Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERPAJAKAN

“DASAR-DASAR PERPAJAKAN”

DOSEN :

SUTRI HANDAYANI, SE., M.Ak

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD FARID LUDFI


2. M. ABDUL LATIF

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
TAHUN 202
MAKALAH
PERPAJAKAN

“DASAR-DASAR PERPAJAKAN”

DOSEN :
SUTRI HANDAYANI, SE., M.Ak

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD FARID LUDFI


2. M. ABDUL LATIF

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan
dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
perpajaan. dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
saya miliki, saya berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi.
Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan saya tambahan ilmu pengetahuan yang
dapat bermanfaat bagi kehidupan saya, dan semoga bagi para pengguna makalah ini.

Sebagai manusia biasa, saya sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya berharap akan adanya masukan yang
membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi sendiri mapun pengguna
makalah ini.

Lamongan, 14 februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1


2.1 RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. TATACARA PEMUNGUTAN PAJAK ........................................................ 2
2.2. JENIS PAJAK ................................................................................................. 3
2.3. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK.................................................................. 3
2.4. TARIF PAJAK ................................................................................................ 4
2.5. HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK ....................................................... 6
2.6. TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK ............................................ 9
2.7. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK .............................................................. 9
2.8. FUNGSI PAJAK ............................................................................................ 10

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 10


3.2 SARAN ......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... i

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk
pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena
itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan
bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan
pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak
merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran
dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak
(SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak
bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.

Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat


memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah satu
mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan lembaga
ini masih kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga
paksa badan merupakan hal yang berlebihan. Di lain pihak, muncul pula pendapat
bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam
menghadapi wajib pajak yang nakal.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian perpajakan ?
2. Sebutkan fungsi pajak?
3. Apa saja syarat – syarat pajak?
4. Bagaimana kedudukan hukum pajak?
5. Apa saja jenis pajak?
6. Sebutkan tata cara pemungutan pajak?
7. Bagaimana hambatan pemungutan pajak?
8. Apa saja tarif pajak?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian perpajakan

Salah satu definisi pajak yang terpendek adalah “an individual sacrifice for a
collective goal (individu berkorban untuk tujuan bersama)”. Definisi ini di rumuskan
oleh Ferdinand H.M. Grapperhaus. [1]

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH merumuskan pajak


adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra – prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. [2]

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani merumuskan pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan – peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur – unsur sebagai
berikut:

1. Iuran atau pemungutan

Dilihat dari segi arah arus dana pajak, jika arah datangnya pajak berasal dari
wajib pajak, maka disebut iuran. Sedangkan jika arah datangnya kegiatan untuk
mewujudkan pajak tersebut berasal dari pemerintah, maka pajak itu disebut pungutan.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang

Salah satu karakteristik pokok dari pajak adalah bahwa pemungutannya harus
berdasarkan undang – undang. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya pajak adalah
beban yang harus dipikul oleh rakyat banyak, sehingga dalam perumusan macam, jenis,
dan berat ringannya tariff pajak itu, rakyat harus ikut serta menentukan dan
menyetujuinya, melalui wakil – wakilnya di parlemen atau dewan perwakilan rakyat.
[3]

2
3. Dalam pembayaran pajak tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.

2.2. Fungsi pajak

Dilihat dari definisi pajak diatas, pajak mempunyai fungsi untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum. Namun sebenarnya fungsi membiayai pengeluaran
umum hanyalah salah satu fungsi pajak sebab pajak memiliki dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi penerimaan (budgetair)

Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai sumber dana untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran negara. contoh: penerimaan yang berasal dari sector pajak
mencapai 71,4% dari keseluruhan penerimaan negara pada RAPBN 2001

2. Fungsi mengatur ( regulair)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
di bidang sosial dan ekonomi. Contoh :

1. pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras
2. pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang mewah untuk mengurangi gaya
hidup konsumtif
3. tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, bertujuan untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasaran dunia. [4]
2.3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka


pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil ( syarat keadilan)

Pemungutan pajak yang adil berarti pajak yang dipungut harus adil dan merata,
sehingga harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan
manfaat yang diminta wajib pajak dari pemerintah.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang – undang (syarat yuridis)

3
Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Negara menghendaki agar perekonomian negara dan masyarakat dapat senantiasa


meningkat. Oleh karena itu, pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran
kegiatan produksi dan perdagangan yang akan mengakibatkan kelesuan perekonomian
negara. Oleh karena itu dimungkinkan pemberian fasilitas perpajakan sejauh pemberian
fasilitas ini berdampak positif bagi perekonomian negara.

4. Pemungutan pajak harus efisien ( syarat financial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari pajak yang
dipungut.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan secara sederhana sehingga syarat


kesederhanaan akan memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya. Dengan demikian kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak dapat
terwujud.[5]

2.4. Kedudukan hukum pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Hukum pajak mempunyai kedudukan
diantara hukum-hukum sebagai berikut:

1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
2. Hukum public, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini
dapat dirinci lagi sebagai berikut:

a. Hukum Tata Negara

b. Hukum Tata Usaha (hukum administratif)

c. Hukum Pajak

d. Hukum Pidana

4
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak
dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yakni:

1. Hukum pajak material, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan
perbuatan peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan
pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul
dan hapusnya hutang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh: Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil
menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat
antara lain:
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
b. Hak-hak fiscus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai
keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan hutang pajak.
c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-
hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan bandingan. Contoh: ketentuan
umum dan tata cara perpajakan.[6]
2.5. Jenis pajak

Pajak dapat dibedakan menurut golongan, sifat dan lembaga pemungutnya,


sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis pajak menurut golongannya

a. Pajak langsung

Pajak langsung adalah Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada
pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan.
Contohnya pajak penghasilan (PPh) .

b. Pajak tak langsung

Pajak tak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke


pihak lain. Contohnya pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan.

