Anda di halaman 1dari 105

djp

PPN &
PPnBM
www.pajak.go.id
Karakteristik PPN

www.pajak.go.id
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

01 Pajak atas konsumsi


di Dalam Negeri

02 Pajak
Tidak Langsung

Multi Stage
03 Non Cummulative

04 Pajak Objektif

www.pajak.go.id
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

01 Pajak atas konsumsi


di Dalam Negeri

www.pajak.go.id
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

02 Pajak
Tidak Langsung

www.pajak.go.id
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

03 Multi Stage
Non Cummulative

Contoh :
Siklus penyerahan pakaian

www.pajak.go.id
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

Timbulnya kewajiban pajak sangat


ditentukan oleh adanya objek pajak

04 Pajak Objektif
Kondisi subjektif subjek pajak tidak
relevan

Tidak memperhatikan azas keadilan


pemungutan pajak

Dampak regresif* (kesenjangan beban pajak)

* Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen BKP


Mewah dikenakan PPnBM di samping PPN

www.pajak.go.id
Apa itu NILAI TAMBAH?


Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena
dipakainya faktor-faktor produksi di setiap jalur
perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau
pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.
Semua biaya untuk mendapatkan dan
mempertahankan laba, termasuk bunga modal, sewa
tanah, upah kerja, dan laba pengusaha, adalah
merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi
dasar pengenaan PPN.
- Penjelasan UU PPN 1984

www.pajak.go.id
History Undang-Undang PPN

UU no 8 tahun 1983 tentang


Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan UU no 18 tahun 2000 UU no 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja
atas Barang Mewah

1 3 4 5 6
UU no 7 tahun 2021
UU no 42 tahun 2009 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan

UU no 11 tahun 1994

www.pajak.go.id
4
Sebutan untuk Dasar Hukum PPN

Sesuai dengan Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8


Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM
beserta perubahannya, undang-undang yang menjadi dasar hukum
pemungutan PPN ini dapat disebut dengan

“Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984”

www.pajak.go.id
Subjek PPN

www.pajak.go.id
Pengusaha Kena Pajak 4
Subjek Pajak

Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha adalah
Orang pribadi atau badan dalam bentuk adalah
apapun yang dalam kegiatan usaha Pengusaha yang melakukan
atau pekerjaannya menghasilkan penyerahan BKP dan/atau JKP
barang, mengimpor barang, yang dikenai pajak berdasarkan
mengekspor barang, melakukan usaha UU PPN
perdagangan, memanfaatkan barang (Pasal 1angka 15 UU PPN)
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean
(Pasal 1angka 14 UU PPN) Pengusaha Kecil
Pengusaha yang selama satu
tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP
dengan jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan bruto tidak
lebih dari Rp4.800.000.000,-
(empat milyar delapan ratus juta
rupiah)
PMK 197/PMK.03/2013
Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, memungut, menyetor, melaporkan PPN dan
PPn BM Terutang kecuali Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
www.pajak.go.id
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP 4
Subjek Pajak

www.pajak.go.id
Kapan maksimal lapor PKP? 4
Subjek Pajak

PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak


2 Januari 2022 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Kediri.
Peredaran bruto selama tahun 2022 sebagai berikut:

www.pajak.go.id
Objek PPN

www.pajak.go.id
Objek PPN
Subjek Pajak
PA S A L 1 6 C PA S A L 1 6 D
PA S A L 4 ( 1 ) Kegiatan Membangun Sendiri Penyerahan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjual-belikan

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan Kegiatan membangun sendiri yang PPN dikenakan atas Penyerahan BKP berupa
atas: dilakukan tidak dalam kegiatan usaha aktiva yang menurut tujuan semula tidak
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean atau pekerjaan oleh orang pribadi atau untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali
yang dilakukan oleh Pengusaha; badan yang hasilnya digunakan sendiri atas Penyerahan aktiva yang Pajak
b. impor BKP; Masukan-nya tidak dapat dikreditkan
atau digunakan pihak lain yang batasan
c. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean menurut Pasal 9 ayat (8) huruf b dan c
oleh Pengusaha; dan tata caranya diatur dengan PMK
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari
Peraturan terkait: Pasal 9 (8) huruf b & c:
luar Daerah Pabean di dalam Daerah
PMK-61/PMK.03/2022 Pengkreditan Pajak Masukan tidak berlaku bagi
Pabean; pengeluaran:
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah b. perolehan BKP/JKP yang tidak ada hubungan
Pabean di dalam Daerah Pabean; Ketentuan langsung dengan kegiatan usaha;
f. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha • Luas minimal 200m2 c. perolehan/pemeliharaan kendaraan bermotor
Kena Pajak; • Saat terutang → Saat mulai dibangun sampai sedan dan station wagon, KECUALI sebagai
dengan selesai barang dagangan/disewakan
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh
• Tempat terutang → tempat bangunan didirikan
Pengusaha Kena Pajak; dan
h. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.
PPN Terutang: PPN Terutang: PPN Terutang:
11% x DPP 20% x 11% x Biaya Pembangunan (tdk termasuk tanah) 11% x DPP
(untuk ekspor berlaku tarif 0%) Faktur Pajak Kode 09
www.pajak.go.id
Objek PPN:
Pasal 4 (1) a

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A (1) UU PPN

BKP berupa persediaan dan/atau aktiva


Penyerahan hak atas BKP karena yang menurut tujuan semula tidak untuk
A perjanjian E diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan;

Pengalihan BKP karena perjanjian penyerahan BKP dari pusat ke


B sewa beli atau sewa guna usaha F cabang atau sebaliknya dan/atau
(leasing); antar cabang;

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka


Penyerahan BKP kepada pedagang perjanjian pembiayaan yang dilakukan
C perantara atau melalui juru H berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP
lelang; kepada pihak yang membutuhkan BKP.

Note:
Pasal 4(1) huruf g “penyerahan BKP secara konsinyasi”
Pemakaian sendiri dan/atau tidak lagi masuk dalam definisi penyerahan sejak
D pemberian cuma-cuma;
diundangkannya UU CIKA
www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf a

Penyerahan hak atas BKP


karena suatu perjanjian 02 TUKAR
MENUKAR

JUAL BELI
03 DENGAN
ANGSURAN
JUAL BELI

01 PERJANJIAN LAIN YANG


MENGAKIBATKAN
PENYERAHAN BKP
04
www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf b

Penyerahan Barang Kena Pajak Yang dimaksud dengan "pengalihan Barang Kena
dapat terjadi karena perjanjian sewa Pajak karena suatu perjanjian sewa guna usaha
beli dan/atau perjanjian sewa guna (leasing)" adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang
usaha (leasing)
disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha (leasing)
dengan hak opsi.

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh


Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian sewa
guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena
Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha
Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang
membutuhkan barang (lessee).

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf c

Penyerahan BKP kepada Yang dimaksud dengan "pedagang perantara"


Pedagang Perantara atau adalah orang pribadi atau badan yang dalam
melalui Juru Lelang kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama
sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas
dan untuk tanggungan orang lain dengan
mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya
komisioner.

Yang dimaksud dengan "juru lelang" adalah juru


lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh
Pemerintah.

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf d

Yang dimaksud dengan "pemakaian sendiri"


Pemakaian Sendiri dan
Pemberian Cuma-Cuma
adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawan, baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri.

Yang dimaksud dengan "pemberian cuma-


cuma" adalah pemberian yang diberikan
tanpa pembayaran baik barang produksi
sendiri maupun bukan produksi sendiri,
seperti pemberian contoh barang untuk
promosi kepada relasi atau pembeli.

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf e

Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva


Barang Kena Pajak berupa persediaan
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
dan/atau aktiva yang menurut tujuan
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat disamakan dengan pemakaian sendiri sehingga dianggap
pembubaran perusahaan sebagai penyerahan Barang Kena Pajak.

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah


penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat
(2) huruf e yaitu :
(Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan
huruf c)

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf f

Penyerahan BKP dari kantor Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari
pusat ke cabang atau satu tempat pajak terutang baik sebagai pusat
sebaliknya dan/atau maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan
penyerahan BKP antar cabang Barang Kena Pajak antartempat tersebut merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak.

Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat


tinggal atau tempat kedudukan.

Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi


usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan tempat
kegiatan usaha sejenisnya

www.pajak.go.id
Yang termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (1 ) huruf h

Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Dalam transaksi murabahah, bank syariah
Pengusaha Kena Pajak dalam rangka bertindak sebagai penyedia dana untuk
perjanjian pembiayaan yang membeli sebuah kendaraan bermotor dari
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah
yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha Kena Pajak bank syariah (Tuan B).
kepada pihak yang membutuhkan
Barang Kena Pajak Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank
syariah harus membeli dahulu kendaraan
bermotor tersebut dan kemudian menjualnya
kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang
ini, penyerahan kendaraan bermotor tersebut
dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha
Kena Pajak A kepada Tuan B

www.pajak.go.id
Yang TIDAK termasuk penyerahan BKP 4
Pasal 1A ayat (2 )

pengalihan Barang Kena Pajak dalam


Penyerahan BKP kepada
A makelar; D rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha, serta
pengalihan Barang Kena Pajak untuk
tujuan setoran modal pengganti
saham dengan syarat pihak yang
Penyerahan BKP untuk jaminan melakukan pengalihan dan yang
B utang-piutang; menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak; dan

Barang Kena Pajak berupa aktiva yang


Penyerahan BKP dalam hal PKP E menurut tujuan semula tidak untuk
C melakukan pemusatan tempat diperjualbelikan, yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan,
pajak terutang; dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b.
www.pajak.go.id
Objek PPN:
Penyerahan Khusus

www.pajak.go.id
Penyerahan Khusus: Kegiatan Membangun Sendiri 4
Pasal 16C UU PPN

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan


PPN KMS membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang
batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan
Mau bangun Bangun
apa lagi pak?
semangat..
Yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri
adalah kegiatan membangun bangunan yang yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
Kecuali
20%x 11%x Total
Biaya
perolehan
tanah
Bangunan adalah satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau
Bangunan
dilekatkan adalah satu atau
secara tetap padalebih
satukonstruksi
kesatuan teknik yang ditanam
tanah dan/atau ataudengan
perairan
dilekatkan
kriteria : secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan
kriteria :
• konstruksi utamanya terdiri kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan
• konstruksi utamanya
sejenis, dan/atau baja;terdiri kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan
sejenis, dan/atau baja;
• diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
Wajib disetor max tgl 15 bulan berikutnya •

diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
• luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
www.pajak.go.id
Penyerahan Khusus: Contoh KMS 4
Pasal 16C UU PPN
Pada April 2022 Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal pribadinya.
Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya bangunan tersebut
adalah sebagai berikut:
• pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
• pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp180.000.000,
• biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?

Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 61/ 2022 PPN terutang atas KMS adalah:
= 20 % X TARIF PPN X DPP
= (20% X 11% ) X Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% X 11%) X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)

Dengan demikian, PPN terutang atas KMS oleh Bapak Budi adalah
= 20% X 11% X Rp250.000.000
= Rp 5.500.000
www.pajak.go.id
Penyerahan Khusus: Penyerahan BKP berupa 4
Aktiva yang semula tidak diperjualbelikan (Pasal 16D UU PPN)

Penyerahan BKP berupa


Aktiva yang semula tidak
diperjualbelikan
Kecuali atas aktiva yang PM
nya tidak dapat dikreditkan

Ex: Perolehan BKP yang tidak


mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha

www.pajak.go.id
Bukan Objek PPN

www.pajak.go.id
Bukan Barang Kena Pajak (Non BKP) 4
Pasal 4A ayat (2)

No Pasal 4 ayat (2) Pasal 4 ayat (2)


Sebelum UU HPP Sejak UU HPP
1 barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang Dihapus
diambil langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil
pertambangan batubara

2 barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh Dihapus


rakyat banyak

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering oleh usaha jasa boga atau katering, yang merupakan objek
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah
dan retribusi daerah

4 uang, emas batangan, dan surat berharga uang, emas batangan untuk cadangan devisa, dan surat
berharga.

www.pajak.go.id
Bukan Jasa Kena Pajak (Non JKP) 4
Pasal 4A ayat (3)

Pasal 4 ayat (3) Pasal 4 ayat (3)


Sebelum UU HPP Sejak UU HPP
a. jasa pelayanan kesehatan medik; a. Dihapus
b. jasa pelayanan sosial;
b. Dihapus
c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa keuangan; c. Dihapus
e. jasa asuransi; d. Dihapus
f. jasa keagamaan; e. Dihapus
g. jasa pendidikan; f. jasa keagamaan;
h. jasa kesenian dan hiburan; g. Dihapus
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; h. jasa kesenian dan hiburan;
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan i. Dihapus
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan j. Dihapus
dari jasa angkutan udara luar negeri; k. Dihapus
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum; menjalankan pemerintahan secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir; n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; o. Dihapus
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan p. Dihapus
q. Jasa boga atau katering q. Jasa boga atau katering

www.pajak.go.id
Tarif PPN

www.pajak.go.id
Tarif PPN

SEBELUM 1 SETELAH 1 APRIL


URAIAN
APRIL 2022 2022
TARIF NORMAL 10% 11%
dan akan menjadi 12%
paling lambat 1 Januari
2025
• EKSPOR BKP 0% 0%
• EKSPOR JKP
• EKSPOR BKPTB

www.pajak.go.id
Cara menghitung PPN

www.pajak.go.id
Cara Menghitung Pajak: Formula
Pasal 8A (1)

PPN=Tarif x DPP

www.pajak.go.id
Cara Menghitung Pajak: DPP
Pasal 8A (1)
Harga Jual (Pasal 1 angka 18)
Nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
Penggantian (Pasal 1 angka 19)
Nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP,
ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tidak termasuk PPN yang dipungut dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak, atau
Nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena
pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Nilai Impor (Pasal 1 angka 20)
Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan
PPnBM.

Nilai Ekspor (Pasal 1 angka 26)


Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh eksportir.

Nilai Lain

www.pajak.go.id
Cara Hitung Umum VS Besaran Tertentu

Perbedaan Cara hitung PPN PPN Menggunakan


secara umum Besaran Tertentu
Dasar Hukum Pasal 8A Pasal 9A

Cara Menghitung Tarif PPN x DPP Tarif x Formula Tertentu x


PPN Terutang DPP
(Harga
Jual/Penggantian/Nilai
Tertentu)
Pajak Masukan yang Dapat dikreditkan Tidak Dapat Dikreditkan*)
berhubungan
dengan penyerahan

*) PM tidak dapat dikreditkan karena pada prinsipnya telah diperhitungkan


atau dianggap telah dikreditkan dalam penghitungan Pajak Keluaran
dengan menggunakan besaran tertentu.

www.pajak.go.id
Ilustrasi
DPP Nilai Lain vs Besaran Tertentu

Penyerahan JKP: Rp1.000.000 Penyerahan JKP: Rp1.000.000


DPP berupa Nilai Lain sebesar 10% Besaran tertentu sebesar 1,1%

Maka: Maka:
DPP: 10% x Rp1.000.000=Rp100.000 DPP: Rp1.000.000
PPN: 11% x Rp100.000=Rp11.000 PPN: 1,1% x Rp1.000.000=Rp11.000

Penjual dapat mengkreditkan PM Penjual tidak dapat mengkreditkan PM

www.pajak.go.id
Contoh DPP Nilai Lain
No Jenis Penyerahan DPP Nilai Lain
1 Pemakaian sendiri BKP/JKP Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor

2 Pemberian cuma-cuma BKP/JKP Harga Jual atau Penggantian setelah


dikurangi laba kotor

3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang, atau sebaliknya, atau antar Harga pokok penjualan atau harga
cabang perolehan

4 Penyerahan film cerita Perkiraan hasil rata2/judul


5 Penyerahan produk hasil tembakau 9,9% x HJE
(PMK 63/PMK.03/2022)
6 BKP berupa persediaan/aktiva yang menurut tujuan semula tidak Harga pasar wajar
untuk diperjualbelikan yang masih tersisa saat pembubaran
7 Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara Harga disepakati
8 Penyerahan BKP melalui Juru Lelang Harga Lelang
PMK-75/PMK.03/2010 stdtd PMK 121/PMK.03/2015

www.pajak.go.id
Contoh Besaran Tertentu

www.pajak.go.id
Saat Terutang PPN

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Umum

” Pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual, artinya


terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan BKP atau JKP
meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau
belum sepenuhnya diterima atau pada saat impor BKP.

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Umum

Terutangnya PPN terjadi pada saat:


• penyerahan BKP; • pemanfaatan JKP dari
• impor BKP; luar Daerah Pabean;
• penyerahan JKP; • ekspor BKP Berwujud;
• pemanfaatan BKPTB • ekspor BKPTB; atau
dari luar Daerah • ekspor JKP.
Pabean;

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Khusus 1
Pembayaran diterima sebelum penyerahan

Dalam hal pembayaran diterima sebelum


penyerahan BKP atau sebelum penyerahan JKP atau
dalam hal pembayaran dilakukan sebelum
dimulainya pemanfaatan BKPTB atau JKP dari luar
Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah
pada saat pembayaran.

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Khusus 1 4
Pembayaran diterima sebelum penyerahan

Contoh:
Budi memesan furnitur ke PT Kayu Asli Jepara (PKP)
pada tanggal 10 Januari. Meskipun pesanan baru
jadi dan diserahkan pada tanggal 15 Februari,
tetapi karena Budi telah membayar lunas
pesanannya pada tanggal 10 Januari, maka PPN
terutang dan dipungut oleh PT Kayu Asli Jepara
pada tanggal 10 Januari.

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Khusus 2
Pemanfaatan BKPTB dan JKP dari luar daerah pabean

Terutangnya PPN terjadi pada saat


orang pribadi atau badan tersebut
mulai memanfaatkan BKPTB atau
JKP tersebut di dalam Daerah Pabean

Bukan terutang saat penyerahan!

www.pajak.go.id
Saat Terutang: Khusus 2
Pemanfaatan BKPTB dan JKP dari luar daerah pabean

Kapan pemanfaatan itu dimulai?


Mana yang terlebih dahulu terjadi antara peristiwa berikut:
1) saat BKPTB dan/atau JKP tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya;
2) saat harga perolehan BKPTB dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak
yang memanfaatkannya;
3) saat harga jual BKPTB dan/atau penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang
menyerahkannya; atau
4) saat harga perolehan BKPTB dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya
oleh pihak yang memanfaatkannya.
Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan tidak diketahui, saat dimulainya adalah tanggal
ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
www.pajak.go.id
Tempat Terutang PPN

www.pajak.go.id
Tempat Terutang: Umum
Objek PPN Tempat terutang
• penyerahan BKP PKP OP :
• penyerahan JKP; tempat tinggal dan/atau
• ekspor BKP Berwujud; tempat kegiatan usaha,
• ekspor BKP Tidak
Berwujud; atau PKP Badan:
• ekspor JKP. tempat kedudukan dan tempat
kegiatan usaha
Impor BKP tempat BKP dimasukkan dan
dipungut melalui DJBC
• Pemanfaatan BKP Tidak tempat tinggal atau tempat
Berwujud kedudukan dan/atau tempat
• Pemanfaatan JKP kegiatan usaha
dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean

www.pajak.go.id
Tempat Terutang: Khusus (1/4)
PKP memiliki satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar
tempat tinggal atau tempat kedudukannya

• Apabila PKP mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggal atau
tempat kedudukannya, setiap tempat tersebut merupakan tempat terutangnya pajak, dan PKP
dimaksud wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
• Apabila PKP mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang yang berada di wilayah kerja 1
KPP, untuk seluruh tempat terutang tersebut, PKP memilih salah satu tempat kegiatan usaha
sebagai tempat pajak terutang yang bertanggung jawab untuk seluruh tempat kegiatan usahanya,
kecuali apabila PKP tersebut menghendaki lebih dari 1 (satu) tempat pajak terutang, PKP wajib
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak.
• Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan tempat lain selain tempat tinggal
atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak terutang.

www.pajak.go.id
Tempat Terutang: Khusus (2/4)
Pemusatan/pemilihan tempat terutang

Apabila PKP terutang pajak pada lebih dari 1 (satu) tempat kegiatan usaha, PKP
tersebut dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya dapat menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memilih 1
(satu) tempat atau lebih sebagai tempat terutangnya pajak.

www.pajak.go.id
Tempat Terutang: Khusus (3/4)
Tempat terutang untuk kegiatan impor

Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di


tempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

www.pajak.go.id
Tempat Terutang: Khusus (4/4)
Tempat terutang untuk pemanfaatan
JKP dan BKPTB dari luar daerah pabean

Orang pribadi atau badan baik sebagai PKP maupun bukan PKP yang
memanfaatkan BKPTB dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
dan/atau memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean tetap terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat
kegiatan usaha orang pribadi atau di tempat kedudukan dan/atau
tempat kegiatan usaha badan tersebut.

www.pajak.go.id
Faktur Pajak

www.pajak.go.id
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:


▪ saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: ▪ saat penerimaan pembayaran dalam hal
▪ penyerahan BKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
▪ penyerahan JKP; penyerahan BKP dan/atau JKP;
▪ ekspor BKP berwujud; ▪ saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
▪ ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau
▪ saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud,
▪ ekspor JKP. dan/atau ekspor JKP; atau
▪ saat lain yang diatur berdasarkan PMK tersendiri.

www.pajak.go.id
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
▪ 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
▪ Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
▪ Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum
penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan penyerahan,
Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
▪ Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib dibuat
Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi, PKP
dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan dengan kode
transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
▪ Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.

PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
www.pajak.go.id
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (1/2)
Contoh 1:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT B dan menerima pembayaran dari PT B selama bulan
April 2022 sebagai berikut:
Harga Jual/
Tanggal Uraian
Pembayaran (Rp)
4 Penyerahan BKP 1.000.000
11 Penyerahan BKP 1.500.000
18 Penyerahan BKP 2.000.000
19 Penerimaan pembayaran dari PT B atas penyerahan tanggal 4 April 2022 1.000.000
25 Penyerahan BKP 2.500.000
26 Penerimaan pembayaran uang muka dari PT B untuk penyerahan yang 250.000
akan dilakukan pada bulan Mei 2022
30 Penyerahan BKP 3.000.000

Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode transaksi dan PT A memilih membuat Faktur Pajak
gabungan maka PT A wajib membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan dan pembayaran uang muka yang diterima pada bulan April 2022, yaitu dengan Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp10.250.000,00 (Rp1.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp2.000.000,00 + Rp2.500.000,00 +
Rp250.000,00 + Rp3.000.000,00).
www.pajak.go.id
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (2/2)
Contoh 2:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV C sebagai berikut:
a. penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April 2022; dan
b. pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 April
2022.
Berdasarkan data di atas maka PT A wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan kode transaksi 01
atas penyerahan (penjualan) BKP berupa komputer dan kode transaksi 04 atas penyerahan (pemberian
cuma-cuma) BKP berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal PT A memilih untuk membuat Faktur
Pajak gabungan maka PT A wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 01
yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa komputer yang dilakukan pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling lama tanggal 30 April 2022
dengan menggunakan kode transaksi 04 yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa keyboard dan
mouse komputer yang dilakukan pada bulan April 2022.

www.pajak.go.id
Keterangan dalam Faktur Pajak
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:
▪ nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;
▪ identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi:
• nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah;
• nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
• nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh;
▪ jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
▪ PPN yang dipungut;
▪ PPnBM yang dipungut;
▪ kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
▪ nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

NIK mempunyai kedudukan yang sama


dengan NPWP dalam rangka pembuatan
Faktur Pajak dan pengkreditan Pajak Masukan
→ Pasal 19A ayat (3) PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.

www.pajak.go.id
Contoh Pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak
▪ DPP normal:
Penyerahan garmen dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-nya dipungut dengan
tarif 11%.
▪ DPP Nilai Lain:
Pemakaian sendiri BKP dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 dan laba kotor sebesar
Rp10.000.000,00 yang PPN-nya dipungut dengan tarif 11%.
▪ Besaran Tertentu PPN:
Penyerahan kendaraan bermotor bekas dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-nya
dipungut dengan besaran tertentu sebesar 1,1% dari Harga Jual.

Dari ketiga contoh di atas maka pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak yaitu sebagai berikut:

Keterangan Normal Nilai Lain Besaran Tertentu PPN


Harga Jual 100.000.000 100.000.000 100.000.000
DPP 100.000.000 90.000.000 100.000.000
PPN 11.000.000 9.900.000 1.100.000

www.pajak.go.id
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang
01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
melakukan penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang Kode Transaksi
02 PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi
03 pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya. Termasuk Ya
07/08
07/08?
Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan Tidak
penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm. Termasuk Ya
05 02/03
Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP. 02/03?

Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang Tidak


06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 ayat (1)
UU PPN, penyerahan BKP kepada turis). Ya
Termasuk
06
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas tidak 06?
07 dipungut atau ditanggung pemerintah.
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan fasilitas dibebaskan dari pengenaan
08 PPN/PPnBM.
Termasuk Ya
04/05
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk 04/05?
09 diperjualbelikan cfm. Pasal 16D UU PPN yang PPN-nya dipungut oleh PKP
Tidak
yang melakukan penyerahan BKP.
01
Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran
▪ PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/
penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir, termasuk yang
Penyerahan
dilakukan melalui PMSE, merupakan PKP Pedagang Eceran.
Bukan Konsumen
→ Tidak ditentukan berdasarkan KLU.
Akhir
▪ PKP Pedagang Eceran dapat membuat Faktur Pajak eceran atas
penyerahan BKP/JKP kepada konsumen akhir tanpa mencantumkan
BKP/JKP identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual.
Termasuk melalui PMSE
• Faktur Pajak eceran dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan, segi
cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau
pembayaran lain yang sejenis
BKP/JKP → Dapat berbentuk elektronik.
Termasuk melalui PMSE Konsumen Akhir

Faktur Pajak eceran dapat juga dibuat atas:


Karakteristik Konsumen Akhir ▪ pemakaian sendiri BKP/JKP; dan
▪ pembeli barang dan/atau penerima jasa mengonsumsi secara ▪ pemberian cuma-cuma BKP/JKP kepada
langsung barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima; dan konsumen akhir.
▪ pembeli barang dan/atau penerima jasa tidak menggunakan atau ▪ penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan
memanfaatkan barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima untuk
kegiatan usaha.
www.pajak.go.id
Pembetulan/Penggantian dan Pembatalan Faktur Pajak
bagi PKP Pedagang Eceran

Rp…

PKP pedagang eceran dapat melakukan


Rp 25.500,00 pembetulan atau penggantian dan
Rp299.000,00
Rp 32.990,00
pembatalan Faktur Pajak sesuai dengan
Rp 6.500,00 kelaziman usaha PKP pedagang eceran.
Rp363.990,00
Rp400.000,00
Rp 36.010,00

www.pajak.go.id
Persyaratan Formal dan Material Faktur Pajak

Faktur Pajak harus memenuhi:

Persyaratan Formal Persyaratan Material


Berisi keterangan yang sebenarnya
Diisi secara benar, lengkap, dan jelas atau sesungguhnya mengenai
sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP
UU PPN atau ketentuan Pasal 13 ayat (6) berwujud, ekspor BKP tidak berwujud,
UU PPN untuk dokumen tertentu yang ekspor JKP, impor BKP, atau pemanfaatan
kedudukannya dipersamakan dengan BKP tidak berwujud dan/atau
Faktur Pajak pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean

www.pajak.go.id
Faktur Pajak Tidak Lengkap, Terlambat Dibuat, dan Dianggap Tidak Dibuat

Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan formal TERLAMBAT DIBUAT

▪ e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak melewati saat
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang eceran seharusnya Faktur Pajak dibuat.
tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) PER.
▪ Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
▪ Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu 3 bulan
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.

PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak, dan/atau
dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

www.pajak.go.id
Contoh Faktur Pajak Tidak Lengkap
PT I merupakan PKP yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri (pabrikan) sepatu. Berdasarkan surat pengukuhan PKP, diketahui PT I
memiliki NPWP 03.456.789.1-012.000 dan beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42G, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Selain
menjual sepatu kepada distributor, PT I juga melakukan penjualan kepada pembeli dengan karakteristik konsumen akhir melalui toko ritelnya
yang bernama Toko I-Sepatu.
a. PT I menjual sepatu kepada distributor Tuan Ogi, warga negara Indonesia orang pribadi, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42B,
Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak dengan mencantumkan
identitas Pembeli BKP sebagai berikut:
Nama : Ogi
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 42B, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190
NPWP : 00.000.000.0-000.000
NIK/paspor : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena Faktur Pajak tidak mencantumkan keterangan cfm.
Pasal 5 huruf b angka 2 PER, yaitu mencantumkan NPWP 00.000.000.0-000.000, tetapi tidak mencantumkan NIK.
b. PT I menjual sepatu kepada distributor CV J, NPWP 72.345.678.9-012.000. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
dengan mencantumkan kode transaksi 04 pada isian kode dan NSFP. Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak
lengkap karena Faktur Pajak berisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara cfm. Lampiran huruf B angka 2 huruf a angka 1) PER,
yaitu mencantumkan kode transaksi 04, seharusnya kode transaksi 01.
c. PT I menjual sepatu kepada konsumen akhir Nyonya Fio melalui Toko I-Sepatu. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
bagi PKP pedagang eceran berupa faktur penjualan dengan mencantumkan identitas penjual BKP sebagai berikut:
Nama : PT I
NPWP : 03.456.789.1-012.000
Alamat : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) huruf a PER, yaitu tidak mencantumkan alamat PT I.
www.pajak.go.id
Contoh Faktur Pajak Terlambat Dibuat dan Tidak Terlambat Dibuat
4
Contoh 1:
PT K yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV L yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 12 April 2022. PT K membuat Faktur Pajak pada tanggal 13 April 2022 dengan mengisi kolom
tanggal Faktur Pajak 13 April 2022. Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat.
▪ PT K dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
▪ Dalam hal CV L merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Contoh 2:
Berdasarkan Contoh 1 pada slide 3.5.1:
PT H melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022, membuat e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal
Faktur Pajak 11 April 2022, dan mengunggah (meng-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur
pada tanggal 14 Mei 2022. e-Faktur tersebut diberikan persetujuan dari DJP.
Faktur Pajak yang dibuat oleh PT H tersebut bukan merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat karena
meskipun diunggah (di-upload) ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP pada tanggal 14 Mei 2022, tetapi
tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut sama dengan tanggal saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat, yaitu tanggal 11 April 2022.
www.pajak.go.id
Contoh Faktur Pajak Dianggap Tidak Dibuat
4
CV M yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT N yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 20 April 2022. Namun, tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak yaitu
20 Juli 2022.
Dengan demikian, Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang dianggap tidak dibuat karena dibuat
setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, yaitu setelah melewati
tanggal 19 Juli 2022.
▪ CV M dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
▪ Dalam hal PT N merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

www.pajak.go.id
Pengkreditan
Pajak Masukan

www.pajak.go.id
Pajak Masukan

Pasal 1 angka 24 UU PPN:

Pajak Masukan adalah PPN yang


seharusnya sudah dibayar oleh
PKP karena:
• perolehan BKP dan/atau JKP; Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
• pemanfaatan BKP tidak Pajak

berwujud dan/atau JKP dari luar Dokumen tertentu yang kedudukannya


dipersamakan dengan Faktur Pajak
Daerah Pabean; dan/atau
• impor BKP. Dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak

www.pajak.go.id
Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan


dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama

Bagi PKP yang telah melakukan penyerahan BKP,


penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau ekspor JKP
namun dalam suatu Masa Pajak tidak terdapat
penyerahan dan/atau ekspor dimaksud, Pajak
Masukan dalam Masa Pajak dimaksud tetap dapat
dikreditkan oleh PKP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

www.pajak.go.id
Syarat Pengkreditan PM
Pasal 9 ayat (2b) UU PPN:

Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan
ayat (9) UU PPN.
Persyaratan Formal Persyaratan Material
Diisi secara benar, lengkap, dan jelas Berisi keterangan yang sebenarnya
sesuai dengan ketentuan: atau sesungguhnya mengenai
• Pasal 13 ayat (5) UU PPN, untuk penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor
Faktur Pajak; atau BKP berwujud, ekspor BKP tidak
• Pasal 13 ayat (6) UU PPN, untuk berwujud, ekspor JKP, impor BKP, atau
dokumen tertentu yang pemanfaatan BKP tidak berwujud
kedudukannya dipersamakan dengan dan/atau pemanfaatan JKP dari luar
Faktur Pajak. Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

www.pajak.go.id
Saat Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 ayat (2) UU PPN:
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama. [Pasal 62 PMK-18/2021]
Pasal 9 ayat (9) UU PPN:
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) Masa
Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang belum dibebankan
sebagai biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan BKP atau JKP serta
memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan UU PPN. [Pasal 63 PMK-18/2021]

ILUSTRASI
Faktur Pajak Pajak Masukan dapat dikreditkan oleh PKP pada:
Masukan
tanggal
21 Jul 2022
ATAU ATAU ATAU

MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK


JUL 2022 AGT 2022 SEP 2022 OKT 2022

www.pajak.go.id
Kriteria Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan


langsung dengan kegiatan usaha (Pasal 9 ayat (8) huruf b)

Pengkreditan perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
Pajak Masukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
tidak dapat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP
diberlakukan bagi atau penerima JKP (Pasal 9 ayat (8) huruf f)
pengeluaran
untuk:
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar
Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) (Pasal 9 ayat (8)
huruf g)

www.pajak.go.id
Pengkreditan PM bagi PKP yang
belum melakukan penyerahan BKP/JKP

Pengaturan atas PM sebelum PKP melakukan penyerahan terutang PPN:


▪ Bagi PKP yang belum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP, PM atas
perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan
sesuai dengan Undang-Undang ini.
(dapat dikreditkan atas semua perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan penyerahan BKP/JKP).
▪ LB dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi di akhir tahun buku.
▪ Jika 3 tahun pertama sejak mengkreditkan belum ada penyerahan BKP/JKP,
PPN menjadi tidak dapat dikreditkan (dibatalkan).
Pasal 9 ayat (2a) & ayat (6a)

www.pajak.go.id
Pengkreditan PM bagi Pengusaha sebelum dikukuhkan menjadi PKP

PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP


Deemed
serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
Pajak pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di
Masukan dalam Daerah Pabean sebelum Pengusaha
80% dikukuhkan sebagai PKP, dapat dikreditkan
oleh PKP dengan menggunakan pedoman
pengkreditan PM sebesar 80% dari Pajak
Keluaran yang seharusnya dipungut.

www.pajak.go.id
Pengkreditan PM yang ditemukan saat Dilakukan Pemeriksaan

PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta


pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP
Sesuai dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang tidak
Bukti dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang diberitahukan
Faktur
Pajak yang dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
dimiliki dapat dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan
pengkreditan sesuai dengan Undang-Undang ini.

www.pajak.go.id
Pengkreditan PM yang ditagih dengan ketetapan pajak

PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta


pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang ditagih
Sebesar
dengan penerbitan ketetapan pajak dapat dikreditkan oleh
POKOK PKP sebesar jumlah pokok PPN yang tercantum dalam
PAJAK ketetapan pajak dengan ketentuan ketetapan pajak dimaksud
telah dilakukan pelunasan dan tidak dilakukan upaya hukum
serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan
Undang-Undang ini.

www.pajak.go.id
Perlakuan Kelebihan
Pajak Masukan

www.pajak.go.id
Perlakuan Kelebihan PM: Umum

Kelebihan Pajak Masukan


(PM > PK)

Dimintakan
Kompensasi ke
kembali di akhir
masa berikutnya
tahun buku

www.pajak.go.id
Perlakuan Kelebihan PM: Pengecualian

• melakukan ekspor BKP


Berwujud

PKP • melakukan penyerahan BKP dan/atau


JKP kepada Pemungut PPN
Pengembalian
Berisiko • melakukan penyerahan BKP dan/atau Dapat
JKP yang tidak dipungut PPN Dilakukan
Rendah • melakukan ekspor BKP Per Masa Pajak
Berwujud
• melakukan ekspor JKP

Turis asing

www.pajak.go.id
Perlakuan Kelebihan PM: Restitusi
UMUM

Pemeriksaan SKPLB

PENGECUALIAN

Penelitian Pengembalian Pendahuluan


Kelebihan Pembayaran Pajak
• WP Kriteria Tertentu

• WP memenuhi persyaratan tertentu

• PKP Berisiko Rendah

www.pajak.go.id
Perlakuan Kelebihan PM: Restitusi Turis Asing
PASAL 16E UU PPN
PPN dan PPnBM yang sudah dibayar atas pembelian BKP yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh
orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat diminta Kembali.

SYARAT
1. nilai PPN paling sedikit Rp500.000,00
2. pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan sebelum
keberangkatan ke luar Daerah Pabean
3. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5), kecuali pada kolom NPWP dan alamat pembeli diisi dengan nomor
paspor dan alamat lengkap di negara yang menerbitkan paspor atas
penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak
mempunyai NPWP.

TATA CARA
1. dilakukan pada saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia
2. disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak di bandar udara
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
3. dilampiri paspor, boarding pass keberangkatan ke luar Daerah Pabean, Faktur Pajak

www.pajak.go.id
Pemungut PPN

www.pajak.go.id
Jenis Pemungut selain PKP Penjual

Pemungut Pasal 16A UU PPN

Pihak Lain Pasal 32A UU KUP

www.pajak.go.id
Pemungut Pasal 16A UU PPN:
Pihak yang menerima penyerahan BKP/JKP


Instansi Pemerintah

•Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan


gas bumi dan kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang
izin pengusahaan sumber daya panas bumi

•BUMN, BUMN restrukturisasi, dan perusahaan tertentu


yang dimiliki secara langsung oleh BUMN

•Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi


Produksi (IUPK OP)

Pemungut Pasal 16A UU PPN •


Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah

www.pajak.go.id
Pihak Lain Pasal 32A UU KUP: Pihak yang terlibat langsung
atau memfasilitasi transaksi antarpihak yang bertransaksi

•Pelaku Usaha PMSE yang terdiri dari Pedagang Luar


Negeri, Penyedia Jasa Luar Negeri, Penyelenggara PMSE
Luar Negeri, dan/atau Penyelenggara PMSE Dalam Negeri


Marketplace Pengadaan atau Ritel Daring Pengadaan

•Penyelenggara PMSE yang memfasilitasi transaksi aset


kripto

Pihak Lain Pasal 32A UU KUP

www.pajak.go.id
Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
(PPnBM)

www.pajak.go.id
Pajak Penjualan atas Barang Mewah

” Tambahan pajak di samping PPN yang dikenakan terhadap impor


dan penyerahan barang-barang tertentu yang termasuk dalam
kategori barang mewah oleh pengusaha yang menghasilkan barang
tersebut.

www.pajak.go.id
PPnBM: Kriteria BKP tergolong Mevvah

• Bukan kebutuhan pokok


• Dikonsumsi oleh
masyarakat tertentu
• Umumnya dikonsumsi oleh
masyarakat
berpenghasilan tinggi
• Dikonsumsi untuk
menunjukkan status

www.pajak.go.id
PPnBM: Pertimbangan Pengenaan

• Keseimbangan pembebanan pajak


antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan tinggi
• Pengendalian pola konsumsi atas BKP
yang tergolong mewah
• Perlindungan terhadap produsen kecil
atau tradisional
• Mengamankan penerimaan negara

www.pajak.go.id
PPnBM: Karakteristik

Ekspor BKP
Pungutan
Dikenakan Tidak dapat Mewah: PPnBM
tambahan di
1 kali dikreditkan bisa direstitusi.
samping PPN Sepanjang PPnBMnya belum
dibebankan sebagai biaya

• Saat Impor, baik


oleh PKP maupun
non PKP
• Saat Penyerahan
oleh PKP yang Termasuk pengertian menghasilkan:
menghasilkan • Merakit
• Memasak
• Mencampur
• Mengemas
• Membotolkan

www.pajak.go.id
PPnBM: Tarif

Paling rendah Paling tinggi

10% 200%
•Kelompok BKP yg
tergolong mewah yang
dikenai PPnBM diatur
Khusus ekspor

0%
dengan Peraturan
Pemerintah
•Jenis Barang yg dikenai
PPnBM diatur dengan
atau berdasarkan PMK

www.pajak.go.id
PPnBM: Kategori BKP Tergolong Mevvah

Kendaraan Bermotor
Tarif PPnBM atas impor/penyerahan ditentukan berdasarkan:
- Kapasitas silinder
- Konsumsi bahan bakar minyak atau tingkat emisi CO2
- Teknologi yang digunakan
PP 73/2019 stdtd PP 74/2021; PMK-141/PMK.010/2021 stdtd PMK 42/2022

Selain Kendaraan Bermotor


PP 61/2020; PMK-96/PMK.03/2021

www.pajak.go.id
PPnBM: Pengecualian

• Kendaraan dalam bentuk CKD (completely knocked


down)
• Kendaraan dalam bentuk sasis
• Kendaraan Pengangkutan Barang
• Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder sampai dengan 250 cc
• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam
belas) orang atau lebih termasuk pengemudi.

www.pajak.go.id
PPnBM: Pembebasan

• Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,


kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum
• Kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan
• Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi
silinder yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI
• Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.

www.pajak.go.id
PPnBM: Pengertian Menghasilkan
PPnBM terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan yang menghasilkannya
Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan adalah kegiatan:

Merakit: menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti
merakit mobil, barang elektronik, dan perabot rumah tangga;

Memasak: mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain maupun tidak;

Mencampur: mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu atau lebih barang lain;

Mengemas: menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk
meningkatkan pemasarannya

Membotolkan: memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup menurut cara tertentu; serta
kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan
tersebut.

Pengenaan PPnBM atas impor BKP yang tergolong mewah tidak memperhatikan siapa yang mengimpor BKP tersebut, serta tidak
memperhatikan apakah impor tersebut dilakukan secara terus menerus atau hanya sekali saja.

www.pajak.go.id
Penyetoran &
Pelaporan

www.pajak.go.id
Fungsi SPT PPN
Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang terutang dan untuk
melaporkan tentang
• pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan
• pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai
Bagi PKP dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sarana untuk melaporkan dan


mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan disetorkannya
Bagi
Pemungut

www.pajak.go.id
SPT PPN harus Diisi secara

Benar Jelas

Lengkap Ditandatangani

www.pajak.go.id
Jenis SPT Masa PPN

digunakan oleh PKP untuk melaporkan penghitungan dan/atau

1111 pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang PPN

1111DM
digunakan oleh PKP yang menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan

digunakan oleh:

1107PUT a. pemungut PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 16A UU PPN selain
instansi pemerintah, dan
b. pihak lain sebagaimana diatur dalam Pasal 32A UU KUP

Untuk Instansi pemerintah -> Surat Pemberitahuan Unifikasi Instansi Pemerintah

www.pajak.go.id
Penyetoran

Pajak Keluaran > Pajak Masukan -> selisihnya merupakan PPN yang harus
disetor oleh PKP

Batas penyetoran PPN -> Paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.

Batas penyampaian SPT Masa PPN -> Paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak sesuai dengan Pasal 15A ayat (2) UU PPN.

Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran PPN terutang berdasarkan Surat


Pemberitahuan Masa PPN dan/atau keterlambatan penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa PPN, PKP tetap dikenai sanksi administrasi sebagaimana diatur
dalam UU KUP

www.pajak.go.id
TERIMA KASIH
PAJAK KITA, UNTUK KITA

Anda mungkin juga menyukai