Kelompok 2
Universitas Brawijaya
Malang
Optimasi Ekonomi
(1+i)t
Model Persamaan
Disini P menunjukan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetapkan secara tepat.
Selain model persamaan, model tabel dan grafik seringkali digunakan untuk
menyajikan hubungan-hubungan ekonomi. Contoh nya pada tabel 2.1 tabel ini
menunjukan hubungan fungsional yang sama dengan persamaan TR = P x Q
serta gambar 2.1 yang menyajikan grafik berdasarkan pada persamaan
tersebut.
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Data pada tabel 2.2 menjelaskan bahwa laba marginal pada output 1
sampai output 7 adalah postif, dan aba total meningkat jika output meningkat
pada kisaran output tersebut. Namun karena pada output ke 8 pada laba
marginal menunjukan nilai yang negatif, maka laba akan menurun jika output
dinaikan mencapai tingkat tersebut. Hal ini terjadi karena memaksimasi fungsi
aba atau apa saja terjadi pada titik dimana hubungan marginal bergeser dari
positif ke negatif.
Hubungan antara nilai rata-rata dengan nilai marginal juga penting dalam
analisis pembuatan keputusan manajerial. Hal ini disebabkan karena nilai
marginal menunjukan perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal
tersebut lebih besar dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata tersebut sedang
menaik.
Data pada tabel 2.2 menunjukan untuk ouput yang ke 2 sampai yang ke 5,
laba marginal lebih besar dari laba rata-rata, dan pada setiap tingkat output
laba rata-rata meningkat, walaupun dari unit output yang ke 4 ke unit output 5
laba marginal turun dari Rp 43 menjadi Rp 39, tetapi laba marginal tersebut
masih lebih besar laba rata-rata pada tingkat output sebanyak 4 unit (Rp 34).
Oleh karena itu, sepanjang nilai marginal itu berada diatas nilai rata-rata, maka
nilai rata-rata tersebut akan naik. Laba marginal pada output sebanyak 6 unit
adalah Rp 35, sama dengan laba rata-rata pada 5 unit, demikian pula laba rata-
rata tidak berubah antara output sebesar 5 dan 6 unit. Akhirnya, laba marginal
dari output yang ke 7 dibawah laba rata-rata pada output sebesar 6 unit dan
menyebabkan laba rata-rata turun.
Grafik yang menunjukan hubungan antaar nliai total, marginal, dan rata-
rata
Perhatikan bahwa kurva laba total naik dari titik asal menuju titik C. Oleh
karena, garis-garis yang digambarkan yang bersinggungan dengan kurva laba
total menjadi lebih curam jika titik singgung tersebut mendekati C, maka laba
marginal naik sampai titik singgung tersebut. Ini juga dilukiskan pada gambar
(b) dimana kurva laba marginal mengkat sampai pada tingkat output Q1, sama
dengan titik C pada kurva laba total. Pada titik C tersebut, slope kurva laba total
adalah maksimu. Oleh karena itu laba marginal adalah maksimum pada titik itu.
Antara titik C dan E laba total terus meningkat karena aba marginal masih tetap
postif walaupun sudah turun. Pada titik E kurva aba total berslope nol dan hal
ini berarti tidak terjadi kenaikan maupun penurunan laba. Oleh karena itu, laba
marginal pada titik E tersebut ( output Q3 pada gambar b) sama dengan nol
dan laba total menjadi maksimum. Setelah melampaui titik E kurva laba total
berslope negatif dan laba marginal menjadi negatif.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara
nilai marginal dengan rat-rata juga ditunjukan pada gambar (b). Pada tingkat
output yang rendah, dimana kurva laba marginal terletak diatas kurva laba rata-
rata, maka kurva laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal
mencapai titik maksimum pada ouput Q1 dan kemudian turun, tetapi kurva laba
rata-rata terus meningkat sepanjang kurva laba marginal masih diatasnya.
Pada tingkat output Q2, laba marginal sama dengan laba rata-rata, dan pada
saat itu laba rata-rata mencapai nilai maksimumnya. Setelah melampaui otput
Q2, kurva laba marginal terletak di bawah kurva laba rata-rata, dan kurva laba
rata-rata tersebut mulai turun.
D. Kalkulus Deferensial
Konsep Turunan
𝑑𝑦 Δ𝑦
= lim
𝑑𝑥 𝑥→0 Δ𝑥
Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope
dari sebuah kurva pada sebuah titik. Gambar 2.4 menunjukkan konsep tersebut
dengan menggunakan kurva yang sama dengan gambar 2.3. perhatikan bahwa
pada gambar 2.4 slope rata-rata dari kurva tersebut antara titik A dan D dihitung
dengan cara berikut :
Δ𝑦 𝑌4 − 𝑌1
=
Δ𝑥 𝑋4 − 𝑋1
Dan ditunjukkan sebaga slope dari garis yang menghubungkan kedua titik
tersebut. Sama juga halnya, slope rata-rata dari kurva tersebut bisa dihitung
sepanjang interval-interval X yang semkain mengecil dan ditunjukkan oleh
garis-garis penghubung lainnya, seperti yang menghubungkan titik B dan C
dengan D. Pada limitnya jika X mendekati nol, maka perbandingan ∆Y/∆X
samadengan slope dari sebuah garis yang bersinggungan dengan kurva
tersebut pada titik D. Slope dari garis singgung ini didefinisikan sebagai
turunan( dY/dX) fungsi tersebut pada titik D; slope itu menunjukkan perubahan
marginal Y yng disebabkan oleh suatu perubahan X hyang sangat kecil pada
titik tersebut.
Gambar 2.4
Misalkan , variabel dependen Y adalah penerimaan total (TR), dan variabel
independen adalah output. Maka turunan dY/dx menunjukkan bagaimana
hubungan antara penerimaan dengan output pada suatu tingkat output tertentu.
Oleh karena perubahan penerimaan output didefinisikan sebagai penerimaan
marginal (MR), maka turunan TR samadengan MR tingkat output tertentu.
Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC): turunan
fungsi TC pada setiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal
cost (MC) ;pada output tersebut.
Mencari turunan dari suatu fungsi bukanlah merupakan pekerjaan yang sulit.
Rumus-rumus atau kaidah-kaidah dasar untuk pendeferensiasian disajikan
dibawah ini.
a) KAIDAH KONSTANTA
Turunan dari konstanta selalu nol, oleh karena itu jika Y = sebuah konstanta,
maka :
𝑑𝑦
=0
𝑑𝑥
Keadaan ini digambarkan pada gambar 2.5 untuk y=2. Oleh karena Y
didefinisikan sebagai konstanta, mala nilainya tidak berubah-ubah walaupun X
berubah, dan karena itu dY/dX pasti samadengan nol.
Gambar 2.5
b) KAIDAH PANGKAT
Y = a 𝑋𝑏
𝑑𝑦
= b.a. X (b-1)
𝑑𝑥
Notasi berikut ini akan digunakan terus sampai akhir bab ini untuk
menunjukkan sejumlah aturan diferensiasi :
Turunan dari suatu penjumlahan (atau selisih) sama dengan jumlah (atau
selisih) dari turuna secara individual. Oleh karena itu, jika Y = U + V maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑈 𝑑𝑉
= + 𝑑𝑋
𝑑𝑥 𝑑𝑋
𝑑𝑦
Maka : 𝑑𝑥 = 4X – 3X²
Turunan fungsi yang pertama (2X²) samadengan 4X diperoleh melalui
kaidah pangkat; turunan fungsi yang kedua (-X³) samadengan 3X² diperoleh
dengan cara yang sama; dan turunan fungsi secara total merupakan jumlah
dari turunan-turunan dari bagian-bagiannya.
d) KAIDAH PERKALIAN
Turunan dari perkalian antara dua fungsi adalah samadengan fungsi yang
pertama dikalikan dengan turunan dari fungsi fungsi yang kedua, ditambah
dengan fungsi yang kedua dikaliakn fungsi yang pertama. Oleh karena itu, jika
Y = U . V maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑉 𝑑𝑈
=𝑈 + V 𝑑𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑋
𝑑𝑉 𝑑𝑈
Misalnya, jika Y = 3X² (𝑑𝑋 ) + (3-X) (𝑑𝑥 )
= 3X²(-1) + (3-X)(6X)
= -3X² + 18X – 6X²
= 18X – 9X²
Faktor yang pertama 3X² dikalikan dengan turunan dari faktor yang kedua -
1, dan ditambah dengan faktor yang kedua (3-X) dikalikan dengan turunan
faktor yang pertama 6X.