2. Jenis pajak menurut sifatnya

a. Pajak subyektif

5
Pajak subyektif adalah pajak yang didasarkan atas keadaan subyeknya,
memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang selanjutnya dicari dari syarat objektifnya
(memperhatikan keadaan wajib pajak). Contohnya pajak pendapatan nya adalah 1944
dan pajak penghasilannya 1984.

b. Pajak obyektif

Pajak obyektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan
diri wajib pajak. Contohnya pajak bumi dan bangunan (PBB), karena pajak bumi dan
bangunan dikenakan terhadap keadaan dari tanah dan bangunan, bukan dari keadaan
pemiliknya.

3. Jenis pajak menurut lembaga pemungutannya


a. Pajak pusat (negara)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara. contohnya bea materai, PBB, PPh, PPN dan lainnya.

b. Pajak daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah. Pajak daerah diatur dalam PP no. 18 tahun 1997 sebagaimana
diubah PP no. 34 tahun 2000.

Pajak daerah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pajak propinsi

Contohnya: pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan lainnya.

b. Pajak kabupaten / kota

Contohnya : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak
penerangan jalan. [7]

2.6. Tatacara pemungutan pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tatacara sebagai berikut:

6
1. Stelsel pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan 3 stelsel yaitu:

a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga


pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak yaitu setelah penghasilan
yang sesungguhnya diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebnih
realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir
periode (setelah penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang – undang.
Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga
pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir
tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada
keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak
menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak
harus menambah, dan sebaliknya.

2. Asas pemungutan pajak

a. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

b. Asas sumber

7
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa
asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia
yang bertempat tinggal di Indonesia.

3. System pemungutan pajak

a. Official assessment system

Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Cirri – cirinya :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self assessment system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With holding system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada hihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.

8
Cirri – cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. [8]

2.7. Timbul dan hapusnya utang pajak

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak yaitu:

1. Ajaran formil

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran
ini diterapkan pada official assessment system.

2. Ajaran materiil

Utang pajak timbul karena berlakunya undang – undang. Seseorang dikenai pajak
karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal yaitu:

1. Pembayaran

Hutang pajak yang melekat pada wajib pajak akan hapus karena pembayaran yang
dilakukan ke kas negara atau tempat lain yang ditunjuk pemerintah.

2. Kompensasi

Terjadi apabila wajib pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan


pembayaran tersebut dapat dikompensasi sebagai pajak terutang.

3. Daluwarsa

Artinya sebagai daluwarsa penagihan.

4. Pembebasan dan penghapusan

Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya, tetapi karena ditiadakan.
Penghapusan hutang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya
karena keadaan keuangan wajib pajak.[9]

2.8. Hambatan pemungutan pajak

Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

9
1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. System perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat

c. System kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang –
undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang – undang
(menggelapkan pajak). [10]
2.9. Tarif pajak

Ada beberapa macam tarif pajak, yaitu:

1. Tarif sebanding / proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak. Contoh untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean
akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10 %.

2. Tarif tetap

Tariff berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh besarnya tarif bea materai untuk
cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 1.000,00.

3. Tarif progresif

10
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar. Contoh pasal 17 UU PPh 2000

4. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar. [11]

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra – prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Fungsi pajak yaitu : Fungsi penerimaan (budgetair) dan Fungsi mengatur ( regulair).

Syarat pemungutan pajak :

1. Pemungutan pajak harus adil ( syarat keadilan)

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang – undang (syarat yuridis)

3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

4. Pemungutan pajak harus efisien ( syarat financial)

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Kedudukan hukum pajak: hukum perdata dan hukum public

Jenis pajak:

a. Jenis pajak menurut golongannya yaitu Pajak langsung dan pajak tak langsung.
b. Jenis pajak menurut sifatnya yaitu Pajak subyektif dan Pajak obyektif.
c. Jenis pajak menurut lembaga pemungutannya yaitu Pajak pusat (negara) dan
Pajak daerah.

Tatacara pemungutan pajak:

a. Stelsel pajak : stelsel nyata (riel stelsel), stelsel anggapan (fictieve stelsel), dan
stelsel campuran
c. Asas pemungutan pajak: asas domisili (asas tempat tinggal), asas sumber dan
asas kebangsaan
d. System pemungutan pajak : official assessment system, self assessment system
dan with holding system

12
Timbul dan hapusnya utang pajak :

a. Timbulnya utang pajak : ajaran formil dan ajaran materiil.


b. Hapusnya hutang pajak : pembayaran, kompensasi, daluarsa, pembebasan dan
penghapusan

Hambatan pemungutan pajak : perlawanan pasif dan perlawanan aktif

Tarif pajak : tarif sebanding/proporsional, tarif tetap, tarif progresif dan tarif degresif

13
DAFTAR PUSTAKA

ariani.ratna.2015.makalahdasardasarperajakan,dalam.h t t p : / / r a t n a a r i a n i . b l o g s p o t . c o m / 2 0 1 5 / 0 3 / m a k a l a
h-dasar-perpajakan.html?m=1 diakses tanggal 13 februari 2020

iv

Anda mungkin juga menyukai