DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Kebajikan untuk kita semua. Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan semesta
alam yang telah memberikan limpahan nikmat serta banyak kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Seperti makalah-makalah pada umumnya, makalah ini saya buat dengan tujuan
untuk membahas salah satu materi yang sesuai dengan jurusan saya yaitu,
akuntansi yang dimana materi yang saya bahas adalah mengenai Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa sekaligus makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu Candra
ada banyak kekurangannya, maka dari itu, kiranya ada pembaca yang senantiasa
ingin mengutarakan apresiasi, kritik, maupun saran, akan saya jadikan acuan
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pembaca yang sudah turut
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, juga untuk Dosen Pengampu kami
yang sudah membimbing dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Demikian yang
dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sekian,
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
1.3. TUJUAN.................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Pajak..........................................................................................................................6
2.2 surat tegur dan surat paksa......................................................................................6
2.3 Penerbitan dan pemberitahuan surat paksa...........................................................8
2.4 hambatan yang Timbul Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa................................................................................................................................9
2.5 langkah Dasar Penentuan Tagihan Pajak kepada Wajib Pajak dan
Penyampaian Surat Teguran.......................................................................................10
BAB III..............................................................................................................................14
PENUTUP.........................................................................................................................14
KESIMPULAN............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
besar dalam menambah kas Negara. Hal ini menjadi alasan pajak dikatakn sebagai
salah satu sector terpenting dari suatu Negara. Pajak sendiri sebenarnya telah ada
dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal (kontrapeksi) secara lasung dapat
membayar pajak. Ini sejalan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 dimana
sistem ini wajib pajak bersifat lebih aktif mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya, yang artinya sistem ini mmberi
kendala terbesar yang dihadapi adalah adanya tunggakan pajak yang sangat tinggi,
pajak. Untuk mengatasi kendala ini diperlukan tindakan tegas penagihan pajak
pihak berwenang agar wajib pajak segera melunasi utang pajaknya besrta dengan
beserta surat paksa. Jika tindakan tersebut tidak juga berhasil maka dapat
pada penerimaan pajak itu sendiri. Tindakan penagihan pajak adalah bentuk upaya
1.3. TUJUAN
2. Agar mengerti yang dimaksud dengan surat tegur dan surat paksa
PEMBAHASAN
2.1 Pajak
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pajak adalah
kontribusi yang diwajibkan oleh negara kepada orang pribadi atau badan yang
memiliki sifat memaksa, diatur dalam Undang Undang. Dimana kontribusi ini
masyarakat luas. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sektor pajak tidak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., Pajak adalah iuran rakyat pada
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, "Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk
pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya (Sudarsono, 2007: 336).
Surat tegur
Menurut Ayza (2017:190) Surat Teguran atau surat peringatan atau surat
lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat penagihan
melunasi utang pajaknya. Surat Teguran atau surat peringatan tidak diterbitkan
Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak
Nomor 561/KMK.04/2000 Pasal 1 ayat (3) adalah surat yang diterbitkan oleh
utang pajaknya, yang diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran utang pajak. Untuk penerbitan Surat Teguran harus melakukan
pelaksanaan penagihan pajak pajak terlebih dahulu oleh petugas, Surat Teguran
dapat dilakukan secara langsung diantarkan oleh petugas, melalui pos, atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan melampirkan bukti
pengiriman surat.
Surat Paksa
perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa
Priantara (2016:123) "Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak
dan biaya penagihan pajak." Menurut Ayza (2017:191), Surat Paksa adalah surat
perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak, diterbitkan apabila
jumlah utang pajak atas surat ketetapan pajak yang tidak dilunasi oleh
penanggung pajak setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
disampaikan Surat Teguran atau pejabat telah menerbitkan dan telah disampaikan
kepada penanggung pajak, surat perintah penagihan seketika dan sekaligus tetapi
penanggung tidak melunasi utang pajak dimaksud atau penanggung pajak tidak
(12) adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Menurut pasal 20 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2007 apabila atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, yang berdasarkan Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa berdasarkan UU PPSP Pasal 8 ayat (1)
dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak melunasi tunggakan pajaknya pada saat
jatuh tempo setelah 21 hari menerima Surat Teguran atau surat sejenisnya, maka
dapat diterbitkan Surat Paksa dan diberi jangka waktu 2 x 24 jam agar
Apabila wajib pajak belum melunasi sesuai jadwal penagihan, aparatur pajak
berhak melakukan upaya sampai pada tindakan penyitaan dan menjual barang sita
acara memuat hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa, nama jurusita
3. Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
tidak ditemui.
c. Ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
pajak tidak dapat menemui salah seorang pada tempat tinggal bersangkutan.
Surat Paksa diberitahukan kepada wajib pajak orang atau badan terbeban yang
daerah setempat.
Surat Paksa
Wajib Pajak yang bersangkutan serta pihak lain yang berhubungan dalam hal
antara lain:
Bapak Eko Suwito yang menduduki posisi sebagai petugas Kepala Seksi
Dari jumlah 18.500 tunggakan dari 5.600 Wajib Pajak hanya terdapat 2
jurusita, sehingga tidak semua ketetapan atau tagihan pajak dapat ditagih
hukum, tanpa adanya sarana atau fasilitas penegak hukum tidak dapat untuk
terhadap aset tidak bergerak seperti tanah yang berhubungan dengan aparat
Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk dapat melakukan proses sita. Sementara
proses lelang.
C. Faktor Masyarakat atau Wajib Pajak
terkait tunggakan pajak, hal ini tentu berujung pada tidak terbayarkannya
ketika surat teguran dikirimkan lewat pos tidak sampai kepada wajib pajak,
juga ketika petugas menyampaikan surat paksa secara langsung tidak dapat
menemui wajib pajak pada alamat yang tercatat pada sistem DJP. Kurangnya
tunggakan pajaknya. Wajib Pajak yang tidak ditemukan bukan hanya terjadi
dalam proses penagihan, namun juga bisa terjadi sejak proses pemeriksaan
Wajib Pajak, fenomena ini menunjukkan itikad tidak baik yang dimiliki oleh
Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajak mereka. Bahkan ketika terdapat
wajib pajak yang memiliki itikad tidak baik untuk tidak membayarkan
komponen paling vital dalam proses penagihan pajak, bagi Wajib Pajak yang
temuan dari penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada dan
adalah. Melakukan update data alamat wajib pajak sehingga DJP memiliki data
alamat yang lebih valid. Untuk wajib pajak badan yang tidak dapat ditemui di
alamat yang terdaftar, maka petugas pajak dapat melihat data walih paisk alamat
pengurus wajib pajak badan pada data kependudukan yang dapat diakses oleh
petugas pajak. Melakukan penyuluhan dan persuasi kepada wajib pajak agar
mengusulkan wajib pajak untuk diperiksa, agar dibuat analisis likuiditas wajib
pajak sehingga setelah selesai pemeriksaan wajib pajak dapat melunasi tunggakan
2.5 Langkah Dasar Penentuan Tagihan Pajak Kepada Wajib Pajak Dan
Pada proses pelaksanaan tindakan penagihan pajak dapat dimulai ketika terdapat
Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) atau Surat
Surat Putusan Peninjauan Kembali yang ditujukan kepada Wajib Pajak yang
pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak bertambah. Apabila Wajib Pajak telah
menerima Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) atau
Surat Keputusan Pembetulan atau Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding
atau Surat Putusan Peninjauan Kembali, maka Wajib Pajak harus melunasi
tagihan tersebut maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
Apabila Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah tagihan pajak yang masih harus
dibayar dalam hasil akhir pemeriksaan, akan tetapi Wajib Pajak tindak membayar
Tagihan Pajak yang dimiliki dan tidak mengajukan banding atas jumlah Tagihan
Pajak maka akan disampaikan kepada Wajib Pajak Surat Teguran setelah 7 (tujuh)
hari sejak jatuh tempo pelunasan tagihan pajak. Apabila Wajib Pajak tidak
menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
jangka waktu pelunasan pajak akan tertangguhkan sampai dengan 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding dan Surat Teguran baru akan
disampaikan kepada Wajib Pajak setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding. Apabila
Wajib Pajak yang tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, akan tetapi
sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
pengajuan banding.
maka Wajib Pajak harus melakukan pembayaran atas utang pajak untuk
melunasi utang pajak dan Wajib Pajak tersebut telah diberikan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain sejenisnya, maka setelah lewat
waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal disampaikan Surat Teguran
Kantor Pelayanan Pajak dan akan diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan
secara jelas kapan paling lambat untuk penerbitannya, akan tetapi jika
dilihat dalam ketentuan Pasal 21 ayat (4) dan (5) huruf a Undang-undang
paling lambat 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak
Jurusita Pajak membacakan isi Surat Paksa dan menuliskan dalam berita
diberikan Surat Paksa menolak untuk menerima Surat Paksa, maka Jurusita
Pajak dan mencatat dalam Berita Acara bahwa Penanggung Pajak tidak mau
menerima atau menolak Surat Paksa yang diberikan oleh Jurusita, maka
Apabila Penanggung Pajak berlokasi diluar wilayah kerja dan berbeda kota
pelaksanaan Surat Paksa serta menempelkan salinan Surat Paksa pada papan
Penangung Pajak, namun dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh
Pejabat yang telah mengeluarkan Surat Paksa. Akan tetapi Surat Perintah
sita berada di luar wilayah kerja pejabat yang menerbitkan Surat Paksa,
pejabat yang mengeluarkan Surat Paksa meminta bantuan kepada Pejabat
yang wilayah kerjanya meliputi lokasi objek sita berada untuk menerbitkan
SPMP terhadap objek sita yang akan dilakukan proses penyitaan. Apabila
objek yang akan disita masih berada dalam satu kota akan tetapi diluar
wilayah kerja Pejabat yang mengeluarkan Surat Paksa, tidak perlu untuk
meminta bantuan pebajat wilayah dari lokasi objek sita berada. Pejabat yang
sebagai berikut :
perusahaan lain;
2) Barang Tidak Bergerak Tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor
tertentu:
disaksikan oleh 2 (dua) orang yang telah dewasa, merupakan penduduk Indonesia,
dilaksanakan apabila :
pajak;
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu kontribusi
yang diwajibkan oleh negara kepada orang pribadi atau badan yang memiliki sifat
memaksa yang diatur dalam undang-undang yang dimana kontribusi ini tidak
tersebut kita dapat melihat bahwa sektor pajak tidak hanya semata-mata untuk
membiayai negara, namun juga untuk membiayai keperluan umum seperti halnya
dilakukan secara langsung diantarkan oleh petugas, melalui pos, atau melalui
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan melampirkan bukti pengiriman
surat. Surat paksa adalah tindakan yang dilakukan agar penanggung pajak
melunasi utang pajaknya beserta dengan biaya penagihan, surat paksa memiliki
apabila wajib pajak belum melunasi sesuai jadwal penagihan, apratur pajak berhak
melakukan upaya sampai pada tindakan penyitaan dan menjual barang sita milik
wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya. Ada beberapa faktor yang dapat
seperti faktor penegak hukum dan apratur, faktor sarana atau fasilitas, dan faktor
masyarakat atau wajib pajak. Masyarakat wajib melaksanakan pajak, surat paksa
dikatakan efektivitas apabila semakin besar surat paksa yang dilunasi oleh wajib
pajak terhadap tunggakan. Maka dari itu penagihan pajak dengan surat paksa