Anda di halaman 1dari 117

MATERI

AKUNTANSI PAJAK

SUMIN SST., Ak, M.M


koh.sumin1@gmail.com
+628114331974
MATERI I
PROSES AKUNTANSI PAJAK
AKUNTANSI
PROSES
data.
mencatat A transaksi.
kejadian
mengklasifikasi B keuangan

meringkas C

mengolah D

menyajikan E
Pengambilan
keputusan
keuangan
AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI

TUJUAN FUNGSI
menghitung besarnya mengolah data
pajak yang terutang kuantitatif yang akan
digunakan untuk
menyajikan laporan
keuangan yang
memuat perhitungan
perpajakan
DASAR PELAKSANAAN
AKUNTASI PAJAK

Ketentuan Sandar Akuntansi


Perpajakan PSAK 46
- UU KUP. UU PPh. UU PPN
-Peraturan Pemerintah
-Peraturan/Keputusan Menkeu
-Peraturan/Surat Edaran Dirjen
Pajak
KEWAJIBAN MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
Dalam pasal 1 angka 26 UU KUP:
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta.
Kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir
KETENTUAN PEMBUKUAN

WP wajib pembukuan Ketentuan pembukuan Akun yang dibukukan

1. Wajib Pajak Badan • di Indonesia 1. Harta


2. Wajib Pajak Orang • huruf Latin 2. Kewajiban
Pribadi yang • angka Arab 3. Modal
melakukan • mata uang Rupiah
• bahasa Indonesia
4. Penghasilan
kegiatan usaha
atau pekerjaan • bahasa asing atas 5. Biaya
bebas yang izin Menkeu 6. Penjualan
memiliki peredaran • prinsi taat asas 7. Pembelian
usaha lebih dari • stelsel akrual atau
4.8 M stelsel kas
PENCATATAN
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dikecualikan
menyelenggarakan pembukuan, namun tetap diwajibkan
melakukan pencatatan untuk menghitung besarnya peredaran
usaha bruto setahun. Wajib Pajak OP tersebut adalah:
1. Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya setahun kurang
dari Rp4.800.000.000,00. yang dalam menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto;
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
PENYIMPANAN PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN
• Buku, catatan dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lainnya termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau dengan program aplikasi on
line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun
di Indonesia sejak berakhirnya tahun pajak
SISTEM AKUNTASI PAJAK
Terdiri dari

Bukti Transaksi Neraca

Formulir Perpajakan Laporan Laba Rugi

Buku Jurnal Laporan Perubahan


Modal
Buku Besar Laporan Arus Kas
SIKLUS AKUNTANSI PAJAK

LAPORAN KEUANGAN
FISKAL
Pajak
7 Penghasilan
POSTING REKONSILIASI
terutang sesuai
FISKAL dengan
2 6 keadaan yang
sebenarnya
BUKU BESAR

1 3 5
JURNAL 4 LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL

NERACA LAJUR

TRANSAKSI
Laporan Keuangan
• Neraca
Menunjukkan posisi keuangan (Aset, Kewajiban & Ekuitas) pada
tanggal tertentu
• Laporan Laba-Rugi
Memberikan informasi jumlah pendapatan yang diakui dan biaya
yang dibebankan selama periode tertentu
• Laporan Perubahan Ekuitas
Menunjukan perubahan ekuitas dari entitas selama periode
tertentu
• Laporan Arus Kas
Menunjukkan aliran kas masuk dan keluar dari entitas selama
periode tertentu
Neraca

Utang Lancar = 1
Utang Jangka
Aktiva Lancar = 1
Panjang = 1
Aktiva Tetap = 4
Ekuitas = 3
Lap Laba/Rugi

Pendapatan 20
Beban 12
Surplus 8
Neraca
Utang/Kwjban 30 Ekuitas 62
Surplus 8
Assets 100 Ekuitas 70
70

100 100
Stelsel Pengakuan Penghasilan dalam
akuntansi pajak
• Stelsel Akrual
Adalah pengakuan penghasilan pada waktu diperoleh dan biaya pada waktu
terutang, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Termasuk kategori stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan
berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan pada
bidang konstruksi pada usaha Build Operate Transfer (BOT) dan real estat.
• Stelsel Kas
Adalah pengakuan penghasilan diakui pada waktu diterima secara tunai dan
biaya yang dibayar secara tunai. Basis kas biasa digunakan perusahaan kecil,
orang pribadi, dalam bidang usaha jasa transportasi, hiburan, restoran, dan
yang sejenis.
• Stelsel Campuran
Adalah modifikasi dari stelsel kas yang digunakan untuk penghitungan PPh.
Ilustrasi Stelsel Pengakuan Penghasilan
Uraian Pembukuan tahun 2020 Stelsel Kas Stelsel Akrual Stelsel Campuran
1. PENJUALAN
- Terima uang muka pesanan tahun 2021 300.000.000 - 300.000.000
- Penjualan tahun 2020 dan telah diterima uangnya 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000
- Penjualan tahun 2020 belum diterima uangnya - 800.000.000 -
- Koreksi penjualan atas:
Pesanan tahun 2021 diterima uangnya tahun 2020 - - (300.000.000)
Pesanan tahun 2020 belum diterima uangnya - - 800.000.000

TOTAL PENJUALAN 5.300.000.000 5.800.000.000 5.800.000.000

` Stelsel Kas Stelsel Akrual Stelsel Campuran


TOTAL PENJUALAN 5.300.000.000 5.500.000.000 5.500.000.000
2. BIAYA
- Bayar biaya sewa gudang untuk 2 tahun (2020 & 2021) 100.000.000 50.000.000 100.000.000
- Melunasi pembelian barang dagangan untuk pembelian tahun 2019 500.000.000 - 500.000.000
- Melunasi pembelian barang dagangan untuk pembelian tahun 2020 3.000..000.000 3.000.000.000 3.000.000.000
- Pembelian barang dagangan tahun 2020 yang belum lunas - 800.000.000 -
- Biaya usaha lainya tahun 2019 yang dibayar di 2020 200.000.000 - 200.000.000
- Biaya usaha lainnya tahun 2020 yang telah dibayar lunas 600.000.000 600.000.000 600.000.000
- Biaya usaha lainnya tahun 2020 yang belum lunas - 250.000.000 -
- Koreksi biaya meliputi:
Biaya sewa tahun 2021 yang belum dinikmati - - (50.000.000)
Biaya pembelian barang dagangan 2019 - - (500.000.000)
Pembelian barang dagangan tahun 2020 belum lunas - - 800.000.000
Biaya usaha lainnya tahun 2019 yang dibayar di tahun 2020 - - (200.000.000)
Biaya usaha lainnya tahun 2020 yang belum lunas - - 250.000.000
TOTAL BIAYA 4.400.000.000 4.700.000.000 4.700.000.000

LABA FISKAL 900.000.000 1.100.000.000 1.100.000.000


PENGHASILAN DALAM
AKUNTANSI PAJAK

1. OBYEK PAJAK 2. OBYEK PPh FINAL 3. BUKAN OBYEK PAJAK

Laba usaha Jasa konstruksi Sumbangan


Bunga deposito Zakat
Gaji
Sewa tanah dan/atau Natura
Bunga
bangunan Hibah anak orang tua
Deviden Penghalihan hak atas
Royalti Bea siswa
tanah dan/atau bangunan Asuransi Jiwa
Sewa Pelayaran
Pembebasan Utang Deviden
Hadiah undian
Hadiah Penghasilan lainnya
Penghasilan tertentu
Penghasilan lainnya lainnya (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
Diatur dalam: (Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
Skema Penghitungan
Laba Bersih
• Penjualan xxx
• HPP xxx –
• Laba Kotor xxx
• Biaya Usaha xxx –
• Laba Usaha xxx
• Pendapatan dan Biaya di Luar Usaha xxx +
• Laba Bersih Sebelum Pajak xxx
• Pajak Penghasilan xxx –
• Laba Bersih Komersial setelah pajak xxx
Ilustrasi Penghitungan Laba Kotor
dan Laba Bersih
• Total penjualan PT Maju Mapan selama tahun 2020 tidak
termasuk PPN adalah Rp 10 Milyar. Harga Pokok Penjualan
sebesar Rp 7 Milyar dan. biaya usaha lainnya sebesar Rp 2
Milyar. Berapa besarnya laba kotor dan laba bersih PT Maju
Mapan tahun 2020?
Uraian Rupiah
Peredaran Usaha 10.000.000.000
Harga Pokok Penjualan 7.000.000.000
Laba Kotor 3.000.000.000
Biaya Usaha lainnya 2.000.000.000
Laba Bersih sebelum pajak 1.000.000.000
JURNAL AKUNTANSI

• Jurnal dikenal juga sebagai buku pemasukan


utama books of original entry karena menjadi
tempat terjadinya pencatatan transaksi
pertama atau penyesuaian pemasukan
adjusting entries.
PEMBAGIAN JURNAL
1. Jurnal umum adalah jurnal yang dipergunakan untuk
tempat melakukan pencatatan bagi segala jenis bukti
transaksi keuangan yang muncul akibat terjadinya
berbagai transaksi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
2. Jurnal khusus adalah jurnal yang dipergunakan untuk
mencatat transaksi-transaksi secara spesifik
berdasarkan jenis, sesuai kebutuhan perusahaan. Jenis
jurnal khusus yang sering dipergunakan adalah: jurnal
penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas,
jurnal pengeluaran kas, dll.
CONTOH DAN ILUSTRASI JURNAL DALAM
AKUNTANSI PAJAK
Jurnal Pembayaran Gaji

• Sdr. Bambang bekerja pada PT Indonesia Jaya dan berstatus K/3. Gaji kotor dalam
sebulan sebesar Rp10.000.000
Penghasilan Kotor Rp10.000.000
Pengurang Penghasilan Kena Pajak:
Biaya Jabatan Rp500.000
Iuran Pensiun (1%) Rp100.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.400.000
Perkiraan penghasilan neto setahun Rp112.800.000
PTKP setahun Rp72.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 40.800.000
Tarif PPh 21 setahun (5%) Rp 2.040.000
PPh Pasal 21 sebulan Rp 170.000
Take Home Pay 9.730.000
Jurnal oleh PT Indonesia Jaya
Saat membayarkan gaji karyawan
• Dr Biaya Gaji Rp10.000.000
Cr Utang PPh Pasal 21 Rp 170.000
Utang Dana Pensiun Rp 100.000
Kas Rp 9.730.000
Saat Menyetorkan PPh 21
• Dr Utang PPh Pasal 21Rp 170.000
Cr Kas Rp170.000
Saat Menyetorkan Iuran Dana Pensiun
• Dr Utang Dana Pensiun Rp 100.000
Cr Kas Rp100.000
Ilustrasi transaksi dengan
Bendahara Pemerintah

PT Cibaduyut sebagai salah satu rekanan Pemprov Jabar. Pada 11 Juni 2022
menerima pembayaran dari Bendahara Pemprov Jabar atas pengadaan sepatu
security sebesar Rp 222.000.000.00 (termasuk PPN) dan dipungut PPh Pasal 22
sebesar 1.5% atas penyerahan 1 Juni 2022. Harga Pokok Penjualan atas barang
tersebut adalah Rp 160.000.000.00. Hitung PPN dan PPh Pasal 22 yang dipungut.
dan bagaimana jurnal yang dibuat oleh PT Cibadutu atas penerimaan pembayaran
tersebut?

DPP = 100/111 x Rp 222.000.000 = 200.000.000


PPN dipungut = 11% x Rp 200.000.000 = 22.000.000
PPh Pasal 22 = 1.5% x Rp 200.000.000 = 3.000.000
Saat Transaksi (1 Juni 2022)
• Piutang usaha Rp 222.000.000
Penjualan Rp 200.000.000
PPN Keluaran Rp 22.000.000
• Harga Pokok Penjualan Rp 160.000.000
Persediaan Rp 160.000.000
Saat Penerimaan Pembayaran (11 Juni 2022)
• Kas Rp 197.000.000
PPN Keluaran Rp 22.000.000
PPh Pasal 22 dibayar dimuka Rp 3.000.000
Piutang Usaha Rp 222.000.000
Ilustrasi PPh Pasal 23
(Pencatatan Transaksi Sewa Kendaraan)

PT Jogja Jaya Sentosa merupakan perusahaan rental kendaraan untuk


perkantoran yang sudah dikukuhkan sebagai PKP. Pada tanggal 10 Mei 2022
melakukan transaksi secara cash atas sewa 10 kendaraan kepada PT Garuda
Jaya sebesar Rp 30.000.000. Hitung PPN dan PPh Pasal 23 yang terutang atas
transaksi tersebut dan bagaimanakah penjurnalan dilakukan?

Jawaban :

• PPN dipungut = 11% x Rp 30.000.000 = 3.300.000


• PPh Pasal 23 = 2% x Rp 30.000.000 = 600.000
Jurnal

Jurnal oleh PT JJS:


• Saat menerima pembayaran (10 Mei 2022)
Kas Rp 32.700.000
PPh Pasal 23 dibayar dimuka Rp 600.000
Penjualan Rp 30.000.000
PPN keluaran Rp 3.300.000
• Saat setor PPN ke Kas Negara (paling lambat 30 Juni 2022)
PPN Keluaran Rp 3.300.000
Kas Rp 3.300.000

Jurnal oleh PT GJ:


• Saat melakukan pembayaran (10 Mei 2022)
Biaya sewa Rp 30.000.000
PPN Masukan Rp 3.300.000
Utang PPh Pasal 23 Rp 600.000
Kas Rp 32.700.000
• Saat setor PPh Pasal 23 ke Kas Negara (paling lambat 10 Juni 2022)
Utang PPh Pasal 23 Rp 600.000
Kas Rp 600.000
Ilustrasi PPh Pasal 4 ayat 2 (Final)
(Pencatatan Transaksi Sewa Tanah dan/atau Bangunan)

Pada tanggal 2 Januari 2022. PT Gramedia membayar biaya sewa selama setahun
kepada PT Istana Palaza, Bandung dengan nilai sewa setahun Rp 200.000.000 belum
termasuk PPN. Hitung PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang atas transaksi
tersebut dan bagaimanakah penjurnalan dilakukan?

Jawaban :

• PPN dipungut = 10% x Rp 200.000.000 = 20.000.000


• PPh Pasal 4 (2) = 10% x Rp 200.000.000 = 20.000.000
Jurnal

Jurnal oleh PT Gramedia (Pemotong):


• Saat melakukan pembayaran
Biaya Sewa Rp 200.000.000
PPN Masukan Rp 20.000.000
Utang PPh Ps. 4 ayat 2 (Final) Rp 20.000.000
Kas Rp 200.000.000
• Saat setor PPh Final ke Kas Negara
Utang PPh Ps. 4 ayat 2 (Final) Rp 20.000.000
Kas Rp 20.000.000

Jurnal oleh PT Istana Plaza (Pihak yang dipotong):


• Saat menerima pembayaran
Kas Rp 200.000.000
PPh Ps. 4 ayat 2 (Final) Rp 20.000.000
PPN Keluaran Rp 20.000.000 Penjualan
Rp 200.000.000
• Saat setor PPN ke Kas Negara
PPN Keluaran Rp 20.000.000
Kas Rp 20.000.000
• Saat SPT Tahunan
Beban Pajak Kini Rp 20.000.000
PPh Ps. 4 ayat 2 (final) Rp 20.000.000
Ilustrasi
(Pencatatan Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25)

PT Agung Sedayu melaporkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 pada tanggal 30 April 2020. Angsuran PPh
Pasal 25 masa pajak Januari sd. Maret 2020 (sesuai SPT Tahun 2018) sebesar Rp 15.000.000. Berdasarkan
perhitungan SPT Tahunan Tahun Pajak 2019 besarnya angsuran PPh Pasal 25 mulai April 2020 sebesar Rp
20.000.000. Bagaimanakah PT Agung Sedayu melakukan penjurnalan setiap bulannya. dengan menggunakan
pendekatan pembebanan akhir tahun atau pendekatan pembebanan langsung?
Jawaban :
Jurnal Berkaitan dengan Penjualan dan Pembelian
• Pembelian:
1 Maret 2022. PT Maju Jaya membeli barang dagangan sebesar Rp 220.000.000
termasuk PPN. Jurnal pembeliannya adalah:
Persediaan 200.000.000
PPN Masukan 20.000.000
Utang Dagang 220.000.000

• Penjualan:
21 April 2022. PT Maju Jaya menjual barang dagangan sebesar Rp 250.000.000 belum
termasuk PPN. Harga Pokok Penjualan atas barang tersebut sebesar Rp 200.000.000. Jurnal
atas penjualan tersebut adalah:
Piutang Dagang 277.500.000
PPN Keluaran 27.500.000
Penjualan 250.000.000
Jurnal Berkaitan dengan Penjualan dan Pembelian atau HPP

• Jurnal atas HPP:


Harga Pokok Penjualan 200.000.000
Persediaan 200.000.000

• Jurnal atas pelunasan PPN:


Dengan asumsi PT Maju Jaya tidak melakukan pembelian dan penjualan lainnya di bulan tersebut.
maka PPN Keluaran yang dipungut sebesar Rp 27.500.000 dan PPN Masukan yang telah dibayar saat
pembelian sebesar Rp 20.000.000 sehingga PPN yang kurang dibayar selama masa pajak tersebut
sebesar Rp 5.000.000. Jurnal sebagai berikut :
PPN Keluaran 27.500.000
PPN Masukan 20.000.000
Kas 7.500.000
• Contoh Jurnal PPN Lebih Bayar masa pajak April 2022:
Dengan asumsi PT Maju Jaya PPN Keluaran yang dipungut sebesar Rp 27.500.000,
sementara PPN Masukan yang telah dipungut saat pembelian sebesar Rp 30.000.000
sehingga PPN yang lebih dibayar selama masa pajak tersebut sebesar Rp 2.500.000. Jurnal
sebagai berikut :
PPN Keluaran 27.500.000
Piutang PPN 2.500.000
PPN Masukan 30.000.000

Misal LB dikompensasikan ke masa berikutnya: (masa Mei 2022). Masa Mei 2022 total PK
50.000.000, total PM 25.000.000. Jurnal pelusanan PPN masa pajak Mei 2022;
PPN keluaran 50.000.000
PPN masukan 25.000.000
Piutang PPN (LB April 2022) 2.500.000
Kas 22.500.000

Misal diretitusikan terbitkan SKPLB Rp 2.000.000, dicairkan di bulan Agustus 2022, jurnalnya:
Kas 2.000.000
Piutang PPN 2.000.000
SOAL LATIHAN JURNAL

PT AJBS (Anak Jaya Bapak Sejahtera) adalah Wajib Pajak bergerak dibidang
perdagangan dan sudah dikukuhkan sebagai PKP. Selama bulan Februari 2021
melakukan transaksi berkaitan dengan usahanya sebagai berikut :
1. 1 Februari 2021 membeli barang dagangan harga pembelian Rp 200.000.000 kredit
dipungut PPN oleh penjual dan diberikan FP sesuai dengan ketentuan formal.
Pelunasan pembayaran dilakukan tanggal 15 Februari 2021.
2. 5 Februari 2021 menjual barang dagangan sebesar Rp 250 juta secara tunai kepada
PT Sedati Jaya belum termasuk PPN.
3. 10 Februari 2021 membayar PPh Pasal 21 sebesar Rp 10 juta dan PPh Pasal 23
sebesar Rp 2 juta untuk masa Juni 2021.
4. 10 Februari 2021 membayar PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas sewa gedung masa
pajak Juni 2021 sebesar Rp 1 juta.
5. 25 Februari 2021 membayar gaji karyawan sebesar Rp 100 juta dengan PPh Pasal
21 sebesar Rp 10 juta.
6. Tanggal 28 Februari 2021 menyetor PPN dan menyampaikan SPT Masa PPN masa
pajak Juni 2019 dengan total PPN Keluaran 100 juta. dan total PPN Masukan Rp 120
juta

Buat jurnal atas transaksi tersebut!


MATERI II
REKONSILIASI FISKAL
TRADE OFF AKUNTANSI - PERPAJAKAN
Di sisi akuntansi bersifat
menguntungkan, sebab akan menarik
minat pemegang saham potensial.
Perusahaan terbuka akan
memprioritaskan kepentingan ini.

Tingginya
Laba
Di sisi perpajakan bersifat tidak
menguntungkan, sebab
meningkatkan beban pajak yang
harus dibayar.
REKONSILIASI FISKAL
adalah proses penyesuaian atas laba komersial
yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
menghasilkan penghasilan neto/laba yang
sesuai dengan ketentuan pajak
SKEMA PENGHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN PERUSAHAAN
Dipotong
Pajak oleh pihak lain
saat menerima
penghasilan WP Badan
Memotong
PSAK 46 PPh 21. 23.
Pajak atas Laba 4 (2)
Perusahaan
SPT Tahunan PPh PPN atas
Penghasilan bruto Pajak penyerahan
berdasarkan barang/jasa
Beban yang dapat dikurangkan ketentuan
Penghasilan kena pajak Perpajakan
X tarif pajak
Pajak terutang :
Kredit pajak Lapor
• Angsuran pajak (PPh25) KPP
• Dipotong pihak lain (22.23)
• Pajak luar negeri (24) Setor
Pajak kurang/lebih bayar (29) Kas negara 38
HAKEKAT REKONSILIASI FISKAL
Akuntansi Perbedaan Rekonsiliasi

Pelaksanaan Penyesuaian
pembukuan diperlukan agar
berdasar kebijakan Perbedaan timbul laba yang
akuntansi terkait pengakuan diperhitungkan
perusahaan pendapatan dan secara akuntansi
menyimpang dari beban di laporan dapat diperlakukan
ketentuan laba rugi sebagai laba atau
perpajakan penghasilan kena
pajak
TEKNIK REKONSILIASI

Rekonsiliasi melakukan Pembenaran dilakukan


pembenaran atas setiap terhadap laba akuntansi,

Koreksi
Rekonsiliasi

item pendapatan dan dengan melakukan


beban sehingga sesuai penambahan atau (koreksi
dengan ketentuan positif) pengurangan
perpajakan. Metode ini (koreksi negatif), hanya
memudahkan proses berdasar penyesuaian
pengisian SPT. penghasilan dan beban
yang tidak sesuai.

Di dunia praktik, teknik rekonsiliasi yang lebih banyak digunakan


untuk memenuhi kebutuhan Catatan Atas Laporan Keuangan.
koreksi atas pendapatan dan beban diklasifikasikan atas koreksi
positif dan negatif.
KOREKSI FISKAL

Koreksi koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya


pengurangan biaya menjadi semakin kecil.
Positif atau berakibat adanya penambahan PKP

koreksi fiskal yang berakibat adanya


Koreksi penambahan biaya yang telah diakui dalam
Negatif laporan laba rugi komersial atau yang
berakibat dengan adanya pengurangan
PKP
KOREKSI FISKAL
Koreksi Positif Koreksi Negatif

• Biaya tidak berkaitan langsung • Biaya yang diakui WP lebih kecil


dengan kegiatan usaha • Penghasilan yang bukan
• Biaya bukan pengurang PKP merupakan objek pajak
• Biaya yang diakui lebih besar • Penghasilan yang sudah
• Biaya berkaitan penghasilan dikenakan PPh final
bukan merupakan objek pajak
• Biaya berkaitan penghasilan
sudah dikenakan PPh final
KERANGKA PERPEDAAN AKUNTANSI KOMERSIAL
DAN PAJAK

PSAK Undang-Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer
BOOK TAX GAP/ DIFFERENCE –
Tax Planning atau
Tax Avoidance
Pajak Tangguhan:
 Aset / Liabilitas
 Beban/Manfaat
JENIS PERBEDAAN FISKAL
Beda Tetap (Permanen)

• Perbedaan yang tidak akan terserupakan seiring waktu


• Beda tetap terjadi apabila terdapat transaksi yang diakui oleh wajib pajak
sebagai penghasilan atau sebagai biaya dalam akuntansi secara komersial
yang diatur dalam SAK namun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan,
transaksi tersebut bukan merupakan penghasilan atau bukan merupakan
biaya, atau sebagian merupakan penghasilan dan sebagian merupakan biaya

Beda Waktu (Temporer)

• Perbedaan yang akan terserupakan seiring berjalannya waktu. Merupakan


akibat berbedanya waktu pengakuan secara komersial dibandingkan dengan
secara fiskal, namun akan berujung pada hasil akhir yang sama, misalnya
dalam ketentuan masa manfaat aktiva yang dilakukan penyusutan atau
amortisasi
• Beda waktu akan menyebabkan timbulkan Pajak Tangguhan
LANGKAH PENYESUAIAN PERBEDAAN FISKAL
Ditambah Dikurangi
Ditambah
Laba penghasilan penghasilan
biaya non
akuntansi yang belum yang bukan
deductible
diakui objek pajak

Dikurangi
Penghasilan Ditambah Dikurangi
biaya
biaya 3M penghasilan
Kena Pajak penghasilan dikenai PPh
deductible
(PKP) yang belum
final final
dibebankan

Menghitung beban Mencatat pajak


pajak kini. tangguhan.
BEDA TETAP (PERMANEN)
• Perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak
yang bersifat tetap/permanen yang tidak ada hilang atau
tersesuaikan/terserupakan dengan berjalannya waktu.
• Terjadi karena adanya ketentuan perpajakan yang secara obsolut
atau mutlak atas pengakuan suatu penghasilan atau pembeban
suatu biaya menurut ketentuan perpajakan yang berbeda dengan
perlakukan menurut akuntansi komersial (PSAK).
• Misalnya transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai
penghasilan atau sebagai biaya dalam akuntansi secara komersial
namun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan, transaksi
tersebut bukan merupakan penghasilan atau bukan merupakan
biaya, atau sebaliknya
PENYEBAB BEDA TETAP (PERMANEN)
1. Perbedaan pengakuan penghasilan sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh;
2. Perbedaan pembebanan biaya diatur dalam
Pasal 9 ayat (1) UU PPh;
3. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat
final dan dan biaya untuk mendapatkan.
menagih dan memelihara penghasilan yang
telah dikenakan PPh yang bersifat final;
BEDA TETAP (BUKAN PENGHASILAN)
PASAL 4 AYAT (3) UU PPh

a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat;


b. harta hibahan dengan syarat tertentu;
c. harta termasuk tunai sebagai pengganti saham atau modal;
d. imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan. kecuali dari non WP, WP
final atau WP norma penghitungan (deemed profit);
e. pembayaran dari perusahaan asuransi atas asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen diterima PT, koperasi, BUMN/BUMD, dari badan usaha di Indonesia
dengan syarat: berasal dari laba ditahan; dan kepemilikan saham paling
rendah 25% dari modal disetor;
g. iuran yang diterima dana pension yang telah disahkan Menteri Keuangan,
baik dibayar pemberi kerja maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu;
i. bagian laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
j. penghasilan yang diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha di Indonesia. dengan syarat tertentu;
k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;
l. sisa lebih yang diterima badan atau lembaga nirlaba bidang pendidikan,
penelitian dan pengembangan, dengan syarat tertentu
BEDA TETAP (BUKAN BIAYA)
PASAL 4 AYAT (3) UU PPh

a. pembagian laba seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh


perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
b. biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;
c. pembentukan dana cadangan, kecuali untuk usaha tertentu;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali oleh pemberi kerja;
e. imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali diatur tertentu;
f. Pembayaran melebihi kewajaran kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan atas
pekerjaan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali
dgn syarat tertentu;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, perseroan
komanditer;
Penghasilan yang bukan objek Pajak atau
dikenakan PPh Final
Penghasilan maupun biaya yang dikeluarlan untuk mendapatkan. menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan obyek pajak atau dikenakan PPh yang bersifat final. tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya sehingga dikeluarkan dari perhitungan penghasilan kena pajak.
Contoh:
PT SPBU Mandiri dalam tahun 2020 memperoleh penghasilan dari usaha penjualan BBM
sebesar Rp 10 M. Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 8 M dan Biaya usaha lainnya sebesar
Rp 1 M.
Hitung Penghasilan Kena Pajak PT SBPU Mandiri tahun 2020
Jawab:
Peredaran usaha Rp 10.000.000.000
HPP Rp 8.000.000.000
Laba Kotor Rp 2.000.000.000
Biaya Usaha lainnya Rp 1.000.000.000
Laba bersih dari usaha Rp 1.000.000.000
Penghasilan yg dikenakan PPh FinalRp 1.000.000.000
Penghasilan Netto Fiskal (PKP) Rp 0
Biaya Berkaitan Penghasilan Bukan Objek
Pajak
• Sebagian atau seluruh pengeluaran berkaitan dengan
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan
seperti sumbangan, hibah, penghasilan dana pensiun harus
tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto).
• Ilustrasi:
– Suharto mendapat harta warisan sebesar Rp 5 Milyar. Untuk
mendapatkan warisan tersebut telah dikeluarkan biaya notaris
sebesar Rp 5.000.000.
– Harta warisan bukan objek pajak sehingga biaya notaris yang
dikeluarkan tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
bruto untuk mendapatkan PKP.
BANTUAN ATAU SUMBANGAN
(bukan obyek dan bukan pengurang penghasilan)
• Bantuan atau sumbangan bukan objek pajak sepanjang diterima
tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan
kepemilikan, atau hubungan penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan. Zakat yang diterima oleh badan amil zakat
disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
serta sumbangan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
lainnya yang diakui di Indonesia.
• Hubungan usaha antara pihak yang memberi dan yang menerima
dapat terjadi, misalnya PT A sebagai produsen suatu jenis barang
yang bahan baku utamanya diproduksi oleh PT B. Apabila PT B
memberikan sumbangan bahan baku kepada PT A, sumbangan
bahan baku yang diterima oleh PT A merupakan objek pajak.
Sumbangan
Hanya sumbangan yang disebutkan dalam PP No. 93 Tahun 2010 yang dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk mendapatkan PKP :
• Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
• Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan
di wilayah Republik Indonesia
• Sumbangan fasilitas pendidikan
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
Ilustrasi:
Tahun 2020 PT Jawa Indah telah mengeluarkan sumbangan yang diberikan kepada
warga di sekitar perusahaan sebesar Rp25.000.000 untuk perbaikan jalan desa
No Uraian Menurut Komersial Menurut Fiskal Koreksi Fiskal

1. Biaya Sumbangan 25.000.000 0 25.000.000


HARTA HIBAHAN
(bukan obyek dan pengurang penghasilan)
• harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
• sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Imbalan dalam Bentuk Natura
• Imbalan diberikan kepada karyawan perusahaan serta
lainnya dalam bentuk natura seperti sembako dalam bentuk
beras, gula, minyak goreng, sirup, pakaian dsb tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya untuk mendapatkan PKP, kecuali:
– Daerah terpencil
– Makan untuk karyawan ditempat kerja
– Pakaian/perlengkapan yang diwajibkan oleh perusahaan
• PT Indonesia Maju mengeluarkan biaya makan pegawai
sebesar Rp300.000.000 termasuk biaya makan siang seluruh
karyawan Rp 200.000.000 dan biaya khusus direksi dan
komisaris sebesar Rp 100.000.000. Penghitungan biaya
makan yang diakui akuntansi komersial dan fiskal adalah:
No Uraian Menurut Menurut Koreksi
Komersial Fiskal Fiskal

1. Biaya Makan 300.000.000 200.000.000 100.000.000

Termasuk koreksi positif


Biaya Bukan Pengurang PKP
• Berbagai macam pengeluaran yang secara akuntansi komersial
dapat dibebankan sebagai biaya, tetapi secara akuntansi pajak
hanya sebagian atau tidak boleh seluruhnya dibebankan sebagai
biaya untuk mendapatkan PKP antara lain:
- Biaya untuk kepentingan pemegang saham
- Pembentukan dana cadangan
- Imbalan dalam bentuk natura
- Pembayaran yang melebihi kewajaran
- Sumbangan
- Sanksi perpajakan
- Gaji anggota persekutuan yang tidak terbagi atas saham
Biaya Tidak Berkaitan Langsung
dengan Kegiatan Usaha
• Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan untuk
mendapat, menagih, atau memelihara pendapatan, harus
dilakukan koreksi fiskal positif.
• Ilustrasi:
PT ABCD melakukan pembayaran biaya pengiriman barang oleh PT EFGH
(anak perusahaan PT ABCD) sebesar Rp50.000.000. Pengeluaran tersebut
tidak memiliki hubungan langsung untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan PT ABCD, sehingga harus dilakukan koreksi fiskal :
No Uraian Menurut Menurut Fiskal Koreksi Fiskal
Komersial

1. Biaya pengiriman Rp 50.000.000 0 Rp 50.000.000


Biaya untuk Kepentingan
Pemegang Saham

• Ilustrasi:
PT Selo Mangkleng dalam tahun 2020 mengakui besarnya
biaya perjalanan dan transportasi sebesar Rp300.000.000.
Terdapat biaya untuk rekreasi pemegang saham dan
keluarganya sebesar Rp100.000.000. Atas biaya tersebut
harus dikoreksi fiscal sebagai berikut”
No Uraian Menurut Menurut Fiskal Koreksi Fiskal
Komersial
1. Biaya 300.000.000 200.000.000 100.000.000
Perjalanan
Pembentukan Dana Cadangan

• Pembentukan dana cadangan selain pada kegiatan usaha di


bidang perbankan. sewa guna usaha dengan hak opsi dan
asuransi tidak dapat mengurangi penghasilan bruto untuk
mendapatkan PKP.
• Ilustrasi
PT Onde Mande yang bergerak dalam bidang konveksi membebankan
cadangan kerugian piutang sebesar 2% dari rata-rata piutang
dagangnya. Rata-rata piutang dagang PT Onde Mande tahun 2020
No
adalah Uraian
sebesar Menurut
Rp2.000.000.000 Menurut Koreksi
Komersial Fiskal Fiskal
1 Biaya Piutang tak 40.000.000 0 40.000.000
tertagih

Koreksi Positif
Pembayaran yang Melebihi Kewajaran
• Misalnya pembayaran gaji direktur sebagai pemilik atau transaksi antar group
perusahaan.
• Biaya yang boleh diakui hanya yang memenuhi kriteria kewajaran. biaya yang
tidak wajar harus dikoreksi fiskal
• Penentuan kewajaran dapat dilakukan dengan membandingkan dengan
kegiatan atau transaksi sejenis
• Ilustrasi:
PT ABG dalam biaya gajinya terdapat pembayaran gaji untuk salah satu direktur
yang merupakan anak salah satu dari pemegang saham. Gaji dibayarkan per
bulan adalah Rp150.000.000 sementara rata-rata direktur di perusahaan lain
dengan omset bisnis yang sejenis gaji direktur hanya sebesar Rp100.000.000
No Uraian Menurut Menurut Koreksi Fiskal
Komersial Fiskal
1. Biaya Gaji 150.000.000 100.000.000 50.000.000
Sanksi Ketetapan Pajak
• Sanksi Ketetapan Pajak berupa denda dan bunga tidak dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk
mendapatkan Penghasilan Kena Pajak
• Ilustrasi:
PT Mandiri Jaya Sentosa telah diterbitkan STP PPh Pasal 25
dengan pokok tagihan Rp100.000.000 dan sanksi bunga Rp
5.000.000. Besarnya Biaya Bunga Pajak yang dapat diakui adalah
No Uraian Menurut Menurut Koreksi Fiskal
Komersial Fiskal

1. Biaya Bunga Pajak 5.000.000 0 5.000.000


Gaji Anggota CV. Firma,
Persekutuan
• Gaji dibayarkan kepada anggota (pemilik) persekutuan, firma,
perseroan terbatas yang modalnya tidak terbagi atas saham bukan
merupakan biaya pengurang penghasilan bruto

• Ilustrasi:
CV Agung modalnya tidak terbagi atas saham. membebankan biaya
gaji tahun 2018 sebesar Rp 500.000.000, termasuk gaji Sdr. Agung
yang merupakan pemiliknya Rp 25.000.000

No Uraian Menurut Menurut Fiskal Koreksi Fiskal


Komersial
1 Biaya Gaji 500.000.000 475.000.000 25.000.000
Piutang yang Tidak Tertagih
Piutang yang nyata-nyata tidak tertagih dapat dibebankan sebagai
biaya, dengan syarat:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial;
• Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, baik dalam bentuk hard copy
(dilampirkan SPTnya) dan soft copy;dan
• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut : (pilih salah satu)
– telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara;atau
– terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;atau

– telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus (dapat berupa


penerbitan internal asosiasi atau sejenisnya);atau

– adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu.
Biaya Entertainment
Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan objek PPh dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto, sepanjang dibuatkan daftar nominatif yang setidaknya
memuat:
– Nomor urut, tanggal diberikan
– Nama/tempat alamat entertainment diberikan
– Jenis dan jumlah rupiah entertainment
– Relasi, nama, posisi, nama perusahaan, jenis usaha
Biaya Natura dan Kenikmatan
• Biaya berkaitan dengan Natura atau Kenikmatan
Berdasarkan KMK Nomor 466/KMK.04/2000, pemberian
natura/kenikmatan yang dapat dikurangkan adalah yang;
- Merupakan keharusan
- Diberikan di daerah terpencil

• Pemberian Natura/kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan


tugas. berkaitan dengan keamanan atau keselamatan kerja, seperti:
– Pakaian, peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian seragam
pabrik, hansip/satpam
– Antar-jemput pegawai
– Penginapan awak pesawat/kapal
– Penginapan awak pesawat/kapal
– Penyediaan makanan dan minuman untuk seluruh pegawai, termasuk komisaris
dan Direksi di Tempat Kerja
Biaya berkaitan peghasilan Sudah
dikenakan PPh Final
• Biaya berkaitan dengan penghasilan yang sudah dikenakan
PPh final tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.
• Apabila selain mendapatkan penghasilan yang dikenakan PPh
final juga mendapatkan penghasilan sebagai objek pajak
penghasilan, maka biaya yang terkait harus dipisahkan,
apabila tidak memungkinkan dilakukan secara proporsional.
ALOKASI BIAYA GABUNGAN (JOINT COST)
• PT Karya Abadi bergerak dalam bidang konstruksi yang telah
dikenakan PPh bersifat final dan penghasilan sewa alat berat
yang dikenakan PPh Pasal 17 UU PPh. Penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2020 sebagai berikut:
– Penghasilan jasa konstruksi sebesar Rp 15.000.000.000
dengan HPP yang terkait langsung sebesar Rp
10.000.000.000. dan telah dikenakan PPh Final.
– Penghasilan penyewaan alat berat sebesar Rp
5.000.000.000 dengan HPP yang telah berkaitan langsung
sebesar Rp 3.000.000.000.
– Selain HPP yang berkaitan langsung dengan usaha tersebut.
terdapat biaya administrasi umum dan administrasi (BUA)
sebesar Rp3.000.000.000 yang penggunaanya tidak dapat
dipisahkan untuk kedua kegiatan tersebut.
Hitung Alokasi Biaya. dan PKP tahun 2020!
PERHITUNGAN ALOKASI BIAYA

Penghasilan Omset Alokasi Biaya gabungan


• Konstruksi 15.000.000.000 15 x 3.000.000.000 = 2.250.000.000
20
• Sewa Alat Berat 5.000.000.000 5 x 3.000.000.000 = 750.000.000
20
• Total omset 20.000.000.000

Kegiatan Omset HPP BUA Jumlah Biaya Laba Usaha

Jasa 15.000.000.000 10.000.000.000 2.250.000.000 12.250.000.000 2.750.000.000


Konstruksi
Sewa Alat 5.000.000.000 3.000.000.000 750.000.000 3.750.000.000 1.250.000.000
berat
Total 20.000.000.000 13.000.000.000 3.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000

Besarnya PKP tahun 2020 = Rp 1.250.000.000


BEDA WAKTU (TEMPORARY
DIFFERENT)
• Adalah perbedaan yang bersifat temporer atau sementara,
merupakan akibat berbedanya waktu pengakuan atau cara
pengalokasian biaya, namun setelah masa tertentu akan
mendapatkan hasil akhir yang sama;
• Beda waktu terjadi karena adanya perbedaan pembebanan
biaya penyusutan atau amortisasi menurut akuntansi komersial
dibandingkan dengan fiscal, misalnya dalam penentuan masa
manfaat suatu dan metode penyusutan aktiva tetap
• Beda waktu akan menyebabkan timbulnya Pajak Tangguhan
CONTOH BEDA WAKTU
• Januari 2020 PT Solo Baru yang bergerak dibidang
perdagangan, membeli sebuah AC dengan harga Rp
6.000.000. Menurut kebijakan akuntansi komersial, masa
manfaat dari AC tersebut ditetapkan selama 3 tahun,
namun berdasarkan ketentuan perpajakan, AC termasuk
golongan I dengan masa manfaat 4 tahun. Metode
penyusutan yang digunakan sama, yaitu garis lurus (GL).
• Bagaimana pembebanan biaya penyusutan atas AC
tersebut?
Uraian Menurut Menurut Koreksi
Komersial Fiskal
Harga Perolehan 6.000.000 6.000.000 -
Biaya penyusutan 2020 2.000.000 1.500.000 500.000
Biaya penyusutan 2021 2.000.000 1.500.000 500.000
Biaya penyusutan 2022 2.000.000 1.500.000 500.000
Biaya penyusutan 2023 - 1.500.000 (1.500.000)
Total biaya penyusutan 6.000.000 6.000.000 -

• Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa koreksi


positif sebesar Rp 500.000 selama tahun 2020-2022.
akan menjadi nol pada masa akhir manfaat harta yang
disusutkan. Sehingga perbedaan yang terjadi selama
tahun 2020-2023 bersifat sementara (temporer)
DAMPAK BEDA WAKTU

Beda Koreksi
PKP PPh
Tetap fiskal

PPh
Beda Koreksi
PKP
Waktu fiskal
Pajak
Tangguhan
MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK
• Laba kena pajak yang dihitung setelah adanya
koreksi fiskal (positif maupun negatif).
perhitungannya sbb:
Laba bersih usaha komersial XXX
Koreksi Fiskal:
Koreksi Fiskal Positif XXX
Koreksi Fiskal Negatif (XXX)
Jumlah Koreksi Fiskal XXX
Penghasilan Kena Pajak XXX
• Ilustrasi
PT Makmur Sentosa dalam tahun 2020 mempunyai
laba komersial sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi positif
sebesar Rp350.000.000 dan Koreksi negatif sebesar
Rp50.000.000. Besarnya PKP adalah:
Laba Komersial 2.000.000.000
Koreksi Fiskal:
Koreksi Positif 350.000.000
Koreksi Negatif (50.000.000)
Jumlah Koreksi Fiskal 300.000.000
PKP 2.300.000.000
• Ilustrasi
PT Abadi Jaya dalam tahun 2020 mempunyai laba komersial
sebesar Rp5.000.000.000. Koreksi Positif sebesar Rp750.000.000
dan Koreksi Negatif sebesar Rp50.000.000. Pada tahun 2020
masih terdapat sisa kerugian tahun 2016 sebesar Rp 200.000.000
(atas kerugian tahun 2016 telah dilakukan pemeriksaan.
Besarnya PKP adalah:
Laba Bersih Komersial 5.000.000.000
Koreksi Fiskal
Koreksi Positif 750.000.000
Koreksi Negatif (50.000.000)
Jumlah Koreksi Fiskal 700.000.000
Penghasilan Netto Fiskal 5.700.000.000
Kompensasi kerugian (200.000.000)
PKP 5.500.000.000
MATERI III
PAJAK TANGGUHAN (DEFERRED TAX)
AS ASSET OR LIABILITIES
(PSAK 46)
DEFINISI PAJAK TANGGUHAN
• Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat
pajak (deferred tax income) yang akan menambah atau mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar di masa depan.
• Pajak tangguhan ini timbul karena perbedaan saat pengakuan pendapatan
atau beban antara peraturan perpajakan (fiskal) dengan standar akuntansi
keuangan (komersial).
• Perbedaan saat pengakuan ini mengakibatkan pendapatan/beban yang diakui
pada masing-masing periode berbeda, namun secara keseluruhan pada
akhirnya jumlah total pendapatan/beban yang diakui sama antara fiskal dan
komersial.
• Oleh karena itu perbedaan ini biasa disebut sebagai beda sementara
(temporary different).
• Beban/manfaat pajak tangguhan tidak akan mempengaruhi jumlah pajak
terutang yang dihitung sesuai dengan peraturan perpajakan (pajak kini).
PENCATATAN PAJAK TANGGUHAN
Memunculkan Beban
Pajak Tangguhan di
Laporan Laba Rugi
Bersifat Kena
Pajak (+)
Memunculkan Aset Pajak
Tangguhan di Laporan
Posisi Keuangan
Perbedaan
Temporer
Memunculkan Manfaat
Pajak Tangguhan di
Laporan Laba Rugi
Bersifat Dapat
Dikurangkan (-)
Memunculkan Liabilitas
Pajak Tangguhan di
Laporan Posisi Keuangan
ASET ATAU LIABILITIES?
• Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
yang dapat dipulihkan pada periode masa depan yang
terjadi karena adanya koreksi positif akibat beda waktu.
Laba fiscal setelah beda waktu > laba fiscal sebelum beda waktu

• Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak


penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai
akibat adanya koreksi negative akibat beda waktu.
Laba fiscal setelah beda waktu < laba fiscal sebelum beda waktu

80
Kewajiban Pajak Tangguhan dan
Aktiva Pajak Tangguhan
• Perusahaan mempunyai kewajiban untuk menghitung dan
mengakui pajak tangguhan (deferred taxes) atas future taxes
effects
• Bertujuan untuk memperlihatkan di Neraca berapakah
sesungguhnya taksiran pajak yang akan dibayar dimasa yang
akan datang
• Oleh karena itu, beban pajak (tax expense) mencakup jumlah
pajak yang terutang(tax payable) ditambah dengan dampak
pajak akibat perbedaan temporer.
BEBAN PAJAK DAN PAJAK KINI
• Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat
pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam
menentukan laba atau rugi pada satu periode  dipadankan
dengan dengan laba akuntansi sebelum ada koreksi akibat
beda waktu
• Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang
atas penghasilan kena pajak untuk untuk tahun berjalan
yang dihitung berdasarkan tarif yang berlaku.
Laba Fiskal --> Tax payable
Laba Fiskal tanpa beda waktu --> Tax expense

• Pajak Kini atau Utang PPh (tax payable)


= Penghasilan Kena Pajak x tarif PPh

• Beban Pajak (tax expense)


= Penghasilan Sebelum Beda Waktu x tarif PPh

• Pajak Tangguhan (deferred tax)


= selisih antara Pajak Kini dengan Beban Pajak
atau total beda waktu x tarif PPh
Contoh Perhitungan Pajak Tangguhan
Tahun Pajak 2018
Uraian PT XYZ PT ABC PT BCD PT CDE
Laba Komersial 500.000.000 1.000.000.000 4.000.000.000 6.000.000.000
Koreksi fiskal :        
-
- Beda tetap 200.000.000 800.000.000 1.600.000.000
-
- Beda Waktu - 200.000.000 (400.000.000)
-
Total koreksi 200.000.000 1.000.000.000 1.200.000.000
PKP (dengan koreksi beda
waktu) 500.000.000 1.200.000.000 5.000.000.000 7.200.000.000
PPh terutang (25%) 125.000.000 300.000.000 1.250.000.000 1.800.000.000
Pajak Kini 125.000.000 300.000.000 1.250.000.000 1.800.000.000
         
Perhitungan Pajak
Tangguhan:        
Laba Komersial 500.000.000 1.000.000.000 4.000.000.000 6.000.000.000
Koreksi fiskal:        
-
- Beda Tetap 200.000.000 800.000.000 1.600.000.000
-
Total koreksi fiskal 200.000.000 800.000.000 1.600.000.000
PKP tanpa koreksi beda
waktu) 500.000.000 1.200.000.000 4.800.000.000 7.600.000.000
PPh terutang (25%) 125.000.000 300.000.000 1.200.000.000 1.900.000.000
Beban Pajak 125.000.000 300.00.000 1.200.000.000 1.900.000.000
-
Pajak Tangguhan (Pajak Kini - - 50.000.000 (100.000.000)
Ilustrasi Deferred Tax Asset
PT BCD pada table sebelumnya, pada tahun 2018 terdapat koreksi beda
waktu atas biaya penyusutan mesin menurut komersial sebesar Rp
800.000.000, namun menurut fiscal sebesar Rp 600.000.000, sehingga
terdapat koreksi positif beda waktu sebesar Rp 200.000.000. PPh Pasal
23 sebesar Rp 50.000.000 dan PPh Pasal 25 sebesar Rp 600.000.000

Uraian Ada koreksi beda Tidak ada koreksi


waktu beda waktu
Laba bersih komersial 4.000.000.000 4.000.000.000
Koreksi fiscal 1.000.000.000 800.000.000
Penghasilan Kena Pajak 5.000.000.000 4.800.000.000
PPh (25%) 1.250.000.000 1.200.000.000
Pajak Tangguhan - 50.000.000
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak kini 1.250.000.000
Beban Pajak 1.200.000.000
Manfaat Pajak Tangguhan 50.000.000
JURNAL
• Akhir tahun tgl 31/12/2018:
Pajak Kini 1.250.000.000
Utang PPh 1.250.000.000

Aktiva Pajak Tangguhan 50.000.000


Manfaat Pajak tangguhan 50.000.000

• Pelunasan/pelaporan Pasal 29 tgl 30/04/2019:


Utang PPh 1.250.000.000
PPh Pasal 23 dibayar dimuka 50.000.000
PPh Pasal 25 dibayar dimuka 600.000.000
Kas/bank 600.000.000
Ilustrasi Deferred Tax Liabilities
PT CDE pada table sebelumnya, pada tahun 2018 terdapat beda waktu atas
biaya mesin yang dibeli awal 2018 senilai Rp 1,6 Milyar. Menurut akuntansi
masa manfaat 8 tahun, sedangkan menurut fiscal termasuk kelompok I,
dengan metode Saldo Menurun (Double Declining Method), biaya
penyusutan tahun 2018 menurut akuntansi komersial sebesar Rp
400.000.000, sedangkan menurut fiscal sebesar Rp 800.000.000,00 sehingga
koreksi negatif sebesar Rp 400.000.000. Total kredit Pajak PPh pasal 23
sebesar Rp 100.000.000,00 dan Pasal 25 sebesar Rp 1.200.000.000,00.
Uraian Ada koreksi beda Tanpa ada koreksi
waktu beda waktu
Laba bersih komersial 6.000.000.000 6.000.000.000
Koreksi fiscal 1.200.000.000 1.600.000.000
Penghasilan Kena Pajak 7.200.000.000 7.600.000.000
PPh (25%) 1.800.000.000 1.900.000.000
Pajak Tangguhan 100.000.000
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak kini 1.800.000.000
Beban Pajak 1.900.000.000
Beban Pajak Tangguhan 100.000.000
JURNAL
• Akhir tahun tgl 31/12/2018:
Pajak Kini 1.800.000.000
Utang PPh 1.800.000.000

Beban Pajak Tangguhan 100.000.000


Kewajiban Pajak tangguhan 100.000.000

• Pelunasan/pelaporan Pasal 29 tgl 30/04/2019:


Utang PPh 1.800.000.000
PPh Pasal 23 dibayar dimuka 100.000.000
PPh Pasal 25 dibayar dimuka 1.200.000.000
Kas/bank 500.000.000
MATERI IV
AKUNTANSI AKTIVA TETAP
DEFINISI AKTIVA TETAP
Adalah aktiva atau aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam operasi, produksi atau penyediaan barang atau jasa, atau
disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administrative dan
diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode atau memiliki
masa manfaat lebih dari satu tahun dan tidak ada tujuan untuk
diperjualbelikan.
PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007 menyatakan bahwa aset tetap adalah
aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Contoh:
Tanah, bangunan, peralatan, kendaraan, AC, meja, kursi, dll
HARGA PEROLEHAN ATAU HARGA PENJUALAN
• Adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau dibayarkan oleh
pembeli dan yang sesungguhnya diterima bagi pihak penjual.
• Dalam hal terdapat hubungan istimewa. adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima
• Contoh pengeluaran yang dapat disusutkan secara fiskal adalah
pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan,
dan perubahan harta berwujud.
• Penentuan harga perolehan disamping nilai pembelian dimasukkan
juga biaya-biaya perolehan: bea impor, pajak masukan yang tidak
dapat dikreditkan, setiap biaya yang dapat didistribusikan secara
langsung sampai aktiva siap digunakan, termasuk (initial delivery,
installation cost, biaya persiapan tempat, biaya profesional (arsitek,
insinyur).
• Potongan harga/rabat mengurangi harga perolehan.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam
hal terjadi Tukar-Menukar Harta

Dalam hal terjadi tukar-menukar harta dengan harta lain


maka nilai perolehan atau nilai penjualan harta tersebut
adalah:
1. Bagi pihak pembeli. harga perolehan harta adalah
harga yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan
harga pasar.
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah
harga yang seharusnya diterima berdasarkan harga
pasar (Pasal 10 ayat (2) UU PPh)
Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan asset
tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya
jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau dinilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh
suatu aset pada saat perolehan atau kontruksi. bila
dapat diterapkan. jumlah yang didistribusikan pada
aset saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK.
Biaya perolehan terdiri atas harga beli, termasuk bea impor, PPN
masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat
diatribusikan secara langsung sampai aset tersebut siap dipakai atau
berada di tempat.
Komponen biaya perolehan aset tetap (Paragraf 16 PSAK No. 16 Revisi
2007):
• Harga perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain.
• Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
• Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat
aset diperoleh atau karena entitas menggunakan aset selama periode
tertentu yang bertujuan selain menghasilkan persediaan.
PENGAKUAN PENGELUARAN UNTUK
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
• dikelompokkan menjadi:
– Pengeluaran pada saat perolehan;
– Pengeluaran setelah aktiva tersebut diperoleh
atau pengeluaran untuk modal yang lazim
disebut capital expenditure
PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA
• Tanggal 1 Agustus 2020. PT ABC membeli mesin dari Jerman, Nilai Impor sebesar Rp 1 Milyar (termasuk Bea Masuk
Rp 200 juta). Selain Bea Masuk, juga dipungut PPN impor sebesar Rp 100 juta dan PPh Pasal 22 impor sebesar Rp 15
juta. Barang diambil tgl 28 Agustus 2020. Biaya pemasangan sampai dengan siap dioperasikan sebesar Rp 100 juta.
Mesin siap dioperasikan dan transaksi dibayar tgl 15 Oktober 2020
Harga Perolehan :
- Nilai impor Rp 1.000.000.000
- Biaya instalasi Rp 100.000.000
Total Harga Perolehan Rp 1.100.000.000

Jurnal mencatat perolehan mesin oleh PT ABC:


Mesin 1.100.000.000
PPN Impor 100.000.000
PPN Masukan atas jasa LN 10.000.000
PPh Pasal 22 impor 15.000.000
Hutang PPh Pasal 26 20.000.000
Hutang PPN atas jasa LN 10.000.000
Kas (BM+PPN impor+PPh 22 impor) 315.000.000 Hutang Usaha
880.000.000
• Perolehan Aset Tetap secara Gabungan
Apabila aset diperoleh secara gabungan. maka harga
perolehan masing-masing aset tetap ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan berdasarkan
perbandingan nilai pasar masing-masing aset yang
bersangkutan.
Contoh:
PT XYZ membeli tanah beserta bangunan dan genset
dengan total harga Rp 3 Milyar dari Hotel Mulia (bukan
PKP). Harga pasar tanah sebesar Rp 1.8 milyar, bangunan
sebesar Rp 1.5 milyar dan Genset Rp 300 juta.
PERHITUNGAN HARGA PEROLEHAN
Jenis Aset Harga Pasar Alokasi Harga Perolehan
• Tanah 1.800.000.000 1.800 x 3.000.000.000 = 1.500.000.000
3.600
• Bangunan 1.500.000.000 1.500 x 3.000.000.000 = 1.250.000.000
3.600
• Genset 300.000.000 300 x 3.000.000.000 = 250.000.000
3.600

Jumlah 3.600.000.000 = 3.000.000.000


Ayat jurnal saat pembelian tunai:
Tanah 1.500.000.000
Bangunan 1.250.000.000
Genset 250.000.000
Kas/Bank 3.000.000.000
• Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Aset tetap yang diperoleh secara angsuran. perlu
diperhatikan mengenai kontrak pembeliannya.
Contoh:
PT DEF membeli aset tetap berupa truk second
dari PT XYZ bukan perusahaan leasing atau bank
dengan harga perolehan Rp 360.000.000 (tidak
terutang PPN) dibayar dalam 12 kali angsuran.
angsuran Rp 36.000.000 per bulan termasuk
bunga tetap 20% per tahun.
JURNAL
Jurnal untuk mencatat truk:
Kendaraan truk 360.000.000
Utang usaha 360.000.000

Perhitungan angsuran per bulan :


Angsuran pokok = Rp 30.000.000
Bunga 1/12 x 20% x 360.000.000 = Rp 6.000.000
Jumlah pembayaran = Rp 36.000.000

Jurnal pelunasan Utang per bulan:


Utang Usaha 30.000.000
Biaya bunga 6.000.000
Utang PPh Pasal 23 atas bunga 900.000 Kas/bank
35.100.000
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
1. Pasal 11 ayat 1. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian. pendirian.
penambahan. perbaikan. atau perubahan harta berwujud. kecuali tanah yang
berstatus hak milik. hak guna bangunan. hak guna usaha. dan hak pakai. yang
dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan. menagih. dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang
telah ditentukan bagi harta tersebut.
2. Pasal 11 ayat 2. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) selain bangunan. dapat juga dilakukan dalam bagian-
bagian yang menurun selama masa manfaat. yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku. dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus. dengan syarat dilakukan secara
taat asas.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 17 paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan 
menyatakan bahwa: “Penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung”. 
PERSYARATAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Persyaratan aktiva tetap atau aset yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan
meliputi:
1. Harta yang disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan. menagih. dan memelihara penghasilan

Terdapat pula aset yang menurut akuntansi dapat disusutkan. tetapi menurut fiskal tidak
dapat disusutkan. yaitu:
4. Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan. menagih. dan memelihara penghasilan tidak boleh
disusutkan secara fiskal. Misalnya; kendaraan perusahaan yang dikuasai dan dibawa pulang oleh
karyawan. rumah dinas karyawan yang tidak terletak di daerah terpencil
5. Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan di daerah terpencil yang ditempati pegawai
yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan
6. Dalam hal harta yang tidak boleh disusutkan secara fiskal tersebut dijual (dialihkan). keuntungannya
merupakan obyek PPh. yang dihitung dari selisih antara harga jual (nilai pasar) dengan harga
perolehan. Dalam hal selisihnya negatif (rugi). kerugian tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
ALASAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan 3 (tiga)
hal, yaitu:
• Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan. maka perusahaan
manufaktur dan jenis usaha yang padat modal (capital intensive)
akan sangat diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa ataupun
jenis usaha padat karya (labor intensive).
• Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan membawa akibat
pada peningkatan investasi (capital growth) sehingga EAT/ROI/CF
menjadi meningkat.
• Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus disesuaikan dengan
beberapa hal, yaitu besarnya biaya administrasi. sumber daya
manusia, dan kepatuhan wajib pajak.
METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
• Straight Line Method
Disusutkan dengan menggunakan bagian-bagian yang sama
besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut
• Double Declining
Disusutkan dengan bagian-bagian yanag menurun selama masa
manfaat yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan
atas nilai sisa buku. Pada akhir masa manfaat nilai buku
disusutkan sekaligus.
TABEL PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
. KEL. HARTA MANFAAT TARIF MASA PENYUSUTAN
BERWUJUD
GARIS LURUS SALDO MENURUN

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12.5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6.25 % 12.5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %
Langkah-langkah menghitung Penyusutan
Fiskal
• Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva)
dengan menggunakan Keputusan Menteri Keuangan
No.96/PMK.03/2009.
• Hitung biaya penyusutan tahun tersebut

Biaya Penyusutan Tahun 20XX = Tarif x Dasar Penyusutan


Langkah-langkah menghitung Penyusutan
Fiskal
• Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai
residu.
• Penyusutan aktiva diperinci per individu dan untuk
peralatan yang kecil-kecil (small tools) boleh
digabungkan.
• Saat dimulai penyusutan adalah bulan diperoleh
atau terjadi pengeluaran atau bulan selesainya
aktiva dibuat/dibangun.
• Tetapi. dengan seijin Direktorat Jendral Pajak boleh
menyusutkan pada saat aktiva tersebut sudah
memperoleh penghasilan atau digunakan.
Ilustrasi Metode Penyusutan Garis Lurus
• Tanggal 2 Januari 2017. PT JIH membeli sebuah gedung yang
harga perolehannya Rp 5 Milyar. Menurut akuntansi komersial
memiliki masa manfaat 25 tahun.
• Biaya penyusutan per tahun atas gedung tersebut menurut
akuntansi komersial maupun akuntansi fiscal adalah:
Menurut Akuntansi Komersial:
Harga Perolehan 5.000.000.000
Masa Manfaat 25 Tahun
Tarif penyusutan 100%:25 = 4%
Biaya Penyusutan per tahun 200.000.000

Menurut Akuntansi Pajak (fiskal):


Harga Perolehan 5.000.000.000
Masa Manfaat 20 Tahun
Tarif penyusutan 100%:20 = 5%
Biaya Penyusutan per tahun 250.000.000
Ilustrasi Metode Saldo Menurun
• Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari
2018 dengan harga perolehan sebesar Rp200.000.000.00.
Mesin tersebut masuk dalam kategori kelompok 1.
• Dengan Menggunakan metode saldo menurun, berapakah
besarnya biaya penyusutan fiskal?
Akumulasi
Tahun Tarif Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku
Penyusutan
Harga Perolehan 200.000.000
2018 50% 100.000.000 100.000.000 100.000.000
2019 50% 50.000.000 150.000.000 50.000.000
2020 50% 25.000.000 175.000.000 25.000.000
2021 50% 25.000.000 200.000.000 -

*) tahun 2021 disusutkan sekaligus sebesar nilai sisa buku tahun sebelumnya
Ilustrasi Penyusutan Metode Saldo Menurun
- Tahun Parsial

• PT Sumber Kencono pada tanggal 1 April 2019 membeli sebuah


armada bus baru jurusan Surabaya-Yogyakarta dengan harga Rp 600
juta. Kendaraan bus tersebut masuk ke dalam Kategori Kelompok 1
karena kegiatan usaha PT Sumber kencono adalah Transportasi Antar
Kota Antar Provinsi (AKAP).
• Berapakah besarnya biaya penyusutan per tahunnya?
Akumulasi
Tahun Tarif Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku
Penyusutan
Harga Perolehan 600.000.000
2019 9/12 x 50% 225.000.000 225.000.000 375.000.000
2020 50% 187.500.000 412.500.000 187.500.000
2021 50% 93.750.000 506.250.000 93.750.000
2022 50% 46.875.000 553.125.000 46.875.000
2023 sekaligus 46.875.000 600.000.000 -
*) tahun 2023 (masa manfaat 3 bulan). disusutkan sekaligus sebesar nilai sisa buku
PENJUALAN ATAU PENARIKAN AKTIVA TETAP

Ketentuan Pasal 11 ayat (8) UU PPh. bahwa telah terjadi penjualan


atau penarikan harta Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta
karena sebab lainnya. maka nilai buku harta tersebut dibebankan
sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya
yang diterima atau diperoleh. dibukukan sebagai penghasilan pada
tahun terjadinya penarikan. sehingga keuntungan atau kerugian karena
pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun
dilakukan pengalihan harta.
Apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan. sumbangan. hibah.
atau warisan (yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b UU PPh) berupa harta berwujud. maka jumlah sisa bukunya tidak
boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.
ILUSTRASI PENARIKAN AKTIVA TETAP
Contoh pada slide sebelumnya, PT Sumber Kencono pada tanggal 1 April 2019
membeli sebuah armada bus baru jurusan Surabaya-Yogyakarta dengan harga
Rp 600 juta. Kendaraan bus tersebut masuk ke dalam Kategori Kelompok 1
karena kegiatan usaha PT Sumber kencono adalah Transportasi Antar Kota
Antar Provinsi (AKAP). Ternyata pada 1 Januari 2022, armada bus tersebut
mengalami kecelakaan dan terbakar, sehingga tidak dapat digunakan lagi. Atas
kecelakaan tersebut PT Sumber Kencono mendapatkan klaim asuransi sebesar
Rp 500.000.000,00 yang diterima pada tanggal 31 Januari 2022. Bagaimana
jurnal atas kejadian tersebut?

Tanggal 1 Januari 2021:


Kerugian penarikan kendaraan bus Rp 93.750.000
Akumulasi penyusutan kendaraan bus Rp 506.250.000
Kendaraan bus Rp 600.000.000

Tanggal 31 Januari 2022:


Kas Rp 500.000.000
Pendapatan asuransi kendaraan bus Rp 500.000.000
Kerugian Penjualan atau
Pengalihan Harta
• Kerugian penjualan atau pengalihan harta yang tujuan semula tidak diperjualbelikan atau dialihkan
dan yang dimiliki digunakan perusahaan untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara
penghasilan. dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
• Ilustrasi:
Pada tanggal 2 Januari 2021 PT XYZ menjual mesin dengan harga Rp 5.000.000. Harga Perolehan
mesin sebesar Rp 100.000.000. Nilai buku akhir bulan sebelum penjualan (31 Desember 2020)
sebesar Rp12.500.000. Selisih sebesar Rp 7.500.000 diakui sebagai kerugian tahun berjalan.

Nilai mesin tercatat di neraca 31 Desember 2020:


Mesin Rp 100.000.000
Akumulasi penyusutan mesin (Rp 87.500.000)
Nilai bersih mesinRp 12.500.000

Jurnal :
Kas Rp 5.000.000
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 87.500.000
Kerugian Penjualan Aktiva Rp 7.500.000
Mesin Rp 100.000.000
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai