Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar perpajakan
Dosen : Yeni Tata Rini., SE., M.Acc., Ak

Disusun oleh:
KELOMPOK 6
Nama : Ria Rahmawati (1811001)
Mentari Pasia Citra Hadi (18110032)
Kelas : AKT Sore

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan
Anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Perpajakan di
Indonesia, tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Dasar Perpajakan

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis mohon saran dan kritiknya yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan Makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas
Makalah.

Mudah-mudahan Makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
kita semua yang membacanya..

Malang, 20 Maret 2019


Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . ………………………………………………………. i


Daftar Isi ………………………………………………………. ii
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 1
1.3. Tujuan ………………………………………………………. 2
Bab II Pembahasan ………………………………………………………. 3
1. Pengertian Pajak ………………………………………………………. 3
2. Perbedaan pajak dan jenis pungutan lainnya ………………………………….. 4
3. Hukum pajak ………………………………………………………. 5
4. Jenis Pajak ………………………………………………………. 6
5. Fungsi Pajak ………………………………………………………. 7
6. Tata Cara Pungutan Pajak …………………………………………………….. 8
7. Timbulnya Utang pajak ……………………………………………………….. 10
Bab III Penutup ………………………………………………………. 12
Daftar Isi ………………………………………………………. 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan
negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Uang
yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi di dalamnya sepanjang
sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain
untuk pembiayaan perang, penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur
ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga
digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan publik.
Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat
pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.

Pemerintah menggunakan berbagai jenis pajak dan menetapkan berbagai tarif pajak.
Tindakan ini dilakukan untuk mendistribusikan beban pajak kepada individu atau kelas
populasi yang terlibat dalam kegiatan kena pajak, seperti misalnya bisnis,atau untuk
mendistribusi ulang sumber daya di antara individu dan kelas populasi. Pada masa lampau,
kebangsawanan ditunjukkan dengan adanya pajak atas yang miskin; sistem jaminan
kesejahteraan modern bersifat sebaliknya, ditujukan untuk membantu rakyat miskin, cacat,
atau pensiun dengan memajaki rakyat yang masih bekerja

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi pajak?
2. Apa perbedaan pajak dan jenis pungutan lainnya?
3. Apa fungsi pajak?
4. Bagaimana system perpajakan di Indonesia?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui definisi pajak
2. Mengetahui perbedaan pajak dan jenis pungutan lainnya
3. Mengetahui fungsi pajak
4. Mengetahui system pajak di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PAJAK
Berdasarkan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 disebutkan bahwa Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Adapun kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukan para ahli lainnya adalah sebagai
berikut:

1. Pengertian pajak menurut Prof. Erwin R. A Seligman dalam buku Essay In Taxation yang
diterbitkan di Amerika menyatakan bahwa :” Tax is compulsary contribution from the
person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all,
without reference to special benefit conferred”. Dari definisi diatas terlihat adanya
kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan
secara khusus kepada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimana pun juga
pajak ditujukan manfaanya kepada masyarakat.
2. Pengertian pajak menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economics of Public Finance
memberikan batasan pajak seperti diatas hanya menggantikan without reference dengan
little reference.
3. Pengertian pajak menurut Mr. Dr. NJ. Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddelen
Van Indonesia (terjemahan) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapakannya secara umum),
tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran –
pemgeluaran umum.
4. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. MJH. Smeets dalam buku De Economische Betekenis
Belastingen (terjemahan). Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang
dapat ditujukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untk membiayai pengeluaran
pemerintah.
5. Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H. dalam bukunya “Dasar – dasar Hukum Pajak dan
Pajak Pendapatan (1990:5) menyatakan :”Pajak adalah iuran kas negara berdasarka
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”.

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
3. Pajak dpungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih dapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2. PERBEDAAN PAJAK DAN JENIS PUNGUTAN LAINNYA

Disamping pajak, ada beberapa pungutan lain yang serupa dengan pajak, namun
mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda dengan pajak, yang dilakukan oleh negara terhadap
rakyatnya. Pungutan tersebut antara lain:

a. Bea Materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda
materai ataupun benda lain.
b. Bea masuk atau bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang barang yang
dimasukkan kedalam daeran pabean berdasarkan haga / nilai barang itu atau berdasarkan
tarif yang sudah ditentukan. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang
barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentuka bagi
masing – masing jenis golongan barang.
c. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang – barang tertentu yang sudah
ditetapkan untuk masing – masing jenis barang tertentu. Contoh : Tembakau, Gula,
Bensin, Minuman keras, dll
d. Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Untuk tata pungutannya, retribusi tidak dapat diborongkan dan retribudi dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang dipersamakan.
Pelaksanaan penagihan dapat dipaksakan. Dalam hal ini wajib retribusi tertentu kepada
mereka tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang
yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi
Daerah (STRD).
e. Iuran, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang
diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan
pembayar

3. HUKUM PAJAK
Hukum pajak dibagi menjadi 2 yaitu
1. Hukum pajak materiil yaitu norma norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa hukum yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan,
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara
pemerintah dan Wajib Pajak. Sebagai contoh : Undang – Undang Pajak Penghasilan
2. Hukum pajak formal merupakan tata cara untuk mewujudkan hukum pajak materiil
menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat antara lain:
a. Tata cara penetapan utang pajak
b. Hak – hak fiscus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan
peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan/pencatatan dan
hak hak Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding.

Di Indonesia hukum pajak formal ini telah diwujudkan dalam Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
4. JENIS PAJAK
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu Pengelompokkan
menurut golongan, menurut sifat, dan menurut Lembaga yang memungutnya.
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau di tanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak = pihak
tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika
terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak misalnya terjadi penyerahan barag atau jasa.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN terjadi karena terdapat penambahan
nilai terhadap barang / jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang
menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit
maupun implisit (dimasukkan dalam harga jual barang / jasa)
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi
Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.
Berdasarkan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 disebutkan bahwa
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Contoh : Pajak penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat subjek pajak (Wajib Pajak)
orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan
pribadi Wajib Pajak (Status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya)
b. Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa
benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak)
maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat): pajak yang dipungut pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
Contoh: PPh, PPN, dan PPnBM, PBB serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
b. Pajak Daerah: Pajak yang dipungut pemerintah daerah baik dari daerah tingkat I
(pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten / kota) dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing – masing.
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak
Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

5. FUNGSI PAJAK
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi
regularend (pegatur)
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik, rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah beruapaya memasukkan
uang sebanyak – banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara
ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan
peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dll.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Fungsi regularend / mengatur yaitu pajak yang digunakan sebagai alat untuk
mengatur baik masyarakat dibidang ekonomi, social maupun politik denggan tujuan
tertentu.
Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam
contoh sebagai berikut:
1. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusuta dipercepat) dalam
rangka meningkatkan investasi dalam negeri maupun investasi asing.
2. Pengenaan pajak ekspor untuk produk – produk tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
3. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk –
produk import tertentu dalam rangka melindungi produk – produk dalam negeri.

Disamping kedua fungsi diatas, pajak masih mempunyai tujuan – tujuan lain seperti
redistribusi pendapatan atau menanggulangi inflasi.

6. TATA CARA PUNGUTAN PAJAK


Tata cara pemungutan pajak terdiri dari atas stelsel pajak, asas pungutan pajak, dan
system pemungutan pajak .
1. Stelsel pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:
a. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah
pajak yang dikenakan lebih realitis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)


Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang –
undang sebagai contoh penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya sehungga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang
dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun.
Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stesel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan,
maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya,
apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.
2. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu:
a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakân bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasìlan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya. baik penghasilan
yang berasal dan dalam maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak yang berdomisili
atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri)
dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik dan Indonesia
maupun dan luar Indonesia.
b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
Setiap orang yang memperoleh penghasilan dan Indonesia dikenakan pajak atas
penghasilan yang diperolehnya tadi.

c. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap
orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tínggal di
Indonesia.

3. Sistem Pemungutan Pajak


Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan. yaitu:
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif
serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan
para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan
ada pada aparatur perpajakan).
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam
menentukansendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturanperundang.-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif
sertakegiatan menghitting dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib
Pajak. Wa)ib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami
undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang
tinggi, serta menyadari alasan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu.
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
1.) menghitung sendiri pajak yang terutang;
2.) memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;
3.) membayar sendiri ;umlah pajak yang terutang;
4.) melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dan
5.) mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib Pajak).
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang
ditunduk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai
dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan
pihak ketiga ini dilakukan sesuaá peraturan pcrundang-undangan perpajakan,
keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak,
menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia,
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
pihak ketiga yang ditunjuk.

7. TIMBULNYA UTANG PAJAK


Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena berkaitan
dengan:
1. Pembayaran pajak
2. Memasukkan surat keberatan;
3. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa;
4. Menerbitkan surat ketetapan Pajak Kurang Baya, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, dan lain-lain; dan
5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya.
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya utang
pajak) yaitu ajaran materill dan ajaran formil.
a. Ajaran Materlil
Ajaran materiji menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dìberlakukannya
undang
undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan secara aktif meneniukan
apakah
dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan perpaiakan yang
berlaku.
Ajaran ini konsisten dengan penerapan self assessment system.
b. Ajaran Formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah seseorang
dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar dan kapan
,angka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak
tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assessment system.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang dengan tidak
mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran rakyat
b. Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang digunakan pun beraneka ragam.
Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah
memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan
nasional yang merupakan modernisasi.
c. Adapun hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang
yang memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang
itu sendiri.
d. Fungsi pajak ada dua yaitu fungsi budgeteir dan fungsi mengatur. Fungsi budgeteir,
pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contohnya pajak untuk APBN (gaji PNS,pembangunan). Fungsi mengatur pajak
berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang social dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang
tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan.

DAFTAR ISI
1. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
2. Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta. Salemba Empat.
3. Undang Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang KUP
4. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai