Anda di halaman 1dari 81

PPH ORANG PRIBADI

Disusun Oleh: Tim Dosen Brevet Pajak Batam


Tahun 2020
APA ISI SLIDE INI
KARAKTERISTIK, KETENTUAN
01 FORMAL DAN MATERIAL

02 SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

03 OBJEK PAJAK PENGHASILAN

04 PENGURANG PENGHASILAN
APA ISI SLIDE INI

05 PENGHITUNGAN PPH TERUTANG

PELUNASAN PAJAK PADA AKHIR


06 TAHUN

07 PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

08 SOAL KASUS
KARAKTERISTIK, KETENTUAN
FORMAL DAN MATERIAL
APA ITU PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak atas Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun.
LEGAL CHARACTER PAJAK PENGHASILAN (1)
Pajak Subjektif
Dalam menentukan besarnya beban Pajak Penghasilan, keadaan subjek pajak sangat
diperhatikan, diantaranya jumlah penghasilan, jumlah tanggungan Wajib Pajak

Pajak Langsung
Wajib Pajak sebagai penanggung jawab secara yuridis formal dalam melunasi pajak, menanggung
beban pajak secara ekonomis, dan pihak yang dituju undang-undang sebagai pemikul beban pajak
(destinaris)

Pajak Pusat
Kewenangan dalam melakukan pemungutan Pajak Penghasilan berada di Pemerintah Pusat,
dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
LEGAL CHARACTER PAJAK PENGHASILAN (2)
Sistem Self-Assessment dan Sistem Withholding
Dalam menentukan besarnya beban Pajak Penghasilan Orang Pribadi menggunakan sistem Self
Assessment, dan untuk PPh Pasal 21, 22, 23, 26, 4 ayat (2) menggunakan sistem witholding

Tarif Bersifat Progresif


Tarif PPh Orang Pribadi di Indonesia menggunakan tarif progresif yaitu semakin tinggi penghasilan
akan dikenakan tarif pajak yang semakin besar
• DASAR HUKUM UU PPh
Hingga saat ini UU PPh telah mengalami perubahan keempat
dengan Undang Undang No.36 Tahun 2008 disebut juga UU PPh 1984

1983 1994 2008


Undang Undang Undang Undang Undang Undang
No.7 Tahun 1983 No.10 Tahun 1994 No.36 Tahun 2008

1991 2000
Undang Undang
Undang Undang No.17 Tahun 2000
No.7 Tahun 1991
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI
orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat
tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar
Indonesia

WARISAN YANG BELUM DIBAGI


warisan yang belum terbagi tersebut sebagai satu
kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

BADAN
sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha

BENTUK USAHA TETAP


Orang Pribadi/Badan yang tidak didirikan di
Indonesia / tidak berada di Indonesia, namun
melakukan usaha di Indonesia

Dalam slide ini akan kita bahas Orang Pribadi dan Warisan Yang Belum Dibagi, sedangkan
Badan dan Bentuk Usaha Tetap akan dibahas di slide PPh Badan
ORANG PRIBADI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
b. Orang pribadi yang berada di indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
c. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA
1) mempunyai tempat tinggal (place of residence) di Indonesia yang digunakan oleh orang pribadi
sebagai tempat untuk:
a. berdiam (permanent dwelling place), yang tidak bersifat sementara dan bukan hanya
sebagai tempat persinggahan.
b. melakukan kegiatan sehari-hari atau menjalankan kebiasaannya (ordinary course of life).
terkait dengan urusan ekonomi, keuangan atau sosial pribadinya.
c. tempat menjalankan kebiasaan (place of habitual abode) terkait kebiasaan atau kegiatan,
baik yang bersifat rutin, sering ataupun tidak, antara lain melakukan aktivitas yang menjadi
kegemaran atau hobi.
2) mempunyai tempat domisili (place of domicile) di Indonesia, yaitu orang pribadi yang dilahirkan
di Indonesia yang masih berada di Indonesia.

PER-43/PJ/2011
BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
orang pribadi yang dianggap mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, yaitu
a. orang pribadi yang menunjukkan niatnya secara tegas untuk bertempat tinggal di Indonesia,
yang dapat dibuktikan dengan dokumen berupa - Visa bekerja, - Kartu Izin Tinggal Terbatas
(KITAS), atau - kontrak/perjanjian untuk melakukan pekerjaan, usaha, atau kegiatan yang
dilakukan di Indonesia selama lebih 183 (seratus delapan puluh tiga) hari.
b. orang pribadi yang melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya akan bertempat
tinggal di Indonesia atau bersiap untuk bertempat tinggal di Indonesia, seperti menyewa atau
mengontrak tempat, termasuk menyewa tempat tinggal di Indonesia, memindahkan anggota
keluarga atau memperoleh tempat yang disediakan oleh pihak lain.
ORANG PRIBADI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
SAAT MULAINYA KEWAJIBAN PAJAK
dipenuhinya syarat sebagai subjek pajak dikenal dengan memiliki kewajiban pajak
subjektif, sedangkan jika sudah menerima atau memperoleh penghasilan (bagi orang
pribadi dalam negeri besarnya melebihi biaya hidup minimal) disebut memiliki
kewajiban pajak objektif.

Syarat Syarat Wajib


Subjektif Objektif NPWP

Jika Orang Pribadi telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif,
maka Wajib baginya untuk memiliki NPWP
SAAT BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-selamanya

Syarat Syarat Wajib


Subjektif Objektif NPWP

dibuktikan dengan salah satu dokumen sbb:


a. Green Card,
b. Identity card
c. Student card
d. Pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik
Indonesia diluar negeri
e. Surat keterangan dari kedubes RI atau Kantor Perwakilan RI di luar negeri, tertulis
resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi negara setempat.
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabatpejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia
tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi
tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran
para anggota;
d. Pejabat perwakilan organisasi internasional (bukan WNI) dan tidak menjalankan usaha,
kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
PENGHASILAN
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

1 Objek Pajak

Penghasilan 2 Bersifat Final

3 Bukan Objek
PENGHASILAN OBJEK PAJAK (1)
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak
PENGHASILAN OBJEK PAJAK (2)
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sd jumlah tertentu yang ditetapkan Peraturan
Pemerintah
l. Keuntungan Selisih Kurs Mata Uang Asing
m. Selisih Lebih Karena Penilaian Kembali Aktiva
n. Premi Asuransi
o. Iuran yang Diterima atau Diperoleh Perkumpulan Dari Anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
Menjalankan Usaha atau Pekerjaan Bebas
p. Tambahan Kekayaan Neto yang Berasal dari Penghasilan yang Belum Dikenakan Pajak
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai KUP
s. Surplus Bank Indonesia
PENGHASILAN FINAL (1)
a. bunga deposito/tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia
b. hadiah undian
c. bunga simpanan anggota koperasi
d. bunga obligasi yand diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
e. penjualan saham di bursa efek di Indonesia
f. penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan pelumas dari produsen atau importir kepada
penyalur
g. penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
h. sewa tanah dan/atau bangunan
i. penghasilan usaha jasa konstruksi
j. uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
PENGHASILAN FINAL (2)
k. uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
l. penghasilan wajib pajak bidang usaha pelayaran dalam negeri
m. penghasilan wajib pajak bidang usaha pelayaran dan penerbangan luar negeri
n. peredaran bruto kantor perwakilan dagang asing (KPDA)
o. honorarium dan imbalan lain atas beban APBN/APBD yang diterima PNS, anggota TNI, Polri, dan
pensiunan
p. selisih lebih revaluasi aset tetap
q. diskonto Surat Utang Negara (Obligasi Republik Indonesia)
r. dividen/Sisa Hasil Usaha koperasi yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
s. penghasilan istri semata-mata dari satu pemberi kerja
KARAKTERISTIK PPh FINAL
a. Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final pada akhir tahun tidak digabungkan dengan
penghasilan yang dikenakan tarif umum;
b. Tarif pajak bersifat khusus
c. Pajaknya terutang setiap terjadi transaksi
d. Mekanisme pelunasannya biasanya dipotong atau dipungut oleh pihak lain. Dalam hal pembayar
penghasilan bukan pemotong/pemungut, wajib pajak menyetor pajaknya sendiri
e. Pajak Penghasilan Final yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain, atau yang sudah dibayar
sendiri pada akhir tahun tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang yang
dihitung dengan tarif umum
f. Biaya/pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenakan
bersifat final tidak dapat dikurangkan
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK (1)
a. Bantuan atau sumbangan dan hibah
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau
Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK (2)
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
g. Iuran yang diterima atau yang diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK (3)

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau
yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia
k. Bea siswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK (4)
k. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
l. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
PENGURANG PENGHASILAN
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) (1)
Pasal 6 ayat (3) UU PPh mengatur bahwa kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri
diberikan pengurangan berupa PTKP sbb (Mulai berlaku Januari 2016):
a. Rp 54.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 4.500.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 54.000.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami
d. Rp 4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

PMK-101/PMK.010/2016
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) (2)
 Pengertian anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, secara vertikal ke bawah,
misalnya anak kandung dan cucu dari wajib pajak, sedangkan vertikal ke atas, misalnya orang
tua dan kakek nenek dari wajib pajak. Anggota keluarga semenda dalam garis keturunan lurus,
secara vertikal ke bawah, misalnya anak tiri, sedangkan vertikal ke atas adalah mertua dari wajib
pajak
 Pengertian anak angkat adalah seseorang yang belum dewasa; yang tidak tergolong keluarga
sedarah atau semenda dalam garis lurus dari Wajib Pajak; dan menjadi tanggungan sepenuhnya
dari Wajib Pajak
 Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu tinggal bersama-sama dengan Wajib Pajak,
nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri; tidak pula turut dibantu oleh lain-lain
anggota keluarga atau oleh orang tuanya sendiri

