FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
TENTANG HUKUM PAJAK, ARTI, TUGAS, DAN GUNANYA
Hukum pajak, sering juga disebut hukum fiscal adalah keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara
negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak
(selanjutnya sering disebut wajib pajak).
Tugasnya itu adalah menelaah keadaan-keadaan dalam masyarakat yang dapat
dihubungkan dengan pengenaan pajak, dalam hal ini lah penting sekali tidak bisa
diabaikan begitu saja latar belakang ekonomis dari keadaan-keadaan dalam masyarakat
tersebut. Hukum pajak memuat pula unsur-unsur hukum tata negara dan hukum pidana
dengan acara pidananya. Yang menarik perhatian para cendekiawan adalah seringnya
perubahan aturan, yaitu sebagai akibat dari perubahan yang terdapat pada kehidupan
ekonomi dalam masyarakat di mana perubahan ini mengharuskan pengubahan peraturan-
peraturan pajaknya.
Demikian halnya dengan negara-negara yang telah maju (juga dalam caranya
mengatur pajak tersebut), yang bisa menyesuaikan segala aparaturnya dengan kebutuhan
masyarakat untuk segera terlaksana terhadap segala perubahan terutama di dalam
perekonomian.
Pajak
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Definisi tersebut dikutip dari Prof. Adriani, yang
memasukan pajak sebagai pengertian yang dianggapnya sebagai suatu species ke dalam
genus pungutan (jadi pungutan diartikan lebih luas). Yang dimaksud tidak mendapat
prestasi-kembali dari negara ialah prestasi khusus yang erat hubungannya dengan
pembayaran “iuran” tersebut.
Definisi Pajak
Berikut disajikan definisi dari beberapa sarjana yang dimuat secara kronologis:
1. Definisi Prancis, termuat dalam buku Leroy Beaulieu “Pajak adalah bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan public
dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”
2. Definisi Deutsche Reichs Abgaden Ordnung “Pajak adalah bantuan uang secara
periodik (dengan tidak ada kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang
bersifat umum (negara) untuk memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu
tatbestand (sasaran pemajakan), yang karena undang-undang telah menimbulkan
utang pajak.”
3. Mr. Dr. N.J. Feldmann, “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak terhadap
norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri, tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”
4. Prof. Dr. M.J.H. Smeets, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, yang dapat memaksa yang ditunjukan dalam hal
yang individual dalam arti membiayai pengeluaran pemerintah.”
5. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat kontra-prestasi yang
langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
6. Dr. Soeparman Soemahamidjaja, “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau
barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.”
Asas Finansial
Sesuai dengan fungsi budgeter, maka sudah barang tentu bahwa biaya untuk
mengenakan dan untuk memeungutnya harus sekecil-kecilnya apalagi dalam bandingan
dengan pendapatannya. Sebab inilah hasil yang dicapainya yang harus dapat
menyumbang banyak dalam menutup pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
negara termasuk juga biaya untuk aparatur fiskus sendiri.
Selain itu, untuk menghindarkan tertimbunnya tunggakan-tunggakan pajak, haruslah
selalu diteliti, apakah syarat-syarat penting telah dipenuhi untuk dapat memungut pajak
dengan efektif. Syarat ini antara lain adalah bahwa pengenaan pajak harus dilakukan pada
saat yang terbaik bagi yang harus membayarnya, yaitu harus sedekat-dekatnya saatnya
dengan saat terjadinya perbuatan, peristiwa, ataupun keadaan yang menjadi dasar
pengenaan pajak itu, sehingga sangat mudah dibayar oleh orang-orang yang
bersangkutan. Sistem ini sesuai dengan ajuran para ahli dalam hukum pajak yang
mendengungkan dalil “pays as you learn”.
Sesuai dengan asas finansial, bahwa bilamana pembuat undang-undang (pajak) ingin
menghapuskan satu macam pajak, ia menilik terlebih dahulu, bagaimana keadaan
keungan negara. Bilamana anggaran belanja itu mengizinkan, maka ini akan mendapat
gelar bijaksana jika pajak tadi dipertahankan dulu untuk sementara waktu.
Selain diatas terdapat juga asas pemungutan pajak yang dikemukan oleh Adam Smith
dengan ajaran The Four Maxims :