Anda di halaman 1dari 15

1.

Definisi dan Asumsi Yang Mendasar BEP


Definisi
Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana perusahaan
dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi atau dengan kata lain
jumlah biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah pendapatan. Break Even Point memiliki
fungsi agar perusahaan dapat merencanakan tingkat penjualan yang diinginkan agar terhindar
dari kerugian dan perusahaan dapat memperoleh laba optimal.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian Break Even Point (BEP) dari beberapa sumber
buku:

 Menurut Horngren dkk (2006:448), break even point atau titik impas merupakan suatu
tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan sama dengan total
pengeluaran. 
 Menurut Simamora (2012:170), BEP atau titik impas adalah volume penjualan dimana
jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun rugi bersih. 
 Menurut Hansen dan Mowen (2011:4), titik impas (break even point) adalah titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. 
 Menurut Yamit (1998:62), BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan
besarnya sama dengan total biaya (TR=TC). 
 Menurut Prawirosentono (2001:111), Break Even Point Analysis (BEP) merupakan titik
produksi, dimana hasil penjualan sama persis dengan total biaya produksi. 
 Menurut Mulyadi (2000:232), impas (Break Even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas
jika jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi
hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. 
 Menurut Bustam dan Nurlela (2006:208), Break Even Point adalah suatu keadaan dimana
perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan total jumlah biayanya atau
besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya tetap, dengan kata lain perusahaan
ini tidak untung dan tidak rugi. 
 Menurut Garrison (2006:335), Break Even Point adalah tingkat penjualan dimana laba
sama dengan nol, atau total penjualan sama dengan total beban atau titik dimana total
margin kontribusi sama dengan total beban tetap.

Asumsi Yang Mendasari BEP


Analisis Break Even Point membutuhkan asumsi tertentu sebagai dasarnya. Bila asumsi dasar
salah satunya mengalami perubahan, maka akan berpengaruh pada posisi titik impas, sehingga
perubahan tersebut akan berpengaruh juga terhadap laba perusahaan.

Terdapat beberapa asumsi dasar dalam analisis Break Even Point yaitu (Horngren dkk,
2006:447):

1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume. 


2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan) baik sebagai
biaya variabel maupun biaya tetap. 
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya. 
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah. 
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan merupakan
kombinasi produk yang membentuk total penjualan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2000:260-261), asumsi yang mendasari break even point adalah:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya tetap
akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan break even
point, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan. 
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika
dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau dengan
memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas produksi
akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan tarif
upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang dipakai sebagai dasar perhitungan
break even point, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 
5. Efisiensi produk dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya karena
adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau perubahan metode
produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan menjual lebih
dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi apabila
komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan
penjualan.

2. Perhitungan BEP, Laba, MOS (Titik Imbas)

Dalam bahasa umum, BEP dapat disebut juga sebagai Titik Pulang Pokok. Titik Pulang
pokok memiliki makna saat/kapan modal yang digunakan akan kembali. Dalam menghitung
“saat atau kapan” ini, ada dua metode penghitungan yang dapat kita pilih yaitu saat jumlah
produksi mencapai berapa unit dalam hal ini disingkat dengan (Q) ? Atau saat total penjualan
mencapai berapa harga berapa rupiah atau disingkat dengan (P)?

Adapun rumus/formula dari dua metode tersebut diatas adalah sebagai berikut :

 BEP-Unit              = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)
 BEP-Rupiah         = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)

Penjelasan Rumus :

 BEP Unit / Rupiah =  Titik pulang pokok


 Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang
berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya
asuransi. Dll.
 Biaya Variable adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll
 Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
 Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di
produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
 Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variable per
unit.

Untuk lebih jelasnya marilah kita aplikasikan rumus tersebut dalam contoh kasus dibawah ini :

Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini :

1) Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :

Biaya Gaji Pegawai + Pemilik                                       = Rp.75,000,000

Biaya Penyusutan Mobil Kijang                                  = Rp.  1,500,000

Biaya Asuransi Kesehatan                                            = Rp.15,000,000

Biaya Sewa Gedung Kantor                                         = Rp.18,500,000

Biaya Sewa Pabrik                                                        = Rp.30,000,000

2) Biaya Variable per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :

Biaya Bahan Baku                                                          = Rp.35,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung                                     = Rp.25,000

Biaya Lain                                                                      = Rp.15,000

3) Harga Jual per Unit Rp.95,000.

Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun
dalam rupiah :

BEP unit adalah

= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)

= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)

= Rp.140juta / Rp.20,000

= 7,000 unit
BEP Rupiah adalah

= Biaya Tetap / (Kontribusi Margin per unit : Harga per unit)

= Rp.140 juta / (Rp.20,000 : Rp. 95,000)

= Rp.140juta  / 0.2105

= Rp.665,083,135

Penjelasan perhitungan BEP :

Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju Terus
harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit,
maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665,083,135.

Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba

Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai
manager atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal penjualan
untuk mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang
ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki.

Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda harus
capai adalah sebagai berikut :

BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable per unit)

BEP – Laba = (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)

BEP – Laba = Rp.215juta / Rp.20,000

BEP – Laba = 10,750 unit atau

BEP – Laba = Rp.1,021,250,000 (10,750 unit x Rp.95,000)

Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak 10,750
unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.

A Penjualan (10,750 unit x Rp.95,000) Rp.1,021,250,000


B Dikurangi :
1. Biaya Tetap Rp.140,000,000
2. Biaya Variable (10,750 x Rp.75,000) Rp.806,250,000
Total Biaya Rp.   946,250,000
C Laba / (Rugi) Rp.     75,000,000
Terbuktikan…!

Efek perubahan “sales-mix” terhadap BEP


- Sales-mix untuk mencari break-even point dari dua atau lebih produk yang dihasilkan
perusahaan.
- Apabila ada perubahan sales-mix, maka BEP-nya secara totalitas akan berubah.
- Perhitungannya dengan cara mencari break-even point satu jenis produk karena adanya variable
cost dan harga jual per unit yang berbeda dari masing-masing jenis produk.

Contoh:
Perusahaan “IndoJaya” bergerak dalam bidang produksi “kain batik” dan “stagen” merencanakan
perluasan daerah pemasarannya.
Penjualan kain batik direncanakan sebesar 25.000 unit @ Rp 3.500 dan stagen sebesar 15.000
unit @ Rp 1.000.
Variable cost untuk setiap jenis produk adalah Rp 2.000 per unit kain batik, dan Rp 600 per unit
stagen.
Fixed cost untuk kedua jenis produk tersebut adalah Rp 28.275.000.

Hitunglah break-even point untuk kedua jenis produk tersebut!


Keterangan                                Kain Batik              Stagen                       Total
Penjualan                                  87.500.000            15.000.000            102.500.000
Fixed Operation Cost                      -                              -                       28.275.000
Variabel Operating cash            50.000.000              9.000.000               59.000.000

28.275.000
(102.500.000-59.000.000)/102.500.000

 = Rp. 66.625.000,- (pembulatan)


Margin of Safety (MoS)
       Margin of Safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh volume
penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata
lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak
mengakibatkan kerugian.

       Misalnya margin of safety ditemukan 30%, artinya realisasi penjualan dipertahankan jangan
sampai turun lebih dari 30%. Apabila realisasi penjualan turun lebih dari 30%, maka perusahaan
akan menderita kerugian, sedang bila penurunan sampai 30% perusahaan dalam kondisi Break
even yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut.
1.penjualan MoS yang direncanakan
MoS = Penjualan per budget      x 100
            Penjualan per titik impas

2. Penjualan MoS
MoS = penjualan per budget – penjualan per titik impas  x 100
                               penjualan per budget

Mencari Margin of safety :


sales budget/rencana penjualan = 50 juta
penjualan per BEP = 37,5 juta
= 133,33 %
Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 33,33 %
dari penjualan break even.
33,33 % X Rp 37 500 000= Rp 12.500.000,-
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang
direncanakan.

Atau bisa juga dihitung :


(sales budget-sales BE)/sales budget
(Rp 50 juta- Rp 37,50 juta)/Rp 50 juta= 25 %
Artinya penjualan tidak boleh turun lebih dari 25 % penjualan yang direncanakan.
25 % X Rp 50 juta = Rp 12 500 000,-
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang
direncanakan.

3. Break Even Point (BEP) Untuk Produk Lebih Dari Satu

Contoh :
Perusahaan Tantar Matono yang bergerak dalam bidang produksi KAIN BATIK dan
STAGEN merencanakan perluasan daerah pemasarannya yang meliputi Wilayah Jawa
Timur, Bali, Lombok dan Surabaya.
Penjualan KAIN BATIK direncanakan sebesar 25.000 unit @ Rp. 3.500,- dan STAGEN
sebesar 15.000 unit @ Rp. 1.000,-
Variabel operating cost masing-masing jenis produk adalah Rp. 2.000,- perunit untuk
KAIN BATIK, dan Rp. 600,- perunit untuk STAGEN.
Fixes operating cost untuk kedua jenis produk adalah Rp. 28.275.000,-
Hitunglan break even point untuk kedua jenis produk tersebut dalam rupiah maupun
dalam unit penjualan.

Jawab :
BREAKEVEN DALAM RUPIAH

Keterangan Produk Total


Kain batik Stagen

- Penjualan 87.500.000 15.000.000 102.500.000


- Fixed operating cost - - 28.275.000
- Variable operating cost 50.000.000 9.000.000 59.000.000

FC 28.275.000
BEP = --------------- = ------------------------------------
1 - TVC/S 1 - 59.000.000 / 102.500.000

28.275.000
= ------------------- = Rp. 66.625.000,- (dibulatkan)
0,4243902

BREAK EVEN DALAM UNIT

UNIT PERBANDINGAN CONTRIBUTION CONTRIBUTION


PENJUALAN PENJUALAN MARGIN MARGIN
(UNIT) PERUNIT (Rp.) TERTIMBANG

BATIK 25.000 25.000 / 40.000 1.500 937,50

STAGEN 15.000 15.000 / 40.000 400 150

40.000 1.087,50

FIXED COST 28.275.000


BEP = -------------------------------- = --------------- = 26.000 UNIT
CONTIBUTION MARGIN 1.087,50

JADI BEP UNTUK KEDUA JENIS PRODUK TERSEBUT TERCAPAI PADA PENJUALAN
26.000 UNIT.

BEP UNTUK MASING-MASING PRODUK ADALAH :

KAIN BATIK : 25.000 / 40.000 X 26.000 Unit = 16.250 UNIT

STAGEN : 15.000 / 40.000 X 26.000 Unit = 9.750 UNIT

UNTUK MENGUJI KEBENARANNYA, MAKA PERLU DIBUKTIKAN SBB :

Keterangan Produk Total


Kain batik *) Stagen *)

- Penjualan 56.875.000 9.750.000 66.625.000

- -
- Fixed operating cost 32.500.000 5.850.000 28.275.000
- Variable operating cost + 38.350.000
EBIT (Keuntungan bersih) 0

KETERANGAN :

PENJUALAN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.3.500 = Rp. 56.875.000,-


PENJUALAN STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.1.000 = Rp. 9.750.000,-

VARIABEL OPERATING COST :


KAIN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.2.000 = Rp. 32.500.000,-
STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.600 = Rp. 5.850.000,-

4. Aplikasi Manajerial dari Analisis Biaya-Volume-Laba

a) Menentukan Titik Impas dalam Unit


Titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana
laba sama dengan nol.
 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laporan laba rugi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variable – Beban tetap
Atau
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit) – (Biaya variable per unit x Jumlah unit) –
Total biaya tetap
 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Titik Impas
Marjin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variable.
Pada titik impas, marjin kontribusi sama dengna beban tetap. Unit titik impas
labih cepat dihitung dengan memfokuskan pada margin kontribusi.
Jumlah unit = Biaya tetap : Marjin kontribusi per unit
 Penjualan Per Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba
Target laba di sini adalah laba operasi di atas nol(titik impasnya), yang dapat
dinyatakan dengan jumlah dolar atau sebagai persentase dari pendapatan
penjualan.
 Target Laba Setelah Pajak
Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan, karena pajak
yang dibayarkan untuk laba nol adalah nol. Apabila perusahaan ingin
menghasilkan laba bersih tertentu, target laba dinyatakan sebagai laba bersih,
maka harus ditambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba
operasi.
Laba bersih = Laba operasi – Pajak = Laba operasi – (Tarif pajak x Laba
operasi) = Laba operasi (1 – Tarif pajak)
atau
Laba operasi = (Laba bersih) : (1- Tarif pajak)

b) Menentukan Titik Impas dalam Rupiah Penjualan


Untuk menghitung titik impas dalam rupiah penjualan, biaya variable didefinisikan sebagai
suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual.
Rasio biaya variable merupakan bagian dari setiap rupiah penjualan yang harus digunakan
untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya variabel = (biaya variabel per unit)/(harga jual
per unit).
Rasio margin konstribusi adalah bagian dari setiap rupiah penjualan yang tersedia untuk
menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Maka berdasarkan pengertian tersebut dapat
dirumuskan bahwa Rasio margin kontribusi = (margin kontribusi per unit)/(harga jual per
unit).
Untuk biaya tetap, terdapat tiga kemungkinan: jika biaya tetap yang sama dengan margin
kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas.
Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi maka perusahaan menghasilkan laba
(atau laba operasi positif) dan terakhir, jika biaya tetap yang lebih besar dari margin
kontribusi, perusahaan mengalami kerugian operasi. Jadi, titik impas dalam rupiah penjualan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Operasi = Penjualan – (Rasio biaya variabel X penjualan) – biaya tetap
Target Laba dan Pendapatan Penjualan
Menentukan penjualan perusahaan untuk menghasilkan target laba yang dingiinkan, dengan
cara:
Penjualan = (biaya tetap + target laba)/(rasio margin kontribusi)

c) Analisis Multiproduk
Dalam analisis multiproduk, perlu dilakukan pemisahan antara beban tetap langsung dan beban
tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan
akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak
dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
Margin produk impas masing masing produk hanya akan menutup biaya tetap langsung.
Sementara itu, biaya tetap umum masih belum tertutupi. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan bauran penjualan atau sales mix. Bauran penjualan
adalah kombinasi relatifdari berbagai produk yang dijual perusahaan.
Penentuan bauran penjualan memungkinkan untuk mengkonversi masalah multiproduk ke dalam
format CVP produk tunggal. Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual
per paket dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket
tersebut diperlukan bauran penjualan, harga setiap produk dan setiap biaya variabel. Paket impas
= (total biaya tetap)/(margin kontribusi per paket)

d) Representasi Grafis dari Hubungan CVP


Grafik Laba Volume
Grafik laba volume (Profit Volume Graph) menggambarkan hubungan antara laba dan volume
penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi
(laba operasi = (harga x unit) – (biaya variabel per unit x unit) – biaya tetap). Dalam grafik ini,
laba operasi merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas
biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.
Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya volume laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,
volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah, garis total pendapatan dan garis total biaya. Persamaan dari garis ini
adalah :
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + biaya tetap
Asumsi – Asumsi Pada Analisis Biaya Volume Laba
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear.
2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan
3. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.
5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

e) Perubahan dalam Variabel CVP


Ada beberapa cara untuk manajer menghadapi resiko dan ketidakpastian. Pertama,
pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya, dan kuantitas di
masa depan. Selanjutnya para manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke
pertimbangan kisaran titik impas. Para manajer juga dapat menggunakan analisis
bagaimana-jika (what if) selain analisis sensitivitas.
Margin pengamanan (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual
atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan melebihi volume
impas. Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari resiko.
Pengungkit operasi (operating leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk
menciptakan perubahan presentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan
berubah. Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk tingkat
penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap
laba.
Tingkat pengungkit operasi = margin kontribusi/laba operasional

f) Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori : biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit
dan non-unit.
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan
dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda. Beberapa biaya yang
sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak. Kedua,
pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel non-unit : satu
untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan
dengan keberlanjutan produk.Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel
per unit yang dijual berkurang dan biaya tetap bertambah.

Anda mungkin juga menyukai