Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR PERPAJAKAN
“KASUS PAJAK PT EKA PRIMA EKSPOR”

Disusun oleh :
Rizka Damayanti Putri

NIM 2018.61.003256

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan


Jurusan Pengantar Perpajakan
Tahun Ajaran 2018-2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Perpajakan
tentang “Kasus Pajak PT Eka Prima Ekspor”

Adapun materi dalam makalah ini tersusun atas tiga bab yang meliputi pendahuluan, isi, dan
penutup. Materi yang disampaikan dalam makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
untuk lebih mengenal kasus pajak apapun itu yang seharusnya di hindari dalam praktek
perpajakan suatu bangsa.

Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat, bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.

Saya juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada sehingga saya berharap
para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya
demi penyempurnaan makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi saya pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Balikpapan, 29 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang............................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................. 3

2.1 Definisi dan Fungsi Pajak.............................................................................................. 3


2.2 Teori Pemungutan Pajak................................................................................................ 4
2.3 Jenis-jenis Pengelompokkan Pajak................................................................................ 5
2.4 Pengertian dan Jenis Tindak Pidana Penggelapan........................................................ 5
2.5 Unsur-unsur Pasal Tindak Pidana Penggelapan............................................................ 7

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................... 8

3.1 Profil Perusahaan PT Eka Prima Ekspor ...................................................................... 8


3.2 Proses Terbongkarnya Kasus Pajak PT Eka Prima Ekspor............................................ 8
3.3 Upaya Penyelesaian Kasus Pajak PT Eka Prima Ekspor................................................ 12

BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 14

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 14
4.2 Saran.............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari sumber migas dan non
migas. Dengan posisi yang sedemikian penting itu pajak merupakan penerimaan strategis yang
harus dikelola dengan baik oleh Negara. Dalam struktur keuangan Negara tugas dan fungsi
penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara. Kebijakan tersebut dapat
dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang, penerbitan peraturan perundang-undangan
baru dibidang perpajakan, guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber
hukum lainnya berbagai upaya yang dilakukan belum menunjukkan perubahan yang signifikan
bagi penerimaan Negara. Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak satupun
perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela membayar pajak. Mengingat
pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan, maka perusahaan akan
berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk
menghindari pajak. Namun demikian penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang
legal agar tidak merugikan perusahaan di kemudian hari. Penghindaran Pajak dengan cara illegal
adalah penggelapan pajak. Hal ini perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang berlaku.
Selain wajib membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh, perusahaan juga memiliki
kewajiban untuk memotong pajak yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan kepada pihak
lainnya, baik kepada karyawan maupun pihak ketiga.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, rumusan masalah dalam makalah ini :
1.2.1 Siapakah pemilik dari PT Eka Prima Ekspor Indonesia?
1.2.2 Berapakah kerugian Negara yang di derita akibat dari penggelapan pajak yang dilakukan
oleh PT Eka Prima Ekspor Indonesia?
1.2.3 Bagaimana awal mula kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT Eka Prima
Ekspor hingga bisa terbongkar dan diketahui oleh Negara?
1.2.4 Jenis pajak apa sajakah yang digelapkan oleh PT Eka Prima Ekspor?
1.2.5 Siapa Oknum yang terlibat dalam Penggelapan Pajak PT Eka Prima Ekspor?
1.2.6 Pasal apa yang dilanggar PT Eka Prima Ekspor dan Hukumannya?
1.2.7 Tindakan yang harus diambil dari pemerintah?
1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Mengetahui profil perusahaan PT Eka Prima Ekspor?


1.3.2 Memahami awal mula kasus terbongkarnya usaha penggelapan pajak yang dilakukan
oleh PT Eka Prima Ekspor
1.3.3 Memahami upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan kasus penggelapan
pajak yang dilakukan oleh PT Eka Prima Ekspor
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI DAN FUNGSI PAJAK

Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan oleh peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan
pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak langsung dirasakan oleh rakyat.

Dr. Soepraman Soemahamidjaya memberikan definisi pengertian pajak sebagai iuran


wajib, berupa barang atau uang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.

Menurut Prof.Dr.MJH.Smeeths, pengertian pajak ialah prestasi pemerintah yang terutang


melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal individu, yang dimaksud dalam hal ini yaitu membiayai pengeluaran
pemerintah.

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof.Dr. Rohmat Soemitro.SH menyatakan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sedangkan pajak menurut Pasal 1 UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.

Adapun fungsi pajak menurut mardiasmo terbagi dua, antara lain sebagai berikut :
a. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintahan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya,
baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran bangunan.

b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.
Contoh :
 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras.
 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi
gaya hidup konsumtif

2.2 TEORI PEMUNGUTAN PAJAK

Menurut Mardiasmo, terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi
pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak antara lain sebagai berikut :
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena
itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap
Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar

3. Teori Daya Pikul


Beban Pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua
pendekatan yaitu :
a. Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki
oleh seseorang.
b. Unsur Subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus
dipenuhi.

4. Teori Bakti
Dasar keadilan memungut pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.
Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran
pajak adalah suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli


Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak
berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah warga Negara.
Selanjutnya Negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.
2.3 JENIS-JENIS PENGELOMPOKKAN PAJAK

Dalam hukum pajak terdapat pembagian jenis-jenis pajak yang dibagi dalam berbagai
pengelompokkan , sebagai berikut :

1. Pengelompokkan Pajak Menurut Golongannya


a. Pajak Langsung, yaitu Pajak yang dimaksudkan untuk dipikul sendiri oleh yang
membayarnya. Misalnya Pajak Penghasilan, PPh tidak bisa dilimpahkan atau digeser
kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, yaitu Pajak yang dimaksudkan dapat dilimpahkan atau
dibebankan oleh yang membayar kepada pihak lain misalnya PPn

2. Pengelompokkan Pajak Menurut Sifatnya


a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan atau
kondisi pribadi wajib pajak. Misalnya PPh, keadaan/kondisi wajib pajak akan
mempengaruhi dalam dal PTKP
b. Pajak Objektif, yaitu Pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan sifat objeknya
saja, tanpa memperhatikan kondisi diri wajib pajak.

3. Pengelompokkan Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya


a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada di tangan pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Misalnya PPh, PPn,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah
daerah dan digunakan untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah
daerah tersebut.

2.4 PENGERTIAN DAN JENIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

Menurut Tirana, beberapa definisi tindak pidana penggelapan menurut para ahli, sebagai
berikut :

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Penggelapan diartikan sebagai proses, cara dan perbuatan menggelapkan yang
menggunakan barang secara tidak sah.

b. Lamintang
Tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan penggelapan hak oleh seseorang
yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa adanya unsur melawan hukum.
c. R.Soesilo
Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian dalam pasal 362.
Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu belum berada di tangan pencuri
dan masih harus “diambilnya”, sedangkan pada penggelapan pada waktu dimilikinya
barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan kejahatan.
Menurut Putra dan Tirana, jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV
Pasal 372 sampai dengan 377 KUHP, adalah :

a. Penggelapan Biasa
Yang dinamakan penggelapan biasa adalah penggelapan yang di atur dalam Pasal 372
KUHP: “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik
sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi
yang ada dalam kekuasannya bukan karena kejahatn. Diancam karena penggelapan
dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

b. Penggelapan Ringan
Penggelapan Ringan adalah penggelapan yang apabila yang digelapkan bukan ternak dan
harganya tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diatur dalam Pasal 373 KUHP. Diancam
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima
puluh juta.

c. Penggelapan dengan Pemberatan


Penggelapan dengan Pemberatan yaitu penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena
pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun.

d. Penggelapan oleh Wali


Penggelapan dalam lingkungan keluarga adalah penggelapan yang dilakukan oleh orang
yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau yang dilakukan oleh wali,
pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial, atau yayasan,
terhadap barang sesuatu yang dikuasainya selaku demikian, diancam dengan pidana
penjara paling lama enam tahun.

e. Penggelapan dalam lingkungan keluarga


Ketentuan dalam Pasal 367 berlaku bagi kejahatab-kejahatan yang dirumuskan dalam bab
ini (Pasal 367 KUHP).
2.5 UNSUR-UNSUR PASAL TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

Dalam suatu penggelapan terdapat unsur-unsur objektif meliputi perbuatan, memiliki


sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan dan unsur-unsur subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja dan
penggelapan melawan hukum.

Pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur tentang penggelapan antara lain sebagai berikut :

a. Pasal 372 KUHP Penggelapan Biasa


 Dengan sengaja memiliki
 Memiliki sesuatu barang
 Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain
 Mengakui memiliki secara melawan hokum
 Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan

b. Pasal 373 KUHP Penggelapan Ringan


 Dengan sengaja memiliki
 Memiliki suatu bukan ternak
 Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain
 Mengakui memiliki secara hokum
 Barang yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
 Hukuman selama-lamanya 3 bulan

c. Pasal 374 KUHP dengan Pemberatan


 Dengan sengaja memiliki
 Memiliki suatu barang
 Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain
 Mengakui memiliki secara melawan hokum
 Barang yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
 Berhubung dengan pekerjaan atau jabatan

d. Pasal 375 KUHP Penggelapan oleh Wali dan Lain-lain


 Dengan sengaja memiliki
 Memiliki suatu barang
 Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian dari milik orang lain
 Barang yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
 Terpaksa disuruh menyimpan barang
 Dilakukan oleh wali, atau pengurus atau pelaksana surat wasiat atau pengurus
lembaga social
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PROFIL PERUSAHAAN PT EKA PRIMA EKSPOR

PT Eka Prima Ekspor berada dibawah naungan Lulu Group International atau EMKE
Group. Ini adalah kelompok usaha yang dimiliki Yusuf Ali MA dan berkantor pusat di Abu
Dhabi, Uni Emirth Arab. Rajesh diketahui juga menjadi salah satu direksi di Lulu Group PT Eka
Prima Ekspor Indonesia bergerak dibidang ritel. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan
yang bernaung dalam group Lulu Group International atau EMKE Group. Bisnis kelompok
usaha itu bergerak dibidang ritel bertaraf internasional. Salah satu bisnis yang tenar yakni Lulu
Hypermarket. Selain itu, Lulu Group memiliki beberapa pusat perbelanjaan, yaitu Khalidiyah
Mall, Al Raha Mall, Al Wahda Mall, Mushriff Mall, Madinat Zayed Mall, Mazyad Mall, Ramli
Mall, RAK Mall, Al Foah Mall, dan Al Khor Mall. Pusat Perbelanjaan itu tersebar di Negara-
negara kawasan teluk. Lulu Hypermarket mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Salah satunya
berdiri di kawasan Cakung Jakarta Timur. Beralamatkan Graha Eka Prima Ruko Textile Blok
C3/Raya, Jalan Mangga Dua No. 12 RT11/RW 5, Ancol, Pademangan, DKI Jakarta. Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta 14430.

3.2 PROSES TERBONGKARNYA KASUS PAJAK PT EKA PRIMA EKSPOR

PT Eka Prima Ekspor Indonesia memiliki tunggakkan pajak penghasilan Negara (PPN)
sejak 2014 sampai 2015. Membengkaknya tagihan pajak PT Eka Prima Ekspor lantaran
ditambah dengan bunga keterlambatan pembayaran pajak. PT Eka Prima memiliki restitusi pajak
senilai Rp 4.533.578.900 pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Restitusi
tersebut diajukan Mohan pada 26 Agustus 2015 ke KPP PMA Enam. KPP PMA Enam kemudian
mengimbau PT Eka Prima melunasi utang PPN pembelian kacang mete gelondong tahun 2014
sebesar Rp 36.876.570.880 dan tahun 2015 sebesar Rp 22.406.967.720. Mohan kemudian pada
30 Juni 2016 mengajukan surat keberatan yang menyatakan tidak sependapat.

