Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Break Even Point

Masih banyak orang yang menyalah-artikan bahwa Break Even Point (BEP)
merupakan balik modal. Padahal balik modal dan Break Even Point memiliki
definisi yang berbeda.
Dalam istilah akuntansi, balik modal bisa diartikan sebagai return of
investment dimana yang dihitung adalah modal yang Anda keluarkan untuk
menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan keuntungan pada jangka
waktu tertentu.
Sedikit berbeda dengan balik modal, Break Even Point lebih memerhatikan
besaran biaya operasional yang dikeluarkan berdasarkan aktiva tetap dan
tidak tetap.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Break Even Point atau BEP
merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran
atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau yang
disebut dengan titik impas.
Lebih jelasnya, Harahap pada bukunya Analisis atas Laporan
Keuangan (2004) menjelaskan bahwa BEP merupakan kondisi dimana
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Itu artinya
semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi oleh
pendapatan dari penjualan produk.
Baca Juga: 5 Jenis Laporan Keuangan dan Pengertiannya
 

Fungsi Perhitungan Break Even Point


(BEP)
Berbeda dengan return of investment dimana berfungsi sebagai analisis
seberapa efisiensi penggunaan modal yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha, analisis BEP membantu bagaimana perusahaan bisa
mengefisiensikan produksinya untuk mencapai laba yang optimal.
Adapun fungsi atau tujuan perhitungan Break Even Point (BEP) sebagai
berikut.
1. Pengusaha mampu menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa
setelah BEP tercapai hal ini akan membantu perusahaan memproyeksikan
laba maksimumnya.
2. Pengusaha bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan.
Contohnya, mengurangi beban yang dianggap tidak perlu.
3. Mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hal ini
karena nilai BEP dengan harga produk dan laba memiliki hubungan linier. Itu
artinya jika salah satu nilai tinggi maka elemen lainnya juga tinggi.
4. Mampu mengetahui perubahan laba sehingga perusahaan bisa
mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan penjualan.
5. Pengusaha dapat menentukan margin untuk memperoleh keuntungan.
Intinya, adanya perhitungan BEP ini adalah sebagai pedoman bagi
pengusaha untuk mengefisiensikan produksi untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal.
Pengusaha bisa menetapkan kebijakan-kebijakan ekonomis bagi bisnisnya
pada periode mendatang. Pengusaha juga menjadi lebih jeli dalam
memberikan inovasi pada produk-produknya.
 

Komponen Pembentuk Break Even Point


Tentu tidak lengkap jika membahas perhitungan BEP tanpa mengetahui
komponen pembentuknya.
Ada empat komponen pembentuk perhitungan Break Even Point (BEP) yaitu
biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan pendapatan. Berikut
penjelasannya.
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang nilainya tidak berubah
meski ada perubahan operasional bisnis.
Perubahan yang dimaksud adalah ada atau tidaknya aktivitas operasional
perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Misalnya biaya
tenaga kerja, biaya sewa, atau biaya penyusutan peralatan.
Biaya Variabel (Variable Cost)
Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel nilainya berubah-ubah sesuai
dengan kapasitas produksi. Biaya variabel bisa saja meningkat atau menurun
sesuai dengan permintaan.
Misalnya biaya bahan baku, biaya transportasi, atau biaya lainnya yang
berkaitan langsung dengan kapasitas produksi.
Harga Jual (Price)
Harga jual merupakan besaran harga setelah menentukan seluruh biaya
produksi ditambah dengan nilai keuntungan atau margin. Harga jual biasanya
dihitung per-unit setelah produksi.
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan atau penghasilan merupakan perhitungan hasil yang didapat dari
penjualan. Jumlah pendapatan didapat dari harga jual dikalikan dengan
jumlah produk yang terjual.
Nilai pendapatan berfungsi untuk proyeksi pendapatan pada periode
selanjutnya dengan nilai keuntungan dan/atau jumlah unit dan harga yang
berbeda.
 

Perhitungan Break Even Point (BEP)


Break Even Point atau BEP umumnya dapat dihitung menggunakan tiga
metode; metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafik.
Meskipun memiliki perbedaan bentuk atau variasi analisis, namun pada
dasarnya hasil akhirnya tetap sama.
Berikut penjabaran metode perhitungan Break Even Point.
Metode Persamaan
Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan
laba rugi.
Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa
yang harus diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk
– Biaya variabel setiap unit produk
Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang
harus diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai
berikut.
BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap
Unit Produk / Harga Jual Per Unit)
atau
BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya
Variabel) x Harga Jual per Unit
BEP untuk produk ganda
BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]
Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan
harga jual.
Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam
rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin.
Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama dengan nol sehingga
menghasilkan jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.
Metode Kontribusi Unit
Metode kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin
kontribusi. Margin kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari
hasil penjualan dengan biaya variabel.
Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat mengetahui berapa
keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual dengan mengukur hasil
dari penjualan terhadap keuntungan.
Margin kontribusi unit = Pendapatan – Biaya variabel (Variable Cost)
Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan
Berdasarkan dasar rumus di atas akan menghasilkan rumus:
BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit
atau
BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)
Sedangkan untuk satuan rupiah:
BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi
Metode Grafik
Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat
digambarkan melalui metode grafik.
Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis
horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal.
Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume
penjualan dan garis biaya.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah ini.
Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi
kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit).
Grafik BEP mampu mempermudah pengusaha untuk melihat dan
mengevaluasi perubahan volume tahun lalu dan memproyeksikan volume
penjualan pada tahun selanjutnya.
Menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2012),
melalui grafik BEP, hal yang penting bagi pengusaha untuk diperhatikan
adalah selama harga jual melebihi biaya variabel, maka penjualan yang lebih
banyak akan menguntungkan perusahaan baik dengan meningkatkan laba
atau mengurangi kerugian.
Sehingga penting bagi perusahaan tetap beroperasi untuk mencegah
kerugian yang lebih besar lagi.
 

Contoh Perhitungan Break Even Point


(BEP)
Untuk membuktikan dan bisa lebih memahami analisis titik impas atau BEP,
Anda bisa melihat contoh soal berikut ini.
Contoh:
Sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan rumah tangga ingin
mengetahui berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik
impas.
Biaya tetap produksinya Rp 100.000.000 dan biaya variabel atau tidak tetap
per-unit sebesar Rp 250.000. Harga jual per-unitnya sebesar Rp 500.000. 
Berapakah unit yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut mencapai
BEP?
Diketahui:
Biaya tetap produksi (Fixed Cost): Rp 100.000.000
Biaya variabel per unit: Rp 250.000
Harga jual per unit: Rp 500.000
Menghitung BEP dalam Unit maka persamaan yang digunakan adalah:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk
– Biaya variabel setiap unit produk
BEP (Unit) = 100.000.000 / (500.000 – 250.000)
BEP (Unit) = 100.000.000 / 250.000
BEP (Unit) = 400 unit
Jadi, perusahaan tersebut harus memproduksi peralatan rumah tangga
sebanyak 400 unit mencapai Break Even Point (BEP).
Untuk perhitungan berapa rupiah agar mencapai BEP maka;
BEP (Rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel
Setiap Unit Produk / Harga Jual Per Unit)
BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 250.000/500.000)
BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 1/2)
BEP (Rupiah) = Rp 200.000.000
Jadi, perusahaan tersebut harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp
200.000.000 untuk mencapai titik impasnya.
Tidak sampai di situ, melalui perhitungan tersebut perusahaan bisa
memproyeksikan target laba yang diinginkan menggunakan rumus:
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga Jual Per Unit – Biaya
Variabel)
Katakanlah perusahaan tersebut menargetkan laba sebesar Rp 50 juta per
bulan maka,
BEP – Laba = (100.000.000 + 50.000.000) / (500.000 – 250.000)
BEP – Laba = 150.000.000 / 250.000
BEP – Laba (untuk target unit) = 600 unit
BEP – Laba (untuk target penjualan) = (jumlah unit x harga jual) = 600 x Rp
500.000 = Rp 300.000.000
Untuk membuktikan bahwa penjualan 600 unit bernilai Rp 300.000.000,
perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp 50 juta, maka bisa menggunakan
metode berikut.
= Penjualan – (Biaya Tetap + Total Biaya Variabel)
= 300.000.000 – (100.000.000 + (600 unit x 250.000))
= 300.000.000 – 250.000.000
= Rp 50.000.000
Baca Juga: Laporan Keuangan UKM, Hal-Hal yang Wajib Anda Ketahui
Kesimpulan
BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan
dimana pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus
dijual atau berapa rupiah keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik
impasnya.
Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-
langkah yang akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi,
variasi produk, hingga hal-hal yang bersifat operasional agar perusahaan
mampu mencapai keuntungan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai