Anda di halaman 1dari 12

7.

4 ukuran pabrik dan skala ekonomi

Skala Ekonomi adalah fenomena turunnya biaya produksi perunit (Average Cost) yang terjadi bersamaan
dengan meningkatnya jumlah produksi (output) suatu perusahaan. Skala Ekonomi merupakan konsep
lama serta merujuk pada pengurangan biaya per unit pada saat ukuran fasilitas dan tingkat pemakaian
input lainnya meningkat.

Skala ekonomi terjadi tatkala biaya total rata-rata jangka panjang menurun bersamaan dengan
meningkatnya jumlah output. Ketika produksi semakin tinggi maka akan mengakibatkan suatu
perusahaan menambah kapasitas produksinya, dan pertambahan kapasitas ini akan menyebabkan
kegiatan produksi perusahaan menjadi bertambah efisien.

Skala ekonomi biasanya terjadi pada perusahaan yang mempunyai kapasitas besar, dimana perusahaan
baru akan sulit untuk memasuki pasar. Hal ini terjadi dikarenakan suatu perusahaan bisa memproduksi
(output) dalam jumlah besar sehingga biaya produksi per unitnya menjadi rendah, karena biaya produksi
yang rendah ini maka perusahaan bisa menjual hasil produksinya tersebut dengan harga yang lebih
murah sehingga perusahaan dapat menikmati skala ekonomi hingga ke tingkat produksi yang sangat
besar. Oleh sebab inilah, perusahaan baru tidak bisa menjual produknya semurah seperti perusahaan
yang sudah lama berkecimpung dalam produk tersebut.

Kecenderungan perbedaan biaya produksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor tersebut
antara lain yaitu:

1) Perusahaan lama bisa menurunkan biaya produksi karena memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang kegiatan memproduksinya yang dikumpulkan dari pengalaman-pengalaman masa lalu.

2) Perusahaan lama sudah pasti lebih dikenal oleh bank dan juga para penyedia bahan mentah. Oleh
sebab itu perusahaan lama bisa memperoleh kredit yang lebih baik dengan harga bahan mentah yang
lebih murah.

3) Para pekerja/karyawan sudah lebih berpengalaman dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan


mereka, dimana hal ini tentu saja secara otomatis dapat menaikkan produktivitas pekerja, yang pada
akhirnya akan memungkinkan penurunan biaya produksi.
Faktor-Faktor Penyebab Skala Ekonomi

Sementara itu berbicara mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan skala ekonomi, dalam hal ini
terdapat faktor-faktor penting yang bisa menimbulkan skala ekonomi, diantaranya yaitu:

1) Pengurangan harga barang mentah dan kebutuhan produksi lain.

2) Spesialisasi biaya produksi ataupun biaya-biaya tetap dalam proses produksi seperti misalnya biaya
pembelian gedung, mesin maupun infrastruktur produksi.

3) Memungkinkan produk sampingan (by products) di produksi.

4) Mendorong perkembangan usaha lain.

Biaya-biaya tetap dalam produksi, seperti biaya mesin atau infrastruktur produksi, pembelian gedung,
dan sebagainya merupakan penyebab utama skala ekonomi. Peningkatan hasil produksi memungkinkan
suatu perusahaan untuk mengalokasikan biaya-biaya tetap dalam komponen biaya produksi per unit.
Komponen biaya tetap per unit nantinya akan menurun bersamaan dengan meningkatnya jumlah
produksi dan pada saat yang sama, biaya variabel tidak berubah.

Dalam hal ini sumber-sumber umum skala ekonomi ialah manajemen (meningkatkan spesialisasi
manajer), pembelian (Sebagian besar membeli bahan melalui kontrak jangka panjang), keuangan
(memperoleh beban bunga yang lebih rendah pada saat meminjam dari bank serta mempunyai akses ke
berbagai instrumen keuangan yang lebih besar), teknologi (mengambil keuntungan dari hasil skala dalam
fungsi produksi), dan pemasaran (mengalokasikan biaya iklan selama rentang yang lebih besar dipasar
media output).

Setiap faktor-faktor tersebut mengurangi biaya rata-rata produksi jangka panjang (LRAC) dengan
mengubah kurva biaya total rata-rata jangka pendek (SRATC) ke bawah dan ke kanan. Seperti halnya
kurva dibawah ini:
Peningkatan jumlah produksi dari Q ke Q2 mengakibatkan turunnya biaya produksi per unit dari C ke C1.
Biaya rata-rata (AC) adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit produksi. Dalam jangka panjang
perusahaan bisa menambah seluruh faktor produksi ataupun input yang dipergunakan. Oleh karenanya,
dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, seluruh jenis biaya yang dikeluarkan ialahbiaya variabel.
Dalam hal ini berarti bahwa perusahaan tidak hanya bisa menambah tenaga kerja akan tetapi juga bisa
menambah jumlah mesin serta peralatan produksi lainnya seperti luas tanah, pabrik dan sebagainya.

Jenis-Jenis Skala Ekonomi

Terdapat beberapa jenis skala ekonomi yang bergantung pada karakteristik tertentu dari suatu industri,
jenis-jenis skala ekonomi tersebut antara lain yaitu:

1) Skala Ekonomi Meningkat (IRS)

Skala Ekonomi Meningkat (Increasing Returns to Scale Economies). Yaitu ketika terjadi peningkatan
dalam skala produksi perusahaan dan mengakibatkan biaya rata-rata yang lebih rendah. Peningkatan
presentase fungsi produksi tertentu menyebabkan presentase peningkatan yang lebih besar dalam
produksi output. Contohnya seperti ketika sebuah perusahaan menggandakan input maka perusahaan
akan memperoleh output yang lebih besar. Ketika perusahaan menetapkan harga input tidak berubah
bersama tingkat output maka hal tersebut akan mengakibatkan output meningkat dan biaya rata-rata
produksi akan turun. Dalam hal ini skala ekonomi berkaitan langsung dengan pengurangan biaya per unit
output karena produksi skala yang lebih besar.

2) Skala Ekonomi Konstan (CRS)

Skala Ekonomi Konstan (Constant Returns to Scale Economies). Yaitu ketika biaya rata-rata dan skala
produksi tidak berubah atau tetap. Hubungan kuantitas antara input dengan output tetap konstan ketika
output meningkat. Apabila harga input tetap, penghasilan konstan maka biaya produksi rata-rata dan
juga skala ekonomi tidak berubah (konstan). Dalam artian skala penghasilan yang konstan berarti kurva
biaya rata-rata jangka panjang perusahaan tetap datar.

3) Skala Ekonomi Menurun (DSR)

Skala Ekonomi Menurun (Decreasing Returns to Scale). Yaitu ketika peningkatan skala produksi
perusahaan mengakibatkan biaya rata-rata yang lebih tinggi. Tatkala biaya rata-rata meningkat
bersamaan dengan skala produksi, maka suatu perushaan akan menghadapi skala menurun atau skala
disekonomis. Skala ekonomi menurun seperti ini terlihat pada inefisiensi birokrasi. Ketika ukuran suatu
perusahaan meningkat melebihi suatu titik tertentu maka usaha perusahaan tersebut akan menjadi lebih
sulit untuk dikelola.

Bab 2

Skala ekonomi adalah konsep lama dan merujuk pada pengurangan biaya per unit saat ukuran fasilitas
dan tingkat penggunaan input lainnya meningkat. Sumber–sumber umum skala ekonomi adalah
pembelian (sebagian besar membeli bahan melalui kontrak jangka panjang), manajemen (meningkatkan
spesialisasi manajer), keuangan (memperoleh beban bunga yang lebih rendah saat meminjam dari bank
dan memiliki akses ke berbagai instrumen keuangan yang lebih besar), pemasaran (mengalokasikan
biaya iklan selama rentang yang lebih besar di pasar media output), dan teknologi (mengambil
keuntungan dari hasil skala dalam fungsi produksi). Skala ekonomis adalah sebuah konsep praktis yang
penting untuk menjelaskan fenomena dunia nyata seperti pola-pola perdagangan internasional, jumlah
perusahaan di pasar, dan bagaimana perusahaan bisa terlalu besar untuk gagal.

Skala ekonomi juga berperan dalam monopoli “alamiah”. Monopoli alami sering didefinisikan sebagai
perusahaan yang menikmati skala ekonomis untuk ukuran perusahaan yang wajar, karena itu selalu lebih
efisien bagi satu perusahaan untuk memperluas daripada mendirikan perusahaan baru, monopoli alami
tidak memiliki saingan. Karena tidak memiliki saingan, maka kemungkinan monopoli memberikan
kekuatan pasar yang signifikan. Oleh karena itu, beberapa industri yang dikategorikan sebagai monopoli
alami telah diatur atau dimiliki oleh negara. Untuk memperluas daripada mendirikan perusahaan baru.
Pemanfaatan skala ekonomi membantu menjelaskan mengapa perusahaan tumbuh besar di beberapa
industri. Ini juga merupakan pembenaran untuk kebijakan perdagangan bebas, karena beberapa skala
ekonomi mungkin memerlukan pasar yang lebih besar daripada yang mungkin dalam suatu negara
tertentu misalnya, tidak akan efisien bagi pembuat Liechtenstein untuk memiliki mobil sendiri, jika
mereka hanya akan menjual untuk pasar lokal mereka.

Skala ekonomi terkait dengan betapa mudahnya menjadi bingung dengan gagasan ekonomi teoritis
terhadap skala hasil. Di mana skala ekonomi mengacu pada biaya suatu perusahaan, skala hasil
menggambarkan hubungan antara input dan output dalam jangka panjang (semua input variabel) fungsi
produksi. Sebuah fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika proporsi peningkatan semua input dan
output adalah sama. Hasil akan mengalami penurunan jika, katakanlah, penggandaan hasil input kurang
dari dua kali lipat output, dan meningkat jika input dua kali lipat lebih dari output. Jika fungsi matematika
digunakan untuk mewakili fungsi produksi, dan jika fungsi produksi adalah homogen (sama), maka skala
hasil yang diwakili oleh tingkat homogenitas fungsi.

Fungsi produksi homogen dengan skala hasil konstan adalah homogenitas tingkat pertama, peningkatan
skala hasil yang diwakili oleh derajat homogenitas lebih besar dari satu, dan penurunan skala hasil
dengan derajat homogenitas yang kurang dari satu. Jika perusahaan merupakan pesaing sempurna di
semua pasar input, dan dengan demikian harga per unit dari semua input tidak terpengaruh oleh berapa
banyak masukan pembelian yang dilakukan perusahaan, maka dapat ditampilkan bahwa pada tingkat
output tertentu, perusahaan memiliki skala ekonomi jika skala hasil meningkat, dan memiliki skala dis-
ekonomis jika skala hasil mengalami penurunan, dan tidak memiliki skala ekonomi maupun dis-ekonomis
jika skala hasilnya konstan.

Dalam hal ini, dengan persaingan sempurna di pasar output ekuilibrium jangka panjang, maka akan
melibatkan semua perusahaan yang beroperasi pada titik minimum kurva jangka panjang mereka rata-
rata biaya (yaitu, di perbatasan antara skala ekonomi dan skala dis-ekonomis). Namun, jika perusahaan
pesaing tidak sempurna berada di pasar input, maka kesimpulan di atas berubah. Misalnya, jika kembali
terjadi peningkatan skala hasil dalam beberapa rentang tingkat produksi, namun perusahaannya begitu
besar dalam satu atau lebih pasar input yang meningkatkan pembelian atas input yang meningkatkan
biaya input per-unit, maka perusahaan bisa memiliki skala ekonomi dalam beberapa rentang tingkat
output meskipun ia mengalami penurunan hasil produksi di rentang output.