Kepada KPP PMA Enam Jhonny Sirait kemudian mengundang Chief Accounting PT Eka
Prima Siswanto untuk menyarankan agar perusahaan tersebut mengikuti program tax amnesty.
Surat yang dikirimkan KPP PMA Enam kemudian tidak dibalas oleh Mohan. Pemeriksa Pajak
KPP PMA Enam yang sebelumnya berkesimpulan dapat memenuhi keinginan restitusi pajak PT
Eka Prima kemudian menolak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) karena adanya
instruksi Jhonny Sirait yang mengatakan transaksi PT Eka Prima tidak dapat diyakini
sebenarnya. PT Eka Prima juga memiliki Surat Tagihan Pajak PPN pada 6 September 2016
untuk masa pajak Desember 2014 sebesar Rp 52.364.730.649 dan untuk masa pajak Desember
2015 sebesar Rp 26.440.221.909 PT Eka Prima juga menghadapi masalah karena akan dibukper
(bukti permulaan) oleh KPP PMA Enam sehubungan dengan Surat Pembatalan.

Pencabutan Pengukuhan PT Eka Prima oleh KPP PMA Enam. Total Penghapusan Pajak
adalah 78 milyar. Direktur Utama PT Eka Prima Ekspor, Rajesh menjalani siding perdana di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin 13 Februari 2017. Ia didakwa menyuap
Kepala Sub Direktorat Bukti Permulaan Pajak Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Jenderal
Pajak Kementerian Keuangan, Handang Soekarno, sebesar US$ 148.500 atau setara dengan Rp
1,9 Miliar. Jaksa penuntut umum pada KPK menyebut suap ini diberikan agar Handang
mempercepat penyelesaian permasalahan pajak yang dihadapi PT Eka Prima.

“Terdakwa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara Negara dengan


maksud supaya orang tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya,” Kata Jaksa
Ali Fikri di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin 13 Februari 2017.

PT Eka Prima yang terdaftar sebagai wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman
Modal Asing Kalibata (KPP PMA Enam) tercatat memiliki sejumlah permasalahan pajak pada
kurun 2015 sampai 2016. Di antaranya adalah pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak, surat tagihan pajak, pajak pertambahan nilai,penolakan pengampunan pajak, dan
pemeriksaan bukti permulaan.

Terkait dengan restitusi pajak periode 2012 sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp 3,5
miliar. Terdakwa mengajukan permohonan pengembalian pada 26 Agustus 2015 ke KPP PMA.

Pada Juni 2016, KPP PMA Enam mengimbau PT Eka Prima agar melunasi PPN atas
pembelian kacang mete gelondong tahun 2014 sebesar Rp 36,8 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp
22,4 miliar. Sebelumnya KPP PMA Enam memperoleh informasi KPP Maumere bahwa PT Eka
Prima membeli barang kena pajak dari pedagang yang belum dikenakan PPN. Nakun, pada 30
Juni 2016 terdakwa mengajukan keberatan ke KPP PMA Enam yang intinya tidak sependapat
dengan klarifikasi tersebut.

Pada 19 Agustus 2016, Chief Accounting PT Eka Prima Siswanto memenuhi undangan
Jhonny Sirait, Kepala KPP PMA Enam. Pada pertemuan itu jhonny menyarankan agar PT Eka
Prima mengikuti program tax amnesty. Tapi, hingga batas waktu yang ditentukan PT Eka Prima
tidak mengajukan tax amnesty.

Selanjutnya awal September 2016, terdakwa memasukkan surat pernyataan harta sebagai
salah satu syarat tax amnesty. Namun ditolak karena PT Eka Prima mempunyai tunggakkan
pajak untuk Desember 2014 sebesar Rp 52,3 Miliar dan untuk Desember 2015 sebesar Rp 26,4
Miliar.

Selanjutnya pada 7 September 2016, Johnny Sirait juga menginstruksikan pemeriksaan


bukti pemulaan tindak pidana perpajakan atas nama PT Eka Prima tahun pajak 2012-2014
kepada Kepala Kanwil DJP Jakarta Khusus, karena adanya dugaan ekspor yang tidak benar dan
penyalahgunaan faktur fiktif.

Masalah Pajak PT Eka Prima tak berhenti disitu. Pada 20 September 2016, Kepala KPP
PMA Enam Soniman Budi Raharjo mengeluarkan surat pencabutan pengukuhan pengusaha kena
pajak (PKP) karena adanya dugaan PT Eka Prima tidak mempergunakan PKP seusai ketentuan.
Sehingga ada indikasi restitusi yang diajukan tidak sebagaimana mestinya.

Karena permasalah pajak yang rumit, Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus
Muhammad Haniv menyarankan terdakwa menemui Handang Soekarno untuk meminta bantuan.
Selanjutnya, terdakwa meminta bantuan Arif Budi Sulistyo dengan mengirimkan dokumen-
dokumen pajaknya melalui pesan Whatsapp.

Pada Oktober 2014, atas arahan Dirjen Pajak Ken Dwijugaeasteadi, Muhammad Haniv
memerintahkan Johnny SIrait agar membatalkan surat pencabutan pengukuhan PKP PT Eka
Prima. Keesokan harinya KPP PMA Enam pun menindaklanjuti permintaan itu dengan
mengeluarkan surat pembatalan pencabutan pengukuhan PKP PT Eka Prima.

Sehari setelah surat pembatalan keluar, terdakwa bersama Siswanto bertemu dengan
Handang di Lantai 13 Gedung Utama Kantor Pusat Dirjen Pajak. Pada pertemuan itu, terdakwa
meminta Handang membantu menyelesaikan masalah pajak PT Eka Prima lainnya. Atas
permintaan itu, Handang menyarankan agar terdakwa menyelesaikan surat tagihan pajak terlebih
dahulu.

Besoknya,Handang mengabarkan bahwa permintaan pembatalan surat tagihan pajak yang


diajukan terdakwa pada 21 September 2016 akan diproses. Handang pun berjanji untuk
membantu dan akan menemui pihak-pihak terkait di Kanwil DJP Jakarta Khusus.

Pada 20 Oktober 2016, terdakwa bersama Siswanto bertemu Handang di Nippon Khan
Hotel Sultan Jakarta. Dalam pertemuan itu, terdakwa menjanjikan uang 10 persen dari total nilai
STP PPN senilai Rp 52,3 Miliar. Setelah negoisasi, akhirnya disepakati uang yang akan
diberikan Rp 6 Miliar.Uang tersebut sudah termasuk upah untuk Haniv.

Beberapa hari setelah pertemuan, Haniv menerbitkan pembatalan Surat Tagihan Pajak PT
Eka Prima untuk masa pajak 2014 dan 2015. Handan kemudian menagih uang dijanjikan
terdakwa.

Pada 18 November, terdakwa menyerahkan uang Rp 2 Miliar melalui Dinesh Kumar


Raghuvaran, Kepala Cabang Utama PT Eka Prima Surabaya, kepada Yustinus Heri Sulistio,
Pegawai Pajak Kanwil DJP Jawa Timur I, sekaligus orang kepercayaan Handang. Karena uang
tersebut dikemas dalam dua koper besar, Handang meminta terdakwa menukarnya dalam
pecahan Dollar Amerika.
Selanjutnya pada 21 November, terdakwa menukar uang tersebut BENS Money Changer,
Jalan Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian Yuli Kanestren mengambil uang yang sudah ditukar
menjadi US$ 148.500 dan diserahkan kepada Ramila, istri terdakwa.

Malam harinya, Handang mendatangi rumah terdakwa di Springhill Golf Residence D7


Blok BVH B3 kemayoran untuk mengambil uang. Sesaat setelah uang berpindah tangan,
keduanya dicokok penyidik KPK.

Komisi Pemberantasa Korupsi melakukan operasi tangkap tangan terhadap direktur utama
PT Eka Prima Ekspor Indonesia, R.Rajamohanan Nair dan Kasubdit Bukti Permulaan Direktorat
Penegakan Hukum Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, Handang Soekarno.

Keduanya ditangkap terkait dugaan suap sebesar Rp 6 Miliar. Uang tersebut diduga untuk
menghilangkan kewajiban pajak PT Eka Prima Indonesia sebesar 78 Miliar.

Atas perbuatannya, Raja Mohan didakwa melanggar Pasal 5 ayat huruf a atau b atau Pasal
13 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun
penjara.

PT Eka Prima Ekspor Indonesia memiliki surat tagihan pajak Rp 78 Miliar. Uang tersebut
adalah Tunggakkan Pajak PT Eka Prima dari tahun 2014 sampai dengan 2015 yang terdiri dari
PPn dan bunga.

PT Eka Prima Ekspor Indonesia sebelumnya mengaku hendak mengajukan diri sebagai
peserta program pengampunan dari Negara kepada para tax amnesty. Melalui Kuasa Hukumnya,
Tommy Singh, sebelum diajukan, kliennya telah mendapat intimidasi dari Kepala Sub Direktorat
bukti permulaan demokratis

Pencegakan hukum pada Direktorat Jenderal Pajak Handang Soekarno. Handang kepada
Rajesh Rajamohanan Nair selaku direktur utama mengatakan akan menolak permohonan
keikutsertaannya dalam program tax amnesty tersebut.

Kuasa Hukum Country Director PT Eka Prima Ekspor Indonesia R.Rajamohan Nair,
Tommy Singh, menyebutkan ada keterlibatan tiga pejabat Direktorat Jendral Pajak Kementerian
Keuangan dalam kasus dugaan suap yang menjerat kliennya.

Ketiga oknum tersebut dituding memeras Rajamohanan agar membayarkan sejumlah uang
dalam kasus tunggakkan pajak PT Eka Prima Ekspor Indonesia.

Tunggakkan pajak PT Eka Prima Ekspor Indonesia sebesar Rp 78 Miliar diketahui dari
Surat Tagihan Pajak (STP) pada 2013-2014. Meski menyebut keterlibatan oknum Dirjen Pajak,
Tommy enggan memberikan keterangan identitasnya.
3.3 UPAYA PENYELESAIAN KASUS PAJAK PT EKA PRIMA EKSPOR

Rajesh Rajamohanan disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf (a) atau Pasal 5 ayat 1 huruf
(b) atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Sementara Handang disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal
11 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Direktur PT Eka Prima Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair dihukum 3 tahun


penjara dan didenda sebesar Rp Rp 200 Juta subside 5 bulan kurungan. Majelis hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menyatakan warga asli india itu terbukti menyuap
Kepala Subdirektorat Bukti Permulaan Direktorat Jenderal Pajak Handang Soekarno sebesar Rp
1,9 Miliar.

Vonis yang diberikan hakim kepada Rajamohanan lebih ringan daripada tuntutan jaksa
Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam sidang sebelumnya jaksa meminta hakim memvonis
Rajamohanan penjara 4tahun dan denda Rp 250 juta subsider 6 bulan kurungan.

Hakim menyebutkan hal-hal yang meringankan Rajamohanan adalah terdakwa menyesali


perbuatan, berlaku sopan, dan belum pernah dihukum. Sedangkan hal-hal yang memberatkan
terdakwa adalah perbuatan Rajamohanan bertentangan dengan Program Pemerintah dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Kasus Pajak di Indonesia saat ini sudah meresahkan banyak pihak. Pajak yang seharusnya
menjadi alat pembiayaan dan pengaturan Negara sudah di komoditikan berbagai kepentingan.
Pemerintah dianggap kurang tegas dan memberikan banyak peluang dalam menghadapi kasus
ini. Terlalu banyak terjadi pelanggaran atau kolusi di berbagai lini. Memang ada yang ketahuan
dan mendapat sanksi, namun jika dibandingkan dengan yang tidak ketahuan, jumlahnya lebih
banyak yang tidak ketahuan.

Terjadinya kasus penyelewangan pajak yang melibatkan oknum wajib pajak dan aparat
Dirjen Pajak diakibatkan minimnya upaya pencegahan. Kasus terindikasi korupsi ini bisa
dicegah jika Dirjen Pajak bekerjasama dengan instansi penegak hukum, seperti Komis
Pemberantasan Korupsi (KPK), dan proaktif mengusut dugaan pelanggaran dalam pembayaran
pajak oleh wajib pajak, baik perorangan maupun badan usaha, apalagi terkait kasus yang
terindikasi itu melibatkan pejabat Negara.
Anggota Komisi III DPR Gayus Tambunan mengatakan, dalam upaya pemberantasan
mafia perpajakan, Dirjen Pajak bersama KPK dan Instansi Penegak Hukum diberi wewenang
untuk memantau kinerja pejabat Negara. Ini dilakukan guna meminimalisasi terjadinya praktik
korupsi, termasuk dalam kewajiban membayar pajak.

“Kebocoran dalam penerimaan pajak ini seharusnya tidak perlu terjadi andai Dirjen Pajak
bersama Institusi Penegak Hukum, termasuk KPK, aktif dalam melakukan pengawasan dan
pencegahan. Makanya, DPR berencana membentuk pansus Hak Angket Perpajakan” katanya, di
Jakarta, Selasa (15/2).

Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan ini khawatir penuntasan kasus pajak akan
tesandera oleh kekuatan kekuasaan dan kekuatan ekonomi. Dalam hal ini, kekuatan kekuasaan
berada di tangan Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, sedangkan kekuatan ekonomi dari para
pengusaha yang punya modal besar dan punya masalah pajak.

“Aparat Dirjen Pajak bisa leluasa menyunat setoran pajak karena pengawasannya lemah.
Padahal, lembaga seperti KPK diberi kewenangan untuk memonitor kinerja pejabat di seluruh
instansi pemerintah", Tuturnya.

Hingga saat ini, sejumlah kasus pajak besar yang terindikasi melibatkan tokoh politik dan
pejabat Negara belum ditindaklanjuti. Kejahatan Pajak besar yang merugikan Negara hingga
triliunan rupiah belum terungkap, salah satunya dugaan kasus penggelapan pajak oleh Ancora
Group milik Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita I Wirjawan.

Terkait hal ini, pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro
mengatakan, pembiaran terhadap kasus pajak sebenarnya tidak menguntungkan bagi pemerintah.
Kesan yang muncul seolah sedang terjadi tarik menarik kepentingan dalam kasus-kasus pajak
tersebut.

“Penyelesaian kasus pajak yang terus mutar-mutar di tempat ini jelas memojokkan citra
pemerintah. Ini akan jadi bom waktu yang mengancam performa pemerintahan. Muncul kesan
kelambanan penanganan kasus pajak ini karena Presiden Jokowi tersandera oleh banyak konflik
kepentingan,” katanya.

Siti Zuhro menambahkan, penuntasan kasus mafia pajak sangat memengaruhi citra
presiden di Masyarakat. Apabila kasus-kasus ini diabaikan, terutama yang menyeret nama
pejabat Negara/publik, maka bisa dipastikan kepercayaan masyarakat terhadap komitmen
Presiden Jokowi pemberantasan korupsi akan menurun drastic.

“Presiden dan partainya harus belajar pada dampak penurunan kepercayaan public gara-
gara kasus Bank Century. Ini karena terkesan pejabat-pejabat yang terlibat itu justru dilindungi.
Jika tidak mau belajar dari kasus Century, kinerja Partai Demokrat akan merosot.” Ucapnya.
Untuk itu, ketegasan Presiden Jokowi diharapkan dapat menghilangkan kecurigaan publik
tentang dugaan persekongkolan antara penguasa dan pengusaha yang terafiliasi dengan
perusahaan-perusahaan besar.

Pemerintah juga perlu membangun kesadaran Masyarakat akan patuh membayar pajak.
Kesadaran membayar pajak ini tidak hanya memunculkan sikap patuh, taat, dan disiplin semata
tetapi diikuti sikap kritis juga. Semakin maju masyarakat dan pemerintahannya, maka semakin
tinggi kesadaran membayar pajaknya namun tidak hanya berhenti sampai di situ justru mereka
semakin kritis dalam menyikapi masalah perpajakan, terutama terhadap materi kebijakan di
bidang perpajakannya, misalnya penerapan tarif, mekanisme pengenaan pajaknya, regulasinya,
benturan praktek di lapangan dan perluasan subjek dan objeknya. Masyarakat di Negara maju
memang telah merasakan manfaat pajak yang mereka bayar. Bidang Kesehatan, Pendidikan,
Sosial maupun sarana dan prasarana transportasi yang cukup maju maupun biaya operasional
aparat-aparat Negara berasal dari pajak mereka. Pelayanan medis gratis, sekolah murah, jaminan
sosial maupun alat-alat transportasi modern menjadi bukti pemerintah mengelola dana pajak
dengan baik. Dengan digalangkannya kesadaran akan pajak ini diharapkan Indonesia akan
menuju kesejahteraan yang selama ini diharapkan. Slogan “LUNASI PAJAKNYA AWASI
PENGGUNAANNYA” tidak hanya suara dan gaungnya semata yang nyaring namun bisa benar-
benar terwujudkan bahwa pajak menjadi pendapatan utama Negara yang diperuntukkan dan
dikelola dengan transparan dan akuntabel bagi kepentingan masyarakatnya sendiri.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kasus PT Eka Prima Ekspor adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita. Seseorang
yang diharapkan dapat ikut menegakkan Pajak yang berlaku, malah ikut serta terlibat dalam
kasus yang merugikan Negara dari situ tergambar, sebagian dari mereka tidak sungguh-sungguh
menegakkan keadilan, malah berusaha menyiasati hukum dengan segala cara. Tujuannya boleh
jadi buat melindungi orang kaya yang diduga melakukan kejahatan. Dan kalau perlu dilakukan
dengan cara mengorbankan orang yang lemah. Padahal pajak sendiri digunakan untuk
memakmurkan Rakyat Indonesia.

PT Eka Prims Ekspor Indonesia berada dibawah naungan Lulu Group International atau
EMKE Group. Ini adalah kelompok usaha yang dimiliki Yusuf Ali MA dan berkantor pusat di
Abu Dhabi, Uni Emirth Arab kejahatan ini diperkirakan merugikan Negara Rp 78 Miliar.

Rajesh Rajamohanan disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf (a) atau Pasal 5 ayat 1 huruf
(b) atau PAsal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Pemerintah diharapkan lebih tegas dalam menindak kecurangan pajak karena sangat
berpengaruh terhadap kemakmuran rakyat Indonesia dan tidak memandang Bulu siapa
pelakunya. Pemerintah juga perlu menanamkan sikap sadar bayar pajak kepada Masyarakat agar
selanjutnya hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya berharap kedepannya kasus-kasus terkait
pajak akan semakin berkurang.
4.2 SARAN

Demikianlah materi singkat yang dapat saya sampaikan melalui penulisan makalah
“KASUS PAJAK PT EKA PRIMA EKSPOR”. Semoga makalah ini dapat menjadi rujukan dan
referensi bagi para pembaca untuk dapat memahami pentingnya peran pajak sebagai sumber
penerimaan Negara. Kasus Penggelapan Pajak merupakan masalah yang sangat merugikan
Negara dan perlu ditindak secara tegas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan adanya penyelesaian yang nyata, misalnya para koruptor pajak dimiskinkan, akan
menimbul efek jera sehingga dapat mengurangi bahkan meniadakan jumlah kasus penggelapan
pajak.

Daftar Pustaka :

https://nasional.tempo.co/read/846093/kronologi-pt-ek-prima-suap-pejabat-pajak-diungkap-di-
sidang

http://www.tribunnews.com/nasional/2016/11/25pajak-yang-hendak-dihilangkan-pt-ek-prima-
ekspor-indonesia-adalah-ppn-dan-bunga-tahun-2014-2015

http://www.pajak.go.id/content/article/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-
pajak

http://www.aktual.com/tiga-oknum-pejabat-ditjen-pajak-dituding-terlibat-kasus-suap-pt-e-k-
prima/

http://nasional.kampus.com/read/2016/11/24/21315071/tiga.pejabat.ditjen.pajak.dituding.juga.ter
libat.dalam.kasus.dugaan.suap

http://www.jurnas.com/artikel/10186/Bertaraf-Internasional-PT-EK-Prima-Ekspor-Indonesia-
Kemplang-Pajak/

http://nasional.kompas.com/read/2017/03/06/19270071/penyelesaian.kasus.pajak.pt.ekp.disebut.t
itipan.adik.ipar.jokowi

Anda mungkin juga menyukai