Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN PAJAK

PERENCANAAN PAJAK
ASPEK MATERIAL

Oleh :
Dr. H. HERU TJARAKA, SE, MSi, BKP, Ak
Prinsip Kemampuan Membayar
(ability to pay principle)

Pengertian :
Kewajiban perpajakan yg dibebankan
negara kpd rakyatnya (WP) harus
memperhatikan kemampuan rakyat (WP)
untuk membayar
Kewajiban Pajak yg melekat pada
WP
Mengikuti 2 Pola :
a. WP OP membayar kewajiban pjknya diukur
dari seberapa besar penghasilan yg diraih oleh
WP ini bisa dilihat dari seberapa besar
penghasilan yg diterimanya. Umumnya
penghasilan WP OP = jumlah uang kas yg
diterimanya
b. WP Badan penentuan kewajiban pjk bdn
dari jumlah penghasilan/laba yg dierolehnya
dlm bentuk laporan L/R & neraca yg dihasilkan
oleh WP
Perbedaan laba/penghasilan yg dilaporkan
dgn kemampuan membayar dpt terjadi krn
didapat melalui mekanisme yg berbeda

kewajiban pjk ditunaikan dg cara pembyrn


kas, sedangkan kewajibannya ditentukan dgn
mengikuti perlakuan akuntansi

Perbedaan cara menentukan dan membyr


ini, menyebabkan terjadi bias antara
kewajiban pjk dan kemampuan membyr pjk
tsb.
Contoh Kasus perbedaan penentuan kewajiban pjk
dan kemampuan membayarnya
Pak Herfan mempunyai toko sepatu yg baru dibuka tahun 2009. Berikut
ini beberapa transaksi yg terjadi sehubungan dg Toko sepatu tsb :
1 Jan. 2009 membeli 1 pasang sepatu merk Cibaduyut warna hitam
ukuran 40 model C dgn harga perolehan Rp 200.000,00
1 April 2009 membeli 1 pasang sepatu merk Cibaduyut warna hitam
ukuran 40 model C dg harga perolehan Rp 250.000,00
1 Agustus 2009 membeli 1 pasang sepatu merk Cibaduyut warna
hitam ukuran 40 model C dg harga perolehan Rp 300.000,00
30 Desember 2009 menjual 1 pasang sepatu merk Cibaduyut warna
hitam ukuran 40 model C dgn harga jual Rp 250.000,00

Pertanyaan :
a. Berapa L/R yg diperoleh Toko Pak Herfan
b. Berapa kewajiban pajak Toko Pak Herfan, bila tarif PPh yg berlaku
umum adalah sebesar 30% ?
Prinsip Legalitas dalam
Tax Planning
1. Tax Avoidance yg menjadi kerangka tax
planning dari aspek material, mensyaratkan
bahwa perlakuan yg dialkukan harus tidak
melanggar hukum (hukum pajak maupun
pidana/perdata)
2. Pengetahuan thd aturan hukum, khusunya yg
berakitan dg perpajakan menjadi hal yg mutlak
diperlukan agar tujuan tax planning dari aspek
material tdk masuk dlm bentuk pelanggaran
hukum/hukum positif lainnya.
Tax Planning dalam Aspek Material
1. Potret Masa Prospek Masa Mendatang
2. Definisikan Penghasilan dan BIaya dg jelas sesuai
ketentuan perpajakan yg berlaku
3. Manajemen Persediaan
4. Perolehan Aktiva Tetap
5. Pemilihan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
6. Penentuan revaluasi Aktiva Tetap
7. Segera Membiayakan pengeluaran
8. Menangguhkan Penghasilan
9. Menangguhkan keuntungan, Percepat Kerugian
10. Imbalan dalam bentuk Uang Vs Natura
Tax Planning dalam Aspek Material
11. Tunjangan Uang Makan atau Makan gratis
12. Pembiayaan dgn obligasi
13. Memanfaatkan instrumen keuangan
14.Capital Lease Vs Tunai
15. Mengurangi Angsuran PPh 25
16. Manfaatkan Idle Cash
17.Manfaatkan instrumen bebas pajak
18.Merger dan Akuisis
19. Penanganan PPh Final
20. Menggunakan instrumen pajak internasional
Penerimaan Sektor Pajak
Potensial Loss Tahun 2009 sekitar 7% dari Penerimaan Pajak 2008.
Penyebab :
1. Penurunan tarif PPh Badan 2% (30% ke 28% & thn 2010
jadi 25%) mengakibatkan penerimaan negara turun
sekitar Rp 14,5 trilliun
2. Penurunan tarif PPh OP (35% ke 30%)
3. Penyempitan lapisan penggolongan tarif PPh dari 5
menjadi 4 lapis
2 & 3 mengakibatkan penerimaan negara turun sekitar
Rp 12,1 trilliun
4. Kenaikan batas minimum PTKP (menjadi Ro 15,84
juta/thn) penerimaan negara turun sekitar Rp 4,3 T
5. Kenaikan ambang batas Pendapatan UMKM menjadi
sebesar Rp 4,8 M penerimaan negara turun sekitar
Rp 1 T
6. Pemberian insentif tarif emiten 5% yg bertransaksi di
Bursa Efek penerimaan negara turun sekitar Rp 1 T
Fasilitas PPh Bagi Penanaman Modal di
Bidang2 Tertentu dan daerah2 tertentu
Dari Dep. Perindustrian 6 sektor
industri yaitu : industri baterai litium,
televisi dgn layar LCD, perkapalan,
komponen mobil, elektronik & sepeda
motor dgn indikator : pertumbuhan
pasar, produksinya & potensi ekspornya
yg relatif stabil.
Pemberian insentif PPh bertujuan utk
peningkatan investasi dlm 5 thn ke depan
Kebijakan DJP
DJP TIDAK BERENCANA MENERAPKAN KEBIJAKAN
PEMBERIAN INSENTIF PEMBEBASAN PAJAK DALAM
MASA TERTENTU (TAX HOLIDAY) WALAUPUN
KADIN GENCAR MENUNTUT PEMBERLAKUAN
FASILITAS TSB.
MENGAPA ?
Karena beberapa negara anggota OECD & G20
menganggap kebijakan tax holiday kurang populer &
cenderung dihindari (sama seperti tax haven countries
bisa dikucilkan, Walaupun Tax Holiday bertujuan
menarik investasi baru
Yg ditentang mereka adalah upaya penghindaran pajak
melalui tax haven countries.
PENGECUALIAN DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh 2008)
Zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
Inter corporate dividend
Beasiswa
Bagian laba unit penyertaan KIK
Sisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan
bidang penelitian dan pengembangan
Bantuan/santunan yang diterima dari BPJS

12
FASILITAS PERPAJAKAN BAGI UMKM
(Pasal 31E UU Nomor 36 Tahun 2008)

WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto


s.d Rp50 miliar mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8
miliar.
Alasan Perubahan:
Insentif ini diberikan untuk mendukung program
Pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM.
Mengurangi beban pajak bagi WP badan UMKM
akibat penerapan tarif tunggal PPh badan.

13
CONTOH 1 PENGHITUNGAN FASILITAS UMKM
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp 4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak
sebesar Rp 500.000.000,00.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang tahun 2009 :


Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari
peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari
tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah
peredaran bruto tahun 2009 dari PT Y tidak melebihi Rp
4.800.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang tahun 2009 :


50% x 28% x Rp 500.000.000,00 = Rp 70.000.000,00

15/12/08 14
RESTITUSI PPN UNTUK TURIS ASING
(PASAL 17E) TAX REFUND

KETENTUAN LAMA UU KUP :


Tidak diatur.

KETENTUAN BARU UU KUP :


Diberikan Restitusi PPN atas pembelian barang kena pajak
oleh orang pribadi bukan subjek pajak dalam negeri
yang tidak dikonsumsi di daerah pabean.
Catatan:
a. Hanya berlaku untuk pemberangkatan melalui Bandara (uji coba di 2 bandara yaitu
Bandara Soekarno Hatta & Ngurah Rai) Th 2011 : Juanda & Polonia
b. Nilai PPN minimal Rp 500.000,00
c. Sama seperti di negara Jepang, Singapura, , RRC, Australia & Malaysia
d. Tujuan sebenarnya : peningkatan belanja turis asing, peningkatan tingkat kunjungan
Wisman, peningkatan penerimaan dari pariwisata, serta peningkatan pertumbuhan
industri kecil/menengah (UMKM) dengan pesat.
TIDAK DIPUNGUT ATAU
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
Ps. 16 B ayat (1) (Ketentuan Khusus)

DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT DIBEBASKAN DARI


SEBAGIAN/SELURUHNYA, UNTUK
SEMENTARA/SELAMANYA PENGENAAN PAJAK
UNTUK

KEGIATAN DI KAWASAN TERTENTU ATAU TEMPAT TERTENTU


DI DALAM DAERAH PABEAN

PENYERAHAN BKP / JKP TERTENTU


IMPOR BKP TERTENTU
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD TERTENTU DARI LUAR
DAERAH PABEAN DI DLAM DAERAH PABEAN

PEMANFAATAN JKP TERTENTU DARI LUAR DAERAH PABEAN DI


DLM DAERAH PABEAN
PM ATAS PPN TERUTANG
TIDAK DIPUNGUT
Ps. 16 B ayat (2) (Ketentuan Khusus)

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK


PEROLEHAN BKP/JKP

YANG ATAS PENYERAHANNYA


TIDAK DIPUNGUT PPN

DAPAT DIKREDITKAN
PM ATAS PPN DIBEBASKAN
Ps. 16 B ayat (3)
(Ketentuan Khusus)

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK


PEROLEHAN BKP/JKP

YANG ATAS PENYERAHANNYA


DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

TIDAK DAPAT DIKREDITKAN


KARENA

FASILITAS PEMBEBASAN
PENGENAAN PPN, MENGAKIBATKAN
TIDAK ADANYA PAJAK KELUARAN

Anda mungkin juga menyukai