Turunan dari hasil bagi dari suatu fungsi adalah sama dengan penyebut
yang dikalikan dengan turunan pembilang, dikurangi dengan pembilang
dikalikan dengan turunan penyebut, dan kemudian semuanya dibagi dengan
penyebut kuadrat. Maka, jika Y = U/V, maka:
𝑑𝑈 𝑑𝑉
𝑑𝑦 𝑉. 𝑑𝑋 – 𝑈. 𝑑𝑋
=
𝑑𝑥 𝑣2
f) KAIDAH RANTAI
Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi diperoleh dengan cara. Jika Y = f
(U), dimana U =g(X), maka :
𝑑𝑦 𝑑𝑌 𝑑𝑈
= + 𝑑𝑋
𝑑𝑥 𝑑𝑈
Langkah 1
𝑑𝑌
= 2 – 2U
𝑑𝑈
𝑑𝑦
= 2 – 2(2X³)
𝑑𝑥
= 2 – 4X³
Langkah 2
𝑑𝑈
= 6X²
𝑑𝑋
Langkah 3
𝑑𝑦 𝑑𝑌 𝑑𝑈
= x
𝑑𝑥 𝑑𝑈 𝑑𝑋
= ( 2 – 4X³) 6X²
= 12X² - 24𝑋 5
Jika suatu fungsi berada pada keadaan maksimum atau minimum, maka
slopenya atau nilai marginalnya pasti nol. Turunan suatu fungsi ditunjukkan
oleh slope atau nilai marginalnya pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu,
maksimisasi atau minimisasi dari suatu fungsi terjadi jika turunannya sama
dengan nol.
Disini 𝜋 = laba total dan Q adalah jumlah output. Jika output sama dengan
nol, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar Rp10.000,00(biaya tetap
atau fixed cost adalah Rp10.000,00). Tetapi jika output menungkat, maka laba
juga akan meningkat. Titik impas atau break event point dicapai pada saat
output berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar
100 unit dan setelah itu laba menurun.
Laba Marginal:
𝑑𝜋
M𝜋) = = 400 – 4Q
𝑑𝑄
400-4Q = 0
4Q = 400
Q = 100 unit
Oleh karena itu, jika Q=100, maka laba marginal sama dengan nol dan
laba total adalah maksimum.
𝜋 = 𝑎 𝑏𝑄 + 𝑐𝑄2 − 𝑑𝑄3
𝑑𝜋
= M𝜋 = −𝑏 + 2𝑐𝑄 − 3𝑑𝑄2
𝑑𝑄
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal:
𝑑2𝜋 𝑑𝑀𝜋
= = 2𝑐 − 6𝑑𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan
kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope
dari kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk
membedakan titik maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah
fungsi negative maka titik yang ditentukan adalah maksimum, demikian
sebaliknya.
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
𝑑𝜋
Laba marginal (m𝜋) = = −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄 2
𝑑𝑄
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik di mana turunan
pertama tersebut(laba marginal) sama dengan nol, maka:
𝑑𝜋
= −2.400 + 700𝑄 − 25𝑄 2 = 0
𝑑𝑄
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
𝑑𝜋
𝑀𝜋 = = 31,5 − 1,2𝑄 − 0,06𝑄 2
𝑑𝑄
Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada
tingkat Q=15 akan menunjukan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau
titik laba minimum. Turunan kedua tersebut adalah:
𝑑2𝜋 𝑑𝑀𝜋
= = −12 − 0.12𝑄
𝑑𝑄2 𝑑𝑄
𝑑𝑇𝑅 𝑑𝑇𝐶
MR = = 41,5 − 2,2𝑄 ; MC = = 10 − 𝑄 + 0,06𝑄 2
𝑑𝑄 𝑑𝑄
Y = 10 – 4X + (3Z)X – Z2
Karena Z dianggap konstan, maka turunan parsial Y pada X adalah :
𝜕𝑦
= 0 − 4 + 3𝑍 − 0
𝜕𝑥
= −4 + 3𝑍
𝜕𝑦
= 3𝑋 − 2𝑍
𝜕𝑧
Optimasi terkendala
𝑇𝐶 = 3𝑋 2 + 6𝑌 2 − 𝑋𝑌
Dimana output X merupakan hasil dari pabrik 1 dan Y merupakan hasil dari
pabrik 2. Manajer harus berusaha untuk menentukan kombinasi biaya
terrendah antara X dan Y dengan tunduk pada kendala bahwa produk total
harus 20 unit.
Kendala 𝑋 + 𝑌 = 20
Dengan menyelesaikan kendala X dan mensubtitusikan nilai tersebut kedalam
fungsi tujuan, maka: X = 20 – Y ; dan
= 1.200 − 120𝑌 + 3𝑌 2 + 6𝑌 2 − 20 𝑌 + 𝑌 2
𝑇𝐶 = 1.200 − 140 𝑌 + 10 𝑌 2
𝑑𝑇𝐶
= −140 + 20𝑌 = 0
𝑑𝑌
20𝑌 = 140
𝑌=7
X + 7 = 20
X = 13
Oleh karena produksi output pabrik 1 adalah 13 unit dan pabrik 2 adalah 7 unit
adalah kombinasi biaya terrendah dalam menghasilkan 20 unit produksi dari
perusahaan tersebut. Maka TC adalah
= 507 + 294 − 91
= 710
Daftar Pustaka