Anda di halaman 1dari 90

Basic Tax Planning

Materi
1 Tax Planning, Tax Avoidance or Tax Evasion

2 Tax Planning Aktivitas Pembiayaan

3 Tax Planning Status Badan Hukum

4 Reklasifikasi
Tax Planning Aset Keuangan
Metodologi Akuntansi
5
Tax Planing PPN
6 Tax Planning PPh PotPut

2 @Pandu Wicaksono 2013


Tax Planning, Tax Avoidance
or Tax Evasion...?

3
Tax Planning, Tax Avoidance and Tax Evasion

Tax
Planning

Perbedaan..?

Tax Tax
Evasion Avoidance
Tax Planning, Tax Avoidance and Tax Evasion

Mencakup seluruh usaha/perilaku Wajib Pajak dalam


rangka meminimalkan beban pajak

Terdapat
• Kewajiban Pajak Tidak terdapat
kemungkinan
Tax• Tax Tax kewajiban pajak
Denda adanya kewajiban
Evasion Avoidance Planning
atau sanksi di masa
• Pidana pajak di masa
depan
depan

illegal legal
IBFD Tax Glossary – Tax Planning

Pengaturan terhadap bisnis personal/urusan


privat dalam rangka meminimalkan beban pajak

Memiliki arti yang sangat luas, yang dapat


mencakup sesuatu yang sesuai dengan hukum
ataupun tidak sesuai dengan hukum
Tax Avoidance

Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku Wajib


Pajak yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak

unacceptable/illegitimate tetapi bukan illegal

sesuai dengan Undang – Undang secara gramatikal, tetapi


berlawanan dengan semangat Undang - Undang

berbeda aplikasinya antar negara, bergantung:


1. sikap Pemerintah;
2. putusan Pengadilan Pajak; dan/atau
3. opini publik
Contoh Tax Avoidance

Penempatan aset di offshore


jurisdictions

Reklasifikasi income agar tidak


kena pajak/dikenakan dengan tarif
lebih rendah

Distribusi income ke beberapa


entitas dengan tarif pajak lebih
rendah/entitas yang mengalami
kerugian

Memecah aktivitas bisnis untuk


menghindari kewajiban PPN

Transfer Pricing
OECD – Tax Planning and Tax Avoidance

Cara mengurangi pajak yang DAPAT DITERIMA


Tax Planning
(ACCEPTABLE) Pemerintah

Tax Cara mengurangi pajak yang TIDAK DAPAT


Avoidance DITERIMA (UNACCEPTABLE) Pemerintah
3 Elemen Tax Avoidance

1 2 3

Keberadaan elemen melakukan sesuatu yang


sebenarnya tidak ingin
artifisial/pengaturan yang
Adanya kerahasiaan dilakukan dalam rangka
tidak: mengambil keuntungan dari
•melaksanakan bisnis riil; adanya loopholes
•memiliki tujuan ekonomis
Tax Evasion

Niat: Legalitas: Sifat Pelanggaran:


ADA NIAT ILLEGAL LANGSUNG

Tujuan: Sanksi....?? : Kriminal.....? :


MENGHINDARI
YA YA/TIDAK
PAJAK

Contoh:
Under-reporting of taxable income
Skema Tax Planning yang Popular

Treaty Shopping

Debt Financing

Hybrids
IBFD International Tax Glossary – Treaty Shopping

Treaty shopping has been described as the


situation where a person who is not entitled to the
benefits of a tax treaty makes use –in the widest
meaning of the word –of an individual or of a legal
person in order to obtain those treaty benefits that
are not available directly
Treaty Shopping - Illustration
Holding Structure

EU/non-EU
Dividen
Low/No WHT

Equity

Cypriot Company

Interest
Low/No WHT

Loan

EU/non-EU
Fakta - Netherlands

Mailbox
Companies Netherlands as a host of 20,000 MC
(MC)

Special Financial
Instutitions (SFI) 12,500 SFI (2002)

Flow of “Fund” €3,600 billion (2002) / 8 x Dutch GNP

Example Volkswagen, IKEA, Gucci, Pirelli, Prada, Fujitsu-


Companies Siemens, Mittal Steel, and Trafigura
Hybrids

Diff Classification Transparent in one state, opaque in the other


of Entities state

Diff Classification
Interest or Dividen...???
of Income
Contoh: Hybrid Double Deduction

Mechanics
A •A Co sets up Hybrid Entity in Country B
Company •Hybrid Entity is transparent in Country A,
but opaque in Country B
•Hybrid Entity borrows from 3rdparties in
A Country B and uses loan proceeds to
acquire B Co such that A Co now indirectly
holds B Co
B •Hybrid Entity pays interest on the loan

Outcome
Loan •Interest deduction for Hybrid Entity in
Country B
•Under consolidation regime, interest can
Hybrid Company EU/non-EU offset income earned by B Co
•Hybrid entity is disregarded in Country A,
so its interest expenses can be allocated to
Interest
A Co and can be used to reduce A Co‟s
income
•Effectively, 2 deductions for the same loan
in 2 countries
Equity
B
Company

Group Tax Consolidation


Regime
Contoh: Hybrid Instruments

A Mechanics
•A Co issues hybrid instrument
Company that is treated as debt in Country B
but equity in Country A
Equity
A •B Co makes payments to A Co on
the instrument
B Debt Outcome
•Interest deduction for B Co in
Country B
•Payments made by B Co to A Co
B would be treated as dividends,
may be exempt in Country A and
Company
no WHT in B
•Effectively, deduction in Country
B and exemption/ non-inclusion in
Country A
Anti Avoidance

General Anti-avoidance Rules (GAARs)


Domestic Tax
Legislation Specific Anti-avoidance Rules (SAARs)

Tax Treaties Anti-abuse rules in Tax Treaties


GAARs

Banyak dipergunakan oleh negara-negara OECD


yang sekaligus negara persemakmuran

Aplikasi ketentuan legal yang ketat untuk


mencegah WP menerima manfaat manakala
skema yang dipergunakan adalah tax avoidance

Aturan domestik yang memberi wewenang


otoritas pajak untuk me-rekarakterisasi transaksi
yang dilakukan tanpa adanya business purpose
(hanya bertujuan untuk meminimalisasi pajak)
Prinsip – Prinsip GAARs

Determination of the facts

Beneficial ownerships

Substance over form

Fraus legis/ abuse of law concept


Permasalahan Terkait GAARs

Abuse?
Very subjective tests Business Purpose?

Legal Form Vs Legal Substance


Kesuksesan berbeda antar negara
Penafsiran Pengadilan yang berubah
SAARs

CFC Rules

Thin Capitalization Rules

Anti-Hybrid Rules

Anti-Tax Haven Rules

Anti-Dual Resident Rules


SAARs – Fitur – Fitur Kunci (1)

Definisi Pengendali
CFC Rules
Bagaimana mengkalkulasi Income CFC yang
diatribusikan

Thin Interest not-deductible: recharaterized


Capitalization as dividen or not recharacterized (Art
Rules 10 – Art 11)

Anti-Hybrid Rules Pengungkapan dalam Tax Planning Doc


SAARs – Fitur – Fitur Kunci (2)

Peniadaan pengurangan/biaya atas


transaksi dengan entitas yang berlokasi di
Anti-Tax Haven THC
Rules
Tarif WHT lebih tinggi untuk pembayaran ke
entitas di THC

Ketentuan pembuktian aktivitas


bisnis/business purpose

Anti-Dual Residen yang juga menjadi residen


Resident Rules Other Contracting State tidak lagi
diakui sebagai residen
Peniadaan pengakuan kerugian fiskal
ke-2 terhadap entitas dengan dual
resident status
INDONESIA
Case

INDOSAT
2010
INDOSAT 1. PT Indosat, an Indonesian
telecommunications company
Loan
Indonesia issued bonds to buyers through a
Dutch SPV, Indosat Finance BV
2. IFB provided a long-term loan to
Interest Indosat with equal value, interest
rate and maturity payment as the
INDOSAT FINANCE bonds
3. On same day, IFB issued long-term
BV bonds guaranteed by Indosat
Bond 4. Indosat paid interest to IFB
Belanda
Proceed pursuant to Indonesia-Netherlands
treaty with valid CoD from the
Dutch tax authorities
Interest
5. Indonesian tax authorities argued
that Indosat could not receive
treaty benefits since IFB is a conduit
BUYER company
Tax Court

Memenangkan Otoritas Pajak

“IFB conduit company because legally, commercially and practically


bound to transfer all interest received from Indosat to the
bondholders, had no control over interest income. Relevant factors:”

IFB was established for sole purpose of raising funds on behalf of


Indosat through the bonds issuance

Bonds fully guaranteed by Indosat so IFB did not run any credit or
interest risks

IFB‟s income consisted nearly entirely of interest from Indosat


and paid 99.56% of the interest received to the bondholders

Lack of salary expenses or physical assets


Tax Havens
Apakah Tax Havens itu...???
Tax Havens - OECD

No or nominal taxation

Lack of transparency

No effective exchange of
information

No requirement for substantial


activity
Tax Havens

Sistem perpajakan dan keuangan dengan


tingkat kerahasiaan tinggi
Australia
Pajak yang rendah/minimal untuk para non-
residen

Secrecy Jurisdictions
Norwegia
Pajak yang sangat rendah/tidak ada untuk
income atas capital
Rendahnya transparansi terkait
ownership
Kurangnya supervisi yang efektif

Tidak efektifnya EoI


IBFD Tax Glossary – Tax Haven

Negara yang dapat membiayai pengeluaran


publiknya tanpa adanya pajak penghasilan
(minimal) dan menawarkan negaranya sebagai
tempat yang digunakan oleh non-residen untuk
menghindarkan diri dari pajak di negaranya.
Fitur – Fitur Tax Havens

Foreign company prohibited from conducting local


business, hiring local employees and owning real property

Business is to be conducted in foreign currency

Tax regime for foreign companies is more favourable than


domestic companies

Subsidiary may hold shares in the


Lax corporate governance holding company that owns it
No restrictions on benefits and
loans to directors and senior
executives

No annual filing requirement

Exempted from local registration


requirements

Scale of the financial services industry does not match the


economy
Permasalahan terkait Tax Havens

Merusak
kompetisi
perpajakan

Alokasi
(Ab)use of Tax
Investasi yang
treaties
Tidak Efisien

Problem

Kerahasian
Krisis
meningkatkan
Keuangan??
kriminal
Keuntungan Tax Havens

Meningkatkan iklim kompetisi


perpajakan

Meningkatkan investasi di high-tax


countries

Perkembangan ekonomi di negara


Tax Haven
Negara – Negara Tax Havens
Siapa yang Memanfaatkan THC...???

Keuntungan dari THC utamanya dimanfaatkan oleh:

1 Multinational Enterprises

2 Wealthy Individuals
Jenis – jenis Pemanfaatan THC

1 Penguasaan Aset

2 Perdagangan dan aktivitas bisnis lainnya

3 Jasa Keuangan

4 Intellectual Property Right


Red Flags- Tax Havens

Debit/Credit Card Anonim di LN/THC

Rekening Bank di LN/THC

Perusahaan Multinasional

Trust di LN/THC

Lisensi di LN/THC
Tax Haven – Ukuran Perusahaan

Large Business SME HWI

Risiko Menyembunyikan Menyembunyikan Menyembunyikan


pemilik/kontrol pemilik/kontrol aset
Pengungkapan
Biaya Fabrikasi
income dari LN
Pendokumentasian
dan pengurangan

Pembayaran/transaksi Pembayaran/transaksi
Transaksi dengan negara
Indikator signifikan dengan entitas di signifikan dengan entitas di
bertarif pajak rendah
THC THC
Restrukturisasi yang Restrukturisasi yang
melibatkan entitas di THC melibatkan entitas di THC
Transfer Intangible Assets ke Transfer Intangible Assets ke
negara dengan tarif pajak negara dengan tarif pajak
rendah rendah
Instrumen Investigasi - Tax Havens

Following the money trail –e.g.


capital exchange controls, AUSTRAC

EOIs

Information from financial


institutions and other external
sources

Tax returns and supporting schedules

Internet research
Tax Planning
(Aktivitas Pembiayaan)

44
AKTIVITAS PEMBIAYAAN

Pilihan Aktivitas Pembiayaan meliputi:


 Hutang
 Ekuitas

@Pandu Wicaksono 2014 45


ISU PILIHAN PEMBIAYAAN

Meliputi:
 Biaya Modal
semakin besar proporsi hutang dibanding ekuitas,
maka semakin besar tingkat suku bunga/biaya
hutang
 Pajak
semakin besar hutang, semakin besar deductible
expenses yang berasal dari interest expense
 Rasio Keuangan
semakin besar hutang akan membuat Debt Ratio
meningkat dan juga menurunkan rasio likuiditas
@Pandu Wicaksono 2014 46
Dibiayai dari Modal/Hutang...???
Struktur Alternatif I Alternatif II
Hutang - 100.000
Ekuitas 200.000 100.000
Total Pembiayaan 200.000 200.000
     
Kondisi Probabilitas EBIT
Resesi 5% (60.000)
Buruk 20% (20.000)
Normal 50% 40.000
Baik 20% 100.000
Luar Biasa 5% 140.000
Asumsi
Tax rate 25% 
Interest rate 10% 

see page 495 IFM

@Pandu Wicaksono 2014 47


Tax Planning
(Status Badan Hukum Perpajakan)

48
Alternatif

•OP atau Badan


•BUT atau Anak Perusahaan
OP/Badan
Keterangan Nilai
Pendapatan 5.000.000.000
Biaya 3.000.000.000
Laba Sebelum Pajak 2.000.000.000
Kondisi Kawin dengan 3 anak
Tipe Inbound Investment
NPWP....????
Luar Negeri Dalam Negeri

Equity Share Subsidiary

Parent/Head Office Branch


Art 5 & 7

Pandu Wicaksono 51
Proyeksi Laba Rugi BUT/Anak Perusahaan

No BUT/Anak Perusahaan
Pendapatan 1.000
Biaya 600
Laba Sebelum Pajak 400
Tarif PPh Badan 25%
Tarif Branch Profit Tax 20%
Tarif PPh Dividen LN 20%
Tax Planning
(Metode Akuntansi)

53
Alternatif

•FIFO atau Average


•Garis Lurus atau Saldo Menurun
•Revaluasi atau Tidak
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6))

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100

3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225

4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150

5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075

Rp 2,150 Rp 1,075
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6))
No Description Quantity Price COGS Ending Inventory
1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125

4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200


100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU)

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125

4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900


100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900

Rp 2,325 Rp 900
FIFO atau Average

Tanggal Uraian Unit Harga Satuan


(Rupiah)
1 Jan Saldo awal 100 100.000
7 Jan Pembelian 500 150.000
22 Mar Penjualan 200 300.000
9 Apr Pembelian 100 200.000
19 Mei Penjualan 100 300.000
Description FIFO AVERAGE LIFO
Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase 2,325 2,325 2,325
Less Ending Inv
(1,125) (1,075) (900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507

Page  59
Garis Lurus atau Saldo Menurun
• PT DEF tahun 2015 memperoleh aset senilai
Rp100juta yang memiliki masa manfaat secara
fiskal adalah 4 tahun. Apabila diketahui
pendapatan tahun 2015 s.d. 2018 adalah
sebesar Rp200 juta per tahunnya, dan
diasumsikan satu-satunya biaya adalah biaya
penyusutan aktiva tetap, tentukan apakah
sebaiknya perusahaan menggunakan metode
garis lurus atau saldo menurun?
Revaluasi Ak. Komersial Ak. Pajak
79/PMK.03/2008
PSAK 16 R
Aktiva Tetap
Akurasi
Tujuan Perpajakan
Revaluation model

Kapan saja
Kapan Setiap ada perbedaan Paling cepat
signifikan antara nilai 5 tahun sekali
Pasar dg nilai buku

Penilai Tidak perlu penilai Penilai yg diakui


Yg diakui pemerintah pemerintah

Minimal 1 kelompok Seluruh aktiva


Aktiva yg dinilai Kecuali tanah
Aktiva sejenis
(boleh Ya boleh tidak)

Selisih revaluasi
Kewajiban Tidak ada kewajiban
Dikenakan
perpajakan
PPh final 10%
Revaluasi
PT XYZ membeli aset pada tahun 2010 senilai Rp2
miliar dan secara fiskal sudah habis disusutkan sampai
dengan tahun 2013. Secara fiskal, aset tersebut masuk
kelompok I dan disusutkan dengan metode garis
lurus. Sesuai dengan ketentuan PSAK 16 mengenai
aset tetap, pencatatan nilai aktiva tetap diarahkan
menggunakan model revaluasian. Oleh karenanya,
perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan
revaluasi atas aset tetapnya tersebut. Diperkirakan,
nilai revaluasian baru akan menjadi Rp4 miliar dan
biaya revaluasi yang harus dibayar ke appraisal adalah
Rp100juta. Apabila diketahui pendapatan tahun 2014
s.d. 2017 adalah sebesar Rp5 miliar per tahunnya, dan
diasumsikan satu-satunya biaya adalah biaya
penyusutan aktiva tetap, tentukan apakah
perusahaan perlu melakukan revaluasi atau tidak?
Tax Planning
(PPN)

63
PKP Vs Menunda Pengukuhan PKP...?
• Aturan:
– Pengusaha harus melaporkan diri utk dikukuhkan sbg PKP paling
lambat akhir bulan berikutnya setelah omset mencapai 4,8 M
– Walaupun omset belum mencapai 4,8M pengusaha boleh
melaporkan diri utk dikukuhkan sbg PKP
– PM yg dapat dikreditkan adalah PM yg diperoleh setelah
dikukuhkan sbg PKP

64
Capital Expenditure
• Aturan:
– PM dpt dikreditkan walaupun belum ada PK
– Pembelian barang modal yg berkaitan
langsung dg kegiatan usaha (produksi,
distribusi, manajeman & pemasaran) PM dpt
dikreditkan
– Pembelian brg modal yg berkaitan dg
produksi mendapat fasilitas PPN dibebaskan

65
Tax Planning atas Faktur Pajak
• Perhatikan syarat sah-nya Faktur Pajak Standar
supaya bisa dikreditkan.
• Terbitkan Faktur Pajak selama mungkin (dalam
kurun waktu yang diperbolehkan).
• Perketat term of payment untuk mencegah
WP “nalangin” PPN Pembeli.

66
Menunda penerbitan FP
• Aturan
– Tgl penerbitan FP menentukan jumlah PPN terutang
dlm suatu masa pajak
– FP yg diterbitkan dilaporkan dlm SPT Masa sesuai
bulan pd tgl FP
– PPN KB dlm suatu masa pajak disetor tgl 15 bulan
berikutnya
– Force Majour, penghapusan piutang tidak
mengakibatkan koreksi atas FP yg sudah diterbitkan

67
Tips menghindari pre financing PPN

1. Diatur dalam kontrak bahwa Faktur Pajak


bukan persyaratan pencairan piutang, akan
disampaikan setelah pembayaran.
2. Bila tidak mungkin cara diatas, maka
sebaiknya diupayakan agar pengajuan tagihan
termin dapat dilakukan sebelum tanggal 15
setiap awal bulannya dan dengan jangka
waktu pembayaran maksimum 30 (tiga
puluh ) hari.
68
Faktur Pajak Masukan
• Pastikan:
– Tidak bermasalah (tanggal, nomor, ttd, dll)
– Dalam kontrak berikan klausul bahwa PPN harus disetor
dan dilaporkan sesuai ketentuan
– Berkaitan langsung dg kegiatan usaha. Pengertian
berkaitan langsung dg kegiatan usaha meliputi
• Proses produksi
• Distribusi
• Manajemen
• Pemasaran
– Pemeriksa pajak menguji keterkaitan dengan usaha, antara
lain dari akun yang dipergunakan
69
PM diterima lebih dari 3 bulan setelah
tgl Faktur
• Pilihan :
– Dibebankan sbg biaya
– Pembetulan SPT
• Aturan:
– PM yg tdk dpt dikreditkan dapat dibebankan sbg biaya dlm
PPh
– WP dpt melakukan pembetulan SPT Masa PPN dg syarat :
• Belum dilakukan pemeriksaan
• Paling lambat 2 th sebelum daluwarsa

70
Kompensasi Vs Restitusi
• Aturan:
– SPT Masa PPN LB yg meminta restitusi dilakukan
pemeriksaan
– SPT Masa PPN LB yg meminta kompensasi tidak
dilakukan pemeriksaan

71
Kompensasi Vs MTS
• Aturan :
– Sanksi kenaikan 100% dari PPN dan PPnBM yang
tidak atau kurang dibayar jika Berdasarkan hasil
pemeriksaan PPN dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasi selisih lebih pajak atau
tidak seharusnya dikenakan tarif 0% Pasal 13 ayat (3)
UU No KUP
– PM yg belum dikreditkan dalam masa yg sama dpt
dikreditkan dpt dikreditkan dlm masa tidak sama
(MTS) paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya
masa pajak

72
Desentralisasi Vs Sentralisasi

 Fakta :
 Penyerahan antar cabang terutang PPN
 DPP sebesar Hg Pokok
 PK bagi cabang yg menyerahkan dan sbg PM bagi cabang yg menerima
 WP dapat mengajukan pemusatan PPN dg syarat :
Kantor cabang yang akan dipusatkan tidak melakukan penyerahan BKP /JKP.
Semua kegiatan penyerahan hanya dilakukan di tempat usaha yang
ditetapkan sebagai tempat pajak terutang.
Fungsi cabang hanya menyimpan persediaan dan menyerahkan persediaan
tersebut kepada pembeli atas perintah kantor pusatnya yang menangani
penjualan.
Kantor cabangtidak membuat Faktur Pajak baik untuk kantor cabang yang
bersangkutan maupun atas nama kantor pusatnya (semua Faktur Pajak
dibuat oleh kantor pusat).

73
Perhatikan kemajuan IT DJP
• Fakta :
– PM yg dikreditkan akan dibandingkan dg PK yg
dilaporkan oleh Suplier
– Kode dan nomor seri FP mudah diawasi dengan IT

74
WP Patuh
 Kepada WP Patuh diberikan fasilitas
pengembalian pendahuluan pembayaran pajak
(restitusi dipercepat)
 Kriteria WP Patuh ?
a. SPT tepat waktu dalam 2 tahun terakhir
b. SPT Masa yang terlambat (Th Terakhir) Maksimum 3 Masa & Tidak berturut2,
Maks batas akhir masa berikutnya
c. Tidak punya tunggakan pajak
d. Tidak pernah dipidana fiskal dalam 10 tahun terakhir
e. Jika diaudit, harus WTP atau WDP tapi tidak pengaruh ke laba/rugi
f. Jika tidak diadit, harus mengajukan permohonan, dengan syarat dalam 2 (dua)
tahun terakhir:
- Ada pembukuan
- Jika diperiksa, koreksi maksimum 10%

75
Rekonsiliasi PPN dan PPh
• Omset PPN Vs Omset PPh
• DPP Pajak Masukan Vs Pembelian
• DPP Pajak Masukan Vs Biaya
• DPP Pajak Masukan Vs PPh 22, 23, 26, final
• Faktor yg mempengaruhi perbedaan
– Saat pembuatan FP dan pengakuan penghasilan
– Kurs Valas
– Transaksi antar cabang
– Penyerahan aktiva tetap
– Penyerahan Cuma-Cuma/pemakaian sendiri
– dll

76
Fasilitas PPN
• PPN dibebaskan  PM tdk dapat dikreditkan
– BKP/JKP tertentu
– Barang strategis
• PPN tidak dipungut  PM dpt dikreditkan
– Kawasan berikat
– Kawasan EPTE
– Proyek pemerintah dananya berasal dari hibah / bantuan
LN
– Kawasan FTZ

77
Lokasi usaha bagi Eksportir
• PPN ekspor 0%  PM dapat dikreditkan
– Masalah Cash flow, membayar PPN terlebih dahulu atas
perolehan BKP/JKP untuk keperluan ekspornya
– Restitusi, diselesaikan dengan pemeriksaan
• Kawasan Berikat  PPN tidak dipungut,
selanjutnya ekspor kena 0%
– Cash flow ringan, karena tidak ada pembayaran PPN
terlebih dahulu untuk perolehan BKP untuk keperluan
ekspornya
– Mengurangi potensi restitusi (pemeriksaan)

78
Tax Planning
(PPh PotPut)

79
Strategi
1. Tax Saving = Mengefisiensikan beban pajak melalui pilihan alternatif.
Misal: BIK/Natura atau BIC/tunjangan.

2. Tax Avoidance = mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari


dari pengenaan pajak dengan mengarahkan pada transaksi yang bukan
objek pajak. Misal: bagi perusahaan yang dikenakan PPh tidak final, untuk
efisiensi PPh 21 memberikan natura/makan bersama. DE dan NTI

3. Penundaan pembayaran pajak = Dilakukan dengan tidak melanggar


aturan pajak,namun mengingat pada cash-flow perusahaan. Misal:
membayar PPh pasal 21 SPT Masa pada tanggal 10 bulan berikutnya, atau
sebelum SPT disampaikan untuk SPT tahunan.

4. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan pajak


Dengan cara menguasai peraturan pajak secara komprehensif.
80
Contoh Pilihan…
1. Makan bersama atau tunjangan makan
2. Antar jemput karyawan atau tunjangan transpot
3. Fasilitas kendaraan perusahaan atau tunjangan kendaraan
4. Fasilitas handphone atau tunjangan handphone
5. Uang saku perjalanan dinas atau uang perjalanan dinas
secara lump sum
6. Pemberian bonus dari laba ditahan atau biaya
7. Pemberian tunjangan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 21
ditanggung perusahaan
8. Pemberian tunjangan pengobatan atau fasilitas pengobatan
9. dll
81
Pilihan transaksi
1. Makan bersama Vs. Tunj. Makan
Antar jemput karyawan Vs. Tunj. Transport
NTI Vs. DE TI Vs. DE

2. Kendaraan, Hand Phone Vs. Tunj. Kendaraan, HP


NTI Vs.DE(50%) TI Vs. DE

3. Akomodasi, Uang Saku Vs. Lump-sump


TI u/ uang saku Vs. DE TI Vs. DE

4. Bonus dari R/E Vs. Bonus sbg biaya


TI Vs. NDE TI Vs. DE

5. Tunjangan PPh 21Vs. PPh 21 ditanggung Persh.


TI Vs. DE NTI Vs. NDE
Tunjangan kesehatan Vs. Fasilitas Pengobatan
TI Vs. DE NTI Vs. NDE
82
Pilih.. dan Hindari..
PPh Pasal 21 PPh Badan Contoh
TI DE Biaya Gaji
NTI NDE Pemberian
Kenikmatan/Natura
NTI DE Makan Bersama
TI NDE Hadiah uang atas
perlombaan family day

Pilihlah…
1. NTI Vs. DE
2. TI Vs. DE, bila tarif PPh 21 < PPh Badan
3. Nti Vs. NDE, bila tarif PPh 21 > PPh Badan

Hindari…
TI Vs. NDE

83
Tax Planning Tax Saving

GREY GREY
Objek 21 DE
PMK-252/
Non Objek 21 Psl 6 UU PPh
PMK.03/2008
PMK-252/ NDE
PMK.03/2008 Psl 9 UU PPh

Objek 21 = (+) Pajak DE = (-) Pajak


Non Objek 21 = (-) Pajak NDE = (+) Pajak
Contoh Non Objek 21 = biaya material dan tenaga kerja

84
Tax Minimize
Beban PPh 21 + PPh Badan = Minimal
PPh 21 PPh Badan
Taxable Income :(+) Deductible Expense : ( - )
Non Taxable Income :(-) Non Deductible Expense : ( + )

Taxable Income :(+) Non Deductible Expense : ( + )


Non Taxable Income :(-) Deductible Expense : ( - )

Pilihan Transaksi
Pilih : NTI Vs. DE
Hindari : TI Vs. NDE
Pilih : TI Vs. DE, bila Tarif PPh 21 < PPh Badan
Pilih : NTI Vs. NDE, bila Tarif PPh 21 > PPh Badan
85
Pajak Ditanggung
vs Tunjangan Pajak
Net Gross-up
Nilai pek 100.000.000 Nilai pek 100.000.000
PPh (5%)1) 5.000.000 PPh (5%)2) 5.263.158
Nilai Kontrak 100.000.000 Nilai kontrak 105.263.158

PPh Badan
Nilai pek 100.000.000 Nilai pek 100.000.000
PPh (5%)1) 0 PPh (5%)2) 5.263.158
Biaya 100.000.000 Biaya 105.263.158

1) Tidak dapat dibiayakan 2) Dapat dibiayakan


Rugi = untung Laba + tarif 28% = Untung

86
Strategi PPh Pasal 23/26/Final

1. Memahami peraturan dan perubahannya.


 PPh pasal 23 :
Jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan cfm
Peraturan Menkeu No. 244/PMK.03/2008 dan tarifnya

 PPh Final
Lihat PP baru (PP 51, 71 tahun 2008 & PP 15,16,17,19,40 tahun
2009)

 PPh Pasal 26 :
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
pemerintah Indonesia dengan Negara Treaty Partner.

87
Strategi PPh Pasal 23/26/Final……..

2. Memahami biaya-biaya yang merupakan objek pajak


yang harus dipotong/dipungut dan mengetahui tarif
pemotongan.
3. Untuk PPh Final, hindari penggunaan supplier
berjenjang agar biaya lebih murah.
3. Untuk menghindari koreksi objek PPh 23/26/final :
 Hindari penggunaan nama-nama perkiraan (account) yang
mudah dipersepsikan sebagai objek PPh Pasal 23/26/final
 Pisahkan antara biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain (objek
PPh Pasal 23) dengan material/reimbursement/tenaga kerja dan
biaya pemeliharaan yang dilakukan sendiri (bukan objek PPh
Pasal 23)

88
Strategi PPh Pasal 23/26/Final……..

5. Dalam hal ada transaksi dengan pihak Luar Negeri, pastikan diperoleh
Certificate of Residence sehingga ketentuan dalam P3B dapat
diterapkan

6. Bila pihak yang harus dipungut / dipotong pajaknya tidak bersedia:


– Jika perusahaan tsb. untung dan pajaknya tidak bersifat final, pajak
yang harus dipungut lebih menguntungkan dihitung dengan metode
gross-up ke dalam objek pemotongan (withholding tax), sehingga
pajak yang dipotong dan disetor dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto perusahaan.
– Jika perusahaan tersebut rugi atau pajaknya bersifat final, metode
gross-up tidak efisien karena akan menambah jumlah pajak yang
harus dibayar.

89
SELESAI

90

Anda mungkin juga menyukai