Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

KLU 73100 - Jasa Periklanan


Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

September 2021

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : Sutanto Agustiono, Kepala Seksi Potensi Sektor Jasa
Tim Penyusun : 1. Devi Indriyani, Account Representitve KPP Pratama Jakarta Pancoran
2. Hendra Sofian, Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
3. Margiono, Account Representative KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
4. Sarmin, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Selatan I
5. Poejowati Probo Wardani, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Selatan I
6. Hamdani, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Selatan II
7. Dellia Santi Noviastuti, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Selatan II
8. Monica Anggraeni, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Special Thanks to : 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan I
2. Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan II
3. KPP Pratama Jakarta Pancoran
4. KPP Madya Jakarta Selatan II
5. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam rangka memenuhi target penerimaan pajak, perlu dilakukan optimalisasi pengawasan dan penggalian potensi berbasis
sektoral terutama terhadap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Dominan. Direktorat PKP telah menentukan KLU Dominan
Nasional berdasarkan 10 KLU Dominan pada setiap Kanwil DJP atas penerimaan pajak 2020. Dalam rangka pengembangan
kompetensi Account Representative, kami memandang perlu untuk menyusun panduan praktis penggalian potensi KLU
Dominan tersebut agar menjadi salah satu referensi dalam penggalian potensi pajak.
Penyusunan panduan praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative terpilih yang berasal dari seluruh Kanwil DJP dan telah
memiliki pengalaman sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang
dilakukan oleh fiskus saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun panduan
praktis ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa panduan praktis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan panduan praktis
penggalian potensi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2021

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE

1 PROSES BISNIS

2 ASPEK PERPAJAKAN

3
CRITICAL POINT / MODUS
PENGHINDARAN PAJAK

4 STUDI KASUS

5 METODE / TEKNIK
PENGGALIAN POTENSI
PROSES BISNIS

Klien

Kontrak

Selesai sesuai
Perusahaan dengan Kontrak

Riset Merancang Produksi Iklan Setting Iklan Memasang Iklan


ASPEK PERPAJAKAN

No Tahap Kegiatan Keterangan Potensi Pajak


1 Kontrak/Perjanjian Tahap awal Perjanjian Pekerjaan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPN
2 Riset Melakukan Riset PPh Pasal 21
PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh
3 Merancang Produk/Iklan Merancang Strategi Komukasi, Kreatif, dan Media
Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN
PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh
4 Produksi Iklan Pembuatan Materi Iklan
Final Pasal 4 (2) dan PPN
5 Setting Iklan dan Pemasangan Setting Iklan dan Pemasangan Iklan di Media PPh Pasal 21, PPh 23, PPN
CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

1 Menyembunyikan atau memperkecil omset/penghasilan.

2 Membesarkan Biaya Gaji pada SPT Tahunan Badan untuk mengurangi Laba Perusahaan.

3 Nilai transaksi yang tidak wajar dengan pihak afiliasi.

4 Menyembunyikan aktivitas dan kegiatan usaha untuk menghindarkan kewajiban pajak dan
pemotongan PPh dan PPN.

5 Biaya Sewa pada SPT Tahunan Badan lebih besar dari akumulasi nilai objek-objek yang dilaporkan
dalam PPh Pasal 23/26 dan PPh Final Pasal 4(2).
STUDI KASUS Contoh Equalisasi biaya Jasa

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang Contoh Equalisasi Biaya Jasa
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah Equalisasi biaya jasa
melaporkan omset yang lebih rendah dari 1 cfm SPT Tahunan PPh 1771, Lampiran II 686.595.983.229
seharusnya. Salah satu cara untuk mengetahui 2 cfm SPT Masa PPh Pasal 23 277.769.828.772
omset yang sebenarnya adalah dengan melihat - Jasa 277.769.828.772
jumlah PPh Pasal 23 yang telah dipotong Wajib 3 Selisih 408.826.154.457
Pajak.

Namun hal ini perlu di klarifikasi apakah


pemotongan menggunakan basis akrual atau
basis kas.

Beberapa Wajib Pajak menggunakan basis akrual


yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yang
pencatatannya dilakukan saat terjadinya
transaksi walaupun kas belum diterima, jadi
antara persandingan DPP PPN dan DPP
Pemotongan PPh 23 terjadi perbedaan.
STUDI KASUS

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang Untuk mengetahui jumlah Biaya Gaji, sumber
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah data yang diperlukan antara lain:
melaporkan beban biaya gaji dalam HPP melebihi 1. Sistem Informasi Perpajakan SIDJP pada
nilai sebenarnya. Salah satu cara untuk mengetahui Detail Pelaporan
biaya Gaji yang sebenarnya adalah dengan 2. Summary Pengawasan pada Aplikasi
menyandingkan data biaya gaji dengan jumlah Portal DJP
seluruh pelaporan Wajib Pajak pada SPT Masa PPh 3. Dokumen Lain
Pasal 21.
STUDI KASUS

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang Untuk mengetahui jumlah Biaya Sewa, sumber
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah data yang diperlukan antara lain:
melaporkan beban biaya Sewa yang dilaporkan 1. Sistem Informasi Perpajakan SIDJP pada
oleh WP Badan pada STP Tahunan PPh Lampiran Detail Pelaporan
II lebih besar dari akumulasi nilai Objek objek PPh 2. Summary Pengawasan pada Aplikasi Portal
Pasal 23, 26 dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang DJP
dilaporkan dalam SPT Masa. 3. Dokumen Lain
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

1 Menyandingkan data omset dengan jumlah seluruh penyerahan pada SPT PPN, sehingga dapat diketahui
Wajib Pajak dengan nilai omset yang dilaporkan pada SPT Tahunan lebih kecil daripada total DPP PK PPN.

Contoh: Penyandingan PPN dengan Omset PPh Badan


Secara umum, nilai omset/peredaran usaha dilaporkan
minimal sama dengan jumlah seluruh No. Masa Tahun DPP PPN
penjualan/penyerahan, namun demikian ditemukan 1
2
Januari
Februari
2018
2018
2,746,707,326
4,905,941,601
Wajib Pajak yang tidak melaporkan keseluruhan 3 Maret 2018 4,571,556,876
penjualan/penyerahan dalam omset/peredaran usaha. 4 April 2018 6,544,573,034
Indikasi potensi muncul jika ditemukan Nilai Peredaran 5 Mei 2018 3,019,820,332
6 Juni 2018 2,638,392,912
Usaha (omset) lebih kecil dari jumlah keseluruhan 7 Juli 2018 3,425,968,844
penyerahan PPN. 8 Agustus 2018 7,162,163,201
9 September 2018 6,189,201,911
Langkah yang ditempuh : 10 Oktober 2018 7,086,564,948
11 November 2018 5,622,931,988
1. Klarifikasi kepada Wajib Pajak 12 Desember 2018 3,379,430,342
2. Diskusi dengan Atasan langsung dan Supervisor TOTAL 57,293,253,315
Pemeriksa Pajak
3. Usul untuk diajukan Pemeriksaan.
SPT PPN Masa 2018 57,293,253,315
SPT PPh Badan 2018 57,114,352,093
Selisih 178,901,222
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

2 Menyandingkan antara biaya gaji dalam Lampiran 1771-II SPT Tahunan Badan dengan SPT PPh
Pasal 21
Penyandingan PPh Pasal 21 dengan Biaya Gaji pada PPh Badan
Contoh :
Biaya Gaji dalam Harga Pokok Penjualan di SPT No. Masa Tahun
Jumlah Bruto
Penghasilan PPh Pasal 21
Tahunan Wajib Pajak lebih besar daripada total 1 Januari 2018 202,631,608
penghasilan Bruto dalam SPT PPh Pasal 21 pusat dan 2 Februari 2018 202,109,571
3 Maret 2018 205,599,889
cabang. Terdapat potensi Wajib Pajak membebankan 4 April 2018 213,950,357
biaya dalam HPP melebihi nilai sebesarnya sehingga 5 Mei 2018 237,492,859

mengurangi laba perusahaan.


6 Juni 2018 209,797,577
7 Juli 2018 231,239,439
8 Agustus 2018 229,570,373
Langkah yang ditempuh : 9
10
September
Oktober
2018
2018
230,865,397
234,206,271
1. Klarifikasi kepada Wajib Pajak. 11 November 2018 234,206,271
2. Diskusi dengan Atasan Langsung dan Supervisor 12 Desember 2018 251,082,668
TOTAL 2,682,752,280
Pemeriksa Pajak.
3. Usul untuk diajukan Pemeriksaan.
SPT Masa PPh Pasal
21 2018 2,682,752,280
SPT PPh Badan 2018 2,725,171,909
Selisih 42,419,629
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

3 Menyandingkan antara nilai Biaya Sewa yang dilaporkan pada SPT Tahunan Lampiran II dengan
akumulasi nilai objek PPh Pasal 23 / 26, dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan Wajib
Pajak dalam SPT Masa.
Penyandingan PPh Pasal 23, Pasal 26 dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) dengan Biaya Sewa pada
Contoh : PPh Badan
Biaya Sewa dalam HPP di SPT Tahunan Wajib Pajak
Jumlah Bruto
Jumlah Bruto
sama dengan akumulasi nilai Objek-Objek PPh Pasal 23, No. Masa Tahun Penghasilan PPh
Jumlah Bruto Penghasilan PPh
Penghasilan PPh Final Pasal 4
26 dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan WP Pasal 23
Pasal 26 ayat (2)
1 Januari 2017 7,600,000 0 6,089,000
dalam SPT Masa. Indikasi muncul jika ditemukan nilai 2 Februari 2017 7,600,000 0 6,089,000
biaya sewa di SPT Tahunan Wajib Pajak lebih besar dari 3
4
Maret
April
2017
2017
7,600,000
7,600,000
0
0
6,089,000
170,755,580
akumulasi nilai Objek Objek Pajak Pasal 23, 26 dan PPh 5 Mei 2017 7,600,000 0 6,089,000
6 Juni 2017 3,800,000 0 6,089,000
Final Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan Wajib Pajak dalam 7 Juli 2017 3,800,000 0 1,190,000
8 Agustus 2017 3,800,000 0 12,625,800
SPT Masa. 9 September 2017 3,800,000 0 6,321,900
10 Oktober 2017 3,800,000 0 6,312,900
11 November 2017 3,800,000 0 170,979,480
Langkah yang ditempuh : 12 Desember 2017 3,800,000 0 6,312,900
TOTAL 64,600,000 0 404,943,560
1. Klarifikasi Kepada Wajib Pajak
2. Diskusi dengan Atasan langsung dan Supervisor SPT Masa PPh Pasal 23 64,600,000
Pemeriksa Pajak SPT Masa PPh Pasal 26 0
SPT Masa PPh Pasal 21 404,943,560
3. Usul untuk diajukan Pemeriksaan. Total Sewa 469,543,560

SPT Masa 23/26 dan PPh Final Pasal 4(2) 469,543,560


SPT PPh Badan 2017 694,832,335
Selisih 225,288,775
PROSES BISNIS

One Stop
Service Pembuatan

Full Service Desain Iklan Pemasangan

Pemasangan Jasa Lainnya


Jenis Agensi Media
Periklanan

Event Organizer
Agency
Specialist
Reklame
(Out of Home)
PROSES BISNIS
Wajib Pajak merupakan perusahaan periklanan media luar ruang atau Out of Home (OOH). Wajib Pajak menjadi pelaksana
dalam pengerjaan konstruksi media iklan. Pada proses pelaksanaan konstruksi, Wajib Pajak bekerjasama dengan pihak ketiga.

Klien Wajib Pajak Melaksanakan proses konstruksi

Vendor
Melakukan kerja sama dalam
pembangunan konstruksi
media iklan Pengerjaan konstruksi

Selesai

Melakukan pembayaran

Melakukan penagihan Reimbursment biaya konstruksi


Vendor Wajib Pajak
atas barang/jasa (invoice dan faktur pajak)

Klien

Melakukan pembayaran
ASPEK PERPAJAKAN

No. Tahap Kegiatan Keterangan Potensi Pajak


1 Pembangunan Media Iklan
a. Diborongkan pada pihak lain a. Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 ayat (2) & PPN Masukan
b. Jasa Teknik PPh Pasal 23/26 & PPN Masukan
c. Jasa Konsultan PPh Pasal 23/26 & PPN Masukan
d. Jasa Manajemen PPh Pasal 23/26 & PPN Masukan
e. Penyerahan Bangunan PPh Pasal 4 ayat (2) & PPN Masukan
b. Dibangun sendiri a. Upah Harian/borongan PPh Pasal 21
b. Jasa Konsultan PPh Pasal 23/26 & Pajak Masukan

2 Proses produksi iklan Perancang iklan PPh Pasal 21


PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26,
Bahan Baku
PPh Final Pasal 4 (2) dan PPN
Setting Iklan PPh Pasal 21
CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

1 Tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas pelaksanaan jasa konstruksi.

2 Tidak melaporkan atau melaporkan penyerahan jasa periklanan lebih kecil dari jumlah sebenarnya.

3 Melakukan pembebanan biaya yang tidak seharusnya dibebankan untuk memperkecil omzet.
STUDI KASUS – Perusahaan Leading di OoH (Out of House Advertising)
Tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas pelaksanaan jasa konstruksi.
WP Periklanan diketahui terdapat data Pajak Masukan dan Pembayaran sebagai berikut:

PPh Pasal 4 ayat 2


(2% x Rp13.535.425.773)
= Rp270.708.515

MPN PPh Pasal 4 Ayat 2


Rp3.760.000

Atas pelaksanaan jasa konstruksi menurut PM Wajib Pajak, PPh Pasal 4 Ayat (2) seharusnya dibayar : Rp270.708.515
terdapat transaksi yang belum dilakukan pemotongan PPh Pasal 4 Setoran 41128-409 Masa Sep 2020 : Rp3.760.000
ayat (2). Oleh karena itu, terdapat potensi PPh Pasal 4 ayat (2)
sebagai berikut: Potensi PPh Pasal 4 Ayat (2), 2% : Rp266.948.515
STUDI KASUS – Perusahaan Leading di OoH (Out of House Advertising)
Tidak melaporkan atau melaporkan penyerahan Jasa Periklanan lebih kecil dari jumlah sebenarnya

WP Periklanan diketahui melaporkan SPT Tahunan sebagai berikut:


Penyandingan PPN dengan Omset PPh Badan

No. Masa Tahun DPP PPN


1 Januari 2020 648,600,000
2 Februari 2020 16,862,421,660
3 Maret 2020 6,391,893,000
4 April 2020 -
5 Mei 2020 -
6 Juni 2020 4,773,748,200
7 Juli 2020 5,145,454,545
8 Agustus 2020 27,956,829,983
9 September 2020 10,851,606,723
10 Oktober 2020 21,726,978,234
11 November 2020 5,811,265,453
12 Desember 2020 224,437,575,628
TOTAL 324,606,373,426

Atas selisih tersebut, langkah yang ditempuh:


1. Klarifikasi kepada Wajib Pajak,
2. Diskusi dengan atasan langsung dan supervisor pemeriksa pajak,
3. Diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.
STUDI KASUS – Perusahaan Leading di OoH (Out of House Advertising)
Melakukan pembebanan atas biaya-biaya yang tidak sesuai kriteria 3M.
WP Periklanan diketahui melaporkan SPT Tahunan sebagai berikut:

Atas pelaporan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak, diketahui Biaya Atas selisih tersebut, langkah yang ditempuh:
Lainnya sebesar Rp53.373.401.101 dan Rp32.621.865.100. 1. Klarifikasi kepada Wajib Pajak,
Perlu dilakukan konfirmasi kepada Wajib Pajak atas detil biaya 2. Diskusi dengan atasan langsung dan supervisor pemeriksa pajak,
tersebut karena nominal yang cukup besar dan berkontribusi 3. Diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.
sebesar 11 % dan 79 % dari total biaya.
METODE/TEKNIK PENGGALIAN POTENSI
Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan, yaitu:

1 Melakukan analisis terhadap Pajak Masukan atas pelaksanaan jasa konstruksi.

Wajib Pajak yang menggunakan jasa pihak ketiga untuk pelaksanaan konstruksinya perlu dilihat di detil faktur pajak masukan agar dapat
memisahkan antara biaya material dan biaya jasa yang seharusnya dikenakan PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Pasal 23.

2 Melakukan ekualisasi penyerahan berdasarkan SPT Masa PPN dan Faktur Pajak dengan peredaran
usaha yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh.
Dari ekualisasi dapat diperoleh potensi PPh Pasal 25/29 yang kurang dibayar, maupun penyerahan Jasa Kena Pajak yang belum/kurang
dipungut PPN.

3 Melakukan analisis terhadap biaya-biaya yang seharusnya tidak dibebankan.

Setiap pembebanan biaya harus dilakukan penelitian apakah sesuai dengan kriteria 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara) penghasilan.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai