Anda di halaman 1dari 60

RASMON., S.E., M.Ak., CAP.

, CTT
LULUSAN DIII AKUNTANSI UNRI
LULUSAN S1 AKUNTANSI UNRI (KONS. PERPAJAKAN)
MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS RIAU

Pemegang Sertifikat Cumlaude, Pemuncak I (DIII Akuntansi Unri).


Sertifikasi (Certified Accurate Profesional)
Sertifikasi (Certified Tax Texchinician).

2012 s/d 2013 Auditor Di KAP Drs. Hardi


2013 s/d 2014 PT Bank Rakyat Indonesia
2016 s/d 2021 Praktisi Akuntan di Beberapa perusahaan swasta (Freight Forwading).
2015 s/d sekarang Pengajar Akuntansi dan Perpajakan LKP Sahabat Prestasi
2020 s/d sekarang. Pimpinan LKP Sahabat Prestasi.

Keanggotaan Profesi
Ikatan Akuntan Indonesia (Anggota Madya)
Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (Akp2i)
Ikatan Teknisi Pajak Indonesia
BREVET
A dan B
Penghitungan PPh Badan
LABA FISKAL DIKURANGI KOMPENSASI KERUGIAN

PENGHASILAN KENA PAJAK


REKONSILIASI FISKLAL

Dikalikan Tarif PPh Pasal 17, 31E

= PPh TERUTANG

Dikurangi KREDIT PAJAK:


- DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK
LAIN (pasal 22,23,24)
LABA
KOMERSIAL - DIBAYAR SENDIRI (pasal 25)

= PPh KURANG (LEBIH) BAYAR

PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA 3


PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP dan Pasal 12 UU PPh

• WP BADAN wajib menyelenggarakan


Pembukuan;
• Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut;
• Wajib disimpan selama 10 tahun.
4
Kewajiban Pembukuan
• Didasarkan pada itikad baik atau pada “adat
kebiasaan pedagang yang baik” dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya;
• Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas
atau stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak;
• Diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan.
5
Subyek Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan

6
Sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi :
PT, CV, perseroan lainnya, BUMN, BUMD,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap

PPhBadan/2020 1
SUBYEK PAJAK BADAN

DALAM NEGERI: LUAR NEGERI

Badan didirikan di Badan yg tdk


Indonesia atau bertempat didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia kedudukan di Indonesia

MENJALANKAN USAHA/
KEGIATAN MELALUI BUT DI IND
MENERIMA / MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT
B U T meliputi;

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk eksplorasi pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
• A gen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi
atau menanggung resiko di Indonesia
• Gudang;
• Ruang untuk promosi dan penjualan; dan
• Dedicated server untuk kegiatan usaha melalui internet
No. Subjek Pajak Mulai Berakhir
1 Badan Dalam Negeri Pada saat badan Pada saat dibubarkan
didirikan atau atau tidak lagi bertempat
bertempat kedudukan di
kedudukan di
2 Bentuk Usaha Tetap Pada saat badan Pada saat badan tidak
(BUT) menjalankan usaha lagi menjalankan usaha
atau melakukan atau melakukan kegiatan
kegiatan melalui BUT melalui BUT

3 Luar Negeri Non-BUT Pada saat Pada saat tidak lagi


badan menerima menerima atau
atau memperoleh penghasilan
memperoleh dari Indonesia
penghasilan dari
Indonesia
BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING;

ORGANISASI INTERNASIONAL;
YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA
MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA /
KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD
PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA
ANGGOTA

UNIT TERTENTU DARI BADAN PEMERINTAH dg syarat:


Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah;
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
WAJIB PAJAK
ORG. PRIBADI
BADAN
Usahawan/Pekerja
KARYAWAN bebas
Omzet>=4,8
Omzet<4,8M M
1.
Menghitung Perkiraan/No
Gaji Bersih rma Pembukuan Pembukuan
Penghasilan
Bersih
2.
Menghitung Dikurangi PTKP Tidak Dikurangi
Penghasilan PTKP
Kena Pajak

3.
Tarif PPh Orang Tarif PPh
Pengeanaan
PPh ( Tarif) Pribadi Badan

PPhBa 1
Badan

Omset < Rp Omset>= Rp


4,8 Milyar 4,8 M

PP 23 Tahun Pasal 17 UU
2018 PPh
(opsional)

PPhBa 1
PAJAK
PENGHASILAN
DIKENAKAN

WAJIB
PAJAK
SUBJEK PAJAK OBJEK PAJAK

ORANG PRIBADI
WARISAN BELUM TERBAGI

BADAN DITERIMA/
DIPEROLEH
BENTUK USAHA TETAP

DALAM SUATU
TAHUN PAJAK
PPhBa 1
OBJEK
PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

 Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


 Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
 Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

PPhBa 1
KLASIFIKAS
I
PENGHASILA
N

NON OBYEK PAJAK


OBYEK PAJAK
(PS. 4 (3) UU PPh)

OBYEK PAJAK FINAL


(PS. 4 (2) UU PPh)
OBYEK PAJAK NON FINAL
(PS. 4 (1) UU PPh)

PPhBa 1
Penghasilan Yang
Merupakan
Jenis Penghasilan Objek PPh
Keterangan
Penghasilan dari pekerjaan seperti : gaji, honor, Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh
tunjangan, bonus, insentif, gratifikasi, komisi, pemberi
kerja. Harus dilaporkan dan dihitung
uang pensiun kembali besarnya PPh dalam SPT Tahunan
Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh
penghargaan pemberi kerja. Harus dilaporkan dan dihitung
kembali besarnya PPh dalam SPT Tahunan
Laba Dapat diperoleh melalui hasil pembukuan dan
usaha pencatatan. Harus dilaporkan dan di hitung
besarnya PPh di SPT Tahunan
Keuntungan karena penjualan harta, misalnya Di laporkan dan dihitung PPh nya di SPT
penjualan perhiasan, kendaraan dsb Tahunan
Bunga di luar bunga Di laporkan dan dihitung PPh nya di SPT
bank Tahunan
Royalti, keuntungan karena pembebasan Di laporkan dan dihitung PPh nya di SPT
utang, keuntungan selisih kurs Tahunan
Tambahan kekayaan Di laporkan dan dihitung PPh nya di SPT
21
neto yg berasal dari Tahunan
Penghasilan Yang bukan
Merupakan Objek
PPh
Jenis Penghasilan Keterangan
Bantuan atau sumbangan bagi pihak yg menerima bukan Harus dilaporkan
merupakan objek pajak sepanjang diterima tdk dlm rangka dan tidak
hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan atau
dihitung besarnya
hubungan pengusaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
PPh dalam SPT
Tahunan
Harta hibahan bagi pihak yg menerima bukan merupakan objek Harus dilaporkan
pajak apabila diterima keluarga sedarah dlm garis keturunan dan tidak
lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan atau badan dihitung besarnya
pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau orang PPh dalam SPT
pribadi pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan
Tahunan
Menkeu, sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja,
hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan
penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan. Orang Pribadi
Pengusaha Kecil adalah OP yang memiliki Kekayaan bersih
paling banyak Rp 500.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
Tempat Usaha. Termasuk Pengusaha kecil yang memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp 2.500.000.00
22
C. Penghasilan yg Bukan Obyek Pajak (2) :
3. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik Negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal dan pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
diindonesia dengan syarat deviden berasal dari cadangan
laba yang ditahan, dan bagi perseroan yang terbatas,
badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima deviden, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor, (Dihapus)
4. Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau
Lembaga Nirlaba Bergerak dalam Bidang
yang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan
Pengembangan yang Dikecualikan dari
Penghasilan(80/PMK.03/2009 Jo Objek Pajak
PPhBa 1
PPhBa 2
PPhBa 2
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29

Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar. Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang melebihi Ketika beban pajak terutang kurang
total kredit pajak. dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat – Akan dikembalikan/ direstitusikan,


lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah dilakukan pemeriksaan
setelah tahun pajak berakhir, serta diperhitungkan dengan sanksi
sebelum SPT tahunan disampaikan. dan kewajiban pajak lain.
STRUKTUR PENGHASILAN BADAN

PENGHASILAN PENGHASILAN PENGHASILAN DARI


DARI USAHA LAIN-LAIN MODAL
(AKTIVE INCOME) (OTHER INCOME) (PASIVE INCOME)

PENGHASILAN

Kegiatan Kegiatan Kegiatan


Operasi Investasi Pendanaan
23
OBJEK PAJAK

24
PENGHASILAN
Pasal 4 ayat (1) UU PPh
– Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
– dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
– yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan,
– dengan nama dan dalam bentuk apapun.

25
Klasifikasi Penghasilan

DIKENAKAN PAJAK SECARA UMUM


PASAL 4 AYAT (1)

PENGHASILAN DIKENAKAN PAJAK FINAL


PASAL 4 AYAT (2)

DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK


PASAL 4 AYAT (3)

26
Objek Pajak dengan Tarif Umum
Pasal 4(1) UU PPh

Penghasilan dengan Nama dan Dalam Bentuk Apapun :


• dari Perlombaan atau pekerjaan atau kegiatan, dan Hadiah
penghargaan;
• Laba usaha;
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta;
• Pemenrimaan kembali pembayaran pajak yang telah
diPenerimaanbebankan sebagai biaya;
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
• Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk
deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
dan pembagian hasil usaha koperasi;
• Royalti;
27
Objek Pajak dengan Tarif Umum
Pasal 4(1) UU PPh
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
• karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
juKeuntunganmlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
• Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
• Premi asuransi, yang diterima perusahaan asuransi;
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
• penghasilan dari usaha Tambahan kekayaan neto yang berasal
dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.’=> Pemeriksaan
Pajak
• berbasis syariah;
• imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata28 cara
perpajakan; dan
Contoh PPh Final (1)
No Jenis Tarif Dasar Pengenaan Ket.
Penghasilan (%)

1 Bunga deposito, 20 Jml bruto penghasilan PP 131/2000


tabungan, & bunga / diskonto
diskonto SBI
2 Hadiah undian 25 Jml bruto penghasilan PP 132/2000
harga pasar hadiah berupa
barang / kenikmatan
3 Bunga/diskonto 20 Jml bruto penghasilan PP 6/2002
obligasi yg dijual di bunga/diskonto
bursa efek

29
Contoh PPh Final (2)
4 Penjualan saham di bursa efek 0,1 Jml bruto nilai transaksi PP 14/1997
penjualan.
0,5 Tambahan utk penjualan
saham pendiri.
5 Pengalihan atas tanah &/ bangunan 2,5 Nilai tertinggi antara nilai PP 34/2016
oleh WP OP & yayasan & pengalihan & NJOP PBB
organisasi sejenis.
6 Persewaan tanah &/ bangunan 10 Jml bruto nilai sewa PP 5/2002
7 Jasa konstruksi PP 51/2008
Pelaksana(kualifikasi usaha kecil) 2 Jumlah Imbalan Bruto
Pelaksana(tanpa kualifikasi usaha) 4 Jumlah Imbalan Bruto
Pelaksana(kualifiaksi menengah & 3 Jumlah Imbalan Bruto
besar)
Perencana & Pengawas (memiliki 4 Jumlah Imbalan Bruto
kualifikasi usaha)
Perencana & Pengawas (tanpa 6 Jumlah Imbalan Bruto
kualifikasi usaha)

30
PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

• Dalam rangka memberikan kesederhanaan dalam


pemungutan pajak, keadilan, dan pemerataan dalam
pengenaan pajak;

• Konsekuensi :
– penghasilan yang diterima atau diperoleh tidak dihitung
kembali pajaknya pada saat penghitungan pajak akhir tahun,
– pajak yang telah dibayar atau dipotong pada saat perolehan
penghasilan atau saat transaksi tidak dapat dikreditkan
dengan pajak terutang yang dihitung pada saat penghitungan
pajak akhir tahun,
– biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan sebagai dasar penghitungan
pajak terutang.
31
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak (1)
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
• Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau
disahkan Pemerintah;
serta
Harta hibahan yang diterima oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
Koperasi yang ditetapkan Menkeu; sepanjang tidak ada
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;

• Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Badan sebagai


pengganti saham atau penyertaan modal;

32
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak
(2)
Dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dividen yang berasal dari dalam negeri


yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
a) Orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut
diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jangka waktu tertentu; dan/atau
b) badan dalam negeri;

33
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak
(3)
Dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
2. Dividen yang berasal dari luar negeri
Dividen yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak
dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri atau Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri, sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk
mendukung kegiatan usaha lainnya di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu, dan memenuhi
persyaratan berikut:
a) dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan
tersebut paling sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dari laba
setelah pajak; atau
b) dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek diinvestasikan di
Indonesia sebelum Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat
ketetapan pajak 34
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak
(4)
 Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai;

• Penghasilan dana pensiun dari modal yang


ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu, yaitu :
– deposito, sertifikat deposito, tabungan pada bank di
Indonesia;
– obligasi yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia;
– saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

35
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak
(5)
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura, berupa bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan
dan menjalankan usaha di Indonesia, sepanjang perusahaan
pasangan usaha tersebut:
– merupakan perusahaan kecil atau menengah atau yang
menjalankan usaha dalam sektor usaha yang ditetapkan Menkeu;
– sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

• sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga


nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atalama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri u penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling Keuangan. 36
KONSEP BIAYA

37
Menurut SAK

Expenses

BIAYA/BEBAN

Losses

38
Menurut Fiskal

DEDUCTIBLE
(Pasal 6 UU PPh)

BIAYA

NONDEDUCTIBLE
(Pasal 9 UU PPh)

39
BIAYA-BIAYA YANG DAPAT
DIKURANGKAN (Ps. 6 UU PPh)

MASA MANFAAT > 1 THN

BIAYA

MASA MANFAAT < 1 THN

40
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
SEKALIGUS
Pasal 9 ayat (2)

PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN


MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT
LEBIH DARI SATU TAHUN

DIBEBANKAN MELALUI PENYUSUTAN ATAU


AMORTISASI (Pasal 11 dan 11A)

NOTE: Sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf b Pengeluaran yang menurut


sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk
beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat
dilakukan melalui alokasi.

41
Apa Yang Dapat
diSusutkan/Diamortisasi ?
• Aset Tetap Berwujud
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur
ekonomis) lebih dari satu tahun. Terhadap aset ini
diperkenankan untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya
melalui penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto.

• Aset Tak Berwujud

42
SAAT MULAI PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)

PADA BULAN PENGELUARAN PADA BULAN HARTA


MULAI DIGUNAKAN/
KECUALI : MENGHASILKAN
HARTA YANG MASIH DALAM
PROSES PENGERJAAN,
PADA BULAN SELESAINYA DENGAN PERSETUJUAN
PENGERJAAN DIRJEN PAJAK

DASAR PENYUSUTAN BAGI WAJIB


PAJAK YANG MELAKUKAN
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA SESUAI
PASAL 19

NILAI SETELAH
DILAKUKAN
43
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen

Bangunan
Tidak Permanen

Aktiva Tetap
I

II
Bukan Bangunan
III

44
IV
Metode Penyusutan

• Garis Lurus (Straight Line)


– Bangunan dan Bukan Bangunan
• Saldo Menurun (Declining Balance)
– Bukan Bangunan

45
Tabel Penyusutan
Fiskal
.
KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN
BERWUJUD MAN- GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %

46
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal (1)

• Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva) dengan


menggunakan Peraturan Menteri Keuangan No.
96/PMK.03/2009.
• Tarif penyusutan dan masa manfaat masing-masing aktiva
diketahui.
• Hitung biaya penyusutan tahun tersebut = Tarif x Dasar
Penyusutan
• Dasar penyusutan adalah sebagai berikut, untuk metode
garis lurus adalah Harga Perolehan,
• sedang Untuk Saldo Menurun adalah NSBF Akhir Tahun
Sebelumnya.

47
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal (2)

• Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai residu.


• Penyusutan aktiva diperinci per individu dan untuk
peralatan yang kecil-kecil (Small Tools) boleh
digabungkan.
• Saat dimulai penyusutan adalah bulan diperoleh atau
terjadi pengeluaran atau bulan selesainya aktiva
dibuat/dibangun, dengan seijin Direktorat Jendral
Pajak boleh menyusutkan pada saat aktiva tersebut
sudah memperoleh penghasilan atau digunakan.
• Sebelum 1 Jan 2001 pendekatan yang dipakai tahun
penuh.

48
AMORTISASI
Pasal 11A ayat (1)

METODE METODE
GARIS LURUS SALDO
MENURUN

PADA AKHIR
MASA MANFAAT
DIAMORTISASI
SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)
49
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK METODE SATUAN


PENAMBANGAN MIGAS PRODUKSI
1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN METODE SATUAN PRODUKSI
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL SETINGGI-TINGGINYA
ALAM LAINNYA 20 % SETAHUN

PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMERSIL


YANG TARIF BERDASARKAN
50
MASA MANFAAT > 1 TAHUN KELOMPOK HARTA
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI PENGURANG
PENGHASILAN BRUTO
Pasal 6 UU PPh

51
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (1)
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

52
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (2)
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

53
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (3)

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;


6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia;
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

54
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (4)

8.piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan


syarat:
» telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
» Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
» telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
» syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

55
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (5)
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

56
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (6)

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
14. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
15. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan
biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
57
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
(Pasal 9 UU PPh)

58
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)

PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

BIAYA YG DIBEBANKAN UTK KEPENTINGAN PRIBADI PEMEGANG SAHAM,


SEKUTU, ANGGOTA ATAU WAJIB PAJAK

PEMBENTUKAN DANA CADANGAN KECUALI CADANGAN UNTUK JENIS


USAHA TERTENTU YANG DITETAPKAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
(Lembaga keuangan bank, BPD/lembaga keuanagn non bank => Asuransi,
Leasing, Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaiaan)
PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWI GUNA, DAN
ASURANSI BEASISWA YG DIBAYAR OLEH WP ORANG PRIBADI

(Dihapus)
PENGGANTIAN/ IMBALAN PEKERJAAN/JASA YG DIBERIKAN DALAM
BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN KECUALI
• PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN BAGI SELURUH PEGAWAI;
• DI DAERAH TERTENTU (Daerah terpencil)
• DAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN PEKERJAAN YANG
59
DITETAPKAN KEPMENKEU
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)

JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG


SAHAM ATAU PIHAK YG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

HARTA YG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN, DAN WARISAN


SESUAI PSL 4 AYAT (3) HURUF a DAN b KECUALI :ZAKAT ATAS PENGHASILAN
YANG DIBAYARKAN OLEG WP ORANG PRIBADI PEMELUK AGAMA ISLAM
DAN ATAU WP BADAN D.N YANG DIMIILIKI OLEH PEMELUK AGAMA ISLAM,
KEPADA BADAN AMIL ZAKAT ATAU LEMBAGA AMIL ZAKAT YANG
DIBENTUK/DISAHKAN PEMERINTAH
PAJAK PENGHASILAN

BIAYA YANG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI


WP ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGAN
GAJI ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA, ATAU
PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA
TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM

SANKSI ADMINISTRASI DAN PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN


60

Anda mungkin juga menyukai