Jenis-jenis Pajak
1
Hukum Pajak
FORMIL MATERIL
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN),
PERPAJAKAN (KUP), PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN (PPh),
PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH (PPnBM)
Pajak Penghasilan
1. PPh 21
2. PPh 22
3. PPh 23
4. PPh 24 → Dipelajari di Brevet C
5. PPh 25
6. PPh 26 → Dipelajari di Brevet C
7. PPh Final
2
Kewajiban Pajak (Umum)
Pembelian Barang
Suplier Barang
PPN & PPh 22
PPh PPN
NPWP PKP
(NOMOR POKOK WAJIB PAJAK) (PENGUSAHA KENA PAJAK)
3
DEFINISI
WAJIB PAJAK
Orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Definisi NPWP
Nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
4
Kapan Ada
Kewajiban Ber-NPWP?
Setiap Wajib Pajak yang telah
memenuhi PERSYARATAN
SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
wajib mendaftarkan diri pada kantor
DJP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak.
Contoh NPWP
KPP Terdaftar
XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX
Nomor Registrasi KPP Status
Alamat
Wajib Pajak
5
POKOK PERUBAHAN UU HPP
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP ORANG PRIBADI
• Integrasi basis data kependudukan dengan sistem administrasi perpajakan
bertujuan mempermudah WP OP melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan demi kesederhanaan administrasi & kepentingan nasional.
PENAMBAHAN
UNDANG UNDANG HPP
Pasal 2 ayat (1a) dan ayat (10)
----
SEBELUMNYA
Tidak Ada
6
NIK MENJADI NPWP
(PMK-112/PMK.03/2022)
NPWP Format Lama masih dapat digunakan s.d 31 Desember 2023, karena belum
seluruh layanan administrasi dapat mengakomodir NPWP dengan format baru.
Mulai 1 Januari 2024, seluruh layanan administrasi perpajakan dan layanan lain yang
membutuhkan NPWP, menggunakan NPWP Format Baru
7
Kewajiban
NPWP Orang
Pribadi?
Lihat sumber
penghasilannya
8
DEFINISI
BADAN
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha atau tidak, TERDIRI DARI:
1. Badan Hukum
Contohnya: PT, Koperasi, Yayasan, Perkumpulan, dll.
2. Badan lainnya CV bentuk kerjasama 2 atau lebih orang
untuk membuat usaha/kegiatan
SURAT
KETERANGAN
TERDAFTAR
(SKT)
9
ORANG PRIBADI
ORANG PRIBADI
TIDAK
MENJALANKAN
MENJALANKAN
USAHA/PEKERJAAN
USAHA/PEKERJAAN
BEBAS
BEBAS
PENGHASILAN
TIDAK MELIHAT PENGHASILAN TIDAK MELEBIHI
UNTUNG/RUGI MELEBIHI PTKP PTKP
TIDAK
WAJIB WAJIB
TANGGUNGAN:
1. Keluarga sedarah & semenda dalam garis keturunan lurus, termasuk anak angkat
yang ditanggung sepenuhnya.
2. Ditentukan Per 1 Januari
3. Termasuk Anak Angkat dan Anak Tiri
10
DST DST
PENGERTIAN
K/N K/N MT HUBUNGAN KELUARGA
TEMPAT KEDUDUKAN/PENDIRIAN
11
Contoh Kantor Pelayanan Pajak
Di Wilayah D.I.Yogyakarta
NPWP SLEMAN:
08.123.456.7-542.001
12
UNDANG UNDANG HPP Pasal 2 ayat 5 DIHAPUS
SEBELUMNYA
“Jangka waktu pendaftaran dan
pelaporan serta tata cara pendaftaran
dan pengukuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) termasuk penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.“
13
Konsekuensi Kepemilikan NPWP
2. MEMOTONG 4. MELAPORKAN
Mengambil x% dari Melaporkan kegiatan hitung,
penghasilan yang kita potong, dan setor dengan
bayarkan ke pihak lain Surat Pemberitahuan (SPT)
1. MENGHITUNG 3. MENYETOR
14
Kewajiban Kepada Pihak Lain
15
Batas Waktu Pembayaran, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak
KEWAJIBAN BULANAN:
KEWAJIBAN TAHUNAN:
16
Contoh
Januari Februari
PEMOTONGAN
PPh 23 DILAKUKAN
17
Penghapusan NPWP
a. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib
Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha
c. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia, atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
KEWAJIBAN
PEMENUHAN SPT
Pasal 3 ayat (1), (2), (3) dan (7)
UU KUP
18
MENGAMBIL SENDIRI
WP
•
• MENGISI SPT
• MENANDATANGANI
• MENYAMPAIKAN
19
B. SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN APABILA TIDAK
MEMENUHI KETENTUAN FORMAL
PENGISIAN SPT
Pasal 3 Ayat (1), (1a) UU KUP
01 BENAR
Benar dalam perhitungan, termasuk
dalam penerapan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan, dalam penulisan, dan 03 JELAS
sesuai dengan keadaan yang Melaporkan asal-usul atau sumber
sebenarnya. dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam
02 LENGKAP Surat Pemberitahuan.
Memuat semua unsur-unsur yang
berkaitan dengan objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus
dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan; dan
20
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SPT
PASAL 3 AYAT (8) UU KUP
PENYAMPAIAN SPT
Pasal 6 UU KUP jo. KEP-518/PJ/2000
DENGAN CARA
Atau dengan melalui jasa ekspedisi / jasa kurir yang ditunjuk Dirjen Pajak.
21
SANKSI ADMINISTRASI
TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
PASAL 7 (1) UU KUP
WP TERLAMBAT / TIDAK
MENYAMPAIKAN
SPT SPT
MASA TAHUNAN
DENDA DENDA
Rp. 500.000 (SPT PPN) Rp. 100.000 (OP)
Rp. 100.000 (SPT LAIN) Rp. 1.000.000 (BADAN)
22
SARANA PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 10 Ayat (2) UU KUP
PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Pasal 28 Ayat (1) UU KUP
DI INDONESIA
23
DIKECUALIKAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN
PASAL 28 AYAT (2) UU KUP
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP
24
PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN ATAU
METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP
PERUBAHAN
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP
25
KEWAJIBAN PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11) UU KUP
DILAKUKAN DI INDONESIA
SELAMA 10 TAHUN
KEGIATAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (12) UU KUP
SYARAT PENCATATAN
26
KUP B KENTENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN B
Apabila SPT Tahunan Tidak Dapat Disampaikan Pada Waktunya, WP Dapat Mengajukan Permohonan
Perpanjangan, dengan syarat:
Diajukan Secara Tertulis
1 Kepada Kepala KPP
Apabila Tidak Disampaikan Dalam Batas
Diajukan Sebelum Batas Waktu Perpanjangan Tersebut Diterbitkan
2 Waktu Penyampaian SPT SURAT TEGURAN
Tahunan Berakhir
27
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU KUP
SPT Yang Pengisiannya Terdapat Kekeliruan
1 2 3 4
Pernyataan Tertulis (Dengan Dalam Hal Pembetulan SPT Belum Dilakukan Apabila Kurang Bayar Harus
SPT Pembetulan ybs atau Menyebabkan Rugi Atau Lebih Pemeriksaan Dilunasi Terlebih Dahulu,
beserta lampiran sendiri) Bayar, Jangka Waktunya 2 Tahun Tambahan Sanksi 2% (tarif
Sebelum Daluwarsa Penetapan diubah slide berikutnya) Sejak
Pajak Deadline Penyampaian SPT
Sampai Dengan dibayarnya
Kurang Bayar tersebut
28
Pengungkapan Ketidakbenaran SPT
atas Kemauan Sendiri!
Pasal 8 ayat (3) UU KUP
29
POKOK PERUBAHAN UU HPP
Sebelumnya:
Sebelum Dirjen Pajak menerbitkan SKP
PAJAK TARIF
SANKSI JUMLAH
KURANG BUNGA
BAYAR BULAN **
PER BULAN *
30
Pembetulan SPT Tahunan PPh Karena
Pasal 8 ayat 6 UU KUP
Dapat Menyampaikan
Pembetulan SPT asalkan belum
dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Pajak
dan Penetapan /
Ketetapan Pajak
31
SISTEM PAJAK DI INDONESIA : SELF ASSESMENT SYSTEM
Menghitung Sendiri
Bersama Kelengkapan
Membayar Sendiri Administrasi berupa : Dipertanggung-
- NPWP jawabkan
Melaporkan Sendiri - SPT Melalui
- Formulir SPT
Melaksanakan Sendiri - Bukti Setor/Pot/Put
Berbagai - Dokumen lainnya
Kewajiban Perpajakan
Difinalisasi
Pengujian Melalui
FINAL Daluwarsa
WAJIB PAJAK
32
JUMLAH PAJAK TERUTANG
Pasal 12 Ayat (2) & (3) UU KUP
33
DJP dapat menerbitkan SKPKB dalam Jangka Waktu 5 Tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam hal:
Pasal 13 Ayat (1), (2) & (3) UU KUP sttd. UU CK & UU HPP
Pasal. 13 (3) a Pasal. 13 (3) b Pasal. 13 (3) c Pasal. 13 (3) b Pasal. 13 (3) a
34
POKOK PERUBAHAN Pasal 13 ayat (1) huruf f UU CIPTA KERJA
PASAL
Aturan sebelumnya
PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian PM
(Pasal 14 (1) huruf g)
POKOK PERUBAHAN Pasal 13 ayat (2) & ayat (2a) UU CIPTA KERJA
PASAL
SANKSI =
PAJAK
KURANG
BAYAR X
TARIF
BUNGA PER
BULAN * X
JUMLAH
BULAN ** 113
*) Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan mengacu kepada suku bunga
acuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi dibagi 12, ditambah uplift factor sesuai tingkat
kesalahan Wajib Pajak.
Aturan sebelumnya
Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan dengan tarif tetap sebesar 2%.
35
POKOKPERUBAHAN ILUSTRASI BESARAN SANKSI ADMINISTRASI - UU KUP
▪ Apabila Menteri Keuangan menetapkan suku
Formula Besaran Tarif Sanksi: bunga acuan pada bulan April 2021 sebesar
(𝒔𝒖𝒌𝒖 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒂𝒄𝒖𝒂𝒏 + 𝒖𝒑𝒍𝒊𝒇𝒕 %) 4,96%; dan
= ▪ terdapat jumlah kurang bayar sebesar
𝟏𝟐
Rp1.000.000
Sanksi /
Uplift Jenis Sanksi
Bulan
Self Assessment +0%
Sanksi bunga KMK 0,41% ✓ Bunga penagihan (Ps.19(1)) ✓ Kurang Bayar (KB)
Besaran Sanksi (Rp) Rp4.133 ✓ Angsuran/penundaan bayar penundaan SPT
(Ps.19(2)) Tahunan (Ps.19(3))
Self Assessment +5%
Sanksi bunga KMK 0,83% ✓ Pembetulan SPT (Ps.8(2);(2a)) ✓ Pajak tidak/kurang dibayar
✓ Terlambat bayar (Ps.9(2a);(2b)) akibat salah tulis/hitung atau
Besaran Sanksi (Rp) Rp8.300 PPh tahun berjalan (Ps.14(3))
Self Assessment +10%
Sanksi bunga KMK 1,25% ✓ Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT (Ps.8(5))
Besaran Sanksi (Rp) Rp12.467
Official Assessment +15%
Sanksi bunga KMK 1,66% ✓ Sanksi SKPKB (Ps.13(2))
Besaran Sanksi (Rp) Rp16.633 ✓ Pengembalian Pajak Masukan (PM) dari PKP yang tidak
berproduksi (Ps.13(2a))
36
Pasal 13 ayat (3a)
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN
PASAL
Penerapan satu jenis sanksi administrasi 113
yang tertinggi nilai besaran sanksinya antara
sanksi bunga dan sanksi kenaikan dalam
pemeriksaan atas PPN dan PPnBM, untuk
memberikan keadilan bagi PKP dengan tidak
dibebani sanksi administrasi perpajakan yang
berlebihan.
Aturan sebelumnya
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 13 ayat (4)
PASAL
113
SPT menjadi pasti apabila dalam
5 tahun tidak diterbitkan SKP,
kecuali Wajib Pajak melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan
Aturan sebelumnya
37
POKOK PERUBAHAN Pasal 13 ayat (5) & Pasal 15 ayat (4) UU CIPTA KERJA
PASAL
Aturan sebelumnya
Apabila jangka waktu 5 tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat,
SKPKB/SKPKBT tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal
Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 13A
PASAL
Pemberian kepastian hukum bagi WP sehubungan
dengan unsur kealpaan yang pertama kali yang 113
selama ini sulit dibuktikan dalam pelaksanaan
pemeriksaan bukti permulaan Dihapus
Aturan sebelumnya
38
SKPKBT
Diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, apabila
PENERBITAN SKPN
Pasal 17 A UU KUP
39
PENERBITAN SKPLB
Pasal 17 dan Penjelasan UU KUP
SPT LB
Dengan permohonan dalam SPT
Pasal 17B ayat (2), ayat (3) UU KUP
40
POKOK PERUBAHAN Pasal 17B ayat (3) UU CIPTA KERJA
PASAL
Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud 113
pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberi
Imbalan Bunga sebesar tarif bunga per bulan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dihitung sejak berakhirnya jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.
Aturan sebelumnya
Besaran imbalan bunga per bulan diberikan dengan tarif tetap sebesar 2%.
SPT LB
Dengan permohonan dalam SPT
(Selain Wajib Pajak Kriteria tertentu sebagaimana dalam Pasal 17 C)
DIPERIKSA
41
STP (SURAT TAGIHAN PAJAK)
Dapat diterbitkan dalam hal:
PPh dalam tahun Kurang bayar Dikenakan Sanksi PKP tidak membuat PKP tidak mengisi
berjalan tidak/ karena salah Administratif faktur pajak atau faktur pajak
kurang dibayar tulis / salah berupa denda dan membuat faktur secara lengkap
hitung atau bunga pajak tetapi tidak
Pasal 14 (1) a tepat waktu Pasal 14 (1) e
Pasal 14 (1) b Pasal 14 (1) c
Pasal 14 (1) d
POKOK PERUBAHAN Pasal 14 ayat (1) huruf d & huruf e, dan Pasal 14 ayat (4) UU CIPTA KERJA
Aturan sebelumnya:
Sanksi PKP terlambat membuat Faktur Pajak atau tidak mengisi Faktur Pajak dengan lengkap,
berupa denda sebesar 2% Dasar Pengenaan Pajak.
42
UU CIPTA KERJA
Aturan sebelumnya
(tidak diatur)
UU CIPTA KERJA
Aturan sebelumnya:
Tidak Diatur
43
UU CIPTA KERJA
Aturan sebelumnya
(tidak diatur)
SANKSI =
PAJAK
KURANG
BAYAR
X
TARIF
BUNGA PER
BULAN *
X
JUMLAH
BULAN * *
113
*) Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan mengacu kepada suku bunga acuan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi dibagi 12, ditambah uplift factor sesuai tingkat kesalahan Wajib Pajak.
Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan dengan tarif tetap sebesar 2%.
44
UU CIPTA KERJA
Pasal 25 dan 27
BESARAN SANKSI PADA SAAT UPAYA HUKUM
45
DIKECUALIKAN DARI SANKSI
ADMINISTRASI BERUPA DENDA
Wajib Pajak yang tidak dikenakan sanksi administrasi, yaitu:
✓ WP Orang Pribadi telah meninggal dunia; sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; warga negara asing yang
tidak tinggal lagi di Indonesia;
✓ BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
✓ WP badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi
✓ Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
✓ WP yang terkena bencana
✓ WP lain yang diatur dengan atau berdasarkan PMK.
PENAGIHAN DAN
PEMBAYARAN
UTANG PAJAK
46
DASAR PENAGIHAN PAJAK
Pasal 18 ayat (1) UU KUP
Surat
Surat Surat
Penagihan Sita Lelang
Teguran Paksa
Pajak
47
BUNGA PENAGIHAN
Pasal 19 ayat (1), (2) dan (3) UU KUP
1. 2. 3.
Pajak yang terutang menurut Pajak yang terutang Kekurangan pajak yang
SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, dalam hal Wajib Pajak belum dilunasi, apabila
SK Keberatan atau Putusan Banding diperbolehkan diberikan penundaan
yang menyebabkan pajak yang mengangsur / menunda penyampaian SPT
harus dibayar bertambah, apabila pembayaran Tahunan PPh
pada saat jatuh tempo pembayaran
tidak/ kurang dibayar
POKOK PERUBAHAN Pasal 19 ayat (1), ayat (2), & ayat (3) UU CIPTA KERJA
PASAL
PAJAK TARIF
SANKSI = KURANG
BAYAR
X BUNGA
PER BULAN *
X
JUMLAH
BULAN ** 113
*) Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan mengacu kepada suku bunga
acuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi dibagi 12, ditambah uplift factor sesuai tingkat
kesalahan Wajib Pajak.
Aturan sebelumnya
Besaran sanksi administrasi berupa bunga per bulan dengan tarif tetap sebesar 2%.
48
PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 9 ayat (4) UU KUP
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MEMBERIKAN PERSETUJUAN
STP SK PEMBETULAN
SK KEBERATAN
SKPKB PUTUSAN BANDING
SKPKBT Yang mengakibatkan pajak yang harus
dibayar bertambah
PPh PASAL 29
49
PENAGIHAN SEKETIKA & SEKALIGUS
Penjelasan Pasal 20 UU KUP
Adalah:
Tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh
juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,
masa pajak dan Tahun Pajak
50
HAK MENDAHULU
Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UU KUP
Meliputi :
- Pokok Pajak
- Sanksi Administrasi: Bunga, Denda, Kenaikan
- Biaya Penagihan Pajak
ATAS
51
HAK MENDAHULU
Pasal 21 ayat (4), dan ayat (5) UU KUP
SETELAH LAMPAU WAKTU LIMA TAHUN
SEJAK TANGGAL DITERBITKANNYA
▪ STP ▪ SK PEMBETULAN
▪ SK KEBERATAN
▪ SKPKB ▪ PUTUSAN BANDING
▪ SKPKBT Yang mengakibatkan pajak yang harus dibayar bertambah
KECUALI
52
PENGEMBALIAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK DAN IMBALAN
BUNGA
53
PENERBITAN SKPPKP
(Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak)
Pasal 17 C dan 17 D ayat (1), (2), (3) UU KUP
54
Kriteria WP Yang Dapat
Diberikan SKPPKP Pasal 17 D
✓ Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
✓ Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;
✓ Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih
bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau
✓ Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.
DAPAT DIPERIKSA
DALAM JANGKA WAKTU 5 TAHUN
55
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
PASAL 11 UU KUP
KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
SKPLB SKPPKP
Pasal 17 dan 17 B Pasal 17 C
DIKOMPENSASI
DENGAN UTANG PAJAK
SISA SISA
LEBIH LEBIH
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 17B ayat (3)
PASAL
Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat 113
diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
kepada Wajib Pajak diberi Imbalan Bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dihitung sejak berakhirnya
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sampai dengan saat diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Aturan sebelumnya
Besaran imbalan bunga per bulan diberikan dengan tarif tetap sebesar 2%
56
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK DAN IMBALAN BUNGA
SKPLB, SKPPKP,
SK KEBERATAN LEWAT 1 BULAN
SK BANDING, SK UTANG IMBALAN BUNGA
PENGURANGAN PAJAK SUKU BUNGA
ATAU PENGHAP ACUAN MK
SANKSI
ADMINISTRASI
1 BULAN SISA
SPMKP
TERIMA KASIH
57
BEA METERAI
BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN
(BPHTB)
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)
BEA METERAI
58
Sumber : Klinik Hukum
59
PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Bea Meterai adalah ajak atas dokumen-dokumen tertentu yang
disebutkan dalam pasal 2 undang-undang bea meterai yang dipakai
oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum
2. Dokumen adalah Kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti
& maksud tentang : perbuatan ; keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak- pihak yang berkepentingan
3. Bea Meterai adalah Meterai tempel dan kertas meterai yang
dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia
4. Tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk: Parap;
teraan atau cap tanda tangan /cap parap; teraan cap nama atau tanda
lainnya sebagai pengganti tanda tangan
60
OBJEK BEA METERAI
1. Bea meterai yang dikenakan atas :
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai
suatu kejadian yang bersifat perdata; dan
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
2. Dokumen yang bersifat perdata, meliputi :
a. Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat
lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;
b. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
c. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
d. Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun;
61
DOKUMEN YANG TIDAK
DIKENAKAN BEA METERAI
a. Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
1. Surat penyimpanan barang;
2. Konosemen;
3. Surat angkutan penumpang dan barang;
4. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan
6. Surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana
dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5;
62
DOKUMEN YANG TIDAK
DIKENAKAN BEA METERAI
f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
g. Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga,
pembayaran uang simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan
badan lainnya yang menyelenggarakan penyimpanan uang, atau
pengeluaran surat berharga oleh kustodian kepada nasabah;
h. Surat gadai;
i. Tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat
berharga, dengan nama dan dalam bentuk apa pun; dan
j. Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam
rangka pelaksanaan kebijakan moneter.
63
PEMETERAIAN KEMUDIAN
64
PEMETERAIAN KEMUDIAN
Pihak yang wajib membayar Bea Meterai melalui Pemeteraian Kemudian merupakan
Pihak Yang Terutang.
PEMETERAIAN KEMUDIAN
Bea Meterai yang wajib dibayar melalui Pemeteraian Kemudian sebesar:
c. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan atas
dokumen.
65
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN
BANGUNAN (BPHTB)
66
Prinsip-prinsip yang diatur dalam BPHTB
• Pemenuhan kewajiban berdasarkan sistem “Self Assessment”.
• Tarif sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).
• Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan paling
rendah Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), dan Rp 300.000.000,-
(tiga ratus juta rupiah) atas waris atau hibah wasiat .
• Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum yang
melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya.
• Penerimaan BPHTB merupakan penerimaan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kotamadya.
• Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan di luar
ketentuan UU ini tidak diperkenankan.
OBJEK PAJAK
67
Jual Beli
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh pembeli dari penjual
(pemilik tanah dan bangunan atau kuasanya) yang terjadi melalui
transaksi jual beli, di mana atas perolehan tersebut pembeli
menyerahkan sejumlah uang kepada penjual.
Tukar Menukar
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diterima oleh
seseorang atau suatu badan dari pihak lain dan sebagai gantinya
orang atau badan tersebut memberikan tanah dan bangunan miliknya
kepada pihak lain tersebut sebagai pengganti tanah dan bangunan
yang diterimanya. Biasanya pada tukar-menukar tanah dan bangunan
yang dipertukarkan ditentukan nilainya masing-masing dan
dibandingkan terlebih dahulu agar tidak ada pihak yang dirugikan
atas tukar menukar tersebut.
Hibah
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diperoleh oleh seorang
penerima hibah yang berasal dari pemberi hibah pada saat pemberi
hibah masih hidup. Penerima hibah memperoleh hak atas tanah dan
bangunan secara cuma-cuma tanpa perlu memberikan sejumlah uang
maupun suatu barang kepada pemberi hibah.
Hibah Wasiat
Suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas
tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum
tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.
Waris
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh ahli waris dari pewaris
(pemilik tanah dan bangunan) yang berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.
68
Pemasukan Dalam Perseroan / Badan Hukum
Perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagai hasil pengalihan hak atas
tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan kepada perseroan
atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada perseroan atau
badan hukum lain tersebut.
Penggabungan Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang tetap
berdiri dari badan usaha yang telah digabungkan ke dalam badan usaha
yang tetap berdiri tersebut.
Peleburan Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha baru sebagai
hasil dari peleburan usaha dari badan-badan usaha yang bergabung dan
telah dilikuidasi.
69
Pemekaran Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang baru
didirikan yang berasal dari aktiva badan usaha induk yang dimekarkan.
Hadiah
Perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan atau
bangunan yang dilakukan oleh pribadi atau badan hukum kepada
penerima hadiah. Akta yang dibuat dapat berupa akta hibah.
70
JENIS HAK-HAK ATAS TANAH
• Hak Pakai : Hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban
yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak
bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun : Milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan
terpisah. Hak milik atas satuan rumah susun meliputi pula hak atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
• Hak Pengelolaan : Hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa perencanaan
peruntukan dan panggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau
bekerja sama dengan pihak ketiga.
71
TARIF PAJAK
Tarif Degresif
(paling tinggi)
5%
Misalnya : Untuk Kota Yogyakarta adalah 5%
SUBJEK PAJAK
WAJIB PAJAK
72
SUBJEK PAJAK
No. Jenis Perolehan Hak Subjek Pajak
1 Jual Beli Pembeli
2 Tukar menukar Pihak yang menerima tanah/bangunan yg ditukar
3 Hibah Penerima Hibah
4 Hibah Wasiat Penerima Hibah Wasiat
5 Waris Ahli Waris (Penerima Waris)
6 pemasukan dalam perseroan perseroan/badan hukum lain yang memperoleh hak atas
atau badan hukum tanah dan bangunan.
7 pemisahan hak yang orang atau badan yang ditetapkan sebagai
mengakibatkan peralihan hak penerima hak atas tanah dan bangunan
8 penunjukan pembeli dalam lelang orang/badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang
9 pelaksanaan dari putusan hakim pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan
yg mempunyai kekuatan hukum tetap dlm putusan hakim yg telah memiliki kekuatan hukum tetap.
10 penggabungan usaha badan usaha yang menjadi tempat bergabung satu atau
lebih badan usaha lain
11 peleburan usaha badan usaha yang didirikan sebagai hasil peleburan usaha
12 pemekaran usaha badan usaha yg baru didirikan sbg hasil pemekaran usaha
13 hadiah orang atau badan memperoleh hadiah
14 perolehan hak baru sebagai orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
kelanjutan pelepasan hak tanah negara yang berasal dari pelepasan hak.
15 perolehan hak baru di luar orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
pelepasan hak tanah negara yang tidak dibebani dengan hak apa pun.
PENGENAAN
NILAI PEROLEHAN
OBJEK PAJAK (NPOP)
73
NPOPTKP
➢ NPOPTKP = Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak
➢ NPOPTKP → Besaran tertentu dari Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP) yang tidak dikenakan pajak
➢ Sejak tahun 2011 besaran NPOPTKP ditetapkan (untuk
setiap kabupaten/kota) oleh Kepala pemerintah daerah
kabupaten/kota.
74
CARA PENGHITUNGAN PAJAK
BPHTB = (NPOP - NPOPTKP) x TARIF
ATAU
Bila NJOP digunakan sebagai dasar
pengenaan :
CONTOH PERHITUNGAN
Pada tanggal 8 Juni 2014, “Tuan Budi” membeli tanah yang terletak di
Kelurahan Maguwoharjo dari “Nona Ani” dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak
(NPOP) Rp 160.000.000,00 sedangkan Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan
sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp 150.000.000,00. Nilai Perolehan
Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak karena jual
beli untuk Kota Yogyakarta adalah Rp 60.000.000,00, maka besarnya BPHTB
yang terutang adalah :
NPOP Rp 160.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00 ( - )
NPOP kena pajak Rp 100.000.000,00
BPHTB terutang 5% x Rp. 100.000.000,00 Rp 5.000.000,00
75
CONTOH PERHITUNGAN BPHTB WARIS
Sektor P2 Sektor P3
Pedesaan dan Pertambangan
Perkotaan Perkebunan
Perhutanan
152
76
DASAR HUKUM
ADALAH
77
DASAR PEMIKIRAN PEMUNGUTAN PBB
Memberikan
Keuntungan Kedudukan Sosial
yang Lebih baik
Memiliki
Bumi/Bangunan Memanfaatkan
Orang / Badan
Bumi/Bangunan
WAJAR
Melalui
Pembayaran PBB
BUMI BANGUNAN
ADALAH : ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YANG KONSTRUKSI TEHNIK YANG
MELIPUTI TANAH DAN PERAIRAN DITANAM ATAU DILEKATKAN
PEDALAMAN SERTA LAUT SECARA TETAP PADA TANAH
WILAYAH KABUPATEN/KOTA DAN/ATAU PERAIRAN
PEDALAMAN DAN/ATAU LAUT
78
OBJEK PAJAK
Jalan Fasilitas
Lingkungan Lain
Jalan Kilang,
Tol Pipa
BANGUNAN
Kolam Gal.Kapal,
Renang Dermaga
a. Kepentingan umum
dibidang ibadah, sosial
kesehatan, dikbudnas
b. Kuburan, peninggalan
Objek yang tidak purbakala
Dikenakan PBB
d. Perwakilan diplomatik/
konsulat berdasar azas
timbal balik
e. Badan/Organisasi
Internasional
79
Ini sudah
Gue beli !
SUBJEK PAJAK
Orang atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas BUMI,
dan/atau memperoleh manfaat atas
BUMI, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas
BANGUNAN.
SUBJEK PAJAK
( SP ) SP yang ditetapkan dapat memberikan
Keterangan tertulis bahwa Ia bukan WP
yg dimaksud
80
PENETAPAN
Pajak Bumi dan
Bangunan
DASAR PENGENAAN
NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak)
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap
tahun sesuai perkembangan daerahnya
81
NJKP: 20% / 40 %
Contoh :
Luas tanah : 1.000 M2 ; Nilainya Rp1 milyar
Nilai tanah / M2 = Rp 1.000.000.000 : 1.000 = Rp 1.000.000
Nilai tanah Rp 1.000.000 di Konversi ke Klas = Klas A.15
Untuk perhitungan PBB Klas A.15 = Rp 1.032.000 / M2
82
KLASIFIKASI OBJEK PAJAK
Yang dimaksud dengan klasifikasi Bumi dan Bangunan adalah pengelompokan Bumi dan
Bangunan menurut Nilai Jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk
memudahkan penghitungan pajak yang terutang.
NJOPTKP
Disesuaikan
Ditetapkan paling rendah Rp 10.000.000,00 untuk
Masing-Masing
setiap Wajib Pajak
Perda
83
CONTOH NJOPTKP
di Wilayah D.I. Yogyakarta Pada Tahun 2014
NJOPTKP
NO KOTA/KAB
2014
CONTOH TARIF
PASAL 7 PERDA KOTA YOGYAKARTA (NO. 2 TAHUN 2011)
84
CARA MENGHITUNG
PBB = TARIF x N J K P
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
WP A. NJOP s.d
Rp 500 juta
Luas Tanah = 250m2 (NJOP = Rp 300.000/m2)
Contoh Luas Bangunan = 200 m2 (NJOP = Rp 350.000/m2)
di Kota Yogyakarta
Perhitungan
Example NJOP Bumi = 250m2 x Rp 300.000 = Rp 75.000.000
NJOP Bangunan = 200m2 x Rp 350.000 = Rp 70.000.000 +
Jumlah NJOP Bumi & Bangunan = Rp 145.000.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
–
NJOPKP = Rp 133.000.000
Tarif PBB = 0,1% x NJOPKP = Rp 133.000
85
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN WP B. NJOP > Rp
NJOP Bumi = 500m2 x Rp 600.000 = Rp 300.000.000
500 juta s.d Rp 1M
NJOP Bangunan, Contoh
terdiri dari : di Kota Yogyakarta
Hunian = 300m2 x Rp 500.000 = Rp 150.000.000 Example
Taman = 100m2 x Rp 150.000 = Rp 15.000.000
Pagar = 200m x 1,5m x Rp 200.000 = Rp 60.000.000
+
Total NJOP Bangunan = Rp 225.000.000
Jumlah NJOP Bumi & Bangunan = Rp 525.000.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
–
NJOPKP = Rp 513.000.000
Tarif PBB = 0,125% x NJOPKP = Rp 641.250
PERHITUNGAN
WP C. NJOP > PERHITUNGAN
Rp. 1 M s.d Rp. 2M
NJOP Bumi = 750m2 x Rp 1.000.000 = Rp 750.000.000
Contoh NJOP Bangunan,
di Kota Yogyakarta terdiri dari :
Example Hunian = 500m2 x Rp 750.000 = Rp 375.000.000
Taman = 100m2 x Rp 200.000 = Rp 20.000.000
Pagar = 200m x 1,5m x Rp 250.000 = Rp 93.750.000
+
Total NJOP Bangunan = Rp 448.750.000
Jumlah NJOP Bumi & Bangunan = Rp 1.238.750.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
–
NJOPKP = Rp 1.226.750.000
Tarif PBB = 0,160% x NJOPKP = Rp 1.962.800
86
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN WP D. NJOP >
Rp. 2M s.d Rp 5M
NJOP Bumi = 1000m2 x Rp 1.250.000 = Rp 1.2500.000.000
NJOP Bangunan, Contoh
terdiri dari : di Kota Yogyakarta
Hunian = 750m2 x Rp 750.000 = Rp 2.000.000.000 Example
Taman = 200m2 x Rp 500.000 = Rp 125.000.000
Pagar = 500m x1,5m x Rp 250.000 = Rp 187.500.000
+
Total NJOP Bangunan = Rp 875.000.000
Jumlah NJOP Bumi & Bangunan = Rp 2.125.000.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
–
NJOPKP = Rp 2.113.000.000
Tarif PBB = 0,220% x NJOPKP = Rp 4.648.600
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
WP E. NJOP >
Rp 5M NJOP Bumi = 1000m2 x Rp 2.500.000 = Rp 2.500.000.000
Contoh NJOP Bangunan,
di Kota Yogyakarta terdiri dari :
Example Hunian = 800m2 x Rp 2.500.000 = Rp 2.000.000.000
Taman = 300m2 x Rp 750.000 = Rp 225.000.000
Pagar = 500m2 x 1.5m x Rp 500.000 = Rp 375.000.000
+
Total NJOP Bangunan = Rp 2.600.000.000
Jumlah NJOP Bumi & Bangunan = Rp 5.100.000.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
–
NJOPKP = Rp 5.088.000.000
Tarif PBB = 0,3% X NJOPKP = Rp 15.264.000
87
Contoh Perhitungan PBB
Di Kota Yogyakarta
OP - 1 OP - 2
Jalan Melati, Yogyakarta Jalan Mawar, Yogyakarta
NJOP tanah = Rp. 300.000.000 NJOP tanah = Rp. 900.000.000
NJOP bng = Rp. 200.000.000 NJOP bng = Rp. 500.000.000
NJOP T + B = Rp. 500.000.000 NJOP T + B = Rp. 1.400.000.000
NJOPTKP = 0 NJOPTKP = Rp. 12.000.000
NJOP untuk perhitungan PBB NJOP untuk perhitungan PBB
= Rp500.000.000 = Rp. 1.388.000.000
1
Misal:
Luas tanah 1 : 900 M2 ; Nilai: Rp. 900.000.000
Luas tanah 2 : 900 M2 ; Nilai: Rp. 450.000.000
Luas tanah 1 & 2 = 1.800 M2 ; Nilai : Rp. 1.350.000.000
Rp1.000.000 / M2
Nilai tanah / M2 = Rp. 1.350.000.000 : 1.800 = Rp. 750.000
Nilai tanah Rp. 750.000 / M2 masuk Klas A.17
Untuk perhitungan PBB Klas A.17= Rp. 802.000 / M2
88
Perhitungan PBB atas Rumah Susun / Apartemen
Di Kota Yogyakarta
Hitung PBB untuk 1 unit hunian
Contoh : Jawab :
Luas Tanah : 5.000 M2 ; NJOP = Rp3.100.000,-/ M2
NJOP tanah seluruhnya = Rp15.500.000.000,-
Bangunan hunian : 100 unit , tipe 120 ; NJOP = Rp1.200.000 / M2
NJOP bangunan: hunian = Rp14.400.000.000,-
Bang. sarana : Jl. lingkungan : 300 M2 ; NJOP = Rp700.000,- / M2
jalan lingkungan = Rp 210.000.000,-
Parkir : 2.000 M2 ; NJOP = Rp823.000,- / M2 tempat parkir = Rp 1.646.000.000,-
K. renang : 600 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2 kolam renang = Rp 580.800.000,-
Lift : 1.500 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2 lift = Rp 1.452.000.000,-
NJOP bangunan seluruhnya = Rp18.288.800.000,-
Hasil Perhitungan
Dituangkan dalam bentuk
SPPT (Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang)
S
P
, sanksi bunga
P
T
89
PAJAK PENGHASILAN
PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
(Pasal 21/26, 22, 23/26 & 4 ayat 2)
90
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, Natura dan
Pembayaran Lain dengan Nama / Bentuk Apapun
1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan yang dilakukan
Orang Pribadi
91
PEMBERI KERJA BUKAN
PEMOTONG PPH PASAL 21/26
▪ Pegawai;
▪ Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
▪ Bukan pegawai; (penjelasan dibawah)
▪ Anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai;
▪ Mantan pegawai;
▪ Peserta kegiatan:
• Peserta perlombaan
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
• Peserta/anggota kepanitiaan
• Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
• Peserta kegiatan lainnya
92
PEGAWAI TETAP
Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,
termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
BUKAN PEGAWAI
orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang
memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh
Pasal 21/26 sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu yang
dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.
93
PENJELASAN → BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH
PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN JASA, MELIPUTI:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan / peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
7. Agen iklan
8. Pengawas atau pengelola proyek
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi dan/atau
12. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya
94
OBYEK PAJAK PPH 21/26 ATAU
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21/26
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:
PESERTA KEGIATAN
orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti
rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan,
olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut
PENGHASILAN TERATUR
penghasilan bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam
tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara
periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja,
termasuk uang lembur.
95
PENGHASILAN TIDAK TERATUR
penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang
diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus,
Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis
lainnya dengan nama apapun.
PENGHITUNGAN BESARNYA
PENGHASILAN
NATURA /
UANG RUPIAH UANG ASING
KENIKMATAN
96
Pokok Perubahan
OBYEK PAJAK PENGHASILAN UU HPP
Kunci Perubahan → Pasal 4 ayat (1), (1a), dan (2) diubah
Pasal 4 ayat (1d) dihapus
SEBELUMNYA
4 (1) huruf a
penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini:
4 (1a) huruf a
memiliki keahlian tertentu
Pokok Perubahan
UU HPP
OBYEK PAJAK PENGHASILAN
Kunci Perubahan → Pasal 4 ayat (1d) dihapus
(1d) Dihapus
SEBELUMNYA
4 (1d)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu serta tata cara pengenaan
Pajak Penghasilan bagi warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1a)
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
97
Pokok Perubahan
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA UU HPP
DAN / ATAU KENIKMATAN
UU 36 TAHUN 2008 UU NO 7 TAHUN 2021 (HPP)
Natura dan/atau kenikmatan secara umum bagi Natura dan/atau kenikmatan, secara umum bagi:
a. Penerima/karyawan, dikecualikan sebagai a. Penerima/karyawan, merupakan objek PPh (taxable) kecuali:
objek PPh (non taxable) kecuali natura a. Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau
dan/atau kenikmatan diberikan oleh bukan WP, minuman bagi seluruh pegawai
WP yang dikenai PPh Final atau menggunakan b. Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah
deemed profit Pasal 15 UU PPh tertentu
b. Pemberi kerja, tidak dapat dibiayakan (non c. Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh
deductible) kecuali natura dan/atau pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
kenikmatan bagi seluruh pegawai serta d. Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber/dibiayai
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura APBN/D/Des
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang e. Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tertentu.
b. Pemberi kerja, dapat dibiayakan (deductible)
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengecualian natura/kenikmatan dari
objek pajak dan pembebanan biaya diatur dengan atau berdasarkan PP
Pokok Perubahan
PENGECUALIAN OBYEK PAJAK PENGHASILAN UU HPP
Kunci Perubahan → Pasal 4 ayat (3) diubah
(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
4. Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai APBN, APBD dan/atau APBDes; atau
5. Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Otoritas Jasa Keuangan,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
SEBELUMNYA
4 (3) huruf d
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
4 (3) huruf g
iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
98
PENGHASILAN YANG TIDAK DIKENAKAN
PPH PASAL 21/26
99
MASA PEROLEHAN PENGHASILAN
KURANG DARI 12 BULAN
Dikurangi PTKP
100
Pokok Perubahan
UU HPP
BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH,
DAN MEMELIHARA PENGHASILAN
Kunci Perubahan → Pasal 6 ayat (1) huruf c diubah
Pasal 6 ayat (1) huruf n ditambah
SEBELUMNYA
6 (1) huruf c
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
6 (1) huruf n
Belum ada
101
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) itu?
PTKP adalah pengurangan penghasilan yang tidak dikenai pajak,
yang diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Pemberian pengurangan ini berdasarkan pertimbangan bahwa daya pikul
(kemampuan bayar) seseorang dengan orang lainnya tidaklah sama.
Oleh karena itu besaran PTKP sangat terkait dengan beban hidup
seseorang dengan tanggungan keluarganya.
102
Apakah yang dimaksud tanggungan sepenuhnya?
Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya berdasarkan keadaan
yang dapat terlihat dari keadaan yang sebenarnya yaitu :
1. Tinggal bersama-sama dengan Wajib Pajak;
2. Nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;
3. Tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh
orang tuanya sendiri.
103
PTKP KARYAWATI
Kawin
Kawin Suami tidak Tidak Kawin
berpenghasilan
Pokok Perubahan
UU HPP
TARIF PAJAK
Undang-Undang PPh Undang-Undang HPP
Lapisan Rentang Penghasilan Tarif Lapisan Rentang Penghasilan Tarif
I 0 - Rp 50 juta 5% I 0 - Rp 60 juta 5%
II > Rp 50 juta - Rp 250 juta 15% II > Rp 60 juta - Rp 250 juta 15%
III > Rp 250 juta - Rp 500 juta 25% III > Rp 250 juta - Rp 500 juta 25%
IV > Rp 500 juta 30% IV > Rp 500 juta - Rp 5 Miliar 30%
V > Rp 5 Miliar 35%
104
PPH PASAL 21
PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah
Kumulatif satu bulan melebihi Rp. 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000
Dikurangi PTKP Setahun
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Pasal 17
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Berkesinambungan Tidak
Berkesinambungan
Exc. Pasal 13 ayat (1) Berkesinambungan
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah Sebesar Jasa Dokter
Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
105
PPH PASAL 21: LAINNYA
Penghasilan Bruto
106
TETAP PENGHASILAN NETO - PTKP
BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN EXC PSL 13 (1) (50% X PENGHASILAN BRUTO) KUMULATIF
107
KETENTUAN KHUSUS
PPH PASAL 26
Tarif Pasal 26 = 20 %
Lebih Dalam
Akan diajarkan di
BREVET PAJAK C
Penghasilan Bruto
Memperhatikan
Ketentuan P3B
108
SAAT TERUTANG PPH PASAL 21/26
PP 94 Tahun 2010 Pasal 15
KEWAJIBAN PEMOTONG
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21
dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling
lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak tidak wajib lapor jika nihil, kecuali masa Desember.
• Wajib Membuat Catatan atau
• Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
109
BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 21
110
IURAN BPJS UNTUK MENGHITUNG PPH PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23/26
111
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh WP Dalam Negeri (Orang Pribadi
maupun Badan) dan BUT yang berasal dari modal,
penyerahan jasa dan penyelenggaraan kegiatan selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21.
PPh Pasal 23 ini dibayarkan oleh Badan Pemerintah atau
Subjek Pajak Badan Dalam Negeri, Penyelenggara Kegiatan,
BUT, atau Perwakilan Perusahaan LN lainnya.
PER
PMK No. 141 Tahun 2015 (Jenis Jasa lain yang diatur dalam Pasal 23)
MENKEU
PER
Sekarang sudah menggunakan E-Bupot Unifikasi
DIRJEN
SE
SE-53/PJ/2009 (Jumlah Bruto PPh Pasal 23)
DIRJEN
112
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
HADIAH &
SEWA &
PENGHARGAAN,
JASA LAINNYA
BUNGA & ROYALTI
TARIF TARIF
15% 2%
DASAR PEMOTONGAN
J U M L A H B R U T O
JIKA PEMBERI JASA TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
- Bunga termasuk premium diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
- Royalti
- Hadiah, penghargaan dan bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta selain sewa atas tanah dan/atau
bangunan sesuai dengan PP 5 Tahun 2002
113
PENGATURAN TERBARU
PEMOTONGAN PPH PASAL 23 ROYALTI (PER-1/PJ/2023)
SYARAT PENGGUNAAN
PEMOTONGAN PPH PASAL 23 ROYALTI (PER-1/PJ/2023)
114
PASAL 23
1a. Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki NPWP, besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c angka 2 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(3) Orang pribadi sebagai WP DN dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak untuk
memotong pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
115
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPH PASAL 23/26
a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
c. Dihapus
d. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
e. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan kepada anggotanya; bukan obyek pajak
PPh pasal 4 ayat 3 - UU Cipta Kerja
f. Dihapus
g. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan peraturan
menteri keuangan.
- WP DALAM NEGERI
WP LUAR NEGERI
- BUT
116
POKOK PERUBAHAN PASAL 26 AYAT (1B)
UU CIPTA KERJA PASAL 111
• Tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang dapat diturunkan dengan Peraturan Pemerintah.
• Aturan sebelumnya:
PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga dari dalam negeri yang diterima
oleh Subjek Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT)
dikenakan tarif sebesar 20% atau berdasarkan P3B
117
PENGHASILAN DARI SEWA
Penghasilan yang diperoleh sehubungan dengan penggunaan harta
gerak dan/atau tak gerak dalam hubungannya dengan kegiatan usaha
JASA TEKNIK
Pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam bidang industri,
perdagangan, dan ilmu pengetahuan. Meliputi:
118
JASA KONSULTAN
Pemberian advis profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai
dengan keterlibatan langsung para tenaga ahli tersebut dalam pelaksanaannya
JASA MAKLON
Pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang
proses pekerjaannya yang dilakukan pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang
spesifikasi, bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau bahan
penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya disediakan
pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa
JASA MANAJEMEN
119
JUMLAH BRUTO OBJEK PPH PASAL 23
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada WP dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap.
JASA LAIN
120
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT 2
121
Pokok Perubahan
UU HPP
OBYEK PAJAK PENGHASILAN
Kunci Perubahan → Pasal 4 ayat (2) diubah
SEBELUMNYA
4 (2)
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
e. penghasilan tertentu lainnya
122
Penghasilan-penghasilan tersebut merupakan objek pajak.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain:
1. Perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
2. Kesederhanaan dalam pemungutan pajak; berkurangnya beban administrasi
baik bagi Wajib Pajak maupun DJP;
3. Pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan memerhatikan perkembangan
ekonomi dan moneter, atas penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan
perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya
Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak atas jenis penghasilan tersebut termasuk sifat,
besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
123
A.2. TARIF PAJAK - Bunga Deposito, Tabungan & Diskonto SBI
Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto
Sertifikat Bank lndonesia adalah sebagai berikut :
a. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
b. Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau
dengan tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku,
terhadap Wajib Pajak Luar Negeri.
124
B. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan berupa Bunga Obligasi
DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 6 Tahun 2002
a. Obligasi adalah surat utang & surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.
b. Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri atas Surat Perbendaharaan
Negara dan Obligasi Negara.
c. Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk
bunga dan/atau diskonto.
Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak berupa Bunga
Obligasi dikenai pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
125
B.2. TARIF PAJAK - Bunga Obligasi
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima dan/atau
diperoleh Wajib Pajak berupa Bunga Obligasi adalah:
126
B.2. TARIF PAJAK - Bunga Obligasi
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima dan/atau
diperoleh Wajib Pajak berupa Bunga Obligasi adalah:
127
B.4. PENGECUALIAN - Bunga Obligasi
a. WP dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh; dan
b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat
transaksi.
128
C.1. OBYEK PAJAK - Diskonto SPN
129
C.3. PEMOTONG PAJAK - Diskonto SPN
130
D. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga
Simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi
131
D.3. PEMOTONG PAJAK - Bunga Simpanan Koperasi
132
F. TRANSAKSI SAHAM & SEKURITAS LAINNYA
DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 41 Tahun 1994 jo.
PP No. 14 Tahun 1997
TERBAGI:
Saham Pendiri
Saham Biasa
(IPO: Initial Public offering)
Tarif = 0,1%
Tarif = + 0,5%
Dari jumlah bruto transaksi
Dari nilai saham
(Harga jual)
133
G. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura
dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan
Modal Pada Perusahaan Pasangan Usahanya
PENGECUALIAN
Yang tidak memenuhi ketentuan di atas dikenakan Pajak
Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang
Pajak Penghasilan.
134
H. DEVIDEN BAGI
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Tidak diinvestasi sesuai PMK 18 dikenakan PPh dividen Dasar Hukum
Dividen yang diterima atau diperoleh WP OP PP No. 19 Tahun 2009
PMK 18/PMK.03/2021
Tarif dan Dasar Pengenaan
Disetor sendiri Oleh WP Orang
10% dari jumlah bruto
Pribadi yang bersangkutan
paling lama tanggal 15 bulan
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor berikutnya setelah Masa Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi Dividen diterima atau diperoleh.
I. JASA KONSTRUKSI
DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No 51 2008
PP No. 40 Tahun 2009 ; PP No 9 Tahun 2022
135
Pekerjaan Konstruksi
Mencakup kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian
pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan
Konsultansi Konstruksi
Mencakup layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan
136
PP 51 TAHUN 2008 (ATURAN LAMA) PP 9 TAHUN 2022 (ATURAN BARU)
KETERANGAN
JENIS JASA KONSTRUKSI TARIF JENIS JASA KONSTRUKSI TARIF
Jasa pelaksanan konstruksi oleh Jasa pelaksanan konstruksi oleh pengusaha
Memiliki SBU/SKK 2% 1.75%
pengusaha berkualifikasi kecil berkualifikasi kecil / SKK
Jasa pelaksanan konstruksi oleh
Jasa pelaksanan konstruksi oleh pengusaha
pengusaha berkualifikasi menengah 3% 2.65%
berkualifikasi menengah atau besar
atau besar
Jasa perencanaan atau pengawasan Jasa perencanaan maupun pengawasan /
(berlaku baik pengusaha berkualifikasi 4% konsultasi konstruksi (berlaku baik pengusaha 3.50%
kecil, menengah atau besar) berkualifikasi kecil, menengah atau besar) / SKK
Tidak Memiliki Jasa pelaksanan konstruksi yang tidak Jasa pelaksana konstruksi yang tidak memiliki
4% 4%
SBU/SKK memiliki kualifikasi usaha kualifikasi usaha / tidak punya SKK
Jasa perencanaan atau pengawasan Jasa perencanaan atau pengawasan / konsultansi
6% 6%
yang tidak memiliki kualifikasi usaha konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha
Tambahan Tarif Baru Jasa pelaksanaan konstruksi terintegrasi yang
Tidak ada - 2.65%
Jenis Jasa Konstruksi memiliki SBU
Jasa pelaksanaan konstruksi terintegrasi yang
Tidak ada - 4%
tidak memiliki SBU/ tidak memiliki SKK
DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 29 Tahun 1996 jo.
PP No. 5 Tahun 2002
137
SEWA ATAS TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN
PERLAKUAN KHUSUS
Yang memotong PPh Final umumnya adalah pemberi hasil
Tetapi khusus
untuk
138
Orang pribadi yang boleh melakukan
pemotongan PPh pasal 4(2) dengan
mengajukan sebg pemotong PPh pasal 4(2)
KEP-50/PJ/1996 antara lain :
1. Akuntan, arsitek, notaris, PPAT, Pengacara,
Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
2. Orang Pribadi yang menjalankan usaha
dengan pembukuan
K. PENGALIHAN HAK
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 48 Tahun 1994 jo
PP No. 27 Tahun 1996 jo ; PP No. 79 Tahun 1999
139
PENGALIHAN HAK
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
0% 1% 2,5%
Atas PHTB kepada Pemerintah, Atas tanah dan/atau bangunan Atas tanah dan/atau bangunan,
BUMN yang mendapat berupa rumah sederhana dan selain PHTB yang sudah dikenai
penugasan khusus dari kepala rumah susun sederhana yang PPh dengan tarif 0% dan 1%
daerah, sebagaimana dimaksud dilakukan oleh WP yang usaha
dalam UU yang mengatur pokoknya melakukan PHTB
mengenai pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk
kepentingan umum
FINAL
140
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN / ATAU
BANGUNAN YANG DIKECUALIKAN DARI
PEMOTONGAN PPH 4(2)
Hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
Artinya : Hibah kepada anak dan ortu. Dan kepada badan keagamaan,
pendidikan dan sosial sepanjang tidak ada hubungan antara pihak yang
bersangkutan. Termasuk wakaf (Dengan SKB)
Maka
141
WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI DASAR HUKUM
PP 23/2018 dicabut
PEREDARAN BRUTO TERTENTU diganti PP 55 2022 Pasal 56
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 22
142
DASAR HUKUM PEMUNGUT PPh PASAL 22
143
PEMUNGUT PPH PASAL 22
(PMK NO. 34/PMK.10/2017)
1. Instansi dan Kuasa pengguna 2. Bank devisa dan DJBC
anggaran pada pemerintah pusat
maupun daerah
2. Badan Usaha Milik Negara
API NON API TIDAK DIKUASAI
2,5% 7,5% 7,5%
harga jual lelang
Yang melakukan Pembayaran atas
Pembelian barang
(tidak termasuk jasa) Nilai Impor adalah: CIF
(Cost Insurence Freight) +
+ Bea Masuk + Pungutan lain
yang dikenakan berdasarkan
= 1,5 % dari harga beli ketentuan UU Pabean
(Kurs KMK)
(tidak termasuk PPN)
Sifat tidak final
144
3. PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK,
GAS DAN PELUMAS KEPADA AGEN / PENYALUR
145
5. Besarnya Pungutan PPh 22 6. Besarnya pungutan PPh 22
Industri dan eksportir kehutanan, Industri atau badan usaha komoditas
perkebunan, pertanian dan perikanan tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam
Atas penjualan kendaraan Atas penjualan emas batangan Atas penjualan Pulsa dan
bermotor di dalam negeri Kartu Perdana
0,5% dari:
= 0,45% dari harga jual = 0,45% dari harga jual a. Nilai yang ditagih oleh
(tidak termasuk PPN) (tidak termasuk PPN) Penyelenggara Distribusi
Sifat tidak final Sifat tidak final Tingkat Kedua kepada
Penyelenggara Distribusi
Tingkat Selanjutnya; atau
b. Harga Jual, atas penjualan
kepada pelanggan
telekomunikasi secara
langsung.
146
Ketentuan PPh 22 atas Pulsa dan deposit
147
10.PEMUNGUTAN PPh 22
Sebesar 5% dari harga jual barang sangat mewah
(tidak termasuk PPN & PPNBM)
DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPH PASAL 22
Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
perundangan tidak terutang PPh dengan SKB dari Dirjen Pajak
148
DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN
PPH PASAL 22 (LANJUTAN)
Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau PPN
yang dilaksanakan oleh Ditjen Bea dan Cukai
• Barang perwakilan Negara Asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan
asas timbal balik
• Barang untuk keperluan Badan Internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia
beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak punya Paspor
• Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosbud, kepentingan bencana
• Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat semacamnya yang terbuka untuk
umum.
• Barang untuk keperluan penelitian dan ilmu pengetahuan.
• Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat lainnya.
• Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.
• Barang pindahan.
• Barang pribadi penumpang, awak, sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundangan pabean.
• Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Daerah yang ditujukan untuk kepentingan
umum.
• Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukan
bagi keperluan hankam negara.
• Barang dan bahan untuk menghasilkan barang bagi keperluan hankam negara.
• Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program pekan imunisasi nasional.
• Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.
• Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyebrangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat
keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yg diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional.
149
• Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional.
• Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta Prasarana yang diimpor dan digunakan Perusahaan
Kereta Api Indonesia.
• Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan TNI
• Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama
DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPH PASAL 22
1. Pembayaran atas penyerahan barang yang jumlahnya paling banyak paling banyak
Rp. 10.000.000,00 (Bukan jumlah yang dipecah-pecah) oleh instansi pemerintah
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum / PDAM,
dan benda benda pos oleh instansi pemerintah
3. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
4. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog
5. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor. Dinyatakan dengan SKB
150
SAAT PEMUNGUTAN DAN
PELUNASAN PPH PASAL 22
1. Atas impor barang oleh bank devisa dan Ditjen BC terutang dan dilunasi saat pembayaran bea
masuk. Dalam hal adanya penundaan atau pembebasan bea masuk, PPh terutang dan
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan impor barang.
2. Atas penjualan oleh produsen / importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas dipungut saat
penerbitan surat perintah pengeluaran barang (delivery order).
3. Atas pembelian barang oleh, instansi pemerintah, terutang dan dipungut saat pembayaran.
4. Atas pembelian bahan oleh industri dan eksportir yang bergerak di sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan terutang dan dipungut saat pembelian.
5. Atas penjualan hasil produksi industri semen, kertas, baja dan otomotif terutang dan dipungut
saat penjualan.
PEMUNGUT PENYETORAN
Perhutanan, pertanian
Tanggal 10 bulan berikutnya
perkebunan dan perikanan
151
PENYETORAN PPH PASAL 22
PEMUNGUT PENYETORAN
152
PELAPORAN PPH PASAL 22
PEMUNGUT PELAPORAN
TERIMA KASIH
153
PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI
Ber-NPWP
Pengadilan
Berlakunya KEBERATAN
& PKP PEMERIKSAAN Pajak
UU
BANDING
154
PAJAK PENGHASILAN
Pajak yang dikenakan terhadap
SUBYEK PAJAK Atas
PENGHASILAN Yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak
WAJIB PAJAK
Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan,
meliputi membayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
155
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI (SPDN)
Pasal 2(3) UU PPh:
a. Orang pribadi yang:
• Bertempat tinggal di Indonesia
• Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan, atau
• Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak
Termasuk Subjek Pajak Dalam Negeri adalah orang pribadi, baik yang
merupakan Warga Negara Indonesia maupun warga negara asing yang:
1. Bertempat tinggal di Indonesia;
2. Bertempat di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
atau
3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
Catatan:
• Aturan sebelumnya hanya menyebutkan kriteria orang pribadi, tanpa
menyebutkan status kewarganegaraan
156
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI (SPLN)
Pasal 2(4) UU PPh:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang:
• Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia atau
• Dapat menerima atau memeproleh penghasilan dari Indonesia
tanpa melalui BUT di Indonesia
157
OBYEK PAJAK
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
OBYEK PAJAK
1. LABA USAHA
2. KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA
3. PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
4. BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA JAMINAN
5. DEVIDEN DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN TERMASUK DEVIDEN DARI
PERUSAHAAN ASURANSI PADA PEMEGANG POLIS
6. ROYALTI
7. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA
158
OBYEK PAJAK
8. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN JUMLAH
TERTENTU YANG DITETAPKAN DENGAN PP
9. KEUNTUNGAN KARENA SELISIH KURS MATA UANG ASING
10. SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
11. PREMI ASURANSI
12. IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI ANGGOTANYA YANG TERDIRI DARI
WP YANG MENJALANKAN USAHA/PEKERJAAN BEBAS
13. TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG BELUM
DIKENAKAN PAJAK
14. PENGHASILAN DARI USAHA BERBASIS SYARIAH
15. IMBALAN BUNGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UNDANG-UNDANG YANG
MENGATUR MENGENAI KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN, DAN
16. SURPLUS BANK INDONESIA
159
NATURA MERUPAKAN OBYEK PAJAK
PASAL 73(2) PP NO 55 TAHUN 2022
PENGHASILAN
SECARA KESELURUHAN
160
Penghasilan yang
Dikenakan Pajak
Bersifat Final
Konsekuensi
1. Penghasilan yang diterima/diperoleh tidak dihitung
kembali pajaknya pada saat penghitungan pajak
akhir tahun.
2. Pajak yang telah dibayar/dipotong pada saat
perolehan penghasilan/saat transaksi tidak dapat
dikreditkan dengan pajak terutang yang dihitung
pada saat penghitungan pajak akhir tahun
3. Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
perolehan penghasilan yang dikenakan pajak bersifat
final tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
sebagai dasar penghitungan pajak terutang
161
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Pekerjaan Kontruksi
1.75% (Kualifikasi Kecil / SKK),
PP No 51 Tahun 2008 4% (Non SBU / SKK), 2.65% (Selain 1 dan 2)
Penghasilan Jasa Konstruksi PP No 40 Tahun 2009 Konsultansi Kontruksi
PP No 9 Tahun 2022 3.5% (SBU / SKK), 6% (Non SBU / SKK)
Pekerjaan Kontruksi Terintegrasi
2.65% (SBU), 4% (Non SBU)
PP No 19 Tahun 2009
Dividen yang diterima oleh WPOP 10% (jika tidak diinvestasikan sesuai PMK)
PMK No 18/PMK.03/2021
Pesangon : Pensiun
0-50 jt : 0% 0-50 jt : 0%
Uang Pesangon dan Tebusan Pensiun PP No 68 Tahun 2009 50-100 jt : 5% >50 jt : 5%
100-500 jt : 15%
>500 jt : 25%
≤240 ribu : 0%
Bunga Simpanan Anggota Koperasi PP No 15 Tahun 2009
>240 ribu : 10%
Hadiah Undian PP No 132 Tahun 2000 25% dari hadiah
PP No 46 Tahun 2013 (Juli 13 - Juni 18)
1% x Peredaran Bruto (omset)
Penghasilan Usaha WP yang Memiliki PP No 23 Tahun 2018 (Juli 18 - Des 21) *)
0,5% x Peredaran Bruto (omset)
Peredaran Bruto tidak melebihi 4,8 M PP No 55 Tahun 2022 (mulai Jan 22)
Dibawah 500 juta tidak dikenai PPh (WPOP)
UU No 7 Tahun 2021 HPP
*) PP 23/2018 dicabut oleh PP 55/2022, namun sesungguhnya pengaturan terkait PP 23/2018 yang dipertegas di PP 55/2022 telah
berlaku sejak diundangkannya UU HPP pada Desember 2021. PP 55/2022 dalam hal ini hanya mempertegas kembali ketentuan dalam
UU HPP terkait tidak dikenakannya PPh Final untuk OP dengan peredaran bruto sampai dengan 500 juta setahun.
Penghasilan yang
Tidak Termasuk
Obyek Pajak
162
Penghasilan Bukan Objek PPh Pasal 4(3)
a. Bantuan sumbangan, termasuk zakat, infak dan sedekah yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat
yang berhak, dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan:
Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil adalah orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan usaha kecil yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
▪ Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau
▪ Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
b. Warisan
c. ………………
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan atau kenikmatan, meliputi:
1. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai;
2. Natura di daerah tertentu;
3. Natura karena keharusan pekerjaan;
4. Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes;
5. Natura dengan jenis dan/atau batasan tertentu
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
f. Dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sepanjang dividen tersebut diinvestasikan diwilayah NKRI dalam jangja waktu tertentu
(UU Cipta Kerja 11 Tahun 2020, PMK 18/PMK.03/2021)
g. ………………
h. ………………
163
i. Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi,
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif
j. Dihapus
k. ………….
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
m. ............
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu
164
SUMBER KRITERIA CARA
PENGHASILAN OMSET HITUNG
USAHA OMSET > 4,8 MILYAR PEMBUKUAN TARIF X (P.NETO - KOMP. RUGI - PTKP)
PP 46/2013 1% x OMSET
OMSET <= 4,8 MILYAR
PP 23/2018 0,5% x OMSET
PP 55/2022
UU No 7 2021 Dibawah 500 juta tidak dikenai PPh
PEKERJAAN BEBAS OMSET > 4,8 MILYAR PEMBUKUAN TARIF x (P.NETO - KOMP. RUGI - PTKP)
OMSET <= 4,8 MILYAR NORMA TARIF x [(OMSET x …%) - PTKP]
MEKANISME PENGHITUNGAN
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
PENGHASILAN NETO DARI USAHA (NON PP 55) / PEKERJAAN BEBAS 26.000.000
PENGHASILAN NETO DARI PEKERJAAN 18.000.000
PENGHASILAN NETO DARI BARANG MODAL 2.000.000
PENGHASILAN NETO LAINNYA 68.650.000
165
1. SUMBER PENGHASILAN
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
3. Bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
4. Olahragawan;
5. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
6. Pengarang, peneliti, dan penerjemah:
7. Agen iklan:
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan;
11. Agen asuransi; dan
12. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung
(direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
PEMBUKUAN
PENDAPATAN - BIAYA DEDUCTIBLE
PENGHASILAN
PENCATATAN / NORMA
NETO
TARIF …% x PEREDARAN BRUTO / OMSET
166
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Penjelasan
Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 angka 29. Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan
agar berdasarkan pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Selain dapat dihitung besarnya Pajak Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat dihitung dari
pembukuan tersebut. Agar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat
dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor,
jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-
undangan perpajakan menentukan lain.
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Penjelasan
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima
penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya hanya mengenai
penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek Pajak
Penghasilan.
Di samping itu, pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
167
A. Contoh penghitungan PPh dengan PEMBUKUAN
(Misal Agen Asuransi)
KETERANGAN PEMBUKUAN
Pendapatan 300.000.000
Harga Pokok Pendapatan (100.000.000)
Laba Kotor 200.000.000
Biaya Usaha (80.000.000)
Laba Usaha 120.000.000
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha (10.000.000)
Laba Bersih 110.000.000
Zakat / Iuran Wajib Keagamaan (2.000.000)
Kompensasi Kerugian (3.000.000)
PTKP : K/1 (63.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 42.000.000
Pajak Penghasilan 2.100.000
Note: Untuk penghasilan dari pekerjaan bebas
168
C. Contoh Penghitungan PPh Berdasarkan
PP 55 Tahun 2022
KETERANGAN PEMBUKUAN
Pendapatan 3.000.000.000
Harga Pokok Pendapatan (1.000.000.000)
Laba Kotor 2.000.000.000
Biaya Usaha (800.000.000)
Laba Usaha 1.200.000.000
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha 0
Laba Bersih 1.200.000.000
Zakat Atas Penghasilan 0
Kompensasi Kerugian 0
PTKP : K/1 0
Penghasilan Kena Pajak 0
Pajak Penghasilan (2.500.000.000 x 0,5%)
12.500.000
UU HPP : Peredaran Bruto s.d 500 Juta Setahun tidak dikenai PPh
169
Pemotongan & Pemungutan PP 55/2022
Tempat terutang Setiap tempat kegiatan usaha
Saat Penyetoran Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
Disetor sendiri
oleh Wajib Pajak Tanggal validasi NTPN dianggap sebagai tanggal
Saat Pelaporan pelaporan SPT Masa
Jika nihil tidak diwajibkan lapor SPT Masa
170
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
2016 -
Keterangan s.d. 2008 Mulai 2009 2013-2014 2015
sekarang
WP sendiri 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
Status kawin 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4500.000
Tanggungan *
1.200.000 1.320.000 6.075.000 9.000.000 13.500.000
(max 3 orang)
Istri yang
penghasilannya
13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
digabung dengan
suami
TANGGUNGAN:
1. Keluarga sedarah & semenda dalam garis keturunan lurus, termasuk anak angkat
yang ditanggung sepenuhnya.
2. Ditentukan Per 1 Januari
3. Termasuk Anak Angkat dan Anak Tiri
DST DST
PENGERTIAN
K/N K/N MT HUBUNGAN KELUARGA
171
Untuk Karyawan
Yang Tidak Memiliki Penghasilan Lainnya
Penghasilan Neto Lainnya:
- Gaji dan penghasilan Karyawan 80.000.000
Jumlah Penghasilan Neto 80.000.000
Dikurangi dengan:
- Kompensasi Rugi Usaha tahun lalu 0
- Zakat atas Penghasilan 0
- Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3) (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 8.000.000
Note:
Pajak Penghasilan: Jika Pemberi Kerja
- 5% x 8.000.000 400.000 telah memotong
pajaknya dengan
Jumlah Pajak Penghasilan terutang 400.000
benar, pada akhir
Kredit Pajak (pengurang pajak):
- PPh Pasal 21 dari gaji karyawan (400.000) tahun si karyawan
tidak pernah
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar akhir tahun NIHIL kekurangan bayar lagi
Untuk Karyawan
Yang Memiliki Penghasilan Lainnya
Penghasilan Neto Lainnya:
- Gaji dan penghasilan Karyawan 80.000.000
- Honor Mengajar 10.000.000
Jumlah Penghasilan Neto 90.000.000
Dikurangi dengan:
- Kompensasi Rugi Usaha tahun lalu 0
- Zakat atas Penghasilan 0
- Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3) (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 18.000.000
Note:
Pajak Penghasilan: Pada akhir tahun,
- 5% x 18.000.000 900.000 hanya membayar PPh
atas penghasilan yang
Jumlah Pajak Penghasilan terutang 900.000
belum dikenakan
Kredit Pajak (pengurang pajak):
pajak, yaitu Honor
- PPh Pasal 21 dari gaji karyawan (400.000)
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar akhir tahun 500.000
172
CARA HITUNG PAJAK
TARIF PAJAK PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
(Pasal 17 UU PPh) X (Penghasilan Neto - Zakat - Kompensasi Rugi - PTKP)
173
MENENTUKAN PENGHASILAN NETO
USAHA / PEMBUKUAN
PEKERJAAN BEBAS
PENCATATAN/NORMA
Penghasilan Neto-nya ??
Gaji Pekerjaan 80.000.000 -5% 76.000.000
(Biaya Jabatan)
174
KEWAJIBAN NPWP
PASAL 2 AYAT (1)
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
175
STATUS PENGHASILAN ISTRI
DIANGGAP PENGHASILAN SUAMI
Pasal 8 ayat (1)
Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang
berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) dianggap sebagai penghasilan
atau kerugian suaminya, kecuali penghasilan tersebut semata-mata diterima
atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong pajak
berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lainnya
176
PERHITUNGAN PENGHASILAN
SUAMI ISTRI HARUS DIGABUNG
(Pajaknya dibayar sendiri-sendiri)
177
PENGHASILAN ISTRI DARI
SATU PEMBERI KERJA
BERSIFAT FINAL
Dalam hal istri melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP
suami dan kepala keluarga (status perpajakan suami isteri adalah KK), maka pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang semata-mata diterima atau diperoleh isteri dari suatu
pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya, merupakan pemotongan pajak yang bersifat final sehingga
dilaporkan pula pada Lampiran-III (Formulir 1770-III) Bagian A : Penghasilan yang dikenakan PPh
Final dan / atau bersifat Final, Nomor 15: Penghasilan Isteri dari satu pemberi kerja.
178
B. LAPORAN SPT TAHUNAN
A. DATA PENGHASILAN
Status: K/1 Suami Istri
NPWP 07.777.672.2-542.000 09.999.999.9-542.000
Gaji, dll. 110.000.000 90.000.000
Biaya Jabatan 5% (5.500.000) (4.500.000)
Penghasilan Neto 104.500.000 85.500.000
PTKP (63.000.000) (54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 41.500.000 31.500.000
PPh Terutang:
- 5% x 60 juta 2.075.000 1.575.000
Jumlah PPh 2.075.000 1.575.000
Jumlah Pajak yang dipenuhi sendiri-sendiri 3.650.000
179
B. LAPORAN SPT TAHUNAN
SPT Suami Dikenakan PPh Final
Penghasilan Neto Suami (S) 104.500.000
Penghasilan Neto Istri (I) 85.500.000
Jumlah Penghasilan Neto 104.500.000
PTKP K/1 (63.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 41.500.000
PPh Terutang:
- 5% x 60 juta 2.075.000
Jumlah PPh 2.075.000 1.575.000
PPh yang sudah dipotong:
- PPh 21 (2.075.000)
PPh yang kurang dibayar 0
180
Formulir 1770 SS
• Mempunyai penghasilan selain dari usaha
Formulir 1770 dan / atau pekerjaan bebas
• Jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari
• Bagi Wajib Pajak yang mempunyai Rp 60 juta setahun
penghasilan
• Dari usaha / pekerjaan bebas
• Dari satu atau lebih pemberi kerja
• Yang dikenakan PPh final dan/atau Formulir 1770 S
bersifat final; dan/atau
• Dalam negeri lainnya / luar negeri • Dari satu atau lebih pemberi kerja
• Dalam negeri lainnya; dan / atau
• Yang dikenakan PPh Final dan / atau
bersifat final
CATATAN PENTING
FORM 1770 SS
Suami-isteri yang mempunyai penghasilan selain dari usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto
tidak lebih dari Rp 60.000.000 (enam puluh juta rupiah)
setahun, namun memiliki status perpajakan PH atau MT wajib
melaporkan penghasilan dengan menggunakan Formulir SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S, bukan menggunakan
Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 SS ini.
181
GO TO SPT :
KESIMPULAN:
• Bagi Wanita Kawin yang memiliki penghasilan hanya semata-mata
dari satu pemberi kerja sebaiknya mengajukan penghapusan NPWP
(Apabila telah memiliki NPWP) dan menggunakan NPWP Suami
dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
• Analisis Hasil penyusunan SPT Melalui Fungsi Pendapatan Y= C+I+S
untuk melihat kewajaran dari Penyusunan SPT
• Hindari Sanksi Bunga akibat kesalahan perhitungan
TERIMAKASIH
182
PAJAK PENGHASILAN
BADAN
PAJAK PENGHASILAN
PAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBJEK PAJAK ATAS PENGHASILAN
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA DALAM TAHUN PAJAK
PAJAK PENGHASILAN
SUBYEK OBYEK
CARA HITUNG
ORANG PRIBADI Subyek P
WARISAN BELUM Pajak E
TERBAGI Dalam N
Negeri G TARIF X PENGHASILAN NETO
H
BADAN A
S
Subyek I
Pajak TARIF X PENGHASILAN
L
Luar A BRUTO
BENTUK USAHA TETAP Negeri N
183
SUBYEK PAJAK BADAN
Sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi:
184
CARA HITUNG
PAJAK PENGHASILAN BADAN
1. Cara Umum
Tarif Pasal 17 x Laba Kena Pajak
2. Cara Final
Tarif tertentu x Peredaran Bruto (Omset)
3. Cara Khusus
Tarif tertentu x Peredaran Bruto (Omset)
LANGKAH MENGHITUNG
PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN
Identifikasi Penghasilan
Identifikasi Biaya
Identifikasi Kerugian Tahun-Tahun Sebelumnya
Identifikasi PPh yang Dibayar Dalam Tahun Berjalan
185
IDENTIFIKASI PENGHASILAN
Pasal 4 Ayat 1 UU PPh
Penghasilan yang dikenakan pajak secara umum
Pasal 4 Ayat 2 UU PPh
Penghasilan yang dikenakan pajak secara final
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh
Penghasilan yang bukan obyek pajak
IDENTIFIKASI BIAYA
Pasal 6 UU PPh
Deductible Expenses
(Biaya yang boleh mengurangi Pajak Penghasilan)
Pasal 9 UU PPh
Non Deductible Expenses
(Biaya yang tidak boleh mengurangi Pajak Penghasilan)
186
IDENTIFIKASI KERUGIAN
TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA
1
KERUGIAN YANG
DIKOMPENSASIKAN TIDAK
BOLEH MELEBIHI LIMA TAHUN 2
PPh PASAL 22 01
PPh PASAL 23 02
PPh PASAL 24
(KREDIT PAJAK LUAR NEGERI) 03
PPh PASAL 25
(TERMASUK SURAT TAGIHAN 04
PAJAK ATAS POKOK PAJAKNYA)
187
FORMULA PERHITUNGAN
PPh BADAN SECARA UMUM
188
PENJUALAN 1.000.000.000
LAPORAN
- Harga Pokok Penjualan (700.000.000)
LABA KOTOR 300.000.000
LABA / RUGI
- Biaya Usaha (230.000.000)
LABA USAHA 70.000.000
- Penghasilan dari Luar Usaha 30.000.000
- Biaya dari Luar Usaha (70.000.000)
LABA BERSIH 30.000.000
189
REKONSILIASI LAPORAN RUGI / LABA
UNTUK PERHITUNGAN PPh BADAN
PERKIRAAN LAPORAN KOREKSI LAPORAN
KOMERSIAL FISKAL FISKAL
Penjualan 1.000.000.000 1.000.000.000
Harga Pokok Penjualan 700.000.000 25.000.000 675.000.000
LABA KOTOR 300.000.000 325.000.000
Biaya Usaha 230.000.000 100.000.000 130.000.000
LABA USAHA 70.000.000 195.000.000
Penghasilan Luar Usaha 30.000.000 (20.000.000) 10.000.000
Biaya Luar Usaha (70.000.000) 15.000.000 (55.000.000)
LABA BERSIH 30.000.000 150.000.000
190
JENIS PENGHASILAN - PASAL 4(1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam UU ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba Usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
191
JENIS PENGHASILAN - PASAL 4(1)
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
s. Surplus Bank Indonesia.
192
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Penghasilan berupa bunga
PP No 131 Tahun 2000 20%
deposito dan tabungan lainnya
0,1% dari nilai transaksi
Penjualan saham bursa PP No 14 Tahun 1997
0,5% dari nilai saham saat penawaran perdana
Bunga dan Diskonto Obligasi
bunga atau diskonto surat berharga UU No 7 Tahun 2021 HPP 15% bagi WPDN
jangka pendek yang PP No 6 Tahun 2002 20% bagi WPLN
diperdagangkan di pasar uang
Diskonto SPN PP No 27 Tahun 2008 20% dari diskonto
Pengalihan hak atas tanah dan 2,5% dari jumlah bruto.
PP No 34 Tahun 2016
bangunan 1% untuk RS/RSS oleh perusahaan Real estate
Sewa Tanah dan Bangunan PP No 34 Tahun 2017 10% dari jumlah bruto
*) PP 23/2018 dicabut oleh PP 55/2022, namun sesungguhnya pengaturan terkait PP 23/2018 yang dipertegas di PP 55/2022 telah
berlaku sejak diundangkannya UU HPP pada Desember 2021. PP 55/2022 dalam hal ini hanya mempertegas kembali ketentuan dalam
UU HPP terkait tidak dikenakannya PPh Final untuk OP dengan peredaran bruto sampai dengan 500 juta setahun.
193
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPh - PASAL 4 (3)
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk infak dan sedekah yang diterima oleh, ………
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. ………..;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan, meliputi:
1. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai;
2. Natura di daerah tertentu;
3. Natura karena keharusan pekerjaan;
4. Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes;
5. Natura dengan jenis dan/atau batasan tertentu
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan asuransi bea siswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
DIUBAH DALAM
UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA
(Slide Berikutnya)
194
Pasal 4 Ayat (3)
Pokok Perubahan Huruf f Angka 1
UU CIPTA KERJA PASAL 111
Deviden yang berasal dari Dalam Negeri yang diterima oleh:
a. WP Orang Pribadi Dalam Negeri, sepanjang diinvestasikan di wilayah
NKRI dalam jangka waktu tertentu, dan/atau
b. WP Badan Dalam Negeri, tidak dikenai PPh (dikecualikan dari objek pajak).
Aturan sebelumnya
Aturan sebelumnya
Penghasilan tersebut dikenakan pajak di Indonesia dengan mekanisme pengkreditan pajak Luar Negeri apabila
telah di potong di Luar Negeri
195
Pasal 4 Ayat (3)
Pokok Perubahan Huruf f Angka 7
UU CIPTA KERJA PASAL 111
Penghasilan dari luar negeri tidak melalui Bentu Usaha Tetap tidak
dikenakan PPh di Indonesia, dalam hal diinvestasikan di wilayah NKRI
dalam jangka waktu tertentu dan memenuhi persyaratan:
*) Ketentuan:
a. Penghasilan berasal dari usaha aktif di luar negeri; dan
b. Bukan penghasilan dari perusahaan yang dimiliki di luar negeri.
Aturan sebelumnya
196
Self-Assessment : Tidak melalui pemotongan pihak lain
197
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Otoritas Jasa Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang‐bidang tertentu;
i. Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari
koperasi, perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif
j. dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
1. Merupakan perusahaan kecil menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan; dan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. ………
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut,
Penerimaan 10 milyar
Pengeluaran 8 milyar
Surplus 2 milyar Non Obyek Pajak, jika dalam 4 tahun dapat
dialokasikan dalam sarana/prasarana
n. ………
198
SISA LEBIH LEMBAGA PENDIDIKAN
DAN SOSIAL KEAGAMAAN
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau Lembaga
nirlaba yang bergerak di bidang Pendidikan dan/atau penelitian
dan pengembangan, badan atau Lembaga sosial keagamaan
(terdaftar pada instansi yang membidanginya) dikecualikan
sebagai objek pajak sepanjang untuk pembangunan
sarana/prasarana atau ditempatkan dalam dana abadi dalam
jangka waktu 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
199
Pasal 4 Ayat (3)
Huruf p
Pokok Perubahan
UUxHarmonisasi Peraturan Perpajakan
Dikecualikan dari objek PPh atas sisa lebih yang diterima/
x diperoleh badan atau Lembaga sosal dan/atau keagamaan yang
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana sosial dan keagamaan
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut atau ditempatkan sebagai dana abadi
PENGHASILAN SECARA
KESELURUHAN
200
PERLAKUAN PENGHASILAN
PENGHASILAN - PASAL 4
PPh Tahun Berjalan = Pelunasan Pajak PPh Tahun Berjalan = Kredit Pajak / Titipan
Kewajiban Pajak selesai sampai di sini Tidak Perlu PPh Akhir Tahun = PPh dihitung kembali atas
Dihitung Lagi pada akhir tahun (SPT Tahunan Nihil) seluruh penghasilan setahun.
IDENTIFIKASI BIAYA
Pasal 6 UU PPh
Deductible Expenses
(Biaya yang boleh mengurangi
Pajak Penghasilan)
Pasal 9 UU PPh
Non Deductible Expenses
(Biaya yang tidak boleh mengurangi
Pajak Penghasilan)
201
DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6 UU PPh)
Biaya yang boleh mengurangi Pajak Penghasilan
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
PENYUSUTAN
(Pasal 21 PP No 55 Tahun 2022)
Penyusutan bangunan permanen
dapat melebihi 20 tahun sesuai Prinsip yang sama untuk
masa manfaat sebenarnya amortisasi harta tidak
berdasarkan pembukuan Wajib berwujud dengan masa
Pajak (dengan syarat dilakukan manfaat melebihi 20 tahun
secara taat asas) → Harta lama - Pasal 22 (3 dan 4) -
(diperoleh sebelum 2022) → Perlu
pemberitahuan ke DJP paling
lambat akhir tahun Pajak 2022
202
Contoh:
Pada Januari 2017, Wajib Pajak membeli sebuah gedung pabrik
senilai Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Penyusutan atas
pengeluaran untuk perolehan gedung pabrik tersebut dimulai pada
bulan Januari Tahun Pajak 2017. Masa manfaat Gedung pabrik
berdasarkan pembukuan Wajib Pajak adalah 30 tahun. Namun,
Wajib Pajak melakukan penyusutan dengan masa manfaat 20 tahun
dan tarif penyusutan sebesar 5% per tahun.
Contoh:
Pada Februari 2022, Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan
memilih untuk menghitung biaya penyusutan atas gedung pabrik
tersebut sesuai masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan
pembukuan Wajib Pajak. Sesuai pembukuan Wajib Pajak atas gedung
pabrik tersebut telah disusutkan selama 5 tahun dengan sisa masa
manfaat pada awal Tahun Pajak 2022 (1 Januari 2022) adalah 25 tahun.
Untuk menghitung penyusutan mulai Tahun Pajak 2022 ditentukan:
a. Tarif Penyusutan
= (1 / 25 Tahun) x 100%
= 4% per Tahun
b. Nilai sisa buku fiskal
= Rp. 1.000.000.000,00 - (5 x 5% x Rp. 1.000.000.000,00)
= Rp. 750.000.000,00
203
DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6 UU PPh)
Biaya yang boleh mengurangi Pajak Penghasilan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak;
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
204
SUMBANGAN YANG DIPERKENANKAN
(PP 93 TAHUN 2010)
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
PENANGGULANGAN
BENCANA NASIONAL (PP)
FASILITAS PENDIDIKAN
BIAYA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR SOSIAL
PEMBINAAN OLAHRAGA
205
KONDISI SUMBANGAN DAN/ATAU BIAYA
TIDAK DAPAT DIKURANGKAN
➢ Sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
pihak pemberi
➢ Apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sdd UU PPh.
206
SYARAT BISA DIKURANGKAN
Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud diatas dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dengan syarat:
BIAYA PROMOSI
• Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.
• Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan
akumulasi dari jumlah:
• Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
• Biaya pameran produk;
• Biaya pengenalan produk baru; dan/atau
• Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
• Tidak termasuk Biaya Promosi:
• Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan
kegiatan promosi.
• Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak beserta final.
207
POKOK PERUBAHAN UU HPP
BIAYA PROMOSI
UU PPH KONSOLIDASI UU HARMONISASI
SETELAH UU CIPTA KERJA PERATURAN PERPAJAKAN
(UU HPP)
Biaya promosi dan penjualan Biaya promosi dan penjualan;
yang diatur dengan atau Diatur dalam Pasal 18(3)
berdasarkan PMK; PP Nomor 55 Tahun 2022
208
BIAYA PERJAMUAN / ENTERTAIMENT
SE-DIRJEN PAJAK No.27/PJ.22/1986
• Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan.
• Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan
(formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil).
• Oleh karena itu, Wajib Pajak yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan brutonya,
sejak tahun pajak 1986 agar melampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan daftar nominatif
seperti terlampir yang berisi :
- Nomor urut, Tanggal "entertainment”, Nama tempat , Alamat, Jenis "entertainment”, Jumlah (Rp);
- Relasi usaha yang diberikan "entertainment“ (Nama, Posisi, Nama perusahaan, Jenis usaha)
209
PASAL 24 PP NO 55 TAHUN 2022
Pengecualian dari objek PPh atas penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam
bentuk natura dan kenikmatan:
a. Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman
bagi seluruh Pegawai;
b. Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
c. Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
d. Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, dan/atau anggaran pendapatan dan belanja desa; atau
e. Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu.
Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang menerimanya
adalah :
210
BIAYA DALAM BENTUK NATURA / KENIKMATAN
PERMENKEU NO.83/PMK.03/2009
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
- Sarana tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana pelayanan kesehatan;
- Sarana pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana peribadatan;
- Sarana pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang layang, sepanjang sarana dan fasilitas tersebut
tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang
layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang
memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut
maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi
kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup
tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut
yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya
memiliki cadangan mineral.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya.
Meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas
keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak
kapal, dan yang sejenisnya.
211
POKOK PERUBAHAN UU HPP
PENGATURAN KEMBALI FRINGE BENEFIT
Pengaturan Saat Ini
a. Pada prinsipnya natura bukan biaya bagi pemberi kerja dan bukan penghasilan bagi pegawai
penerima natura.
b. Natura yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja dan bukan penghasilan bagi
penerima, sebatas: 1) Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai; dan 2) Natura di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
c. Natura yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenai PPh Final merupakan objek pajak bagi
penerima.
Undang-Undang HPP
a. Pada prinsipnya natura dapat dibiayakan sepanjang terkait dengan 3M (mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan) bagi pemberi kerja dan merupakan penghasilan bagi pegawai
b. Natura dan/atau kenikmatan yang bukan objek PPh bagi penerima: 1) Penyediaan
makan/minum seluruh pegawai; 2) Natura dan/atau kenikmatan di daerah tertentu; 3) Natura
dan/atau kenikmatan karena keharusan pekerjaan; 4) Natura dan/atau kenikmatan yang
bersumber atau dibiayai dari APBN/APBD; dan 5) Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis &
batasan nilai tertentu
c. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP
Pemberian natura kepada pegawai dapat dibiayakan oleh Batasan Natura dan
Pemberi Kerja & merupakan penghasilan bagi pegawai kenikmatan yang
dikecualikan dari
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi Objek PPh bagi
penerima, Yaitu: Penerima >> diatur
• Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai dengan Peraturan
• Natura di daerah tertentu Menteri
• Natura karena keharusan pekerjaan
Contoh: alat keselamatan kerja atau seragam
• Natura yang berasal dari APBN/APBD
• Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu
212
PENILAIAN NATURA DAN/ATAU
KENIKMATAN
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang
diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan atau jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk natura, yaitu berdasarkan nilai
pasar; dan/atau
b. Untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan, yaitu berdasarkan
jumlah biaya yang dikeluarkan atau seharusnya dikeluarkan pemberi.
Pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan wajib melakukan pemotongan Pajak Penghasilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
213
NATURA MERUPAKAN OBYEK PAJAK
PASAL 73(2) PP NO 55 TAHUN 2022
214
AKTIVA PERUSAHAAN YANG DIKUASAI
PEGAWAI DIBIAYAKAN
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus,
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para
pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui
penyusutan dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin perusahaan.
• KEP 220/PJ/2002 yang mengatur biaya terkait perolehan dan pemeliharaan handhpone
dan kendaraan yang dibawa pulang masih berlaku dan belum dicabut.
215
PASAL 42 PP NO 55 TAHUN 2022
(1) Pembatasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk
keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
huruf g dilakukan oleh Menteri menggunakan:
216
PENCEGAHAN PRAKTIK PENGHINDARAN PAJAK
(Pasal 32 PP No 55 Tahun 2022)
3. Mekanisme pencegahan praktik penghindaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f hanya dapat
dilakukan terhadap transaksi antara pihak yang dipengaruhi
hubungan istimewa.
4. Dalam hal terdapat praktik penghindaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang tidak dapat dicegah menggunakan
mekanisme yang diatur pada ayat (2), DJP dapat menentukan
kembali besarnya pajak yang seharusnya terutang dengan
berpedoman pada prinsip pengakuan substansi ekonomi di atas
bentuk formalnya.
217
NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9 UU PPh)
Biaya yang tidak boleh mengurangi Pajak Penghasilan
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali: 1. Cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung
berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dengan Batasan tertentu setelah
berkoordinasi dengan OJK; 2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yang dibentuk oleh BPJS; 3. Cadangan penjaminan untuk LPS; 4. Cadangan biaya
reklamasi untuk usaha pertambangan; 5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha
kehutanan; dan 6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang memenuhi persyaratan tertentu
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi
dengan Otoritas Jasa Keuangan;
b. Cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri,
yang memenuhi persyaratan tertentu
218
NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9 UU PPh)
Biaya yang tidak boleh mengurangi Pajak Penghasilan
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan;
e. Dihapus
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-
nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
219
KOMPENSASI KERUGIAN
Apabila Penghasilan Neto Setelah Pengurangan
Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1)
Didapat KERUGIAN
KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
220
KOMPENSASI KERUGIAN
Rugi Fiskal Tahun 2012 ( Rp. 1.200.000.000 )
Laba Fiskal Tahun 2013 Rp. 200.000.000 (+)
Sedangkan :
RUGI FISKAL TAHUN 2014 Rp. 300.000.000,00
Hanya dikompensasikan dengan Laba Fiskal Tahun 2018
dan Tahun 2019, karena jangka waktu lima tahun dimulai
sejak tahun 2015 dan berakhir tahun 2019.
221
NPWP : Nama Wajib Pajak :
Rugi/Laba Neto Fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal (Dalam jutaan Rupiah)
Tahun Jumlah 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2012 (1.200) 200 - 50 100 800 -
2013 200 - - - - - - - -
2014 (300) - - - - - 200 100
2015 50 - - - - - - - -
2016 100 - - - - - - - -
2017 800 - - - - - - - -
2018 200 - - - - - - - -
2019 400 - - - - - - - -
2020 500 - - - - - - - -
Jumlah 200 - 50 100 800 200 100 -
222
TARIF PPh BADAN
Atas penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap:
223
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri
Pengecualian Badan yang tidak
dengan peredaran bruto sampai
mendapat fasilitas
dengan 50 M
224
PEREDARAN BRUTO
Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 31 E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan
merupakan semua penghasilan yang diterima dan/atau
diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha,
setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan
serta potongan tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan,
sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia.
PEREDARAN BRUTO
225
CONTOH PERHITUNGAN 1
(PEREDARAN BRUTO DIBAWAH 4.8 M)
226
CONTOH PERHITUNGAN 2
(PEREDARAN BRUTO ANTARA 4.8 M - 50 M)
227
Perhitungan Pajak Penghasilan terutang :
a. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto yang memperoleh fasilitas:
4.800.000.000
x 200.000.000 = 160.000.000
6.000.000.000
b. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto yang TIDAK memperoleh fasilitas:
200.000.000 - 160.000.000 = 40.000.000
CONTOH PERHITUNGAN 3
(PEREDARAN BRUTO ANTARA 4.8 M - 50 M)
228
Jumlah Penghasilan Neto 2.000.000.000
Koreksi Fiskal
Peredaran Bruto dari penghasilan yang
1. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi (7.500.000.000)
2. Bukan objek pajak (500.000.000)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
3. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 6.700.000.000
4. Bukan objek pajak 300.000.000
(1.000.000.000)
Jumlah Penghasilan Neto setelah koreksi fiskal 1.000.000.000
Kompensasi Kerugian (700.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 300.000.000
229
CONTOH PERHITUNGAN 4
(PEREDARAN BRUTO LEBIH DARI 50 M)
Total peredaran bruto PT. D dalam Tahun Pajak 2022 sebesar
Rp. 55.000.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:
230
CONTOH PERHITUNGAN 5
(PPH PASAL 25 TAHUN BERIKUTNYA)
Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 untuk Tahun Pajak 2023 adalah sebagai berikut:
Penghasilan Neto setelah koreksi fiskal 470.000.000
Penghasilan Tidak Teratur (70.000.000)
Penghasilan yang menjadi dasar Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 400.000.000
untuk Tahun Pajak 2023
Kompensasi Kerugian Fiskal (0)
Penghasilan Kena Pajak yang menjadi dasar penghitungan Angsuran 400.000.000
PPh Pajak 25 Tahun Pajak 2023
231
Perhitungan Pajak Penghasilan terutang :
a. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
4.800.000.000
x 400.000.000 = 154.465.004
12.430.000.000
b. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang
TIDAK memperoleh fasilitas :
400.000.000 - 154.465.004 = 245.534.996
PENYEGARAN KEMBALI:
TARIF UNTUK PERUSAHAAN GO PUBLIC
(Pasal 65 PP No 55 Tahun 2022)
232
PENYEGARAN KEMBALI:
TARIF UNTUK PERUSAHAAN GO PUBLIC
(Pasal 65 PP No 55 Tahun 2022)
(2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus dimiliki oleh paling sedikit
300 pihak;
b. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya boleh memiliki saham
kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh;
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b serta dalarn huruf a dan huruf b
harus dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 hari kalender dalam jangka waktu 1 Tahun
Pajak; dan
d. Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b serta dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c dilakukan oleh Wajib Pajak PT (Perseroan Terbuka) dengan
menyampaikan laporan kepada DJP
(3) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b tidak termasuk:
a. Wajib Pajak Perseroan Terbuka yang membeli kembali sahamnya; dan/atau
b. Yang memiliki hubungan istimewa sebagaimana diatur dalam UU Pajak Penghasilan dengan
Wajib Pajak Perseroan Terbuka.
TERIMA KASIH
233
PPN AB
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
KARAKTERISTIK PPN
PENJUAL/ PEMBELI
PENGUSAHA
PPN BKP/JKP
234
KARAKTERISTIK PPN
KARAKTERISTIK PPN
235
KARAKTERISTIK PPN
PPN yang dipungut oleh PKP tidak secara serta merta wajib
dibayar ke Negara. PPN yang terutang yang wajib dibayar
merupakan hasil penghitungan mengurangkan PPN yang dibayar
saat pembelian BKP/JKP yang disebut Pajak Masukan (input tax)
dengan PPN yang dipungut dari pembeli BKP/JKP yang disebut
Pajak Keluaran (output tax)
KARAKTERISTIK PPN
PPN BERSIFAT NON KUMULATIF
INDUSTRI
SAWMILL Komponen Rp. 100.000
PPN K Rp. 11.000
PPN M Rp. 0
KB Rp. 11.000
INDUSTRI MEBEL
Meja Rp. 150.000
PPN K Rp. 16.500
PPN M Rp. 11.000
KAS NEGARA
TOKO MEBEL KB Rp. 5.500
236
KARAKTERISTIK PPN
PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI UMUM DALAM
NEGERI
KARAKTERISTIK PPN
PPN BERSIFAT NETRAL
237
SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI ATAU BADAN OLEH KETENTUAN PERPAJAKAN
DITENTUKAN UNTUK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DI BIDANG PPN.
Adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, termasuk mengekspor
jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
SUBJEK PAJAK
PENGUSAHA KENA PAJAK
238
OBJEK PAJAK
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK (BKP) DI DALAM DAERAH
PABEAN YANG DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA
IMPOR BKP
OBJEK PAJAK
PENGERTIAN BARANG KENA PAJAK (BKP)
BARANG
BARANG BERGERAK
BERWUJUD
BARANG TIDAK
BARANG BERGERAK
TIDAK BERWUJUD
239
OBJEK PAJAK
BUKAN BKP (BARANG KENA PAJAK)
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; yang merupakan objek
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah; dan
Uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara & surat
berharga (Emas Batangan non-BKP hanya untuk kepentingan cadangan devisa negara)
OBJEK PAJAK
BUKAN JKP (JASA KENA PAJAK)
Semua jasa adalah Jasa Kena Pajak, kecuali jasa:
Jasa keagamaan; Jasa kesenian dan hiburan (semua jenis jasa yang
dilakukan pekerja seni dan hiburan – objek PDRD; Jasa Perhotelan
meliputi penyewaan kamar dan/atau ruangan di hotel (PDRD), Jasa
yang disediakan oleh pemerintah; Jasa penyediaan tempat parkir
(PDRD), Jasa boga atau catering (PDRD)
240
POKOK PERUBAHAN Pasal 4A ayat (3) huruf a, b, c, d, e,
UNDANG-UNDANG HPP g, i, j, k, o, & p
241
TARIF PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Ketentuan terkait dengan pembeli atau penerima jasa yang bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran
PPN atau PPN dan PPnBM dapat memenuhinya secara self assessment menggunakan SSP sebagai berikut :
242
PER-03/PJ/2022
TENTANG FAKTUR PAJAK
243
Ketentuan terkait dengan penyesuaian teknis pengenaan PPN atas penyerahan BKP
melalui penyelenggara lelang sebagai berikut :
UU PPN
PMK-18/PMK.03/2021 PMK-
(Pasal 69 s.d. Pasal 82) 120/PMK.03/2019
PER-24/PJ/2012 PER-16/PJ/2014
KEP-754/PJ/2001 s.t.d.t.d. s.t.d.t.d. PER-58/PJ/2010 PER-17/PJ/2019 PER-16/PJ/2021
PER-17/PJ/2014 PER-31/PJ/2017
244
POKOK-POKOK PERUBAHAN
Pencantuman NIK/nomor paspor Aplikasi e-Faktur H2H
e-Faktur atas penyerahan kepada pembeli orang pribadi, Aplikasi e-Faktur Host-to-Host hanya untuk PJAP
harus mencantumkan NPWP atau NIK/nomor paspor.
Pengisian jenis barang dalam Faktur Pajak Pembatasan waktu upload e-Faktur
• Jenis barang untuk penyerahan BKP berupa kendaraan
bermotor baru minimal diisi merek, tipe, varian, dan
15 e-Faktur harus di-upload paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah tanggal pembuatan e-Faktur.
nomor rangka.
• Jenis barang untuk penyerahan BKP berupa tanah
Pengaturan kembali Faktur Penjualan
dan/atau bangunan minimal diisi alamat lengkap.
Faktur Penjualan merupakan e-Faktur sepanjang di-upload
Transaksi dalam mata uang asing menggunakan aplikasi e-Faktur Host-to-Host dan memperoleh
Dikonversi dengan kurs KMK yang berlaku pada saat Faktur persetujuan DJP.
Pajak seharusnya dibuat.
Cap/keterangan fasilitas PPN dalam e-Faktur
Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Pembubuhan cap/keterangan mengenai fasilitas PPN/PPnBM
• Pemberian NSFP dengan jumlah tertentu. dilakukan melalui aplikasi e-Faktur.
• NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak mulai
tanggal surat pemberian NSFP.
Pengaturan kembali Faktur Pajak PKP PE
Kode Transaksi Pengaturan mengenai Faktur Pajak bagi PKP Pedagang
05 Penambahan kode transaksi 05 untuk penyerahan yang PPN-
nya dipungut dengan besaran tertentu cfm. Pasal 9A UU PPN.
Eceran disesuaikan dengan PMK-18/PMK.03/2021.
▪ Kriteria PKP PE dari sisi penjual (Pasal 1 angka 7 PER-24, Pasal 1 PER-58) disesuaikan PMK-18/PMK.03/2021
▪ Permintaan cetak ulang surat pemberian NSFP (Pasal 9 (7) PER-24) dapat dilihat di aplikasi e-Nofa
▪ Kode dan nomor seri FP VAT refund (Pasal 18 PER-24) mengikuti PMK VAT Refund
245
POKOK-POKOK PENGATURAN
Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor BKP berwujud,
ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
→ Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
246
FAKTUR PAJAK GABUNGAN
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
▪ 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP
yang sama selama 1 (satu) bulan kalender.
▪ Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP.
▪ Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya
sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan
penyerahan, Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan BKP dan/atau JKP.
▪ Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib
dibuat Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode
transaksi, PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan
dengan kode transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
▪ Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.
PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode transaksi dan PT. A memilih
membuat Faktur Pajak gabungan maka PT. A wajib membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April
2022 yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan dan pembayaran uang muka yang diterima pada
bulan April 2022, yaitu dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 10.250.000,00 (Rp. 1.000.000,00
+ Rp. 1.500.000,00 + Rp. 2.000.000,00 + Rp. 2.500.000,00 + Rp. 250.000,00 + Rp. 3.000.000,00).
247
CONTOH PEMBUATAN
FAKTUR PAJAK GABUNGAN (2/2)
CONTOH 2:
PT. A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV. C sebagai berikut:
a. Penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April 2022; dan
b. Pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada tanggal 4, 11, 18,
dan 25 April 2022.
Berdasarkan data di atas maka PT. A wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan kode
transaksi 01 atas penyerahan (penjualan) BKP berupa komputer dan kode transaksi 04 atas
penyerahan (pemberian cuma-cuma) BKP berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal
PT. A memilih untuk membuat Faktur Pajak gabungan maka PT. A wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan
kode transaksi 01 yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa komputer yang dilakukan
pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling lama tanggal
30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 04 yang meliputi seluruh penyerahan
BKP berupa keyboard dan mouse komputer yang dilakukan pada bulan April 2022.
248
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (1/2)
Identitas PKP Penjual
Nama, alamat, dan NPWP wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, dan NPWP yang tercantum Dalam hal nama/alamat
dalam Surat Pengukuhan PKP. *) *) yang tercantum dalam
SKT/SPPKP berbeda
Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP
dengan nama/alamat yang
a. Nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, NPWP, NIK, sebenarnya/sesungguhnya,
dan nomor paspor yang sebenarnya/sesungguhnya. WP harus mengajukan
b. Bagi subjek pajak dalam negeri, nama dan alamat dapat diisi sesuai dengan nama dan alamat yang permohonan perubahan
data berupa nama/alamat
tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP. *) dalam SKT/SPPKP agar
c. Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada Pembeli BKP/Penerima JKP yang merupakan sesuai dengan keadaan
tempat dilakukannya pemusatan tempat PPN terutang, tetapi BKP/JKP dimaksud dikirim/ yang sebenarnya/
diserahkan ke tempat PPN terutang yang dipusatkan, berlaku ketentuan sebagai berikut: sesungguhnya.
• Nama dan NPWP diisi nama dan NPWP PKP tempat dilakukannya pemusatan PPN terutang; dan
• Alamat diisi alamat tempat PPN terutang yang dipusatkan yang menerima BKP/JKP.
▪ Contoh pengisian alamat pada Lampiran huruf A angka 2 PER.
249
CONTOH PENGISIAN DPP & PPN DALAM FAKTUR PAJAK
▪ DPP Normal:
Penyerahan garmen dengan Harga Jual sebesar Rp. 100.000.000 yang PPN-nya dipungut dengan tarif 11%.
Dari ketiga contoh di atas maka pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak yaitu sebagai berikut:
Keterangan Normal Nilai Lain Besaran Tertentu PPN
Harga Jual 100.000.000 100.000.000 100.000.000
DPP 100.000.000 90.000.000 100.000.000
PPN 11.000.000 9.900.000 1.100.000
Ketentuan terkait dengan penyesuaian penghitungan PPN dan PPnBM dan Penyesuaian DPP yang digunakan
dalam rangka penentuan PPN dan PPnBM dalam hal dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
250
KODE TRANSAKSI DALAM FAKTUR PAJAK Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
Kode
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang Transaksi
01
melakukan penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang
02 Termasuk Ya
PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah. 07/08
07/08?
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi
03 Tidak
pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya.
Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A Termasuk Ya
02/03
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan 02/03?
penyerahan BKP/JKP.
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm.
05
Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP.
Termasuk Ya
06
Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang 06?
06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 ayat (1) Tidak
UU PPN, penyerahan BKP kepada turis).
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas tidak Termasuk Ya
07 04/05
dipungut atau ditanggung pemerintah. 04/05?
251
Ketentuan terkait penyesuaian pengaturan terkait BKP/JKP, terkait dengan penghapusan terminologi
dan pengaturan pemakaian sendiri untuk tujuan produktif sebagai berikut :
252
Ketentuan terkait dengan Penentuan Kurs Menteri Keuangan yang digunakan untuk
menghitung PPN atau PPN dan PPnBM terutang dalam hal transaksi dilakukan dengan
menggunakan mata uang selain rupiah sebagai berikut:
253
TAMPILAN PDF ATAU CETAKAN KERTAS E-FAKTUR
e-Faktur
Tidak Wajib
Dicetak
Tidak lagi
mencantumkan
persentase (%)
tarif PPN
Memiliki:
Syarat PKP dapat membuat ▪ Sertifikat Elektronik
e-Faktur ▪ Akun PKP yang telah diaktivasi
▪ NSFP yang diberikan oleh DJP
▪ Permintaan dan pemberian Sertifikat Elektronik ▪ Permintaan dan pemberian keputusan aktivasi akun
dilaksanakan berdasarkan PER-04/PJ/2020. PKP dilaksanakan berdasarkan PER-04/PJ/2020.
▪ Dalam hal atas permintaan aktivasi akun memenuhi
syarat, Kepala KPP/KP2KP:
• Menyerahkan surat pemberitahuan Kode Aktivasi
secara langsung kepada PKP; dan
• Mengirimkan Password kepada PKP melalui alamat
posel (email) yang telah terdaftar di DJP.
▪ Contoh format surat pemberitahuan Kode Aktivasi
pada Lampiran huruf E PER.
254
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
Permintaan NSFP Jumlah NSFP yang Diberikan
PKP dapat mengajukan permintaan NSFP secara: ▪ Paling banyak 75 NSFP, bagi PKP baru dikukuhkan, PKP yang
▪ Elektronik melalui laman yang disediakan/ditentukan oleh belum pernah membuat dan melaporkan Faktur Pajak, atau
DJP (berdasarkan user manual aplikasi e-Nofa atau PKP yang 3 Masa Pajak sebelumnya membuat dan melaporkan
≤75 Faktur Pajak.
▪ Langsung ke KPP/KP2KP dengan cara menyampaikan surat
permintaan NSFP. ▪ Paling banyak 120% dari jumlah Faktur Pajak yang dibuat dan
dilaporkan dalam SPT Masa PPN 3 Masa Pajak sebelumnya, bagi
Syarat Pemberian NSFP PKP yang 3 Masa Pajak sebelumnya membuat dan melaporkan
▪ Memiliki Kode Aktivasi dan Password; Faktur Pajak >75 Faktur Pajak.
(jika hilang/lupa, dapat mengajukan cetak ulang Kode ▪ Jumlah tertentu, bagi PKP baru dikukuhkan, PKP pemusatan,
Aktivasi/kirim ulang Password secara langsung ke KPP). atau PKP yang mengalami peningkatan usaha yang karena kegiatan
▪ Memiliki akun PKP yang telah diaktivasi. usahanya membutuhkan NSFP dengan jumlah tertentu.
▪ Telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 Masa Pajak → Permintaan NSFP dengan jumlah tertentu harus disampaikan
terakhir yang telah jatuh tempo. langsung ke KPP/KP2KP.
NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak mulai tanggal ▪ Contoh format surat permintaan NSFP pada Lampiran huruf F PER.
surat pemberian NSFP sesuai dengan tahun peruntukan yang ▪ Contoh format surat pemberian NSFP pada Lampiran huruf G dan
tercantum dalam surat pemberian NSFP. huruf H PER.
Catatan:
Untuk e-Faktur yang dibuat dengan mencantumkan tanggal
sebelum tanggal 1 April 2022, wajib diunggah (di-upload)
Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 3 PER
menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh
persetujuan DJP paling lambat tanggal 15 Mei 2022.
255
CONTOH KASUS
BATAS WAKTU UPLOAD E-FAKTUR
Contoh 1:
PT. H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022. PT. H membuat e-Faktur
pada tanggal 11 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur Pajak
11 April 2022. Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur pada tanggal 14 Mei 2022.
Dengan demikian, e-Faktur yang dibuat dan diunggah (di-upload) oleh PT. H tersebut dapat diberikan
persetujuan dari DJP karena diunggah (di-upload) ke DJP dalam jangka waktu paling lama tanggal 15 Mei 2022.
Contoh 2:
PT. H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 18 April 2022. PT. H membuat e-Faktur
pada tanggal 18 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur Pajak
18 April 2022. Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur pada tanggal 16 Mei 2022.
Dengan demikian, DJP tidak memberikan persetujuan (reject) atas e-Faktur yang diunggah (di-upload) tersebut
karena diunggah (di-upload) setelah tanggal 15 Mei 2022.
→ e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP (reject) tersebut bukan merupakan Faktur Pajak.
256
CAP/KETERANGAN FASILITAS PPN/PPNBM
Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur pengganti dilakukan secara prepopulated.
257
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR PAJAK
▪ Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur.
Pembatalan ▪ SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang dibatalkan masih
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
▪ Penyerahan BKP/JKP yang
transaksinya dibatalkan. ▪ Dalam hal pembatalan Faktur Pajak karena terjadi pembatalan transaksi, harus
didukung bukti/dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan
▪ Penyerahan barang/jasa transaksi.
yang seharusnya tidak ▪ Dalam hal PKP penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam SPT
dibuatkan e-Faktur. Masa PPN maka PKP penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM
sebesar 0 (nol).
▪ Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam SPT
Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut
dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
▪ Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam SPT
Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut
dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur yang dibatalkan dilakukan secara prepopulated.
258
FAKTUR PAJAK BAGI PKP PEDAGANG ECERAN
NEW
Rp…
PKP pedagang eceran dapat
melakukan pembetulan atau
Rp 25.500,00
Rp299.000,00 penggantian dan pembatalan
Rp 32.990,00
Rp 6.500,00 Faktur Pajak sesuai dengan
Rp363.990,00 kelaziman usaha PKP
Rp400.000,00
Rp 36.010,00 pedagang eceran.
259
PERSYARATAN FORMAL DAN MATERIAL FAKTUR PAJAK
NEW
Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan formal TERLAMBAT DIBUAT
▪ e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang melewati saat seharusnya Faktur Pajak dibuat.
eceran tidak mencantumkan keterangan cfm.
Pasal 26 ayat (2) PER.
▪ Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
▪ Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.
PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak,
dan/atau dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 4, angka 5, dan angka 6 PER.
260
CONTOH FAKTUR PAJAK TIDAK LENGKAP
PT. I merupakan PKP yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri (pabrikan) sepatu. Berdasarkan surat pengukuhan PKP, diketahui PT. I
memiliki NPWP 03.456.789.1-012.000 dan beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42G, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Selain
menjual sepatu kepada distributor, PT. I juga melakukan penjualan kepada pembeli dengan karakteristik konsumen akhir melalui toko ritelnya
yang bernama Toko I-Sepatu.
a. PT. I menjual sepatu kepada distributor Tuan Ogi, warga negara Indonesia orang pribadi, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42B,
Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Atas penjualan sepatu tersebut, PT. I membuat Faktur Pajak dengan mencantumkan identitas
Pembeli BKP sebagai berikut:
Nama : Ogi
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 42B, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190
NPWP : 00.000.000.0-000.000
NIK/paspor :-
Dengan demikian, PT. I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena Faktur Pajak tidak mencantumkan keterangan cfm.
Pasal 5 huruf b angka 2 PER, yaitu mencantumkan NPWP 00.000.000.0-000.000, tetapi tidak mencantumkan NIK.
b. PT. I menjual sepatu kepada distributor CV. J, NPWP 72.345.678.9-012.000. Atas penjualan sepatu tersebut, PT. I membuat Faktur Pajak
dengan mencantumkan kode transaksi 04 pada isian kode dan NSFP. Dengan demikian, PT. I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak
lengkap karena Faktur Pajak berisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara cfm. Lampiran huruf B angka 2 huruf a angka 1) PER, yaitu
mencantumkan kode transaksi 04, seharusnya kode transaksi 01.
c. PT. I menjual sepatu kepada konsumen akhir Nyonya Fio melalui Toko I-Sepatu. Atas penjualan sepatu tersebut, PT. I membuat Faktur Pajak
bagi PKP pedagang eceran berupa faktur penjualan dengan mencantumkan identitas penjual BKP sebagai berikut:
Nama : PT. I
NPWP : 03.456.789.1-012.000
Alamat :-
Dengan demikian, PT. I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat (2)
huruf a PER, yaitu tidak mencantumkan alamat PT. I.
Contoh 2:
Berdasarkan Contoh 1 pada slide sebelumnya (Bagian contoh kasus batas waktu upload e-Faktur)
PT. H melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022, membuat e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur
Pajak 11 April 2022, dan mengunggah (meng-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur pada tanggal
14 Mei 2022. e-Faktur tersebut diberikan persetujuan dari DJP.
Faktur Pajak yang dibuat oleh PT H tersebut bukan merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat karena meskipun
diunggah (di-upload) ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP pada tanggal 14 Mei 2022, tetapi tanggal pembuatan
Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut sama dengan tanggal saat Faktur Pajak seharusnya dibuat,
yaitu tanggal 11 April 2022.
261
CONTOH FAKTUR PAJAK
DIANGGAP TIDAK DIBUAT
CV. M yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT. N yang Faktur Pajaknya
seharusnya dibuat pada tanggal 20 April 2022. Namun, tanggal pembuatan Faktur Pajak
yang tercantum dalam Faktur Pajak yaitu 20 Juli 2022.
Dengan demikian, Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang dianggap tidak dibuat
karena dibuat setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak
seharusnya dibuat, yaitu setelah melewati tanggal 19 Juli 2022.
▪ CV. M dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
▪ Dalam hal PT. N merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut
merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
KEWAJIBAN PELAPORAN
FAKTUR PAJAK
▪ PKP yang membuat Faktur Pajak wajib melaporkan Faktur Pajak dalam
SPT Masa PPN pada Masa Pajak yang sama dengan tanggal pembuatan
Faktur Pajak.
▪ Tata cara pelaporan Faktur Pajak dilaksanakan berdasarkan ketentuan
yang mengatur mengenai SPT Masa PPN.
→ PER-29/PJ/2015.
▪ PKP yang tidak memenuhi kewajiban melaporkan Faktur Pajak dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
262
PERMINTAAN & PEMBERIAN
DATA E-FAKTUR YANG RUSAK/HILANG
Penyampaian Permintaan
Permintaan disampaikan secara online atau langsung ke KPP.
Contoh format surat permintaan pada Lampiran huruf L PER.
Penyelesaian
KPP memberikan data e-Faktur yang diminta, secara langsung
paling lama 20 hari kerja.
KEADAAN TERTENTU
KEADAAN TERTENTU:
Peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar
kuasa PKP, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
▪ Dalam keadaan tertentu, PKP diperkenankan membuat Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy).
▪ Format dan tata cara penggunaan kode dan NSFP untuk Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) sama dengan
format dan tata cara penggunaan kode dan NSFP sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf B PER, kecuali
ditetapkan lain oleh Direktur Jenderal Pajak.
▪ Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) dibuat paling sedikit untuk pembeli BKP/penerima JKP dan arsip PKP
penjual.
▪ Dalam hal terjadi keadaan tertentu dan terhadap Faktur Pajak perlu dilakukan pembetulan atau
penggantian, Faktur Pajak pengganti dibuat berbentuk kertas (hardcopy).
▪ Dalam hal keadaan tertentu telah berakhir, data Faktur Pajak dalam bentuk kertas (hardcopy) wajib
direkam dan di-upload menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP.
▪ Dalam hal terjadi keadaan tertentu dan terhadap Faktur Pajak perlu dilakukan pembatalan,
pembatalan Faktur Pajak direkam pada aplikasi e-Faktur pada saat keadaan tertentu ditetapkan
telah berakhir oleh Direktur Jenderal Pajak.
▪ Batas waktu upload e-Faktur paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya tidak berlaku.
▪ Contoh format Faktur Pajak dalam bentuk kertas (hardcopy) pada Lampiran huruf M PER.
263
KETENTUAN LAIN-LAIN
e-Faktur yang telah diunggah (di-upload) ke DJP dengan menggunakan
1 aplikasi e-Faktur dan telah memperoleh persetujuan dari DJP merupakan
Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP.
KETENTUAN PERALIHAN
Pajak Masukan Dapat Dikreditkan
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang dibuat berdasarkan PER-24/PJ/2012, yang:
a. Mencantumkan alamat pembeli yang berbeda dengan alamat yang tercantum dalam SPPKP pembeli,
sepanjang alamat dimaksud merupakan alamat yang sebenarnya/sesungguhnya;
b. Dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP selain yang diberikan oleh DJP;
c. Dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP ganda;
d. Dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan tanggal pembuatannya mendahului tanggal surat
pemberian NSFP; dan/atau
e. Ditandatangani oleh PKP orang pribadi atau pejabat/pegawai yang berhak menandatangani Faktur
Pajak atau e-Faktur, tetapi tidak diberitahukan atau terlambat diberitahukan ke KPP.
264
KETENTUAN PENUTUP
Ketentuan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku:
PER-24/PJ/2012 s.t.d.t.d. PER-04/PJ/2020
01 Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam
rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara
Pembatalan Faktur Pajak.
03
PER-58/PJ/2010
Bentuk dan Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan pada Faktur
Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran.
04
KEP-754/PJ/2001
Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak Dengan Aplikasi Sistem Informasi
Perpajakan.
PER-11/PJ/2022
PERUBAHAN ATAS PER-03/PJ/2022
265
266
267
Saat PER-11/PJ/2022 Mulai Berlaku
268
PMK-61/PMK.03/2022
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
(PPN KMS)
PPN KMS
Kegiatan Membangun Sendiri
PMK-61/PMK.03/2022
269
PPN KMS
Kegiatan Membangun Sendiri
Pada April 2022. Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal pribadinya.
Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya bangunan tersebut
adalah sebagai berikut: 1) Pembelian tanah sebesar Rp 200.000.000, 2) Pembelian bahan baku
bangunan keseluruhan Rp 180.000.000, 3) Biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp 70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?
Jawab:
= 20 % x TARIF PPN x DPP
= (20% x 11%) x Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% x 11%) x (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)
= (20% x 11%) x (Rp 250.000.000)
= Rp 5.500.000
270
PMK-65/PMK.03/2022
PPN ATAS PENYERAHAN KENDARAAN
BERMOTOR BEKAS
PMK-65/PMK.03/2022
271
PPN atas Penyerahan BKP Lainnya dan/atau JKP
Dalam hal PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu berupa penyerahan kendaraan bermotor
bekas juga melakukan penyerahan BKP lainnya dan/atau Jasa Kena Pajak, pemungutan PPN
yang terutang atas penyerahan BKP lainnya dan/atau JKP tersebut dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Contoh 1: Contoh 2:
Tuan A melakukan penyerahan kendaraan bermotor PT B melakukan penyerahan kendaraan bermotor
bekas dan BKP lainnya berupa aksesori kendaraan bekas dan JKP berupa jasa perbaikan dan
bermotor. perawatan kendaraan bermotor.
Dengan demikian: Dengan demikian:
a. atas penyerahan kendaraan bermotor bekas, a. atas penyerahan kendaraan bermotor bekas,
Tuan A wajib memungut dan menyetorkan PPN PT B wajib memungut dan menyetorkan PPN
yang terutang dengan besaran tertentu; dan yang terutang dengan besaran tertentu; dan
b. atas penyerahan aksesori kendaraan b. atas penyerahan jasa perbaikan dan
bermotor, Tuan A wajib memungut PPN sesuai perawatan kendaraan bermotor, Tuan A
dengan ketentuan peraturan perundang- wajib memungut PPN sesuai dengan
undangan di bidang perpajakan. ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
272
273
PMK-71/PMK.03/2022
PPN ATAS PENYERAHAN JASA KENA
PAJAK (JKP) TERTENTU
PMK-71/PMK.03/2022
274
PPnBM
PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH
KARAKTERISTIK PPnBM
• PPnBM dikenakan hanya 1 kali saja
• Pajak Masukan hanya berlaku pada PPN dan tidak dikenal pada PPnBM
• Tidak dapat dikreditkan dengan PPN maupun PPnBM
• PPnBM dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang bersangkutan
• PKP yang mengekspor BKP Yang Tergolong Mewah, PKP ini dapat
meminta Kembali PPnBM
• PPnBM atas impor BKP yang tergolong mewah tidak memperhatikan
siapa yang mengimpor
• PPnBM terhadap suatu penyerahan BKP yang tergolong mewah tidak
memperhatikan apakah suatu bagian dari BKP tersebut telah dikenai
atau tidak dikenai PPnBM
275
BKP TERGOLONG MEWAH
Yang dimaksud dengan “BKP yang tergolong mewah" adalah:
• Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
• Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
• Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; dan/atau
• Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
TARIF PPnBM
• Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%
• Ekspor BKP yang tergolong mewah dengan tarif 0%
Tarif PPnBM pada BKP tergolong mewah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
Kendaraan Bermotor (PMK No 141/PMK.010/2021) dan
Selain Kendaraan Bermotor (PMK No 96/PMK.03/2021)
276
PPn BARANG MEWAH
Maka harga perolehan atas impor 1.000 unit AC adalah sebesar :
Nilai impor = Rp. 1.500.000.000
PPnBM yg dibebankan sebagai biaya = Rp. 300.000.000
Harga perolehan 1.000 unit AC = Rp. 1.800.000.000
Harga perolehan 1 unit AC = Rp. 1.800.000
TERIMA KASIH
277
AKUNTANSI
PERPAJAKAN
Pentingnya Pembukuan
1. Tertib administrasi
2. Pembukuan harus dapat digunakan menentukan pajak
pajak terutang
3. Merupakan kewajiban Wajib Pajak:
• Untuk menghindari penetapan pajak (SKP)
secara jabatan
• Untuk menghindari sanksi lebih besar (kenaikan)
• Untuk menghindari proses pemeriksaan bukti
permulaan (tindak pidana pajak)
278
Summary of
the Structure
Neraca
Dokumen Jurnal Buku Besar
Saldo
Beda Permanen
(koreksi positif/negatif)
279
Klasifikasi Akun Khusus
Akuntansi Pajak
280
AKUN RIIL (NERACA)
A. Akun RIIL (Neraca)
1.1 Aset Lancar
1.1.1 PPN Masukan
1.1.2 Piutang PPN
1.1.3 Uang Muka PPh 21/22/23
1.1.4 Angsuran PPh Pasal 25
1.2 Aset Lain-lain
1.2.1 Aset Pajak Tangguhan
1.3 Aset Tetap
281
AKUN NOMINAL (LABA-RUGI)
B. Akun Nominal
3.1 Akun Pendapatan
3.1.1 Pendapatan Pajak Tangguhan
3.2 Akun Beban
3.2.1 Taksiran PPh Badan
3.2.2 Beban Pajak Tangguhan
3.2.3 Beban Pajak
3.2.4 Potongan PPh Final
3.2.5 Tunjangan PPh Pasal 21
282
ATURAN DEBIT DAN KREDIT
No. Nama Akun/Rekening Dr Kr So Dr So Kr
9. Utang PPh Pasal 21/26 (-) (+) - K
10. Utang PPh Pasal 22 (-) (+) - K
11. Utang PPh Pasal 23/26 (-) (+) - K
12. Utang PPh Pasal 25/29 (-) (+) - K
13. Utang Pajak Tangguhan (-) (+) - K
14. Taksiran PPh Badan (+) (-) D -
15. Beban Pajak Tangguhan (+) (-) D -
16. Aktiva Pajak Tangguhan (+) (-) D -
PENJURNALAN
PAJAK
283
PPh Pasal 21
Pada tanggal 2 Januari 2022, PT Sejahtera membayar gaji dan upah
masing-masing senilai Rp 750 juta dan 120 juta. Pajak terutang atas
pembayaran gaji dan upah masing-masing sebesar Rp 45 juta
dan 5 juta. Pajak terutang disetor pada tanggal 5 Februari 2022.
PT Sejahtera
2 Januari 2022 Debit Kredit
Beban Gaji 750.000.000
Beban Upah 120.000.000
Kas 820.000.000
Utang PPh 21 50.000.000
284
PPh Pasal 22 & PPN
Pada tanggal 5 Mei 2022, PT Sejahtera
menyampaikan tagihan atas penjualan ATK
kepada KP3 Sleman senilai Rp 111 juta
termasuk PPN sebesar 11%.
PT. SEJAHTERA
285
PPh Pasal 23 & PPN
Pada tanggal 7 Mei 2022, PT Sejahtera
menyampaikan tagihan atas penyerahan jasa
renovasi gedung kepada KP3 Sleman senilai
Rp 111 juta termasuk PPN sebesar 11%.
Tarif PPh Pasal 23 sebesar 2%.
PT. SEJAHTERA
7 Mei 2022 Debit Kredit
Piutang Dagang 98.000.000
PPh Ps. 23 - kredit pajak 2.000.000
PPN Dipungut 11.000.000
Penjualan 100.000.000
Pajak Keluaran 11.000.000
Untuk jurnal objek PPh Pasal 4 ayat (2) sama dengan PPh 23.
286
PPh Pasal 25
Pada tanggal 15 April 2022, PT Sejahtera membayar
angsuran PPh Pasal 25 senilai Rp 110 juta.
PPh Pasal 29
Pada tanggal 17 April 2022, PT. Sejahtera membayar
kekurangan PPh tahun 2021 senilai Rp 110 juta.
Jumlah pajak terutang Rp 650 juta, PPh 22 dipungut
Rp 20 juta, PPh 23 dipotong Rp 50 juta,
angsuran PPh 25 Rp 470 juta.
287
PT. SEJAHTERA
17 April 2022 Debit Kredit
Beban pajak penghasilan 540.000.000
PPh Pasal 29 110.000.000
PPh Ps. 22 - kredit pajak 20.000.000
PPh Ps. 23 - kredit pajak 50.000.000
PPh Ps. 25 - kredit pajak 470.000.000
Kas 110.000.000
Penggantian/imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa
Tanggal 25 Januari 2022, PT. Dian Jaya membayar
gaji pegawai tetap sebesar Rp 450 juta, upah pegawai
tidak tetap sebesar Rp 20 juta, dan bonus tahun 2021
sebesar Rp 200 juta. PPh pasal 21 yang dipotong
oleh WP sebesar Rp 25 juta.
288
PT. DIAN JAYA
25 Januari 2022 Debit Kredit
Beban Gaji 450.000.000
Beban Upah 20.000.000
Beban Bonus 200.000.000
Kas 645.000.000
Utang PPh 21 Dipotong 25.000.000
289
PT. ABC
5 Januari 2022 Debit Kredit
Beban Hadiah 50.000.000
Kas 42.500.000
Utang PPh 23 Dipotong 7.500.000
290
Pajak Pertambahan Nilai
Pada Tanggal 16 Mei 2022, PT. CBA menjual barang seharga
Rp 100 juta secara tunai (belum termasuk PPN)
kepada PT. MLK. Buatlah jurnalnya, baik untuk
PT. CBA (penjual) maupun untuk PT. MLK (pembeli)
Jawaban
Mulai 1 April 2022, tarif PPN 11% (UU HPP)
= 11% x Rp 100 juta = Rp 11 juta
291
PEMERIKSAAN
PAJAK
292
DASAR HUKUM PEMERIKSAAN PAJAK
• PER-04/PJ/2012 tentang Pedoman Penggunaan metode dan teknik pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
• PER-22/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa
• PER-23/PJ/2013 tentang Standar Pemeriksaan
• PER-07/PJ/2017 tentang Pedoman Pemeriksaan Lapangan Dalam Rangka Pemeriksaan
Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
• KEP-146/PJ/2018 tentang Pelimpahan Wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada Para
Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
• SE-65/PJ/2013 tentang Pedoman penggunaan metode dan teknik pemeriksaan
• SE-112/PJ/2010 tentang Penegasan Tata Cara Peminjaman Buku, Catatan, Data, dan
Informasi dan/atau Permintaan Keterangan Terkait dengan Penyelesaian Keberatan,
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak yang Tidak Benar, dan Pembatalan Hasil
Pemeriksaan atau Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan
293
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan:
• Menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
PEMERIKSAAN
Klarifikasi Data
yang tidak
direspon WP
SPT LB,
Permohonan WP Pengukuhan PKP,
Penghapusan
NPWP dsb
294
ALASAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan yang dilakukan
sehubungan dengan pemenuhan
hak dan/atau kewajiban
perpajakan WP
TUJUAN PEMERIKSAAN
Sebab
dilakukan
pemeriksaan
Melaksanakan
Tujuan Lain ketentuan peraturan
perundang-undangan
perpajakan
295
• WP mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (Pasal 17B UU KUP)
MENGUJI • Terdapat keterangan lain berupa data konkret
(Pasal 13 ayat (1) huruf a UU KUP)
•
KEPATUHAN WP menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar,
selain yang mengajukan permohonan pengembalian
pendahuluan sebagaimana dimaksud pada huruf a
• WP telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak
• WP menyampaikan SPT yang menyatakan rugi
• WP melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, akan meninggalkan Indonesia
selama-lamanya
• WP menyampaikan SPT tetap melampaui jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam surat teguran
• WP menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan Analisis Resiko
TUJUAN LAIN
• Pemberian NPWP secara jabatan
• Penghapusan NPWP
• Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
• Wajib Pajak mengajukan keberatan;
• Pengumpulan bahan guna menyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
• Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
• Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
• Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
• Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
• Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
• Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B
296
PENYEBAB PEMERIKSAAN
Permintaan
Penjelasan tidak
Direspon WP
Pengukuhan PKP,
Permohonan
Penghapusan
WP NPWP, dsb
JENIS PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
mendatangi
Pemeriksaan
tempat kegiatan
Lapangan
usaha/tempat
kedudukan WP
Jenis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
—SOMEONE Pemeriksaan
Kantor dilakukan di DJP
FAMOUS
297
ALUR PEMERIKSAAN MENGUJI KEPATUHAN
PENGUJIAN
• Penyampaian • SPHP
SP 2 Pengujian
Dokumen / Data • Pembahasan
• Peminjaman • LHP
Dokumen
Disampaikan
langsung di
Pemeriksaan
tempat kegiatan
Lapangan
usaha/tempat
kedudukan WP
Jenis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
—SOMEONE WP dipanggil ke
Kantor Kantor Pajak
FAMOUS
PENYAMPAIAN SP 2
298
PERTEMUAN PEMERIKSA - WP
Pemeriksa wajib melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak/ Wakil atau Kuasa
Wajib Pajak untuk menjelaskan:
• Alasan dan tujuan Pemeriksaan;
• Hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah Pemeriksaan;
• Hak Wajib Pajak mengajukan permohonan dilakukan pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang
belum disepakati antara Tim Pemeriksa dengan WP dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan;
• Buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lainnya, yang akan dipinjam dari WP
PEMINJAMAN DOKUMEN
Jangka Waktu WP wajib menyerahkan buku, catatan & dokumen yang
Pemenuhan dipinjam pemeriksa maks 1 bulan sejak Surat Permintaan
Pinjaman Peminjaman disampaikan
1 bulan
3 minggu
2 minggu
Tidak atau hanya sebagian Diserahkan
saja yg diserahkan seluruhnya
299
Pemeriksaan 6 bulan +
Lapangan 2 bulan
Jangka Waktu
Pengujian
Pemeriksaan
—SOMEONE 4 bulan + 2
Kantor bulan
FAMOUS
PENGUJIAN
SE 65/PJ/2013
Membandingkan
Metode SPT dengan data
Langsung pendukung
Metode Pengujian
Pengujian Arus Barang
Pengujian
Penambahan
PENGUJIAN Kekayaan
300
PEMBAHASAN
Secara
langsung/faksimili
7 HARI KERJA
SPHP Secara SEJAK
DITERIMANYA Lembar
langsung/faksimili
SPHP Tanggapan Pernyataan
WP tertulis
Setuju Persetujuan
Hasil
Pemeriksaan
Daftar Menolak
Temuan Menerima SPHP Perpanjangan Tidak Setuju
Surat Surat
Sebagian/
Pemberitahuan 3 HARI Sanggahan
Seluruhnya
Perpanjangan KERJA
WP ttd Surat
Pernyataan
Penolakan BA Tidak
BA Pernyataan Menerima SPHP Tidak disampaikannya
Penolakan menyampaikan tanggapan
Menerima SPHP tanggapan tertulis atas SPHP
Menolak lagi
301
PEMERIKSAAN DATA KONKRET
Ruang Lingkup
Pemeriksa
302
PEMERIKSAAN DATA KONKRET
Jangka Waktu Pemeriksaan
• Jika ditemukan data lain di luar data konkret yang sudah diterbitkan SKP
untuk masa pajak dan jenis pajak yang sama, diusulkan Pemeriksaan Ulang
KEWAJIBAN PEMERIKSA
1. Menyampaikan surat pemberitahuan pemeriksaan (pemeriksaan lapangan) atau surat panggilan
(pemeriksaan kantor) kepada Wajib Pajak.
2. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan
3. Memperlihatkan Surat yang berisi perubahan Tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak apabila
susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
4. Melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:
• Alasan dan tujuan Pemeriksaan
• Hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan Pemeriksaan;
• Hak Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati
antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
• Kewajiban dari WP untuk memenuhi permintaan buku, catatan, dan/atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang akan dipinjam dari
Wajib Pajak
303
KEWAJIBAN PEMERIKSA
5. Menuangkan hasil pertemuan dengan Wajib Pajak dalam bentuk berita acara hasil pertemuan;
6. Menyampaikan SPHP
7. Memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
8. Menyampaikan kuesioner pemeriksaan kepada Wajib Pajak
9. Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menyampaikan saran
secara tertulis
10. Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang dipinjam dari Wajib Pajak
11. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan
304
WEWENANG PEMERIKSA
PEMERIKSAAN LAPANGAN
WEWENANG PEMERIKSA
PEMERIKSAAN KANTOR
305
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Pemeriksaan Lapangan
306
AWAL PENGUJIAN AKHIR
• Peminjaman
Dokumen
Pemeriksaan
4 Bulan
Jangka Lapangan
Waktu
Pengujian Pemeriksaan
14 Hari
Kantor
Pengujian
307
KEWAJIBAN PEMERIKSA
308
WEWENANG PEMERIKSA
Pemeriksaan Lapangan
WEWENANG PEMERIKSA
Pemeriksaan Kantor
309
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Pemeriksaan Lapangan
310
PENOLAKAN PEMERIKSAAN
Penyegelan
Bukti Permulaan/
Penyidikan
TERIMA KASIH
311
SENGKETA
PAJAK
312
PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK
313
Pengurangan, Penghapusan, dan/atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau
Surat Tagihan Pajak Pasal 36 Ayat 1
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
b. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
KEBERATAN WP
Pasal 25 ayat (1), ayat (7) UU No. 28 Tahun 2007 jo UU No 7 HPP
➢ SKPKB
➢ SKPKBT
➢ SKPLB
➢ SKP Nihil
➢ Pemotongan atau Pemungutan oleh Pihak Ketiga
Catatan :
➢ Pengajuan keberatan menunda pembayaran dan
pelaksanaan penagihan
➢ Satu Surat Keberatan untuk satu jenis pajak dan satu
Tahun Pajak
314
SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
Pasal 25 ayat (2), ayat (3), ayat (4) UU No. 28 Tahun 2007 jo UU No 7 HPP
315
POKOK PERUBAHAN Undang-Undang HPP
CONTOH KEBERATAN
Contoh 1:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan = Rp100.000.000,00
Contoh 2:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00
Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp 30.000.000,00
316
PENYELESAIAN SURAT KEBERATAN
Pasal 26 ayat (1), (2), (3), dan (5) UU No. 28 Tahun 2007 jo UU No 7 HPP
PERMOHONAN BANDING
Pasal 27 ayat (1), (2), (3), dan (5) UU No. 28 Tahun 2007 jo UU No 7 HPP
ATAS
KEPUTUSAN KEBERATAN
317
KETENTUAN
PENTING
BANDING
1. Pengajuan banding menunda jatuh tempo pelunasan pajak yang
belum dibayar sampai 1 bulan sejak terbit putusan banding.
2. Jumlah pajak yang diajukan banding belum merupakan utang pajak
sehingga tidak perlu dibayarkan
3. Apabila permohonan banding ditolak, dikenai denda sebesar 100%
dari pajak yang belum dilunasi.
4. Wajib Pajak berhak memperoleh keterangan secara tertulis
mengenai dasar keputusan keberatan.
318
CONTOH BANDING
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00
GUGATAN WP ATAU
PENANGGUNG PAJAK TERHADAP :
Pasal 23 ayat (2) UU No. 28 Tahun 2007 jo UU No 7 HPP
319
PENGADILAN PAJAK
Dasar Hukum
• Undang-Undang No. 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak
• Undang-Undang Cipta kerja dan
Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan
• Peraturan pelaksanaan terkait
PENGADILAN PAJAK
BANDING GUGATAN
320
1.Kuasa Hukum
Pasal 34
2. Banding
Ruang lingkup
Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam
hal Wajib Pajak tidak dapat menerima keputusan
keberatan atas suatu surat ketetapan pajak.
Dengan demikian ketentuan mengenai banding
mengatur tatacara dalam hal terdapat sengketa
mengenai materi atau dasar pengenaan pajak
antara Wajib Pajak dan fiskus yang telah melalui
proses keberatan.
321
Persiapan Persidangan (Pasal 44) Banding
5. Surat Bantahan
(30 hari)
4. Salinan Surat Uraian Banding
(14 hari)
Wajib Pajak/
Pembanding
Ruang lingkup
Gugatan merupakan upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan
penagihan pajak atau terhadap keputusan
yang dapat diajukan gugatan berdasarkan
peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
322
Persiapan Persidangan Gugatan
(30 hari)
5. Surat Bantahan
4. Salinan Surat Tanggapan
Wajib Pajak/ (14 hari)
Penggugat
TERIMA KASIH
323
TINDAK PIDANA
Perpajakan
324
Pengertian
Tindakan melanggar Undang-undang pajak yang Tindak Pidana
dilakukan seseorang sehingga tindakan tersebut dapat Pajak
dipertanggungjawabkan oleh Undang-undang pajak
sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat dihukum
(Prianto Budi S.)
Pasal 38 UU KUP:
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi
administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan pajak
atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut
tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi pidana
1. Kealpaan
JENIS TINDAK Termasuk dalam kategori ini adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud di
Pasal 38 dan Pasal 41 Ayat (1) UU KUP. Kealpaan yang dimaksud di sini
PIDANA PAJAK berarti tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan
kewajibannya, sehingga perbuatan tersebut menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
2. Kesengajaan
Termasuk dalam kategori ini adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud di
Pasal 39 Ayat (1), Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41 (2), dan Pasal 43 UU KUP.
Ini jenis pelanggaran-pelanggaran yang paling banyak diancam dalam UU
KUP. Perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja dikenakan
sanksi yang berat mengingat pentingnya peranan penerimaan pajak dalam
penerimaan negara.
3. Percobaan
Termasuk dalam kategori ini adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud di
Pasal 39 Ayat (3) UU KUP. Tindak pidana percobaan menurut pasal ini
dibatasi untuk hal-hal yang berkaitan dengan: penyalahgunaan atau
penggunaan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP atau penyampaian SPT
dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak.
325
JENIS TINDAK
PIDANA PAJAK
4. Pengulangan
Termasuk dalam kategori ini adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud di Pasal 39 Ayat (2) UU KUP. Tindak pidana percobaan
terkait erat kaitannya dengan kesengajaan. Untuk mencegah
terjadinya pengulangan tindak pidana di bidang perpajakan, maka
bagi mereka yang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat satu tahun sejak selesainya menjalani
sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan
pidana lebih berat, yaitu dilipatkan dua kali dari ancaman pidana
sebelumnya.
2. Pejabat
Pasal 41 Ayat (1) dan Pasal 41 Ayat (2) UU KUP. Pejabat yang dimaksud
adalah pejabat yang berwenang dalam bidang perpajakan. Pejabat tersebut
dapat diancam sanksi pidana dalam hal: karena kealpaannya tidak memenuhi
kewajiban merahasiakan atau dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya
sebagaimana dimaksud Pasal 34 UU KUP.
326
Yang Diancam
3. Pihak Ketiga
Yang dimaksud pihak ketiga adalah setiap orang yang wajib memberi
Sanksi Pidana
keterangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti
yang tidak benar (Pasal 41A UU KUP). Termasuk juga yang menyuruh
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana perpajakan (Pasal 43 ayat (2) UU KUP).
Jenis Sanksi
Pidana Dan Jenis Sanksi Pidana
Daluwarsa Jenis sanksi pidana secara umum dibagi menjadi dua, yaitu yang
berbentuk hukuman fisik (penjara atau kurungan) dan yang berupa
Tindak Pidana denda (baik yang didasarkan atas jumlah utang pajak maupun tidak).
Perpajakan Sedangkan sifat pengenaan kedua bentuk sanksi tersebut dapat bersifat
kumulatif (dikenakan kedua-duanya) atau dapat bersifat alternatif
(dikenakan salah satunya).
327
Delik Kealpaan
Pasal 13A UU KUP:
Pasal 38 UU KUP
Task 5
Pasal 38 Dihapus
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap,Task
atau
3
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, didenda paling sedikit 1
(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
Task 1
kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali
January - March
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3
(tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara di pidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar”.
328
Pasal 39 Ayat (2) UU KUP Pemberatan Sanksi Pidana
Pasal 39 Ayat (2) UU KUP ini sama dengan materi isi di ayat satunya. Inti Pasal 39
Ayat (2) UU KUP ini adalah mengenai unsur syarat tambahan untuk memperberat
pidana dan bukan unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya tindak pidana.
Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana bukan merupakan unsur pokok
tindak pidana yang bersangkutan, artinya tindak pidana itu terjadi adanya unsur ini.
329
Delik Kesengajaan Pasal 39A UU KUP
Pasal 39 Ayat 1 dan 39 A UU KUP ini mengatur delik yang dilakukan dengan unsur
kesegajaan. Perbedaan antara Pasal 39 Ayat (1) dan 39A UU KUP ini terletak pada perbuatan
yang diatur atau dicakup. Pasal 39A UU KUP adalah delik kesengajaan yang berfokus pada
pemotongan atau pemungutan pajak (terkait dengan PPN dan PPh Pemotongan/Pemungutan)
yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan penerbitan Faktur Pajak tetapi belum
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 39A UU
KUP ini tidak mensyaratkan adanya pembuktian kerugian pada pendapatan negara.
330
Delik Penyertaan Pasal 43 Ayat (1) UU KUP
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan
Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari
Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh
melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
Sebelumnya:
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun
Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
331
POKOK PERUBAHAN Undang-Undang HPP
(1a) Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan DJP yang menerima surat perintah pemeriksaan bukti permulaan.
Sebelumnya
Tidak ada
(2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut
petugas DJP, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan
Kementerian Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Sebelumnya:
Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas DJP,
Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Sebelumnya:
2. Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
j. Menghentikan penyidikan; dan/atau
3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan
hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana
332
POKOK PERUBAHAN Undang-Undang HPP
(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan setelah Wajib Pajak atau tersangka melunasi:
a. Kerugian pada pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ditambah dengan sanksi
administratif berupa denda sebesar 1 (satu) kali jumlah kerugian pada pendapatan negara
b. Kerugian pada pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ditambah dengan sanksi
administratif berupa denda sebesar 3 (tiga) kali jumlah kerugian pada pendapatan negara; atau
c. Jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39A ditambah dengan sanksi administratif berupa denda
sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak
(2a) Dalam hal perkara pidana telah dilimpahkan ke pengadilan, terdakwa tetap dapat melunasi:
a. Kerugian pada pendapatan negara ditambah dengan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a atau huruf b; atau
b. Jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak ditambah dengan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
333
POKOK PERUBAHAN Undang-Undang HPP
(2b) Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a), menjadi pertimbangan untuk
dituntut tanpa disertai penjatuhan pidana penjara.
(2c) Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak, tersangka, atau terdakwa
pada tahap penyidikan sampai dengan persidangan belum memenuhi jumlah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), atas pembayaran tersebut dapat diperhitungkan sebagai
pembayaran pidana denda yang dibebankan kepada terdakwa.
(3) Dihapus
Sebelumnya:
(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya
dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 3 (tiga) kali jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. ***)
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai permintaan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan PMK
Sebelumnya
Tidak ada
334
POKOK PERUBAHAN Undang-Undang HPP
TERIMA KASIH
335