Anda di halaman 1dari 6

Fransisca Ervin

F0218042
1. Pengaruh social apa saja yang telah menyebabkan lambannya pengembangan bahan
bakar hayati di Indonesia?
Jawab :
Biofuel generasi pertama memiliki masalah moral yang serius, berupa pasokan
pangan global. Di dunia, dimana hampir satu miliar orang dilanda kelaparan, timbul
pertanyaan apakah layak untuk memproduksi bahan bakar dari bahan pangan. Jika
biofuel menguntungkan bagi petani, mereka mungkin akan menanam tanaman pangan
untuk tujuan bahan baku produksi biofuel, yang berarti akan mengurangi jumlah bahan
pangan di pasaran. Berkuranganya bahan pangan berarti harganya akan semakin tinggi,
inflasi meningkat, dan tentu saja akan ada lebih banyak orang lapar di dunia. Ini adalah
alasan mengapa banyak orang yang menentang produksi biofuel generasi pertama karena
produksi pangan harus jauh lebih dipentingkan daripada produksi bahan bakar, terlepas
dari keuntungannya yang tinggi. Biofuel juga membutuhkan sejumlah besar air yang
digunakan untuk irigasi bagi tanaman bahan bakunya, dan hal ini bisa menyebabkan
masalah kekurangan air. Juga, meskipun terdapat banyak kemajuan di industri mobil,
tetapi sebagian besar mobil masih belum benar-benar dirancang untuk berjalan
menggunakan bahan bakar biofuel.
Selain itu, ada beberapa factor lainnya yang menjadi beberapa pertimbangan
dalam mengembangkan biofuel yaitu Teknologi produksi biodiesel dan bioetanol
sebenarnya relatif tidak sulit. Perangkat lunak dan kerasnya mudah dikembangkan dan
dikuasai oleh bangsa Indonesia. Tantangan yang ada adalah bahwa teknologi
domestik untuk memproduksi biodiesel ini sampai sekarang masih pada kapasitas
yang kecil (< 15 ton /hari) Untuk mampu berkompetisi harus dibuktikan pada kapasitas
ratusan ton/hari. Solusinya adalah : perlu dikembangkan inovasi proses teknologi.Salah
satu inovasi yang menawarkan solusi ini adalah pengembangan proses produksi biodiesel
secara kontinyu dengan distilasi reaktif. Proses produksi biodiesel masih banyak
dilakukan secara batch. Ini hanya akan menguntungkan jika untuk produksi skala kecil,
namun untuk skala besar akan lebih ekonomis jika proses dilakukan secara kontinyu. Dan
agar proses produksi biodiesel lebih efisien, perlu dilakukan usaha untuk
mengintegrasikan antara unit reaksi dan unit pemisahan pada satu unit reaksi. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan distilasi reaktif (reactive distillation), merupakan alat
Fransisca Ervin
F0218042
yang mengkombinasikan antara distilasi dan reaksi dalam satu unit kolom. Reaktan
diubah menjadi produk pada zona reaksi dan secara simultan dilakukan pemisahan
produk, serta pengembalian (recycle) sisa reaktan ke zona tersebut. Dengan proses ini
diharapkan akan lebih menguntungkan, karena dua unit proses hanya menjadi satu proses
saja, produk hasil bisa lebih murni dan konversi lebih tinggi.
Selain itu, ada beberapa aspek juga yang mempengaruhi pembembangan bahan
bakar hayati, yaitu adanya anggapan bahwa “ Biofuel hanya menambah tekanan yang
ada terhadap hutan “ hal ini berarti bahwa produksi biofueel yang digadang-gadang
dapat mengurangi atau bahkan menggantikan bahan bakar fosil yang ada justru malah
mengancam keberadaan hayati kita sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa ketika
memproduksi biofuel membutuhkan banyak bahan baku hayati, hal ini juga disimpulkan
bahwa apabila kita menggunakan terlalu banyak bahan hayati kita untuk memproduksi
biofuel maka keberadaan hutan akan terancam apabila tidak dibarengi dengan
penanaman atau konservasi kembali. Hal tersebt juga akan berpengaruh pada keadaan
social-ekonomi kita sendiri dimana terjadi ketimpangan penggunaan lahan yang
digantikan.
2. Bagaimana factor-faktor psikologis mempengaruhi pengembangan dan pemanfaatan
bahan bakar hayati di Indonesia? Jelaskan
Jawab :
a. Motivasi
Keutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapa tingkat intensitas yang
kuat.Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan
meninterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia berarti.
Orang yang termotivasi pasti siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak
dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari
aliran informasi melalui liman indera kita: penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan perasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita
Fransisca Ervin
F0218042
menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam
caranya sendiri.
Dua produk yang bentuk, rasa, dan kandungannya sama dapat di
persepsikan berbeda, begitu konsemen melihat mereknya berbeda.
Jika konsumen mempresepsikan bahwa produk A memiliki keunggulan yang
berbeda dengan produk lain dan keunggulan itu sangat berarti bagi konsumen,
maka konsumen akan memilih produk A tersebut yang sebenarnya relatif
mirip dengan produk lainnya. Suatu proses presepsi akan diawali oleh suatu
stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan presepsi bisa
bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung
juga berbeda-beda.
c. Pengalaman membeli
Pengalaman membeli menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman. Pengalaman membeli terjadi melalui interaksi
dorongan, rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau
iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan
menbentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian.

Dilihat dari keempat aspek tersebut dapat kita pahami dan simpulkan bahwa
bahan bakar hayati masih terbilang baru dan awam bagi masyarakat Indonesia,
ditambah lagii dengan kebudayaan kita ataupun kebiasaan masyarakat dalam lebih sering
menggunakan bahan bakar fosil dalam kehudiupan sehari-hari. Hal tersebut tentunya
akan sedikit susah bagi masyarakat Indonesia untuk langsung berpindah dari bahan bakar
fosil ke bahan bakar hayati, apalagi tidak didukung dengan teknologi ataupun
infrastruktur yang mengahruskan atau mewajibkan masyarakat untuk menggunakan
bahan bakar hayti. Faktor psikologis yang cukup mempengaruhi yaitu terdapat pada
aspek 2 dan 3 yaitu persepsi dan pengalaman pembeli. Dalam hal persepsi,
dikarenakan bahan bakar hayati ini masih terlihat awam dan tabu di Indonesia, mungkin
masyarakat akan bertanya-tanya apakah produk ini adalah produk yang aman bagi
Fransisca Ervin
F0218042
kendaraan sehingga belum tercipta persepsi yang baik dan benar mengenai bahan bakar
hayati ini sendiri padahal kita tahu bahwa bahan bakar hayati ini tentunya sangat
berdampak baik bagi lingkungan apabila dibandingkan dengan bahan bakkar fosil. Selain
itu juga, factor pengalaman pembeli juga cukup mempengaruhi perkembangan bahan
bkar hayati di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari belum banyak perussahaan yang
menjual ataupun memasarkan produk bahan bakar hayati ini secara bebas dan terbuka,
sehingga mungkin bahkan belum banyak kalangan dan masyarakat di Indonesia ini yang
tahu mengenai bahan bakar hayati. Ditambah lagi belum banyak kalangan masyarakat
Indonesia yang pernah membeli ataupun bahkan mencoba bahan bakar hayati ini,
sehingga “review” nya bisa terbilang jarang .

3. Jika sebuah organisasi mengembangkan bahan bakar hayati untuk tujuan komersial, apa
yang perlu mereka ketahui tenatng peran pembelian konsumen agar peluncuran produk
dan upaya penjualan mereka berhasil?
Jawab :
Saat sebbuah organisasi ingin mengembangkan bahan bakar hayati untuk tujuan
komersial, hal tersebut tentunya sangat wajar untuk dilakukan. Terlebih lagi di era
saat ini yang sudah mulai mengganti bahan bakar fosil menuju bahan bakar hayati.
Namun ada satu hal pasti yang perlu dipahami oleh perusahaan atau organisasi bahwa “
tidak mudah untuk mengubah kebiasaan perilaku masyarakat “ dari yang
sebelumnya menggunakan bahan bakar fosil menjadi bahan bakar hayati. Hal
tersebut nantinya pasti akan menimbulkan ketimpangan atau bahkan mungkin culture lag
ataupun culture shock. Namun, tantangan tersebut tentunya akan terasa ringan apabila
perusahaan atau organisasi tersebut mampu mengatasi dengan cara yang baik. Hal
pertama yang mungkin perlu dilakukan oleh perusahaan dalam menangani hal tersebut
salah satunya yaitu dengan penyebaran persepsi yang baru. Dimana persepsi yang baru
ini ditujukan kepada pelanggan atau masyarakat agar mereka dapat mengetahui terlebih
dahulu apa itu bahan bakar hayati, manfaat sekaligus keunggulan serta bagaimana
bahan bakar hayati iini dapat menollong ataupun membantu lingkungan. Setelah
penyebaran persepsi yang dirasa cukup meluas dan kuat, barulah perusahaan atau
organisasi tersebut dapat menyebarkan produksi bahan bakar hayati nya secara meluas.
Namun, hal terakhir yang perluu digaris bawaahi disini yaitu bahwa proses teersebut
Fransisca Ervin
F0218042
tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak ( pemerintah, masyarakat dan pakar
lingkungan ).
4. Faktor-faktor apa yang mungkin berdampak terhadap keputusan pembeli bisnis untuk
membeli bahan bakar hayati?
Jawab :
A. Faktor Budaya
i. Budaya. Budaya, adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang
yang paling dasar. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai
budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat
bervariasi dari yang Negara yang satu dengan Negara yang lain.
ii. Sub Budaya. Sub budaya, merupakan bagian budaya yang lebih kecil
atau kelompok orang yang berbagi system nilai berdasarkan
pengalaman hidup dan situasi umum.
iii. Kelas Sosial Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif
permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan
perilaku yang sama.
B. Faktor Sosial
i. Kelompok. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan
tempat dimana seseorang menjadi anggotanya disebut keanggotaan.
Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan merek.
Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat
orang lain yang dihormati pembeli.
ii. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku
pembeli.
iii. Peran dan Status Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok
dapat didefenisikan dalam peran dan status. Orang biasanya memilih
produk sesuai dengan peran dan status mereka.

C. Faktor Pribadi
i. Umur. Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen
yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda.
Fransisca Ervin
F0218042
Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap merek.
ii. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
mereka beli.Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok
pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata pada produk dan jasa
mereka.
iii. Situasi Ekonomi/Pendapatan. Pemasar barangbarang yang sensitif
terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan
dan suku bunga.
iv. Gaya Hidup. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan
dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep
gaya hidup dapat membantu para pemasar memahami nilai konsumen
yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku
pembelian.
v. Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian dapat digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek
tertentu.
D. Faktor Psikologis
i. Motivasi. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat
yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
ii. Persepsi. Cara orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsi
dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari aliran informasi
melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba
dan perasa. Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen
menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian
yang tepat. Berdasar persepsi inilah konsumen tertarik dan membeli.
iii. Pengalaman membeli. Pengalaman membeli menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
iv. Keyakinan dan Sikap. Keyakinan akan menbentuk citra produk dan
merek yang mempengaruhi perilaku pembelian.

Anda mungkin juga menyukai