Berikut contoh dari skala ekonomi:

Seandainya kita dapat mengasumsikan bahwa jika input untuk suatu industri di lipatduakan, maka
output industri tersebut juga akan berlipat dua. Namun dalam kenyataannya, banyak industri atau sektor
ekonomi yang beroperasi atas dasar skala ekonomis, sehingga semakin besar skala produksinya, akan
semakin besar pula produktivitasnya. Sebagai contoh sederhana, untuk memproduksi 10 unit produk,
misalnya diperlukan 15 jam kerja, sedangkan untuk memproduksi 25 unit diperlukan 30 jam kerja.
Adanya skala ekonomis dapat dilihat dari kenyataan bahwa dengan melipatduakan input tenaga kerja
dari 15 menjadi 30 jam kerja menyebabkan output industri tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat,
yakni dari 10 menjadi 25 unit. Dalam kenyataannya, dengan pelipatan input, output dapat meningkat
dengan kelipatan 2,5. Demikian pula halnya, keberadaan skala ekonomis itu dapat dilihat dengan
mengamati rata-rata jumlah tenaga kerja yang dikerahkan untuk menghasilkan setiap unit output : jika
output yang ada hanya 5 unit, maka rata-rata kebutuhan input tenaga kerja adalah 2 jam, sedangkan
apabila outputnya 25 unit, maka kebutuhan rata-rata akan input tenaga kerjanya pun segera turun
menjadi 1,2 jam.

Dari contoh tersebut dapat dilihat mengapa skala ekonomis mampu memberikan ransangan tersendiri
bagi berlangsungnya hubungan-hubungan internasional. Perdagangan memungkinkan setiap negara
untuk menghasilkan dan memperoleh variasi barang yang terbatas serta meraih keunggulan skala
ekonomis tanpa mengorbankan keragaman konsumsinya. Perdagangan internasional akan meningkatkan
keragaman barang yang tersedia. Perdagangan yang saling menguntungkan bisa terus meningkat berkat
bekerjanya prinsip skala ekonomi.

7.5 kurva pembelajaran

Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis yang
menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah komulatif unit yang
diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara luas di dunia bisnis. Di dunia
manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk mengestimasi waktu untuk mendisain produk
dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman penting dan menjadi bagian yang integral dalam
perencanaan strategi perusahaan. Keputusan harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva
pengalaman. Kurva pengalaman juga diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi.
Pengalaman/pembelajaran individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang
suatu proses dan memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian
“practice makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil
dari latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari
perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.

Pola atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh komandan Wright –
Patterson Air Force Base di Ohio (( Miquel A. Requero, “An Economic Study Of The Military Airframe
Industry”, Wright Patterson Air Force Base, Ohio Department of The Air Force, October 1957, pp 213)) .
Dan, di dalam literatur, gejala Learning Curve pertama kali dilaporkan oleh T.P. Wright[1] dalam “Factory
Affecting The Cost Of Airplanes” Journal of Aeronautical Sciences, vol. 3, no. 4, (1936), pp. 122-128.
Wright melaporkan bahwa pengalaman berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal itu
tercermin di dalam jam kerja langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat (tanpa mesin)
yang menurun dengan tingkat terntu bila jumlah yang diproduksi menjadi dua kali lipat. Jumlah jam kerja
langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat yang keempat adalah 80% dari yang diperlukan
untuk unit yang kedua; untuk kerangka pesawat yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat, dan
untuk kerangka pesawat yang keseratus hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan demikian
disimpulkan bahwa tingkat belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat tersebut dalah
80% pada jumlah kelipatan dua.

Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:

Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.

Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan satu satuan
unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.

Misalnya, diketahui learning curve 80% artinya bila produksi pertama butuh waktu 100 JTKL maka
waktu rata-rata akumulasi setiap satuan unit produksi yang kedua, kemudian keempat dan selanjutnya
kedelapan adalah untuk yang kedua sebesar 80% x 100 = 80, yang keempat adalah 80% x 80% x 100 = 64,
dan yang kedelapan sebesar 80% x 80% x 80% x 100 = 51. Batas nilai pembelajaran biasanya berkisar
antara angka 60 - 50.
Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor perbaikan
komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu menghitung, terutama bila
jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel maka model analisis yang
menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk mengestimasi output.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Dimana

x = jumlah unit produk

Yx = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang ke-x

K = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang pertama

x = log b/log 2 dimana b = persentase tingkat pembelajaran.

Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu rata-rata dengan banyaknya unit
yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan kemudian agak landai .

Pada bagianyang berskala logaritmik hubungan tersebut berupa sebuah garis lurus
Asumsi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

Teori kurva pemngalaman didasarkan pada tiga asumsi:

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau unit produk tertentu akan
berkurang setiap kali tugas tersebut dilakukan.

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu akan menurun pada suatu tingkat
penurunan.

Pengurangan waktu akan mengikuti pola yang dapat diprediksi.

Setiap asumsi tersebut di atas ditemukan kebenarannya pada industri pesawat terbang dimana
kurva pengalaman pertama kali diaplikasikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada industri
pesawat terbang menunjukkan bahwa setiap kali orang melakukan pekerjaan yang sama akan terdapat
penurunan waktu penyelesaian sebesar 20% atau tingkat kecepatan belajar atau tingkat kurva
pengalaman sebesar 80% untuk setiap dua kali jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian bila
orang membuat produk pertama, kedua dan keempat, serta ke delapan maka waktu yang dipergunakan
untuk menyelesaikan berturut-turut adalah adalah 100%, 80%, dan 80%x80%, serta 80%x80%x80% dari
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk yang pertama. Dengan demikian bila dibuat kurva
pengalamannya akan terlihat seperti gambar ......

Estimasi Persentase Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

Jika produksi telah dilakukan beberapa kalo maka persentase learning dapat dengan mudah
diperoleh dari catatan-catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang tersedia, maka
estimasi dapat lebih akurat. Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin saja terjadi selama tahapan
produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk kepentingan analisis learning
sampai semua unit selesai diproduksi.

Lain dari itu penggunaan analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari bentuk model
yang paling cocok untuk data-data historis yang ada apakah ekxponensial atau garis lurus. Jika produksi
belum pernah dilakukan, maka mengestimasi persentase learning menjadi hal yang sedikit memerlukan
pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara berikut:

Mengasumsikan persentase learning sama dengan persentase learning pada industri sejenis.

Mengasumsikan bahwa persentase learning sama dengan yang digunakan untuk pembuatan produk
yang sama atau mirip.

Menganalisis kemiripan dan perbedaan antara saat permulaan produksi yang diusulkan dan yang terjadi
dan mengembangkan persentase learning yang sesuai dengan situasi.

Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja individu dan tingkat pembelajaran. Setidaknya ada
dua unsur yakni 1) tingkat pembelajaran dan 2) tingkat kinerja atau performance awal. Sebagai ilustrasi,
misalnya ada dua pelamar A dan B. Keduanya menjalani tes mekanis sederhana yang diberikan oleh
departemen personalia sebagai bagian dari aplikasi mereka untuk bekerja di perakitan bidang
manufaktur. A memiliki titik awal performance waktu jauh lebih cepat dari B tetapi memiliki tingkat
belajar lebih lambat dari B. Meskipun B memiliki performance awal yang lebih rendah dari A. tetapi jelas
merupakan pilihan yang baik karena memiliki tingkat belajar yang lebih cepat daripada A. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pembelajaran merupakan hal penting selain tingkat kinerja awal.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja individu berdasarkan kurva
pembelajaran

yakni:

Perekrutan/pemilihan pekerja yang memadai. Sebuah tes harus diberikan untuk membantu
memilihpekerja. Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan: tes ketangkasan untuk perakitan
kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, tes untuk interaksi dengan pelanggan untuk
pekerjaan front office, dan sebagainya.

Pelatihan yang meamdai. Semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.

Motivasi. Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai kecuali ada hadiah
atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok rencana insentif) atau nonmoneter
(karyawan penghargaan bulan, dll).

Spesialisasi pekerjaan. Sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin cepat belajar.
sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun, jika faktor kebosanan telah berubah menjadi faktor
yang bersifat mengganggu, maka mendesain ulang tugas perlu dilakukan.

Hanya melakukan satu atau sedikit pekerjaan pada satu waktu. Pembelajaran akan lebih cepat untuk
pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu waktu daripada melakukan banyak
pekerjaan secara simultan secara bersamaan

Gunakan alat atau peralatan yang membantu atau mendukung kinerja.

Menyediakan akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan dan dilanjutkan
dengan senantiasa menyediakan pendampingan.

Mengijinkan pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas-tugas mereka.

Studi terkait Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu telah dilakukan oleh para
pakar seperti Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman, Blankenship & Taylor, dan Cochran. Penelitian
mereka berhasil menemukan beberapa gejala sehubungan dengan kurva pembelajaran individu.
Temuan-temuan tersebut antara lain:

Gejala Kurva Belajar Mesin-manusia

Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada perusahaan pesawatan terbang untuk pekerjaan
perakitan dan pekerjaan mesin menemukan bahwaApabila konsep belajar dikaitkan dengan orang, maka
semakin kecil proporsi manusia, maka semakin berkurang kapasitas untuk belajar,

Learning Curve pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru menaik( memburuk). Hal ini
dapat terjadi bila pekerja dipindahkan ke bagian lain dan menyebabkan kegiatan menjadi tidak efisien.

Gejala kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala tersebut terjadi karena
pemberhentian kegiatan sementara, sebagai misal karena disebabkan oleh pengenalan perubahan
model, atau memindahkan kegiatan pada tempat yang baru. Segera setelah kegiatan tersebut dimulai
lagi, kurva akan menurun dengan cepat dan mendekati slope kurva yang lama.

Gejala Kurva Belajar dari Pengalaman


Penelitian Blankenship & Taylor pada tahun 1938 di pabrik tekstil dan kemudian penelitian E.N.
Corlett & V.J. Marcombe tentang Gejala kurva belajar dalam pelatihan Gejala belajar dari pengalaman
yang memungkinkan seseorang memperbaiki kinerjanya tampak dengan jelas di dalam proses pelatihan

Pada 10 minggu pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi pada
setiap keompk baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10 minggu yang pertama,
peningkatan kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya. Dan, pada minggu ke-30 dan seterusnya, relatif
tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan pada minggu setelah ke-40,
tidak ada lagi perbaikan kinerja. Kiranya gejala inilah yang umum terjadi bila seoran melaksanakan suatu
kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang sama, semakin ahli ia mengerjakan
pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau
dengan kata lain, semakin sering seseorang menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia
menangani masalah tersebut.

Gejala Kehilangan Pedoman

Penelitian ini didasarkan pada lapran Cochran pada bulan Januari, 1969[14] Sebuah kelas dengan 18
gadis yang belajar mengetik selama periode satu tahun, menunjukkan bagaimana pengaruh tidak ada
kegiatan selama beberapa hari berturut-turut terhadap adaptasi seseorang. Apakah tingkat kecepatan
seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan berubah bila ia berhent untuk sementara waktu? Hasil
penelitian tersebut mampu menjawab pertanyaan tersebut.

Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada bulan Januari
1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang mengerjakan pekerjaan
berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai
mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan
harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu pekerjaan yang kurang dikenalnya. kehilangan pedoman,
yaitu istilah untuk menandai peristiwa tersebut, akan menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu
tidak berlangsung lama karena kecepatan akan kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari
pengalaman tersebut akan berlanjut. Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang
sama, semakin kecil pengaruh tahap kehilangan pedoman baginya.

Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Organisasi


Tidak hanya individu, Organisasi juga belajar. Bagaimanapun, pembelajaran organisasi adalah
penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Untuk individu, relatif mudah untuk
menjelaskan konsep bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipertahankan dan bagaimana hal ini
menghasilkan efek belajar individu. Sedikit berbeda dalam konteks organisasi, sumber utama
pembelajaran organisasi adalah pembelajaran individu karyawan. Sebuah organisasi memperoleh
pengetahuan dalam teknologi, struktur, dokumen dan prosedur operasi standar. Dengan demikian,
dalam konteks organisasi, diharapkan dua jenis pembelajaran terjadi secara simultan dan sering
memberikan efek kombinasi dengan kurva pembelajaran tunggal. Misalnya, sebagai unit manufaktur
menjadi berpengalaman, pengetahuan tertanam dalam perangkat lunak dan perkakas yang digunakan
untuk produksi.Pengetahuan tertanam dalam struktur organisasi. Sebagai contoh, ketika sebuah
organisasi menggeser kelompok teknik industri dari sebuah organisasi fungsional terpusat dalam satu
daerah ke sebuah organisasi terdesentralisasi di mana individu-individu dikerahkan pada bagian tertentu
dari lantai pabrik, maka pengetahuan tentang bagaimana menjadi lebih produktif tertanam di struktur
organisasi..Pengetahuan dapat terdepresiasi jika individu meninggalkan organisasi. Misalnya, sebuah
perusahaan mempekerjakan beberapa karyawan baru untuk menggantikan karyawan lama yang keluar.
Agar tidak mengganggu proses dalam mencapai target produksi, karyawan baru tersebut ditempatkan
melalui program pelatihan empat minggu. Hal ini menyebabkan biaya awal naik selama produksi karena
para pekerja belum berpengalaman. Meski pengetahuan dapat tertanam, namun juga dapat
terdepresiasi jika teknologi menjadi tidak dapat diakses atau sulit untuk digunakan. Contoh dari hal ini
adalah kesulitan dalam mengakses data yang dikumpulkan dan disimpan dalam floopy disk. Sekarang,
data tersebut sulit diakses karena data yang direkam oleh peralatan yang lama tidak dapat dibaca
dengan peralatan yang baru atau peralatan yang lama sudah tidak dapat dioperasikan lagi. Pengetahuan
dapat juga terdepresiasi jika catatan perusahaan dan proses rutin hilang. Misalnya ketika sebuah
perusahaan memutuskan untuk memproduksi kembali produk-produk yang sudah lama dihentikan,
perusahaan tidak dapat menemukan catatan atau cetak biru produks tersebut. Peneltian Dr. S.A. Billon,
College of Busniness, Michigan State University.memberikan informasi bahwa bahwa dalam “confidence
limits” tertentu, Learning Curve linier bisa digunakan untukmemprediksi kebutuhan waktu produksi.
Namun, ditemukan pula bahwa, 1) Learning Rate cenderung berbeda antara perusahaan yang satu
dengan yang lain untuk pembuatan produk yang sama. 2 ) Learning Rate cenderung berbeda untuk
pembuatan produk yang berbeda meskipum oleh satu perusahaan yang sama. 3) Learning Rate
cenderung berbeda untuk pembuatan produk yang sama dengan model yang berbeda yang dibuat-buat
oleh satu perusahaan yang sama. (Hendra Poerwanto G).

Anda mungkin juga menyukai