukuran ini juga akan membantu manajemen perusahaan dalam memahami
produk dan operasi mana yang akan menguntungkan atau departemen mana yang memang perlu
dihentikan ataupun ditutup secara permanen.Pihak manajemen perusahaan juga berhak
menggunakan perhitungan ini sebagai tujuan manajemen pendapatan.

Laba Margin Kontribusi: Rumus dan Fungsinya Terhadap Break Even Point
cara perhitungan rasio dalam margin kontribusi

Langkah pertama:
Rasio margin kontribusi = ( total penjualan – total biaya variabel): jumlah unit yang
dijual

Langkah kedua:
Break even point = Total biaya tetap/ margin kontribusi per unit

Analisa rasio margin kontribusi selain BEP dan rasio margin contribution, perusahaan
juga harus memahami dan juga melakukan analisa rasio keuangan. Dengan adanya analisis ini,
maka perusahaan bisa menilai performa berdasarkan berbagai data yang sudah tersaji dalam
laporan keuangan.

Terdapat 4 jenis rasio keuangan yang setiap pebisnis harus mengetahuinya:

 Rasio kegiatan seperti rasio perputaran piutang, rasio perputaran aktiva, dll.
 Rasio profitabilitas, seperti margin laba bersih, rasio pengembalian aset sampai dengan
penghasilan per saham perusahaan.
 Rasio solvabilitas seperti rasio utang atas aset
 Rasio likuiditas, seperti rasio lancar, rasio kas sampai rasio perputaran kas

Setiap rasio keuangan di atas memiliki fungsinya masing-masing, tapi akan sama-sama pukul
untuk digunakan. Fungsi yang paling utama adalah dalam memberikan informasi kepada
pebisnis bahwa perusahaan atau pebisnis dalam keadaan tertentu itu sedang mengalami
penurunan ataupun kemajuan.

3)MARGIN OF SAFETY

margin of safety adalah selisih dari nilai intrinsik suatu aset dan harga pasar aset tersebut.
Konsep margin keamanan mempertimbangkan dua faktor dalam pembelian suatu aset, yakni
nilai intrinsik aset dan harga jualnya. Perlu digarisbawahi bahwa nilai dan harga merupakan dua
hal yang berbeda. Nilai yaitu apa yang diperoleh, sedangkan harga adalah besar nominal yang
harus dibayar.

Pengaplikasian Konsep Margin of Safety di Bidang Investasi


Pembelian saham, atau barang apa pun yang berkualitas tinggi, tentu lebih
menguntungkan jika bisa diperoleh dengan harga murah atau lebih rendah dari harga pasar.
Dalam berinvestasi saham, konsep margin keamanan berprinsip bahwa pembelian saham hanya
dilakukan ketika harganya berada di bawah nilai intrinsik atau undervalued. Mengetahui nilai
intrinsik sebuah aset menjadi sesuatu yang esensial dalam pengaplikasian konsep margin of
safety.

Nilai intrinsik aset ialah nilai sebenarnya sebuah aset, dilihat dari berbagai aspek.
Misalnya bagi aset berupa saham perusahaan, nilai intrinsiknya berkaitan dengan keadaan
fundamental dan keuangan perusahaan. Sementara harga pasar merupakan harga saham
perusahaan di pasar modal pada kurun waktu tertentu. Bagi Warren Buffet, seorang investor
kawakan yang juga pengikut Graham, daripada menginvestasikan dana pada perusahaan dengan
nilai intrinsik biasa saja masih lebih baik berinvestasi pada perusahaan yang nilai intrinsiknya
tinggi, meskipun misalnya harga sahamnya tidak murah (selama masih masuk akal). Satu hal
yang perlu diingat, jangan sampai membeli saham dengan harga jual di atas nilai intrinsiknya.

Menurut Buffet, saat akan membeli saham pilihlah saham dari perusahaan yang
mempunyai laporan keuangan dengan pertumbuhan yang bagus setiap tahunnya. Selain itu,
perhatikan bagaimana performa kerja karyawannya. Pastikan perusahaan berkinerja baik, stabil,
dan bisnisnya prospektif.

Cara menghitung margin of safety


Cara menghitung margin of safety adalah selisih antara nilai intrinsik dengan harga jual
dikalikan 100 persen. Contohnya perusahaan dengan nilai intrinsik saham Rp2.000 dan harga
jual Rp1.000 maka besar margin keamanan saham itu ialah 50 persen atau Rp1.000.

Meningkatkan Margin of Safety


Untuk ruang lingkup investasi, menerapkan margin keamanan akan memberikan
perlindungan kala terjadi kesalahan pada perhitungan analis atau penilaian. Semakin tinggi
persentase margin keamanan, risiko berinvestasi di saham perusahaan yang dimaksud akan
semakin rendah. Lalu, bagaimana cara meningkatkan margin of safety saat berinvestasi saham?
Investor dapat meningkatkan margin of safety pada saham-saham undervalued.
Semakin jatuh harga saham undervalued, persentase margin keamanannya semakin
tinggi. Margin keamanan akan membatasi kerugian jika harga saham tersebut terus turun dan
meraup keuntungan lebih besar ketika harga saham kembali ke harga wajarnya.

Anda mungkin juga menyukai