PMK-101/PMK.010/2016
NOTASI PTKP
Notasi PTKP berdasarkan keadaan wajib pajak adalah sebagai berikut
a. TK /1 : tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan yang berhak mendapatkan PTKP
b. K /1 : kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan yang berhak mendapatkan PTKP
c. K/I/1 : kawin, penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan
banyaknya tanggungan yang berhak mendapatkan PTKP
d. PH : kawin, kondisi pisah harta dan penghasilan
e. HB/1 : kawin, kondisi hidup berpisah, ditambah dengan banyaknya tanggungan yang berhak
mendapatkan PTKP

Catatan: Penerapan PTKP ini berdasarkan kondisi pada awal tahun (1 Januari), sehingga misalnya
anak yang lahir 2 Januari 2019 tidak dapat dijadikan tanggungan tahun 2019, melainkan tahun
2020
PMK-101/PMK.010/2016
PEMAJAKAN PENGHASILAN KELUARGA
Pada dasarnya keluarga adalah kesatuan ekonomis sehingga apabila Istri atau anak-anak yang
menjadi tanggungan berpenghasilan maka penghasilan tersebut digabung dengan penghasilan
suami, namun penghasilan suai dan istri dapat dikenakan pajak terpisah jika:

a. Suami istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim


b. Suami istri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis
c. Isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri

PMK-101/PMK.010/2016
SUAMI ISTRI TELAH HIDUP BERPISAH
BERDASARKAN PUTUSAN HAKIM
Dalam kondisi ini penghitungan penghasilan kena pajak dan pengenaan pajaknya sendiri-sendiri.
Masing-masing suami dan istri diberikan PTKP dengan status tidak kawin, dengan jumlah
tanggungan berdasarkan keadaan sebenarnya, maksimal 3 orang. Masing-masing suami dan istri
wajib menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri

PMK-101/PMK.010/2016
SUAMI ISTRI MENGADAKAN PERJANJIAN
PEMISAHAN HARTA & PENGHASILAN
Dalam kondisi ini penghitungan penghasilan kena pajak berdasarkan penjumlahan penghasilan
neto suami dan istri, kemudian dikurangi PTKP status kawin, penghasilan istri digabung dengan
penghasilan suami, dan jumlah tanggungan maksimal tiga orang. Kemudian Pajak Penghasilan
terutang atas penghasilan kena pajak tersebut dialokasikan ke masing-masing suami dan istri
sebanding dengan besarnya penghasilan neto

PMK-101/PMK.010/2016
ISTERI YANG MEMILIH UNTUK
MENJALANKAN HAK DAN KEWAJIBAN
PERPAJAKANNYA SENDIRI
Dalam kondisi ini perlakuan perpajakannya sama dengan kondisi suami –istri yang mengadakan
perjanjian pisah harta dan perjanjian secara tertulis. Dalam penghitungan penghasilan kena pajak
berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami dan istri, kemudian dikurangi PTKP status
kawin, penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami, dan jumlah tanggungan maksimal
tiga orang. Kemudian Pajak Penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak tersebut
dialokasikan ke masing-masing suami dan istri sebanding dengan besarnya penghasilan neto

PMK-101/PMK.010/2016
PENGHITUNGAN PPH
TERUTANG
PENGHITUNGAN PPH TERUTANG

Menghitung penghasilan neto


1

Menghitung penghasilan kena pajak


2

Menghitung Pajak Penghasilan terutang


3
MENHITUNG PENGHASILAN NETO
MENGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN
NETO
a. yang dapat menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) adalah orang pribadi
yang melakukan pekerjaan bebas dengan peredaran usaha tidak lebih dari Rp 4,8 milyar
setahun.
b. besarnya NPPN dikelompokkan menurut jenis usaha dan menurut wilayah. Wilayah
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak
 ibukota propinsi lainnya
 daerah lainnya

Kep-536/PJ/2000
CONTOH KASUS
Alex SH. MH melakukan pekerjaan bebas sebagai seorang Pengacara di kota Batam. Pada tahun
2018 berdasarkan pencatatan, Alex SH. MH menerima penghasilan bruto sebesar Rp
2.000.000.000. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak di atas, NPPN untuk pekerjaan bebas
pengacara dengan lokasi Kota Batam adalah 51%. Dengan demikian, besarnya penghasilan neto
Tuan Asep tahun pajak 2018 adalah Rp 2.000.000.000 X 51% = Rp 1.020.000.000.

Kep-536/PJ/2000
MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan, kerugian yang diderita dalam suatu tahun
pajak bisa dikompensasikan dengan penghasilan yang diperoleh mulai tahun berikutnya sampai
lima tahun. Sedangkan wajib pajak yang menggunakan NPPN selalu menghasilkan penghasilan
neto yang positif, sehingga tidak bisa melakukan kompensasi kerugian.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri diberikan PTKP sesuai dengan jumlah
tanggungannya. Jika PTKP Alex misalnya Kawin dengan 1 tanggungan (K/1) maka besarnya PKP
adalah:
Penghasilan neto fiskal Rp1.020.000.000
PTKP (K/1) (Rp 63.000.000) -> (54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000)
Penghasilan kena pajak Rp 957.000.000
MENGHITUNG PPH TERUTANG
Besarnya Pajak Penghasilan terutang dihitung dengan mengalikan penghasilan kena pajak dan
tarif umum Pasal 17 ayat (1) UU PPh. Untuk penghitungan PPh terutang, pada saat dikalikan
dengan tarif umum penghasilan kena pajak dibulatkan dalam ribuan kebawah.

Tarif PPh Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

S a m p a i d e n g a n R p 5 0 ju ta 5%

Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%

D ia ta s R p 2 5 0 ju t a s . d . R p 5 0 0 ju ta 25%

D ia ta s R p 5 0 0 ju ta 30%
MENGHITUNG PPH TERUTANG
Dari contoh di atas, penghasilan kena pajak Alex tahun pajak 2018 adalah Rp 957.000.000,
sehingga besarnya Pajak Penghasilan terutang :
 5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000
 15%x 200.000.000 = Rp 30.000.000
 25%x 250.000.000 = Rp 62.500.000
 30%x 457.000.000 = Rp137.100.000
= Rp.232.100.000
PPH TERUTANG ATAS WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU (1)

Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu dikenakan Pajak Penghasilan dengan tarif 0,5% dari peredaran bruto setiap bulan.
Yang dimaksud dengan wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah:
a. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan, tidak termasuk bentuk usaha tetap
b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 milyar dalam satu tahun pajak.

PP Nomor 46 Tahun 2013, PP Nomor 23 Tahun 2018


PPH TERUTANG ATAS WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU(2)

Batasan peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4,8 milyar adalah peredaran bruto dari usaha
dalam satu tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan, yang
ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak
termasuk peredaran bruto dari:
a. jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;
c. usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan
d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak

PP Nomor 46 Tahun 2013, PP Nomor 23 Tahun 2018


DIKECUALIKAN DARI PENGHITUNGAN PPH TARIF
0,5%
PP 23 TAHUN 2018

a. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam
usahanya
 Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, dan
 Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
b. Wajib pajak badan yang
 Belum beroperasi secara komersial
 Dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran
bruto melebihi Rp 4,8 milyar.

PP Nomor 46 Tahun 2013, PP Nomor 23 Tahun 2018


CONTOH KASUS 1
Toko Bangunan Cahaya Abadi pada tahun 2018 memiliki peredaran bruto sebesar Rp 3 milyar.
Pada bulan Januari 2019 memiliki peredaran bruto sebesar Rp 200 juta. Atas penghasilan dari
usaha tersebut Toko Bangunan Cahaya Abadi dikenakan Pajak Penghasilan final sebesar

Rp 200.000.000 x 0,5% = Rp 1.000.000

Dengan demikian, pada akhir tahun Toko Bangunan Cahaya Abadi tidak perlu menghitung
penghasilan neto fiskal melalui rekonsiliasi fiskal.

PP Nomor 46 Tahun 2013, PP Nomor 23 Tahun 2018


CONTOH KASUS 2
Beni memiliki dua warnet yang berada di wilayah yang berbeda, yakni warnet A di Nagoya (terdaftar
di KPP Batam Utara) dan warnet B di Batam Center (terdaftar di KPP Batam Selatan). Peredaran
bruto tahun 2018 warnet A = Rp300.000.000,00 warnet B= Rp250.000.000,00 sehingga total
peredaran bruto Rp 550.000.000,00. Karena total peredaran bruto selama tahun 2018 kurang dari
Rp 4.800.000.000 maka atas penghasilan dari usaha yang diterima oleh Beni pada tahun 2019
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5% dari peredaran bruto.

Januari 2019 Beni memperoleh peredaran bruto sebagai berikut:


Peredaran bruto warnet A = Rp 25.000.000, Peredaran bruto warnet B = Rp 15.000.000
Penghitungan PPh Terutang:
PPh warnet A = 0,5% X Rp 25.000.000 = Rp.125.000 dilaporkan ke KPP Batam Utara
PPh warnet B = 0,5% X Rp 15.000.000 = Rp.75.000 dilaporkan ke KPP Batam Selatan

PP Nomor 46 Tahun 2013, PP Nomor 23 Tahun 2018


PELUNASAN PAJAK PADA
AKHIR TAHUN
PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 20 Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa pajak yang diperkirakan terutang
dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh wajib pajak dalam tahun berjalan melalui
a. pemotongan & pemungutan pajak oleh pihak lain (PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23)
b. pembayaran sendiri oleh wajib pajak (PPh Pasal 25)

Pelunasan pajak dalam tahun berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak yang nantinya
boleh diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan, kecuali penghasilan tersebut dikenakan pajak bersifat final
PENGHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN
Perhitungan pajak pada akhir tahun dilakukan dengan
menghitung Pajak Penghasilan terutang atas
penghasilan yang merupakan objek pajak tidak final.
Penghitungan PPh yang masih harus dibayar:
Selanjutnya, Pajak Penghasilan yang sudah
PPh Terutang : Rp.xxx.xxx.xxx,-
dipotong/dipungut oleh pihak lain dan angsuran PPh
Dikurangi
Pasal 25 yang sudah dibayar sendiri dikurangkan dari
PPh yg dipotong/dipungut pihak lain : Rp.xxx.xxx.xxx,-
Pajak Penghasilan terutang. Jika terdapat kurang bayar,
Dikurangi
kekurangan tersebut dikenal dengan PPh Pasal 29 dan
PPh yang dibayar sendiri : Rp.xxx.xxx.xxx,-
harus disetor sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.
PPh yang masih harus dibayar : Rp.xxx.xxx.xxx,-
Jika terdapat lebih bayar, kelebihan tersebut bisa
dilakukan permohonan restitusi (pengembalian pajak)
atau dikompensasikan (diperhitungkan) untuk
pembayaran pajak lainnya.
PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN
PELAPORAN PAJAK AKHIR TAHUN
Pelaporan Pajak Penghasilan pada akhir tahun dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulan ketiga tahun pajak berikutnya (31 Maret
tahun berikutnya) dengan menggunakan:
a. SPT 1770 SS (Sangat Sederhana)
orang pribadi dengan penghasilan sebagai karyawan dengan gaji tidak lebih dari Rp 60 juta setahun
(contoh: karyawan perusahaan dengan gaji 60 juta setahun)
b. SPT 1770 S (Sederhana)
orang pribadi dengan penghasilan sebagai karyawan dengan gaji lebih dari Rp 60 juta setahun
(contoh: karyawan perusahaan dengan gaji 70 juta setahun)
c. SPT 1770
orang pribadi dengan penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas
(contoh: pengusaha bengkel, salon, warung/toko)
1770 SS 1770 SS
KEMENTERIAN KEUANGAN RI TAHUN PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK H.03 2 0
PERHATIAN :
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN DIISI OLEH PETUGAS KPP
▪ SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARCODE DIT EMPEL DISINI
▪ ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
SPT

▪ BERI TANDA 'X' PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI


H.01 SPT PEMBETULAN KE H.02 - ….

WAJIB PAJAK
IDENTITAS

NPWP I.01 : - -

NAMA WAJIB PAJAK I.02 :

Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal

A. PAJAK PENGHASILAN

1 Penghasilan Bruto dalam Negeri Sehubungan dengan Pekerjaan dan Penghasilan Netto dalam Negeri Lainnya 1 A.01

2 Pengurangan
2 A.02
(Diisi jumlah pengurangan dari Formulir 1721-A1 angka 13 atau 1721-A2 angka 13)

3 Penghasilan Tidak Kena Pajak TK/ K/ K/I/


A.03 A.04 A.05 3 A.06
(Diisi jumlah PTKP dari Formulir 1721-A1 angka 17 atau 1721-A2 angka 16)

4 Penghasilan Kena Pajak ( 1 - 2 - 3 ) 4 A.07

5 Pajak Penghasilan Terutang 5 A.08

6 Pajak Penghasilan yang telah Dipotong oleh Pihak Lain 6 A.09

7 a. A.10 Pajak Penghasilan yang harus Dibayar Sendiri *


(5-6) 7 A.12

b. A.11 Pajak Penghasilan yang Lebih Dipotong


1770 SS
B PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK

8 Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan Bruto Pajak Penghasilan Final 8 B.01

9 Pajak Penghasilan Final Terutang 9 B.02


SPT

10 Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak 10 B.03

C DAFTAR HARTA DAN KEWAJIBAN

11 Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun Pajak 11 C.01

12 Jumlah Keseluruhan Kewajiban/Utang pada Akhir Tahun Pajak 12 C.02

PERNYATAAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas adalah benar, lengkap, jelas.

P.01 - -
dd mm yyyy

TANDA TANGAN

* Apabila terdapat Paj ak Penghasilan yang harus dibayar sendiri, Waj ib Paj ak harus melampirkan asli SSP lembar ke-3
SPT TAHUNAN
2 0

TAHUN PAJAK
1770 S 1770 S

FORMULIR
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; SPT PEMBETULAN KE - …
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DALAM NEGERI LAINNYA; DAN/ATAU
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL.
SPT

PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CET AK /DIKETIK DENGAN T INTA HIT AM • BERI TANDA "X" PADA (KOT AK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

PEKERJAAN : KLU :
IDENTITAS

NO. TELEPON : - NO. FAKS : -

STATUS KEWAJIBAN : KK HB PH MT
PERPAJAKAN SUAMI-ISTERI

NPWP ISTERI / SUAMI :

Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN …….……………………………………………..
1
[Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan atau Bukti Potong Lain]
A. PENGHASILAN NETO

2 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA ………………………………………………………………………………………………………………………….


2
[Diisi sesuai dengan Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian A ]

3 PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI ………………………………………………………………………………………………………………………….


3
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat petunjuk pengisian]

4 JUMLAH PENGHASILAN NETO (1+2+3) ………………………………………………………………………………………


4

5 ZAKAT/SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB ……………………………………………………………………………


5

6 JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN ………………………………………………………………………………………


6
YANG SIFATNYA WAJIB (4-5)
1770 S
B.PENGHASILAN
KENA PAJAK
7 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK / K/ K / I/ 7

8 PENGHASILAN KENA PAJAK (6-7) 8


…………………………………………………………………………………………….
SPT

9 PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh x ANGKA 8) ……………………………………………………………………


C. PPh TERUTANG

[Bagi Wajib Pajak dengan status PH atau MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian 9
G: Lampiran huruf d]

10 PENGEMBALIAN / PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN ………………………………………


10

11 JUMLAH PPh TERUTANG (9+10) ……………………………………………………………………………………………


11

12 PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN/ATAU KREDIT PAJAK LUAR 12
NEGERI DAN/ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI [Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (7)]

13 a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


D. KREDIT PAJAK

(11-12) ……………………………………………………..13
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

14 PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 ……………………………………………………………………


………………………………………………………………………
14a

b. STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) ………………………………………………………


14b

15 JUMLAH KREDIT PAJAK (14a + 14b) …………………………………………………………………………………………


15
E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR
TGL LUNAS
a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29)
1770 S 16
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A)
(13-15)
TGL BLN THN
16

17 PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 16b mohon :


a.
SPT

DIRESTITUSIKAN c. DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP dengan Kriteria Tertentu)

b. DIPERHITUNGKAN DENGAN d. DIKEMBALIKAN DENGAN SKKPP PASAL 17D (WP y ang Memenuhi Persy aratan Tertentu)
UTANG PAJAK
PAJAK BERIKUTNYA
F. ANGSURAN PPh
PASAL 25 TAHUN

18 ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK 18


……………………………………………………………………………………………………………………..
BERIKUTNYA SEBESAR
DIHITUNG BERDASARKAN :
a. 1/12 x JUMLAH PADA ANGKA 13
b. PENGHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI
Perhitungan PPh Terutang bagi Wajib Pajak dengan status perpajakan PH
G. LAMPIRAN

a. Fotokopi Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21 d. atau MT
b. Surat Setoran Pajak Lembar Ke-3 PPh Pasal 29 e. …………………………………………………………..

c. Surat Kuasa Khusus (Bila dikuasakan)

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah beritahukan diatas beserta lampiran-
lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL


TGL BLN THN

NAMA LENGKAP :

NPW P :

F.1.1.32.18
`
LAMPIRAN - I

TAHUN PAJAK
1770 S 1770 S - I
FORMULIR
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KEMENTERIAN KEUANGAN RI


PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
2 0
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
• PEMERINTAH
SPT

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BUNGA

2. ROYALTI

3. SEWA

4. PENGHARGAAN DAN HADIAH

5. KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6. PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN A JBA

Pindahkan Jumlah Bagian A ke Formulir Induk 1770 S Bagian A


angka (2)
BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
1770 S NO. JENIS PENGHASILAN
JUMLAH PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
SPT

1. BANTUAN/SUMBANGAN/HIBAH

2. WARISAN

3. BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM,


PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA

6. PENGHASILAN LAINNYA YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB


BAGIAN C : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
1770 S NAMA PEMOTONG/ NPWP PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG
NO PEMUNGUTAN PPh PASAL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
SPT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.

2.

3.

4.

5.
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC

Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir


Catatan : Induk 1770 S Bagian D angka 12
*) - DTP : Ditanggung Pemerintah
- Kolom (6) diisi dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat petunjuk pengisian tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-I
LAMPIRAN - II

TAHUN PAJAK
1770 S - II

FORMULIR
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 S 2 0
• PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • HARTA PADA AKHIR TAHUN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NP WP :
SPT

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL


DASAR PENGENAAN PAJAK/
NO. SUMBER/JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG
PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT
1.
BERHARGA NEGARA

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN


5.
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN/APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

8. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUN GUNA


9.
SERAH
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
10.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

11. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

12. DIVIDEN

13. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


14.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
JUMLAH BAGIAN A JBA
BAGIAN B : HARTA PADA AKHIR TAHUN
KODE TAHUN HARGA PEROLEHAN
NO. NAMA HARTA KETERANGAN
HARTA PEROLEHAN (Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1770 S 1.

2.

3.
SPT

4.

5.
dst

JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN


KODE ALAMAT TAHUN
NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN JUMLAH
UTANG PEMBERI PINJAMAN PEMINJAMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC

BAGIAN D : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA NIK HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)


1

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-II
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

FORMULIR

TAHUN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
s.d
• DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;


1770
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT

SPT PEMBETULAN KE - …….

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : KLU :


IDENTITAS

NO. TELEPON/FAKSIMILI : /

STATUS KEWAJIBAN PERPAJAKAN : KK HB PH MT


SUAMI-ISTERI
NPWP ISTERI/SUAMI :

Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
A. PENGHASILAN NETO

2
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
3
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
4 4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat petunjuk pengisian]
4

5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)


5
…………………………………………………………………………………………………………………………..
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


7
SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)
1770
8. KOMPENSASI KERUGIAN
8

B. PENGHASILAN
KENA PAJAK
SPT

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK


TK / K/ K / I/ 10

11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)


11

PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)


12. 12
TERUTANG

[Bagi Wajib Pajak dengan status PH / MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian G: Lampiran huruf i]
C. PPh

13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN


13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14

15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari formulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK

16. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(14-15) 16
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN


17a

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)


17b

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b)


18
E. PPh KURANG/ LEBIH
19. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29) TGL
(16-18) LUNAS 19
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) tgl bln thn

BAYAR
20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. dengan Kriteria Tertentu)
1770
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17D (WP
b. UTANG PAJAK
d. yang Memenuhi Persyaratan Tertentu)
SPT

PAJAK BERIKUTNYA
F. ANGSURAN PPh 21. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA DIHITUNG SEBESAR
PASAL 25 TAHUN 21
DIHITUNG BERDASARKAN :

a. 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 c. PERHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI

b. PERHITUNGAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :

a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN

b. SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. ............................................................................................................................

NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI
k. BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA

f. FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l. ............................................................................................................................

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL:

NAMA LENGKAP :

NPWP :

F.1.1.32.16
LAMPIRAN - I
HALAMAN 1
2 0

FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA s.d

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN PEMBUKUAN PENCATATAN
1770
PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
SPT

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP AKUNTAN PUBLIK

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK
:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK

RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a

b. HARGA POKOK PENJUALAN 1b

c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b) 1c

d. BIAYA USAHA 1d

e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d) 1e


2. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU
2a
ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
2b
DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
1770
2c
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI
SPT

HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 2d

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN 2e

f. PAJAK PENGHASILAN 2f

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA 2g

h. SANKSI ADMINISTRASI 2h

i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI


2i
FISKAL
j. BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
2j
DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA 2k

l. JUMLAH (2a s.d. 2k) 2l

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:


a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
3a
OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
b. SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
3b
FISKAL

c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA 3c

d. JUMLAH (3a s.d. 3c) 3d

4 JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d) 4

Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1


HALAMAN 2 LAMPIRAN - I
2 0

FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
1770
• PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN s.d

• PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH


SPT

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)

PEREDARAN USAHA NORMA PENGHASILAN NETO


NO. JENIS USAHA
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 DAGANG

2 INDUSTRI

3 JASA

4 PEKERJAAN BEBAS

5 USAHA LAINNYA

JUMLAH BAGIAN B JBB

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1


BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
PENGURANGAN PENGHASILAN
NAMA DAN NPWP PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN NETO
NO. BRUTO/BIAYA
PEMBERI KERJA
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1
1770
2
SPT

JUMLAH BAGIAN C JBC


Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI

3 SEWA

4 PENGHARGAAN DAN HADIAH

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD

Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II
LAMPIRAN - II
2 0

FORMULIR

TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
s.d
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN,
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEMBUKUAN PENCATATAN
1770
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :
SPT

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /


JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

JUMLAH BAGIAN A JBA

Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15

*) - DTP = PPh Ditanggung Pemerintah


- Kolom (6) diisi dengan pilihan sebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat petunjuk pengisian tentang Lampiran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II
1770 - III
LAMPIRAN - III
2 0

FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
• FINAL
s.d

• PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH


1770
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
• TERPISAH
PEMBUKUAN PENCATATAN
SPT

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DASAR PENGENAAN PPh TERUTANG


NO JENIS PENGHASILAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA


1.
NEGARA

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN


5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN


8.
GUNA SERAH
9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

10. USAHA JASA KONSTRUKSI


1770
SPT

11. PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


12.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN

15. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


16.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

17. JUMLAH (1 s.d. 16)


BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
PENGHASILAN BRUTO
NO SUMBER/JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
1770
(1) (2) (3)

BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH


SPT

1.

2. WARISAN

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN,


3.
PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA

6. PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


(Rupiah)

PENGHASILAN NETO ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


FORMULIR
LAMPIRAN - IV
1770 - IV 2 0

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• HARTA PADA AKHIR TAHUN s.d


1770
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN BL TH BL TH

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA


SPT

PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN A : HARTA PADA AKHIR TAHUN

KODE HARGA PEROLEHAN


NO. NAMA HARTA TAHUN PEROLEHAN KETERANGAN
HARTA (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 dst

JUMLAH BAGIAN A JBA


BAGIAN B : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

KODE TAHUN JUMLAH


NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN ALAMAT PEMBERI PINJAMAN
UTANG PEMINJAMAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1
1770
2
SPT

10 dst

JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA ANGGOTA KELUARGA NIK HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)

4
5
dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
SOAL KASUS
LATIHAN SOAL
PENGISIAN SPT TAHUNAN PPH ORANG PRIBADI
 
Saudara sebagai konsutan pajak, diminta oleh Wajib Pajak untuk menghitung besarnya PPh Terutang untuk
tahun pajak 2015 dan menuangkannya ke dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atas Wajib Pajak dengan
identitas sbb:
Nama: Zhafran, NPWP : 01.234.567.8-215.000, Pekerjaan: Dokter, Alamat : Jalan Sudirman No 77 Batam, No.
telp: 0778-123456 Tanggungan: Novalina Anggraini (istri status ibu rumah tanggal, lahir 5 Juli 1980), Indra
Kumala (anak dengan status pelajar, lahir 11 Mei 2009), Amir syamsudin (anak dengan status pelajar, lahir 10
Maret 2011), Faranissa (anak dengan status balita, lahir 2 Februari 2015), Hidayah (nenek dengan status
pensiunan, lahir 20 April 1955)
 
Daftar harta dan kewajiban :
1. Rumah di Batam Centre yang digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat praktek dokter dibeli
tahun 2012 dengan harga Rp.750.000.000,-
2. Ruko yang digunakan sebagai tempat usaha laundry kiloan dibeli tahun 2014 dengan harga
Rp.850.000.000,- dibeli dengan KPR 10 tahun dengan uang muka 80.000.000,-
3. Perabot rumah tangga yang dibeli tahun 2013 dengan harga 250.000.000,-
4. Mobil Honda Jazz yang dibeli secara kredit kepada oto finance tahun 2013 dengan harga Rp.220.000.000,-
dan uang muka Rp.20.000.000,-
5. Pinjaman Koperasi Simpan Pinjam pada Desember 2013 di kantor sebesar Rp. 15.000.000,-
Ilustrasi
Selama tahun 2015 Zhafran mempunyai penghasilan dari usaha dan pekerjaan bebas dengan rincian sbb:

Peredaran Usaha
No Bulan Total
Praktik dokter di rumah Laundry Apotik
1 Januari 300.000.000 15.000.000 20.000.000 335.000.000
2 Februari 250.000.000 12.000.000 25.000.000 287.000.000
3 Maret 375.000.000 11.000.000 23.000.000 409.000.000
4 April 125.000.000 16.000.000 22.000.000 163.000.000
5 Mei 250.000.000 8.000.000 19.000.000 277.000.000
6 Juni 200.000.000 10.000.000 22.000.000 232.000.000
7 Juli 350.000.000 11.000.000 27.000.000 388.000.000
8 Agustus 375.000.000 9.000.000 30.000.000 414.000.000
9 September 125.000.000 13.000.000 26.000.000 164.000.000
10 Oktober 350.000.000 12.000.000 25.000.000 387.000.000
11 Nopember 200.000.000 12.500.000 23.000.000 235.500.000
12 Desember 200.000.000 11.500.000 22.000.000 233.500.000
Total 3.100.000.000 141.000.000 284.000.000 3.525.000.000
1. Selain mendapatkan penghasilan diatas, Zhafran juga mendapatkan penghasilan Bruto setahun
dari: RS.Batam sebesar Rp.108.000.000,-, pengurang penghasilan Netto sebesar Rp.5.400.000,-
dan PPh yang telah dipotong sebesar Rp.6.137.500,-
2. Bulan maret 2015 Zhafran memperoleh warisan dari orang tua sebidang sawah seluas 600 m2
senilai Rp.600.000.000,- dan perhiasan senilai 30.000.000,- serta hibah dari teman sejawat
sebesar Rp.50.000.000,-

Zhafran membayar zakat kepada Rumah Zakat senilai Rp2.500.000,- dan mengangsur PPh Pasal 25
sejak masa maret 2015 s.d desember 2015 sebesar Rp.1.000.000,- per bulan.
 
Soal
Hitunglah besarnya PPh Terutang untuk tahun pajak 2015 dan menuangkannya ke dalam SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi jika diasumsikan tahun 2015 atas penghasilan dari usahanya dikenakan
PPh sebagaimana diatur dalam PP 46/2013, norma penghitungan netto untuk dokter sebesar 40%
SEKIAN

gading.dwisakti@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai