Anda di halaman 1dari 98

PILIHAN BERGANDA

1. C
2. C
(UU PDRD Pasal 87 ayat 2 huuf o)
3. B
(UU PDRD pasal 70 ayat 2)
4. C
5. B
(UU PDRD pasal 74 ayat 1)
6. B
7. C
8. B
9. C
(UU PDRD pasal 132)
10. B
11. A
12. C
13. B
14. C
15. A
16. A
17. D
(UU PDRD pasal 116)
18. D
19. B
20. C
URAIAN SINGKAT

1. Subjek Pajak PBB P2 : Pihak yang memiliki hak atas tanah dan/atau bangunan
Wajib Pajak PBB P2 : Pihak yang memanfaatkan tanah dan/atau bangunan

Contoh yang jelas dapat kita lihat pada suatu jasa persewaan ruko. Ketika
seseorang/badan menyewa ruko, pada kebanyakan perjanjian, yang menyetorkan PBB
(yang menjadi Wajib Pajak) adalah penyewa, sedangkan pemilik ruko hanyalah sebagai
pemilik tanah dan/atau bangunan (yang menjadi Subjek Pajak)

2. Tidak, dikarenakan retribusi dikenakan atas jasa maupun fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah daerah sehingga uang retribusi langsung masuk ke kas pemerintah daerah.

3. Iya, karena PD (Perusahaan Daerah) Pasar Jaya dikelola oleh pemerintah daerah DKI
Jakarta. Untuk klasifikasi jenis Retribusinya dapat dimasukkan ke dalam 2 jenis;
- Retribusi Pelayanan Pasar
Apabila ruangan tadi dikhususkan oleh pedagang
- Retribusi Penggunaan Kekayaan Daerah
Apabila ruangan tadi bisa digunakan selain oleh pedagang
4. Terdapat 3 jenis pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah yang dipungut retribusi;
a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke
lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

5. Perbedaannya adalah tempat dikenakannya Pajak/Retribusi tersebut.


 Pajak Parkir pada tempat parkir yang disediakan oleh selain pemerintah daerah yang
berkaitan dengan pokok usaha (seperti parkiran minimarket, supermarket, atau Mall)
maupun usaha utama (seperti tempat penitipan motor di samping Stasiun Pondok
Ranji).
 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan pada tepi jalan yang diperuntukkan untuk
parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
 Retribusi Tempat Khusus Parkir pada tempat yang dikhususkan untuk parkir yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.

Selain itu, yang menjadi Wajib Pajak untuk Pajak Parkir adalah orang pribadi/badan yang
mengusahakan tempat parkir sehingga para pengguna motor/mobil yang parkir tidak
menyetorkan pajak secara langsung.

Lain halnya dengan retribusi yang mana para pengguna motor/mobil yang parkir
menyetorkan retribusi secara langsung.

Persamaan dari ketiga Pajak dan Retribusi tersebut adalah sama-sama dikenakan karena
adanya sepeda motor dan/atau mobil yang parkir.

6. Keterangan pada PP No. 97 Tahun 2012:

Mengenai retribusi pengendalian lalu lintas:


Pasal 3

(1) Objek Retribusi Pengendalian Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) huruf a meliputi penggunaan ruas jalan tertentu, koridor tertentu, atau kawasan
tertentu pada waktu tertentu oleh kendaraan bermotor perseorangan dan barang.

(2) Tidak termasuk kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. sepeda motor;
b. kendaraan penumpang umum;
c. kendaraan pemadam kebakaran; dan
d. ambulans

Mengenai retribusi perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing:

Pasal 13
(1) Objek Retribusi Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf b meliputi pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja
Asing.

(2) Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional,
lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

7. Dikarenakan minuman beralkohol dapat menimbulkan berbagai macam efek negatif


seperti penyakit maupun crash antarmasyarakat, maka retribusi izin tempat penjualan
minuman beralkohol diperlukan karena:

 Pengawasan

Dengan adanya izin, pemda (pemerintah daearh) dapat memetakan mana saja tempat
penjualan minuman beralkohol dan dapat memproyeksikan daerah mana saja yang
kemungkinan terdampak dari minuman beralkohol sehingga pemda dan perangkatnya
(seperti kepolisian daerah) dapat mengambil kebijakan yang tepat berdasarkan data yang
didapat.

 Pengendalian

Dengan adanya izin, pemda dapat mengendalikan jumlah minuman beralkohol yang
beredar dikarenakan izin ini memiliki harga sehingga akan menjadi penghalang bagi
masyarakat yang ingin menjual minuman beralkohol “secara legal” sehingga masyarakat
enggan menjual minuman beralkohol.

 Pendapatan

Dikarenakan melarang peredaran minuman beralkohol sepenuhnya tidak mungkin


dilakukan dan potensi pendapatan dari sektor minuman beralkohol juga tinggi (mengingat
banyak minuman beralkohol dengan kadar tertentu juga dikenakan cukai), pemda dapat
memanfaatkan izin ini untuk menambah pendapatan daerah.

 Pengobatan

Dengan adanya izin, pemda dapat memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk
mengatasi efek yang ditimbulkan dari minuman beralkohol seperti peningkatan fasum
kesehatan untuk masyarakat.

8. Menurut kami tidak tepat karena retribusi yang dikenakan atas penggunaan jalan kurang
merepresentasikan peran Pemda Karanganyar sebagai pelayan masyarakat yang mana
mengenakan retribusi atas penggunaan jalan raya provinsi antara dua kabupaten yang
mana sangat vital sehingga ditakutkan akan menghambat aktivitas masyarakat yang
sehari-harinya bergantung pada jalan ini.
Penggunaan retribusi juga tidak tepat walaupun „mungkin‟ maksud pemerintah adalah
menggali potensi dari tempat wisata yang ada di Kecamatan Tawangmangu dikarenakan
objek retribusinya (penggunaan jalan antarprovinsi) tidak cocok dikarenakan melanggar
prinsip retribusi, yaitu dikenakan atas pelayanan „jasa tertentu‟ dalam hal ini, objek
wisata. Apabila tetap dikenakan, maka pengguna jalan yang tidak menikmati objek wisata
juga dikenakan.

Bagaimanapun juga, penggunaan retribusi juga tidak bisa dikenakan pada objek wisata itu
sendiri dikarenakan sudah dikenakan Pajak Hiburan sehingga penggunaan retribusi tidak
dapat dilakukan karena akan terjadi double taxation (Pengenaan pajak lebih dari satu kali
untuk objek yang sama).

KASUS

Catatan : Dikarenakan kolom “Subjek Pajak atau Retribusi Daerah” kurang cocok
sebagai acuan, maka izinkan tim PSB untuk menggantinya menjadi “Wajib Pajak atau
Retribusi Daerah” guna mengetahui siapa yang wajib untuk menyetorkan Pajak maupun
Retribusi Daerah.

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
1 Pajak Hotel PT Simas Jaya Hotel 94.940.995.632 105.583.421.887

Komponen yang menyusun pajak hotel terdiri dari:


2017 2016
Kamar 86.523.334.649 98.076.517.898
Pendapatan Internet 1.907.659.021 2.087.653.109
Pendapatan Laundry 1.098.765.198 1.439.762.098
Pendapatan Catering 3.908.653.210 3.000.987.376
Pendapatan Pusat Bisnis 1.502.583.554 978.501.406
Total 94.940.995.632 105.583.421.887

Pendapatan Internet dan Laundry masuk ke Pajak Hotel karena „mereka‟ (jasa - jasa
tersebut) merupakan pelayanan yang disediakan oleh hotel (Pasal 32 ayat 2 UU PDRD)
karena penagihannya dimasukkan dalam tagihan kepada tamu hotel (cek keterangan b)

Pendapatan makan dan minum TIDAK masuk ke Pajak Hotel meskipun berada di
daerah/zona hotel dikarenakan pencatatannya terpisah dari tagihan menginap hotel,
sehingga masuk Pajak Restoran
Pendapatan Catering dan Pusat Bisnis masuk ke Pajak Hotel karena berkenaan dengan
Sewa ruangan yang merupakan objek dari Pajak Hotel (dikarenakan peruntukannya untuk
pertemuan orang yang mana seminar termasuk), sehingga „mereka‟ mengikuti Sewa
ruangan, yaitu dikenakan Pajak Hotel.

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
2 Pajak Restoran PT Simas Jaya Hotel 77.273.956.262 76.093.487.214

Dikarenakan seluruh pencatatan atas makanan terpisah dari tagihan menginap hotel, maka
dia termasuk Pajak Restoran (dikuatkan juga dengan argumentasi “dari restoran „UENAK
TENANZ‟ ”

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
3 Pajak Parkir PT Simas Jaya Hotel 1.087.578.210 908.765.093

Walaupun yang mengelola parkir adalah PT Secureaman Indonesia, yang menyebabkan


objek Pajak Parkir itu ada adalah PT Simas Jaya Hotel lewat kerja sama operasi, sehingga
yang dianggap menyelenggarakan parkir adalah PT Simas Jaya Hotel

Sumber : Keterangan pegawai Pemda bagian penagihan.

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
4 Pajak Hiburan PT Simas Jaya Hotel 1.807.542.110 2.098.673.810

Sama seperti Pajak Parkir klausulnya. Karena PT Simas Jaya Hotel bekerja sama operasi
dengan PT Banyu Putih Tok, Tbk., maka yang dianggap menyelenggarakan hiburan
adalah PT Simas Jaya Hotel
No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
5 Pajak Reklame CV Pokokeoraroboh 1.065.982.301 976.031.653

DPP untuk Pajak Reklame ini merupakan nilai kontrak (Pasal 49 ayat 2 UU PDRD)
dikarenakan reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, yaitu CV Pokokeoraroboh

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
6 Pajak Air Tanah PT Simas Jaya Hotel 45.432.461.520 54.381.756.960

Besaran pokok Pajak Air Tanah yaitu hasil pengalian Dasar pengenaan (yaitu Nilai
perolehan air tanah) dengan volume air yang digunakan

Pokok Pajak 2017 = Rp 116.664 X 389.430 m3 = Rp 45.432.461.520


Pokok Pajak 2016 = Rp 116.664 X 466.140 m3 = Rp 54.381.756.960

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
7 Retribusi Pelayanan PT Simas Jaya Hotel 987.600.000 876.150.000
Kebersihan

Besaran retribusi yang harus dibayar yaitu hasil pengalian tarif per m 3 dengan banyaknya
sampah yang dipungut

Retribusi 2017 = Rp 150.000/m3 X 6.584 m3 = Rp 987.600.000


Retribusi 2016 = Rp 150.000/m3 X 5.841 m3 = Rp 876.150.000

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
8 Pajak Penerangan Jalan PT Simas Jaya Hotel 18.531.680.350 20.268.371.992
DPP merupakan nilai tagihan sebelum dikenakan Pajak Penerangan Jalan. Dikarenakan
di soal hanyalah tagihan saja, maka dari itu nilai tagihan sudah dikenakan Pajak
Penerangan Jalan (karena tagihan PLN pada umumnya tidak dipisahkan dari PPN/PPJ)

Pokok Pajak 2017 =

Pokok Pajak 2016 =

Akumulasi semua pajak dan retribusi:

No Objek Pajak atau Wajib Pajak atau Dasar Pengenaan Pajak atau
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Retribusi (Rp)
2017 2016
1 Pajak Hotel PT Simas Jaya Hotel 94.940.995.632 105.583.421.887
2 Pajak Restoran PT Simas Jaya Hotel 77.273.956.262 76.093.487.214
3 Pajak Parkir PT Simas Jaya Hotel 1.087.578.210 908.765.093
4 Pajak Hiburan PT Simas Jaya Hotel 1.807.542.110 2.098.673.810
5 Pajak Reklame CV Pokokeoraroboh 1.065.982.301 976.031.653
6 Pajak Air Tanah PT Simas Jaya Hotel 45.432.461.520 54.381.756.960
7 Retribusi Pelayanan PT Simas Jaya Hotel 987.600.000 876.150.000
Kebersihan
8 Pajak Penerangan Jalan PT Simas Jaya Hotel 18.531.680.350 20.268.371.992

3. a. Besaran BPHTB = (DPP – NPOP) X Tarif


= (Rp 18.000.000.000 – Rp 60.000.000) X 3%
= Rp 538.200.000,-

Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, yaitu PT Palo Alto Residence Bogor

BPHTB harus dibayar pada saat terutang. Dalam hal ini (jual beli pada soal) pada
tanggal ditandatanganinya akta jual beli, yaitu pada tanggal 15 Agustus 2018.
Tatacara pembayaran ditentukan oleh peraturan daerah terkait. Setelah pembayaran,
wajib pajak wajib melaporkan pembayarannya melalui SPTPD (Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah) yang diatur lebih lanjut pada peraturan daerah terkait.

b. Besaran PPh Ps 4(2) = Pendapatan Bruto X Tarif


= Rp 18.000.000.000 X 2,5% (PP No. 34 Tahun 2016)
= Rp 450.000.000,-
Wajib Pajak PPh Ps 4(2) adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
penghasilan, yaitu PT Simas Jaya Hotel.

Menurut PP No. 34 tahun 2016 Pasal 3, tatacara pembayaran PPh Ps 4(2) atas
penjualan tanah dan/atau bangunan yaitu dengan menyetorkan PPh yang terutang ke
bank/pos persepsi sebelum akta, keputusan, kesepakatan, atau risalah lelang, yaitu
sebelum penandatanganan akta pada tanggal 15 Agustus 2018.

CP : Fikri N. R. (085790830870)

“It does not matter where you go and what you study, what matters most is what you share
with yourself and the world. – Tidak masalah kemana dan apa yang kau pelajari, yang paling
penting adalah apa yang kau bagi dengan dirimu sendiri dan dunia”

– Santosh Kalwar
PILIHAN GANDA

1. Jawaban :D

Tn Rudi Wijaya mempunyai penghasilan dari pekerjaan atau sebagai pegawai ingin
mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, maka menurut
pasal 17D ia tidak memiliki batasan jumlah lebih bayar
Sumber : ppt dosen, Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina, UU KUP pasal 17D
2. Jawaban :B
Pasal 41B
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah). ***)
Sumber : UU KUP pasal 41B
3. Jawaban :–
Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan WP tidak mengajukan keberatan
atas SKPKB atau SKPKBT, kepada WP disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7
(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan
Sumber : Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina halaman 76
4. Jawaban :B

Sumber : ppt dosen


5. Jawaban: B
UU KUP Pasal 9 ayat 3
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Sumber : UU KUP pasal 9 ayat 3


6. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


7. Jawaban :D
Pasal 81 ayat 2
Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas Gugatan diambil dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sejak Surat Gugatan diterima
Sumber : UU RI Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak Pasal 81 ayat 2
8. Jawaban :D
Dalam praktik akan timbul kendala, apabila Wajib Pajak tidak segera melunasi pajak
yang kurang dibayar sehubungan dengan Putusan Banding, Dirjen Pajak berhak
melakukan tindakan penagihan, sebaliknya DJP juga berkewajiban memberikan Imbalan
Bunga apabila ditemukan kelebihan pembayaran pajak sehubungan dengan Putusan
Banding. Sehingga apabila Wajib Pajak tidak mengajukan Peninjauan Kembali dan
ditemukan kelebihan pembayaran pajak karena putusan banding diterima sebagian atau
seluruhnya, kepada Wajib Pajak harus diberikan Imbalan Bunga. Hal ini tidak menyalahi
ketentuan Undang-undang baik Undang-undang Pengadilan Pajak, Undang-undang KUP,
maupun PP 74 Tahun 2011 (poin c). Hal ini sesuai dengan konsideran Undang-undang
Perpajakan yaitu mewujudkan sistem perpajakan yang netral, lebih memberikan keadilan
dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum maka pemberian Imbalan Bunga
merupakan hak Wajib Pajak dan untuk memenuhi rasa keadilan terhadap masyarakat
Wajib Pajak. Sejalan pula dengan asas Kepastian Hukum yakni asas dalam negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
Sumber : https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/20094-
imbalan-bunga,-kapankah-diberikan
9. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


10. Jawaban :D
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
Sumber : Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina hal 80
11. Jawaban :B
Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak
adalah:
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Ketetapan Pembetulan
e. Surat Ketetapan Keberatan
f. Putusan Banding
g. Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.
Sumber : Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina hal 73
12. Jawaban :A

Jadi PT. ABC harus membayar minimal sejumlah yang disetujui yakni Rp 50.000.000,-
Sumber : ppt dosen
13. Jawaban :B

Jadi DJP harus memberi keputusan atas permohonan keberatan paling lama 12 bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima.
Sumber : ppt dosen
14. Jawaban :C

Jadi yang tidak benar adalah opsi C karena sejak saat berakhirnya masa pajak, yang mana
seharusnya sejak pemberitahuan Surat Paksa dalam hal surat paksa atau sejak batas
akhir penundaan diberikan dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau
persetujuan angsuran pembayaran
Sumber : ppt dosen
15. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


16. Jawaban :C

Sumber : ppt dosen


17. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


18. Jawaban :A
Pasal 13
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:
Sumber : UU KUP pasal 13 ayat 1
19. Jawaban :C

Sumber : ppt dosen

20. Jawaban :B

Sumber : ppt dosen


21. Jawaban :D
Menurut UU KUP Pasal 16 ayat 1, permohonan pembetulan dapat dilakukan atas
kekeliruan pada:
a. Surat ketetapan pajak, yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
b. Surat Tagihan Pajak;
c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
d. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
e. Surat Keputusan Pembetulan;
f. Surat Keputusan Keberatan;
g. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
h. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
i. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak; atau
j. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak.

Jadi, apabila terdapat kesalahan pada SK Pembetulan, maka WP dapat mengajukan


permohonan pembetulan kembali atas SK Pembetulan. Dan apabila terdapat kesalahan
lagi pada SK Pembetulan setelah SK Pembetulan yang ke-2, WP dapat mengajukan
kembali dst.

Untuk jangka waktunya tidak dijelaskan pada UU KUP, sehingga tidak ada batasan.

22. Jawaban :B
UU KUP Pasal 9 ayat 3
3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Jadi pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan 26 Februari 2017
Sumber : UU KUP pasal 9 ayat 3
23. Jawaban :D

Jadi, WP tidak perlu melakukan pelunasan sama sekali agar dapat mengajikan
permohonan banding.
Sumber : PPT Dosen
24. Jawaban :C

WP menyampakan permohonan keberatan langsung ke KPP tempat WP terdaftar pada


tanggal4 Juli 2018, maka DJP harus memberikan keputusan paling lama 12 sejak
permohonan diterima yakni 3 Juli 2019
Sumber : ppt dosen
25. Jawaban :A
Pasal 17B ayat 3
Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar. ***)
Sumber : UU KUP pasal 17B ayat 3
26. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


27. Jawaban :C
Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan
biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
Sumber : UU RI Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU Nomor 19 Tahun
1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
28. Jawaban :D
Pasal 17C
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk
Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima
secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai. ***)
Sumber : UU KUP pasal 17C ayat 1
29. Jawaban :B

Sumber : ppt dosen


30. Jawaban :A
PK merupakan upaya hukum luar biasa. Maksud upaya hukum „luar biasa‟ adalah suatu
upaya untuk „mementahkan kembali‟ (mengganti) suatu putusan hukum yang telah
berkekuatan hukum tetap/final (dalam hal ini, Putusan Banding maupun Putusan
Gugatan) karena alasan tertentu yang diterangkan pada UU No. 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak Pasal 91 maupun UU lain yang mengatur tentang PK, yaitu:
1. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu
2. Terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan
3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut
4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya
5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Sumber : http://jdih.kepriprov.go.id/artikel/tulisanhukum/9-upaya-hukum-luar-biasa,
UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan Buku KUP Irwan Wibowo dan
Susi Zulvina hal 98 – 99
Jawaban D salah dikarenakan ada “dan Pengadilan Pajak”. Seharusnya “Fiskus” ataupun
lawan dari Wajib Pajak

31. Jawaban :C

Sumber : ppt dosen

32. Jawaban :B

Penyampaian SPT LB restitusi pada 16 Maret 2016 dan diterbitkan pada 4 Juli 2017,
maka bulan yang dihitung adalah April, Mei, Juni, Juli
Sumber : ppt dosen
33. Jawaban :C
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan
oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh
tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa
Pajak, dan Tahun Pajak.
Sumber : ppt dosen
34. Jawaban :C

Sumber : Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina hal 61


35. Jawaban :A

Sumber : ppt dosen


36. Jawaban :B
Pasal 11 ayat 1a
Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali, serta Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan
kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak,
langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. ***)
Sumber : UU KUP pasal 11 ayat 1a
37. Jawaban :D

Sumber : ppt dosen


38. Jawaban :D

39. Jawaban :C
Dalam melakukan tugas perpajakan, fiskus juga harus menaati peraturan yang telah
dibuat dalam KUP pada Pasal 34, yaitu menjaga kerahasiaan data WP. Hal-hal tersebut
diatur pada penjelasan Ayat 1 antara lain:
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak;
b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan;
c. dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia;
d. dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkenaan.

Sedangkan, di Ayat 2a menerangkan bahwa ada pengecualian atas data yang dapat
diungkapkan, yaitu pada huruf b, pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan Menteri
Keuangan untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan negara.

Keterangan yang dimaksud dijelaskan pada penjelasan ayat 2a, yaitu

1. Identitas Wajib Pajak meliputi:


 Nama Wajib Pajak  Alamat Wajib Pajak  Merek usaha; dan/atau
 NPWP  Alamat kegiatan usaha  Kegiatan usaha WP
2. Informasi yang bersifat umum tentang perpajakan meliputi:
a. penerimaan pajak secara nasional;
b. penerimaan pajak per Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan/atau per
Kantor Pelayanan Pajak;
c. penerimaan pajak per jenis pajak;
d. penerimaan pajak per klasifikasi lapangan usaha;
e. jumlah Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak terdaftar;
f. register permohonan Wajib Pajak;
g. tunggakan pajak secara nasional; dan/atau
h. tunggakan pajak per Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan/atau per
Kantor Pelayanan Pajak.

Sehingga data WP yang tidak boleh diberitahukan kepada pihak lain adalah
Penerimaan pajak per Wajib Pajak (karena dia juga merupakan nominal yang tertera
pada SPT maupun turunannya (SKP, SKPKB, SK Banding, STP, dsb)

40. Jawaban :A
Sumber : PMK 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Seorang Kuasa pasal 2 ayat 4
ESAI

1. Pada 9 Februari 2018 WP menerima STP sebesar Rp 1.000.000,- yang mana ternyata
terdapat kesalahan tulis seharusnya sebesar Rp 100.000,-
a. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP adalah pembetulan
b. Persyaratan pengajuan upaya hukum tersebut adalah

Akibat adanya pembetulan ketetapan ini, mengakibatkan jumlah utang pajak dari
ketetapan-ketetapan pajak diatas menjadi berubah. Adanya perubahan ini
mengakibatkan adanya dasar penagihan pajak yang baru. Jangka waktu penyelesaian
permohonan adalah paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima. Direktorat Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas
permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak tersebut. Apabila jangka waktu
tersebut telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Apabila permohonan diatas ditolak atau dikabulkan sebagian, maka Wajib Pajak
berhak meminta keterangan dan Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau
mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak tersebut.
c. Upaya hukum pada huruf a yakni pembetulan dapat dilakukan tidak ada batasan.
Apabila masih terdapat kesalahan berupa: kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan
atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan perundang-undangan perpajakan
dalam Surat Keputusan Pembetulan tersebut, Wajib Pajak dapat mengajukan lagi
permohonan pembetulan kepada Direktur Jenderal Pajak, atau Direktur Jenderal
Pajak dapat melakukan pembetulan lagi secara jabatan.
Sumber : ppt dosen, Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina hal 87, dan
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=1020

2. Daluwarsa penagihan pajak 5 tahun dihitung sejak STP atau SKP diterbitkan. Hal-hal
yang dapat menyebabkan daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 tahun adalah
Pasal 22
1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali. ***)
2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
apabila: ***)
a. diterbitkan Surat Paksa;
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Sumber : UU KUP pasal 22

3. SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016 WP Tn. Beny terdapat salah hitung yang
menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp 25.000.000,-. Atas kekurangan PPh
tersebut, AR menerbitkan STP pada tanggal 20 Juni 2017. Dengan begitu, STP yang
seharusnya dibayar oleh Tn. Beny adalah 3 (bulan) x 2% (sanksi) x Rp 25.000.000,- =
Rp 1.500.000,-
Waktu 3 bulan dihitung dari April, Mei, Juni
Sumber : Buku KUP Irwan Wibowo dan Susi Zulvina hal 68

4. Pada tanggal 15 Mei 2018 WP menerima SK Keberatan yang terbit pada tanggal 10
Mei 2018 dengan menolak seluruhnya permohonan keberatan WP atas SKPKB
sebesar Rp 100.000.000,-. Apabila WP tidak puas dengan Surat Keputusan Keberatan,
upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP adalah dengan mengajukan banding,
persyaratannya :
1) Diajukan dalam bahasa Indonesia ke Pengadilan Pajak
2) Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterima Keputusan yg
diajukan banding
3) 1 keputusan diajukan 1 surat banding
4) Diajukan dengan disertai alasan yg jelas dan dicantumkan tanggal terima SK
yang dibanding
5) Pada surat banding dilampirkan salinan SK yang dibanding
6) Jumlah pajak yang terutang telah dibayar sebesar 50%
Sumber : ppt dosen

CP : Istiqomah (085799149043)

“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka
Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.”

- HR. Muslim, no. 2699


PILIHAN GANDA

1. B. Piutang
(UU No.1 tahun 2004)
2. B. UU tentang APBN
(UU No.1 tahun 2004)
3. D. Semua jawaban benar
(www.djkn.kemenkeu.go.id)
4. C. Piutang negara perbankan dan non perbankan
(PPT Dosen)
5. D. Peraturan Presiden
6. A. Piutang pajak dan piutang yang diatur dalam Undang-Undang tersendiri
(UU No.1 tahun 2004)
7. D. Semua jawaban benar
(PPT Dosen)
8. C. Pelelangan umum
(PPT Dosen)
9. D. Pelelangan sederhana
(PPT Dosen)
10. A. Sanksi administrasi, blacklist, perdata dan pidana
(PPT Dosen)
11. B. Kementerian Pertahanan, Mabes TNI/Angkatan, dan Kemenristek
(PPT Dosen)
12. C. Kuasa Pengguna Anggaran
(PPT Dosen)
13. C. Persediaan, aset tetap dan aset lainnya
(PPT Dosen)
14. D. Aset milik Kementerian/Lembaga
(PPT Dosen)
15. B. Pembukuan, pelaporan dan inventarisasi
(PPT Dosen)
16. B. Asas fungsional
(PPT Dosen)
17. A. Penyerahan kepada pihak pengelola BMN
(PPT Dosen)
18. C. PP No.58 tahun 2005
19. D. Jawaban B dan C benar
(PP No.58 tahun 2005)
20. A. Hak untuk memungut PPh/PPN
21. C. Kepala SKPD
(PP No.58 tahun 2005)
22. B. Dana insentif daerah
23. A. Standar pelayanan minimum
(PP No.23 tahun 2005)
24. C. Renstra bisnis dan RBA
(PP No.23 tahun 2005)
25. C. PSAK 45 yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia
(PP No.23 tahun 2005)
26. B. Kepada presiden
(UU No.1 tahun 2004)
27. D. Tanggung jawab atas penggunaan anggaran dan hasil yang dicapai atas beban
anggaran negara
(UU No.1 tahun 2004)
28. D. laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan memuat temuan, kesimpulan dan
rekomendasi
(UU No.15 tahun 2004)
29. C. Diskresi terhadap implementasi peraturan perundang-undangan
(UU No.15 tahun 2004)
30. A. Melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada instansi yang
berwenang
(Peraturan BPK No.3 tahun 2016)

ESAI

2. Bahwa dasar untuk memulai pengadaan barang adalah rencana kerja/perencanaan


kebutuhan. Selaras dengan ketentuan Perpres 54/2010 dan seluruh perubahannya pasal 22
ayat (3) bahwa Rencana Umum Pengadaan (RUP) meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
 mengindentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I (RKBMD).
 menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan Barang/Jasa
(RKA).
 Menetapkan Kebijakan Umum tentang pemaketan pekerjaan, cara Pengadaan
Barang/Jasa, dan pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa;

Jika RUP sudah berhasil disusun, maka langkah selanjutnya adalah proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa. Perpres 4/2015 pasal 86 ayat 2a yang menyebutkan bahwa dalam
hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului pengesahan
DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan
kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi
DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan.

Perpres 4/2015 berusaha memisahkan kaitan antara proses pemilihan penyedia dengan
kemampuan keuangan (Kepastian Kecukupan/Kesesuaian Anggaran). Otomatis dengan
itu kemampuan keuangan tidak dapat dipisahkan dengan penandatanganan kontrak.

RKA-KL dan Raperda APBD masih bisa dimungkinkan untuk berubah. Untuk itulah
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 mengatur secara spesifik jenis pelelangan yang prosesnya
bisa dilakukan sebelum anggaran disahkan. Proses yang dapat dilakukan sebelum
anggaran disahkan seperti dijelaskan pada pasal 60 (3) : “Dalam hal Pelelangan Umum
dengan prakualifikasi, Pelelangan Terbatas atau Seleksi Umum dilakukan mendahului
Tahun Anggaran, SPPBJ hanya diterbitkan setelah DIPA/DPA disahkan.”

Maka dari itu pada dokumen pemilihan penyedia mendahului DIPA/DPA selalu
dituangkan klausal “ketidakpastian” berupa pernyataan bahwa DIPA/DPA belum
ditetapkan sehingga sangat terbuka kemungkinan dibatalkan jika anggaran tidak
disepakati atau jumlahnya kurang dari yang telah diumumkan. Jika proses pelelangan
dibatalkan karena DIPA/DPA tidak ditetapkan atau alokasi anggaran dalam DIPA/DPA
yang ditetapkan kurang dari nilai pengadaan yang diadakan, maka Penyedia Barang/Jasa
tidak dapat diberikan ganti rugi.

Syarat-syarat RUP dapat diumumkan tertuang pada pasal 25 Perpres 54/2010


sebagaimana diubah dengan Perpres 4/2015, yang mensyaratkan pengumuman RUP
paling minimal sudah ada RKA-KL, sedang untuk daerah, minimal RAPBD sudah
disetujui bersama dengan DPRD. Namun demikian pasal 73 ayat 2 bahwa Untuk
Pengadaan Barang/Jasa tertentu, Pokja ULP dapat mengumumkan pelaksanaan pemilihan
Penyedia Barang/Jasa secara luas kepada masyarakat sebelum RUP diumumkan.

https://www.pengadaan.web.id/2016/11/mengupas-tuntas-rencana-umum-pengadaan-rup-
sebagai-dasar-untuk-memulai-pengadaan-barang-jasa.html

3. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan


orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan
berdasarkan harga satuan

Sayembara digunakan untuk Pengadaan Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:

a. merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode
pelaksanaan tertentu; dan
b. tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.

Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan Barang/benda


tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat
ditetapkan berdasarkan harga satuan
Kontes digunakan untuk Pengadaan Barang yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. tidak mempunyai harga pasar; dan
b. tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
Perpres No. 54 tahun 2010

4. Perolehan lainnya yang sah meliputi :

- Hibah/sumbangan atau yang sejenis;


- Sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
- Berdasarkan ketentuan undang-undang;
- Berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(PPT Dosen)

5. (PPT Dosen)

6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.

PP nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

7. Adapun standar pemeriksaan keuangan negara sekurang-kurangnya memuat hal-hal


sebagai berikut:

a. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau


semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek pemeriksaan
b. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan objek pemeriksaan;
c. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek pemeriksaan
dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
d. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerja sama dengan objek pemeriksaan;
e. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultansi,
pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan objek
pemeriksaan.
Sumber : http://www.gresnews.com/berita/tips/98391-memahami-tugas-dan-
standar-pemeriksaan-bpk/

CP : Anggi Pramudya P. (082137066932)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmupengetahuan beberapa derajat”

- Q.S. al-Mujadalah : 11
SOAL 1
Nomor 1

Laba/Rugi Komersial Koreksi Fiskal Penghasilan Kena


Uraian
2017 Positif Negatif Pajak

Penghasilan dari Usaha


Penjualan Bruto 40,000,000,000 40,000,000,000
Retur Penjualan dicadangkan 200,000,000 200,000,000 -
Penjualan Neto 39,800,000,000 40,000,000,000

Harga Pokok Penjualan


Persediaan Awal 5,000,000,000 5,000,000,000
Pembelian Akhir 30,000,000,000 30,000,000,000
Barang Tersedia untuk Dijual 35,000,000,000 35,000,000,000
Dipakai Sendiri untuk Usaha 1,000,000,000 1,000,000,000
Siap Dijual 34,000,000,000 34,000,000,000
Persediaan Akhir 4,000,000,000 4,000,000,000
HPP 30,000,000,000 30,000,000,000
Laba Bruto Usaha 9,800,000,000 10,000,000,000

Biaya Umum, Administrasi, dan Penjualan


Gaji, THR, bonus 2,500,000,000 300,000,000 2,200,000,000
Asuransi 850,000,000 145,000,000 705,000,000
Perjalanan dinas 125,000,000 75,000,000 50,000,000
Alat kantor 150,000,000 150,000,000
Listrik 260,000,000 160,000,000 100,000,000
*Telepon/teleks 250,000,000 55,000,000 195,000,000
Cadangan Piutang tak tertagih 300,000,000 300,000,000
Sewa mesin usaha 500,000,000 500,000,000
Royalti 120,000,000 120,000,000
Pengangkutan 500,000,000 500,000,000
*Penyusutan 1,300,000,000 1,185,625,000 2,485,625,000
Pemasaran 300,000,000 300,000,000
*Sumbangan 60,000,000 50,000,000 10,000,000
*Pendidikan anak pegawai 12,000,000 12,000,000 -
Pakaian seragam satpam 7,000,000 7,000,000
Piknik/OR karyawan 5,000,000 5,000,000
Iklan/promosi 150,000,000 50,000,000 100,000,000
Sanksi Administrasi Perpajakan 25,000,000 25,000,000 -
*Pengobatan Karyawan 40,000,000 20,000,000 20,000,000
*Lain lain 74,000,000 34,000,000 40,000,000
Jumlah biaya 7,528,000,000 7,787,625,000

Laba usaha 2,272,000,000 2,212,375,000

Pendapatan (Beban) Luar Usaha


*Ph. Bunga Deposito (Neto setelah PPh) 500,000,000 500,000,000
Pendapatan Investasi PT Jayapana (penyertaan 22%) 100,000,000 100,000,000
Pendapatan Investasi PT Abimanyu (penyertaan 30%) 200,000,000 200,000,000 -
Hibah Tanah dari Jaya Tresna 600,000,000 600,000,000
Sewa Kendaraan dari PT. Purnajaya 150,000,000 150,000,000
*Keuntungan penjualan gudang 300,000,000 300,000,000 -
*Laba cabang pabrik di Malaysia 80,000,000 34,285,714 114,285,714
Rugi cabang pabrik di Vietnam (40,000,000) 40,000,000 -
Dividen dari Excelso Ltd 70,000,000 70,000,000
1,960,000,000 1,534,285,714
Penghasilan bersih / Penghasilan Kena Pajak (PKP) 4,232,000,000 3,746,660,714

4,800,000,000 x 3,746,660,714 433,348,709


*Bagian Ps 31E =
41,500,000,000 <- Peredaran bruto menggunakan laporan komersial
Peredaran bruto = Penjualan bruto + Pendapatan Investasi + Hibah Tanah + Sewa kendaraan + Laba cabang + dividen
Bagian Ps 17 = 3,746,660,714 - 433,348,709 3,313,312,005
PPh Terutang
Ps 31E 50% x 25% x 433,348,709 54,168,589
Ps 17 25% x 3,313,312,005 828,328,001 +
882,496,590
Keterangan dan kredit pajak ada di halaman berikutnya
KETERANGAN

*Telepon/teleks Pemakaian telepon seluler hanya boleh dibebankan 50% (Pasal 1 KEP-220/PJ./2002)

*Penyusutan (NB: Asumsi perusahaan memilih metode Garis Lurus)


Harga Perolehan Aktiva Bln/thn prlhn. Golongan Lama susut (bln) Biaya susut
9,200,000,000 Mesin pabrik 05 / 2007 Kelompok 3 12 575,000,000
5,000,000,000 Mesin diesel 10 / 2005 Kelompok 2 0 -
1,800,000,000 Generator listrik 09 / 2009 Kelompok 1 0 -
12,500,000,000 Bangunan pabrik 05 / 2002 Permanen 12 625,000,000
1,225,000,000 Kend. anjem kary. 03 / 2006 Kelompok 2 0 153,125,000
1,500,000,000 Kend. Sedan direksi 04 / 2012 Kelompok 2 12 93,750,000
1,800,000,000 Komputer/printer 07 / 2013 Kelompok 1 5 187,500,000
1,300,000,000 Perabotan kantor 07 / 2015 Kelompok 1 12 325,000,000
1,850,000,000 Peralatan kantor 03 / 2016 Kelompok 2 12 231,250,000
3,500,000,000 Bangunan kantor 04 / 2006 Permanen 12 175,000,000
1,250,000,000 Gudang A 02 / 2006 Permanen 12 62,500,000
1,150,000,000 Gudang B 04 / 2008 Permanen 12 57,500,000
Total Penyusutan 2,485,625,000

*Sumbangan Tidak ada keterangan Yayasan panti asuhan tsb memenuhi ketentuan. Sumbangan HUT RI tidak
diperbolehkan. Sumbangan ke Basarnas tdk dapat dibebankan karena tidak ada keterangan
Penghasilan Neto Fiskal tahun lalu (Pasal 2 huruf a PP No. 93 tahun 2010) sehingga asumsi
Ph Neto Fiskal tahun lalu TIDAK ADA/0. Sumbangan ke Afrika juga tidak bisa dibebankan

*Pendidikan anak pegawai Natura yang tidak boleh dibebankan (PMK 83/PMK.03/2009 stdd PMK No. 167/PMK.03/2018)
karena usaha PT ABC tidak dilakukan di daerah terpencil (Cek Pasal 2 ayat 2 huruf b dan
Pasal 4 ayat 3)

*Pengobatan karyawan Pengobatan Cuma-Cuma merupakan natura sehingga bukan merupakan penghasilan bagi
pegawai sehingga tidak bisa dibebankan sebagai biaya

*Lain-lain Hanya PBB kantor dan Jamuan tamu berdaftar nominatif yang boleh dibebankan

*Ph. Bunga Deposito Tidak dapat dihitung koreksinya dikarenakan Tariff atas bunga deposito di Singapura tidak
diketahui
*Keuntungan penjualan gudang Objek PPh Final
*Laba cabang pabrik di Malaysia 80.000.000 X (100/70) = 114.285.714
*Bagian Ps 31E Penyebut berasal dari Penjualan Bruto + semua Pendapatan di luar usaha sebelum koreksi, terma-
suk penghasilan Final

KREDIT PAJAK

PPh Terutang 2017 882,496,590 <- Nomor 2


Kredit Pajak
*PPh 23 28,500,000
*PPh 24 26,919,105
55,419,105 <- Nomor 3
PPh 25 Tahun 2018 827,077,485
Angsuran PPh 25 pd Tahun 2018 68,923,124 <- Nomor 5

*Keterangan PPh 23
Dividen dari PT Jayapana 100,000,000 15% 15,000,000
Dividen dari Excelso, Ltd. 70,000,000 15% 10,500,000
Sewa Kendaraan dari PT Purnajaya 150,000,000 2% 3,000,000 +
28,500,000
*Keterangan PPh 24 PPh 24 (biru)
114,285,714
Laba cabang pabrik di Malaysia Batas/Limit x 882,496,590 26,919,105
3,746,660,714
Yang sudah dibayar 34,285,714
Ph Bunga Deposito dari BCA Singapore 500,000,000
Batas/Limit x 882,496,590 117,771,084
3,746,660,714
Yang sudah dibayar ?
Total PPh 24 26,919,105
Penghitungan PPh Ps 29/28A ada di halaman berikutnya
PERHITUNGAN PPH PASAL 29/28A (KB/LB) PADA TAHUN 2017

Untuk mencari PPh 29/28A tahun 2017, kita perlu mencari PPh 25 yang telah dibayarkan pada Tahun 2017 dengan cara menghitung PPh terutang pada
tahun 2016 (PPh 29/28A tahun 2017 = PPh 25 yang AKAN dibayar Tahun 2018 - PPh 25 yang SUDAH dibayar Tahun 2017)

PKP 2016 = Penghasilan Teratur = Laba usaha + Bunga deposito + Hasil investasi/dividen + Laba cabang
= 2,212 jt + 500 jt + (100 jt + 70 jt) + 114 jt 2,996,660,714

4,800,000,000 x 2,996,660,714 351,256,934


*Bagian Ps 31E =
40,950,000,000 <- Peredaran bruto menggunakan laporan komersial
Peredaran bruto = Penjualan bruto + Pendapatan Investasi + Laba cabang + dividen
Bagian Ps 17 = 2,996,660,714 - 351,256,934 2,645,403,781
PPh Terutang
Ps 31E 50% x 25% x 351,256,934 43,907,117
Ps 17 25% x 2,645,403,781 661,350,945 +
705,258,062
PPh Terutang 2016 705,258,062
Kredit Pajak
*PPh 23 25,500,000
*PPh 24 26,896,913
52,396,913 -
PPh 25 Tahun 2017 652,861,149

*Keterangan PPh 23
Dividen dari PT Jayapana 100,000,000 15% 15,000,000
Dividen dari Excelso, Ltd. 70,000,000 15% 10,500,000 +
25,500,000
*Keterangan PPh 24 PPh 24 (biru)
114,285,714
Laba cabang pabrik di Malaysia Batas/Limit x 705,258,062 26,896,913
2,996,660,714
Yang sudah dibayar -
Ph Bunga Deposito dari BCA Singapore 500,000,000
Batas/Limit x 705,258,062 117,673,993
2,996,660,714
Yang sudah dibayar ?
Total PPh 24 26,896,913

PPH PASAL 29/28A

PPh 25 yang AKAN dibayar Tahun 2018 827,077,485 (dari halaman sebelumnya)
PPh 25 yang SUDAH dibayar Tahun 2017 652,861,149 -
PPh 29 KB pada tahun 2017 174,216,336 <- Nomor 4
SOAL 2

Hotel Sewa Ruangan Hibah Total


Penjualan 25,000,000,000 20,000,000,000 4,000,000,000 49,000,000,000
Harga Pokok penjualan 10,000,000,000 8,000,000,000 - 18,000,000,000
Laba Kotor usaha 15,000,000,000 12,000,000,000 4,000,000,000 31,000,000,000
Biaya usaha 8,000,000,000 7,000,000,000 1,000,000,000 16,000,000,000
Pendapatan bersih 7,000,000,000 5,000,000,000 3,000,000,000 15,000,000,000

Koreksi positif 1,000,000,000 500,000,000 - 1,500,000,000 <- koreksi biaya yg tdk bisa
Laba setelah koreksi + 6,000,000,000 4,500,000,000 3,000,000,000 13,500,000,000 dibiayakan (menambah laba)
Koreksi positif sumbangan 500,000,000 200,000,000 50,000,000 750,000,000 <- menambah laba
Koreksi negatif penyusutan 100,000,000 50,000,000 - 150,000,000 <- mengurangi laba
Laba Fiskal 6,400,000,000 4,650,000,000 3,050,000,000 14,100,000,000

Nomor 1
Angka 3 = Penjualan Neto Komersial
Angka 3 = Penjualan - HPP - biaya usaha
= 49.000.000.000 - 18.000.000.000 - 16.000.000.000 = 15,000,000,000
Nomor 2
Angka 5m = Jumlah Koreksi Positif
Angka 5m = koreksi positif + koreksi sumbangan + Biaya dan HPP FINAL + koreksi negatif penyusutan FINAL
= 1.000.000.000 + 550.000.000 + 15.000.000.000 + 50.000.000 = 16,600,000,000
Nomor 3
Angka 6e = Jumlah Koreksi Negatif
Angka 6e = koreksi negatif penyusutan + Penghasilan FINAL + koreksi positif FINAL + koreksi sumbangan FINAL
= 100.000.000 + 20.000.000.000 + 500.000.000 + 200.000.000 = 20,800,000,000
Nomor 4
PKP = Angka 3 + Angka 5m - Angka 6e
= 15.000.000.000 + 16.600.000.000 - 20.800.000.000 = 10,800,000,000
Soal Nomor 3

1. Dikarenakan PT ABC yang bergerak di bidang penjualan sandal jepit telah memenuhi
persyaratan subjektif (karena PT ABC merupakan badan, seperti yang diatur di Pasal 2
ayat 1 UU PPh) dan objektif (memiliki penghasilan dari penjualan seperti yang diatur di
Pasal 4 ayat 1 UU PPh) yang diatur di UU PPh, maka PT ABC diwajibkan untuk
membayar PPh setiap tahun pajak (Pasal 2 ayat 1 UU KUP).

2. Dikarenakan PT ABC memiliki kewajiban untuk membayar PPh setiap tahun, PT ABC
juga diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh paling lambat 4 bulan sejak
berakhirnya masa pajak (dalam hal ini, tahun pajak, yaitu 31 Desember 2017 dalam hal
tahun buku = tahun kalender) yang berarti paling lambat 31 April 2018. (31 Mei 2018
apabila tahun buku Feb-Jan, dst)

Karena PT ABC juga pasti memiliki pegawai, maka PT ABC wajib untuk melakukan
pemotongan PPh para pegawainya setiap masa pajak (setiap bulan) yang mana akan
mewajibkan PT ABC untuk menyampaikan SPT Masa PPh.

3. PPh 25 pada bulan Mei 2018 merupakan angsuran PPh 25 tahun 2018, yang didapat
dari PPh Terutang 2017

Penghasilan Neto Fiskal Rp 1.600.000.000


Kompensasi Kerugian Rp 0
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.600.000.000
- Bagian Ps 31E
Rp 1.097.142.857

- Bagian Ps 17
Rp 502.857.143
PPh Terutang
- Ps 31E
Rp 137.142.857
-
Rp 125.714.285
PPh Terutang 2017 Rp 262.857.142
- Kredit Pajak (PPh 21,22,23, dan 24) Rp 0
- Total Kredit Pajak Rp 0
PPh 25 yang dibayar pada tahun 2018 Rp 262.857.142
- Angsuran PPh 25 tahun 2018 Rp 21.904.761
Soal Nomor 3

1. Dikarenakan PT ABC yang bergerak di bidang penjualan sandal jepit telah memenuhi
persyaratan subjektif (karena PT ABC merupakan badan, seperti yang diatur di Pasal 2
ayat 1 UU PPh) dan objektif (memiliki penghasilan dari penjualan seperti yang diatur di
Pasal 4 ayat 1 UU PPh) yang diatur di UU PPh, maka PT ABC diwajibkan untuk
membayar PPh setiap tahun pajak (Pasal 2 ayat 1 UU KUP).

2. Dikarenakan PT ABC memiliki kewajiban untuk membayar PPh setiap tahun, PT ABC
juga diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh paling lambat 4 bulan sejak
berakhirnya masa pajak (dalam hal ini, tahun pajak, yaitu 31 Desember 2017 dalam hal
tahun buku = tahun kalender) yang berarti paling lambat 31 April 2018. (31 Mei 2018
apabila tahun buku Feb-Jan, dst)

Karena PT ABC juga pasti memiliki pegawai, maka PT ABC wajib untuk melakukan
pemotongan PPh para pegawainya setiap masa pajak (setiap bulan) yang mana akan
mewajibkan PT ABC untuk menyampaikan SPT Masa PPh.

3. PPh 25 pada bulan Mei 2018 merupakan angsuran PPh 25 tahun 2018, yang didapat
dari PPh Terutang 2017

Penghasilan Neto Fiskal Rp 1.600.000.000


Kompensasi Kerugian Rp 0
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.600.000.000
- Bagian Ps 31E
Rp 1.097.142.857

- Bagian Ps 17
Rp 502.857.143
PPh Terutang
- Ps 31E
Rp 137.142.857
-
Rp 125.714.285
PPh Terutang 2017 Rp 262.857.142
- Kredit Pajak (PPh 21,22,23, dan 24) Rp 0
- Total Kredit Pajak Rp 0
PPh 25 yang dibayar pada tahun 2018 Rp 262.857.142
- Angsuran PPh 25 tahun 2018 Rp 21.904.761

CP : Fikri Naufal R. (085790830870)

“Bila kamu tak tahan penatnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya
kebodohan.”
- Imam Syafi’i
1. Materi : Uji hipotesis

a. Diketahui data kenaikan penjualan (dalam persen):


15,2 16,4 13,8 16,2 15,4 14,0 15,2 14,6 15,7 15,4 14,9

Ditanya : ujilah pendapat bahwa toko-toko di wilayah kerja KPP Sukabumi


United mengalami kenaikan penjualan lebih dari 15% dengan confidence level
95%!

Penyelesaian : Pertama, mari kita klasifikasikan hipotesis


- Hipotesis soal : mengalami kenaikan penjualan lebih dari 15%
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai
- Hipotesis lawan : mengalami kenaikan penjualan paling banyak/kurang dari
sama dengan 15%
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai

Karena yang dijadikan merupakan hipotesis yang ada sama dengan, maka
dan

Rata-rata penjualan toko = ̅ yang dipakai = ̅̅̅̅


Standar deviasi penjualan toko =
̅ ̅̅̅̅
⁄ ⁄
√ √
ol k ol k n

Jadi, tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung klaim bahwa toko-toko di wilayah
kerja KPP Sukabumi United mengalami kenaikan penjualan lebih dari 15% (gagal
untuk menolak , klaim pada soal ditolak) TIPS: Cek PPT Triola Chapter 8 Slide 47 untuk melihat
lebih lanjut berbagai jenis “pengucapan” kesimpulan

b. Diketahui proporsi sampel = 89/120


Ditanya : ujilah klaim KPP Bintaro legenda bahwa kepatuhan WP Pesohor
dalam mengisi e-filing SPT sebesar 80% dengan tingkat kepercayaan 90%
Penyelesaian : Pertama, mari kita klasifikasikan hipotesis
- Hipotesis soal : kepatuhan WP Pesohor sebesar 80%
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai ̂
- Hipotesis lawan : kepatuhan WP Pesohor bukan sebesar 80%
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai ̂

Karena yang dijadikan merupakan hipotesis yang ada sama dengan, maka
dan

̂ ̅

√ ⁄

ol k ⁄ ol k ol k k n

Jadi, tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung penolakan klaim kepatuhan WP
Pesohor sebesar 80% (gagal untuk menolak , klaim pada soal diterima)

2. Materi : Pengujian beda rata-rata dan/atau proporsi

a. Diketahui data perbandingan jumlah WP patuh sebelum dan sesudah tariff baru:
KPP A B C D E F G H I J K
setelah 93 96 130 80 92 128 113 82 116 92 80
sebelum 90 86 124 68 77 114 106 56 92 85 72
beda 3 10 6 12 15 14 7 26 24 7 8
NB: beda adalah (setelah – sebelum)

Ditanya : Ujilah apakah terdapat perbedaan jumlah WP patuh sesudah dan


sebelum tariff baru!

Penyelesaian : Pertama, mari kita klasifikasikan hipotesis


- Hipotesis soal : terdapat perbedaan jumlah WP patuh
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai
- Hipotesis lawan : tidak terdapat perbedaan jumlah WP patuh
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai
Ingat bahwa 𝑑 s lisih/p b n
Karena yang dijadikan merupakan hipotesis yang ada sama dengan, maka
dan

Rata-rata perbedaan = (dari (3+6+…+8) : 11)


Standar deviasi perbedaan = (dari data di tabel, Sd sampel)

⁄ ⁄
√ √

ol k ol k n

Jadi, terdapat cukup bukti untuk mendukung klaim bahwa terdapat perbedaan jumlah
WP patuh sebelum dan sesudah tariff baru (menolak , klaim pada soal diterima)

b. Diketahui data proporsi kepatuhan WP karyawan dan pekerjaan bebas sbb:


WP Karyawan ̂ Pk. bebas ̂
Patuh 72 43
Total 96 64

Ditanya : ujilah klaim KPP Kampung Durian Runtuh bahwa tidak ada
perbedaan jumlah WP patuh antara karyawan dan pekerjaan bebas dengan tingkat
kepercayaan 95%!

Penyelesaian : Pertama, mari kita klasifikasikan hipotesis


- Hipotesis soal : terdapat perbedaan jumlah WP patuh
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai
- Hipotesis lawan : tidak terdapat perbedaan jumlah WP patuh
Berarti, dapat diterjemahkan sebagai

Karena yang dijadikan merupakan hipotesis yang ada sama dengan, maka
dan

Ingat bahwa kita memakai keadaan dalam menguji hipotesis. Maka apabila
m k
̅ ̅ ̅ ̅̅

̂ ̂ ( )
̅̅ ̅̅

ol k ⁄ ol k ol k k n

Jadi, tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung penolakan klaim bahwa tidak ada
perbedaan jumlah WP patuh antara karyawan dan pekerjaan bebas pada KPP
Kampung Durian Runtuh (gagal untuk menolak , klaim pada soal ditolak)

3. Diketahui tabel kontingensi:


Kelamin/Genre Drama Komedi Horror Action Total
Laki-laki 36 32 44 32 144
Perempuan 48 37 31 40 156
Total 84 69 75 72 300

Ditanya :
a. Apakah dapat disimpulkan bahwa genre film favorit berkaitan dengan jenis kelamin?
b. Ujilah pernyataan yang menyebutkan bahwa proporsi laki-laki yang memfavoritkan
film tertentu adalah sama untuk setiap genre film!

Penyelesaian :
a. Uji hipotesis dependensi data
n ilm h p j nis k l min
n ilm h p j nis k l min

Mari kita hitung ekspektasi per gender tiap film agar bisa menghitung chi-square nya

Ekspektasi laki-laki:
Drama = ⁄ Horror = ⁄
Komedi = ⁄ Action = ⁄
Ekspektasi perempuan:
Drama = ⁄ Horror = ⁄
Komedi = ⁄ Action = ⁄

Tabel kontingensi gabungan:


Kelamin/Genre Drama Komedi Horror Action Total
Laki-laki 36,00 32,00 44,00 32,00 144
Ekspektasi (L) 40,32 33,12 36,00 34,56 Idem
Perempuan 48,00 37,00 31,00 40,00 156
Ekspektasi (P) 43,68 35,88 39,00 37,44 Idem
Total 84 69 75 72 300

ol k i p i

Keterangan:
O = Jumlah sampel yang diamati (data pada tabel)
E = Jumlah sampel yang diharapkan (perhitungan ekspektasi)
r = Jumlah baris (row)
c = Jumlah kolom (column)

Jadi, tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung penolakan klaim bahwa genre film
independen terhadap jenis kelamin (gagal untuk menolak , berarti genre film
INDEPENDEN terhadap gender)

4. Materi : Regresi dan Korelasi

Diketahui data
x 12 2 6 9 7 2 8 4 10
y 4 10 8 5 5 8 3 8 2
Ditanya :
a. Persamaan regresi beserta interpretasinya
b. Korelasi dan koefisien determinan beserta penjelasannya
c. Uji apakah kasus tersebut memiliki korelasi linear dengan confidence level 95%
d. Persen return yang akan diperoleh jika Ribud_Wai memiliki reksadana dengan jangka
waktu 14 tahun
NB: Rumus 𝑏 dapat dibalik menjadi

Penyelesaian : 𝑥𝑦
̅̅̅ 𝑥̅ 𝑦̅
̅ ̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅
a. ̂ ̅ ̅ 𝑥 𝑥̅
̅ ̅̅̅̅

Dan hasilnya akan sama


Mari kita hitung komponen yang kita perlukan:
̅ ̅ ̅̅̅

̅ ( ) ̅̅̅

̅̅ ̅̅̅
̅ ̅̅̅

(( ) ) ( )

Persamaan regresi: ̂

Interpretasi : Garis regresi tersebut merupakan ‘prediksi’ yang paling tepat atas
hubungan antara data lama reksadana (x) dan required return (y) yang sudah ada dan
yang akan datang. Menurut garis regresi tersebut, semakin banyak data x, maka data y
semakin sedikit, sehingga dapat juga disimpulkan bahwa hubungan antara x dan y
berkebalikan.
∑ ∑ ∑
b.
√ ∑ ∑ √ ∑ ∑

Rincian perhitungan

∑ ∑
∑ ∑

√ √ √ √

Interpretasi : Korelasi menyatakan hubungan antara data x dan data y. Apabila


korelasi mendekati 1 ataupun -1, maka data x dan data y semakin berhubungan.
Apabila mendekati 1, berhubungan positif (yang berarti makin besar data x, makin
besar data y). Apabila mendekati -1, berhubungan negatif (yang berarti makin besar
data x, makin kecil data y).

Dikarenakan hasil hitung korelasi mendekati -1, maka antara data x (lama
danareksa) dan data y (required return) berhubungan negatif yang artinya semakin
panjang lama danareksa, maka persen required return semakin sedikit.

Interpretasi : Koefisien determinan menyatakan ketepatan garis regresi


‘memprediksi’ variasi antara data y. Semakin mendekati 1, maka garis regresi
semakin tepat ‘memprediksi’ variasi antara data y. Semakin mendekati 0, maka garis
regresi semakin tidak tepat ‘memprediksi’ variasi antara data y.

Dikarenakan hasil hitung koefisien determinan 0,739622 maka garis regresi


memprediksi 73,9622 % variasi antara data y.

c. Uji hipotesis hubungan linear:


i k p ko l si
p ko l si

√ √

ol k ol k n
Jadi, terdapat cukup bukti untuk menolak klaim bahwa tidak terdapat korelasi antara
lama reksadana dan persen required return (menolak , berarti TERDAPAT korelasi
antara reksadana dengan required return)

d. Required return = ̂, Lama reksadana =

̂ ̂

CP : Fikri N. R. (085790830870)

“Once we accept our limits, we go beyond them –


Ketika kita menerima batasan kita, kita akan melampauinya”
- Albert Einstein
SOAL I
(a)

Share Investment
1/1 Bal. 84.800
11/1 15.840 10/1 26.000
6/9 24.600

31/12 Bal. 99.240

(b)

PT PWPN
GENERAL JOURNAL
2017
DATE ACCOUNT TITTLE DEBIT CREDIT
10-Jan Cash 27400
Gain on sale of share investment 1400
Share Investment 26000
11-Jan Share Investment 15840
Cash 15840
25-Jan Cash 700
Dividend Revenue 700

1-Feb Cash 360


Dividend Revenue 360

12-Jul Cash 720


Dividend Revenue 720

6-Sep Share Investment 24600


Cash 24600

31-Dec Cash 700


Dividend Revenue 700

TOTAL 70320 70320

(C)
Securities Cost Fair Value Unrealized Gain (Loss)

PT. Incentive 42000 39200 (2800)


PT.Multiplier 16800 38400 21600
PT.Reverse 40440 36000 (4440)

TOTAL 99240 113600 14360


(d)

Closing Entries
31-Dec Unrealized Gain or loss-Equity 21600
Acc.other Comprehensive Income 21600

Unrealized Loss-Income 7240


Income Summary 7240
(2800+4440)
TOTAL 28840 28840
(e)

PT PWPN
STATEMENT OF FINANCIAL POSITION
FOR THE YEAR ENDED DECEMBER 31,2017

Investment
Investment in shares of less than 20%,at fair value 113600

Equity
Accumulated other Comprehensive Income 21600

SOAL II
 Direct Methode
CASH RECEIPT FROM CUSTOMER
Sales 787,560
deduct : increase in Account Receivable (119,600)
CASH RECEIPT FROM CUSTOMER 667,960

CASH PAYMENT TO SUPPLIES


Cost of goods sold 270,920
Add : Increase in Inventory 19,300
Deduct : Increas in Account Payable (89,400)
CASH PAYMENT TO SUPPLIES 200,820

CASH PAYMENT FOR OPERATING EXPENSE


Operating Expense 114,820
Deduct : Depreciation Expense (90,000)
Add : Increase in Prepaid Expense 6,600
Decrease in accrued expense Payable 1000
CASH PAYMENT FOR OPERATING EXPENSE 32,420

CASH PAYMENT FOR INTEREST 9,460


CASH PAYMENT FOR INCOME TAX 54,560
MEERY C0
STATEMENT OF CASHFLOWS- DIRECT METHOD
FOR THE YEAR ENDED DECEMBER 31,2017

CASH FLOWS FROM OPERATING ACTIVITIES


Cash receipt from customer 667,960
Less : To supplies 200,820
For Operating Expense 32,420
For Interest 9,460
For Income Tax 54,560 297,260
NET CASH PROVIDED BY OPERATING ACTIVITIES 370,700

CASH FLOWS FROM INVESTING ACTIVITIES


purchase of equipment (160,000)
Sale of Equipment 25,000
Purchase of Investment (72,000)
Sale of Investment 18,000
NET CASH USED BY INVESTING ACTIVITIES (189,000)

CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES


Payment of dividends (87,800)
Redemption of bods Payable (80,000)
NET CASH USED BY FINANCING ACTIVITIES (167,800)

NET INCREASE IN CASH 13,900


CASH AT BEGINNING PERIOD 96,800
CASH AT ENDING PERIOD 110,700

NOTE 1
NON-CASH INVESTING & FINANCING ACTIVITIES
Issued ordinary in exchange of Land 90,000
 Inirect Methode.
MEERY C0
STATEMENT OF CASHFLOWS- DIRECT METHOD
FOR THE YEAR ENDED DECEMBER 31,2017

CASH FLOWS FROM OPERATING ACTIVITIES


Net Income 345,800
Depreciation Expense 90,000
Loss on sale of longterm Investment 2,000
Gain on disposal plant asset (10,000)
Increase In Inventory (19,300)
Increase In Account Receivable (119,600)
Increase In Prepaid Expense (6,600)
Decrease in Accrued Expense Payable (1,000)
Increase in Account Payable 89,400 24,900
NET CASH PROVIDED BY OPERATING ACTIVITIES 370,700

CASH FLOWS FROM INVESTING ACTIVITIES


purchase of equipment (160,000)
Sale of Equipment 25,000
Purchase of Investment (72,000)
Sale of Investment 18,000
NET CASH USED BY INVESTING ACTIVITIES (189,000)

CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES


Payment of dividends (87,800)
Redemption of bods Payable (80,000)
NET CASH USED BY FINANCING ACTIVITIES (167,800)

NET INCREASE IN CASH 13,900


CASH AT BEGINNING PERIOD 96,800
CASH AT ENDING PERIOD 110,700

NOTE 1
NON-CASH INVESTING & FINANCING ACTIVITIES
Issued ordinary in exchange of Land 90,000
SOAL III
PT HONEYWELL
STATEMENT OF COST OF GOODS MANUFACTURED
FOR THE MONTH ENDED JUNE 30,2018

Work In Process Inventory, January 1 2018 25,000

Direct Materials :
Materials inventory,January 1 2018 19,500
Purchased Materials 220,000
Less :
Materials Inventory,June 30 2018 (35,000)
COST OF DIRECT MATERIAL FOR USE IN PRODUCTION 204,500
Direct Labor Cost 130,000
Factory Overhead :
Rent of factory Facilities 40,000
Depreciation On Factory Equipment 35,000
Factory Repair & Maintenance 5,000
Indirect Labor Cost 20,000
Utilities Expense-Factory 6,000
Insurance Expense-Factory 3,500
Taxes Expense- Factory 10,000
TOTAL FACTORY OVERHEAD 119,500

Less : Work In Process Inventory,June 30 2018 (21,000)

COST OF GOODS MANUFACTURED 458,000

PT HONEYWELL
INCOME STATEMENT
FOR THE MONTH ENDED JUNE 30,2018

Sales 695,000
Less : Sales Return & Allowance -10,000
Nest Sales 685,000

Cost Of Goods Sold :


Finished Good Inventory,January 1 2018 40,000
Cost of Goods Manufactured 458,000
Less :
Finished good inventory,June 30 2018 (52,000)
COST OF GOODS SOLD 446,000

GROSS PROFIT 239,000

Operating Expense :
Advertising Expense 75,000
Selling & Administrative Salaries 70,000
Plant manager's Salaries 35,000
Depreciation on sale of Equipment 40,000
Utilities Expense 4,000
Insurance Expense 1,500
Taxes Expense 10,000
TOTAL OPERATING EXPENSE 235,500

Net Income 3,500

CP : Donie Fajar (082273287479)

“Hal termanis adalah ketika seseorang yang mencintaimu menyebut namamu dalam
tahajjudnya”
PILIHAN GANDA

1. C. Tipe risiko operasional


2. B. Tipe risiko legal
3. Semua benar
4. A. Komunikasi
5. A. Komunikasi
(Simultax 2018)
6. B. Intonasi verbal
7. A. Jaringan komunikasi roda
8. D. Semua jawaban benar
9. D. Semua jawaban benar
(Dunsarwere.blogspot.com)
10. D. Semua jawaban benar
(Dunsarwere.blogspot.com)
11. D. Semua jawaban benar
12. D. Komunikasi
13. A. Persepsi
14. D. Kebijakan SDM
15. A. Forming, Storming
16.
17. B. Kompetisi
18. D. faktor lingkungan
19. A. Dasar pemberian kompensasi
(www.wikipedia.org)
20. D. Semua jawaban benar
(www.wikipedia.org)
21. D. Indikator Kinerja
22. B. Orientasi hasil
23. C. Abraham Maslow
(Simultax 2018)
24. D. Dauglas MC. Gregor
(Simultax 2018)
25. B. Frederick herzberg
(Simultax 2018)
26. D. Semua jawaban benar
27. D. Mengefektifkan pengadaan karyawan
28. C. Kemampuan teknis perpajakan
(PPT Dosen)
29. B. Kemampuan Konseptual
(PPT Dosen)
30. C. Control by exception
ESAI

1. Perencanaan strategis

Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk


menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber
dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berbagai
teknik analisis bisnis dapat digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological),
atau STEER (Socio-cultural, Technological, Economic, Ecological, Regulatory).
Perencanaan Operasional
Perencanaan Operasional adalah perencanaan jangka pendek yang dirancang untuk
menerjemahkan rencana jangka panjang ke dalam serangkaian kegiatan yang lebih rinci. Ia
merupakan terjemahan sekaligus penunjang rencana jangka panjang.
Rencana Operasional (dibuat untuk dilaksanakan; untuk keperluan tindakan-tindakan
kemudian dan seterusnya, bukan yang telah lalu).
Tujuan operasional diturunkan dari tujuan dan rencana taktis. Rencana operasional lebih
sempit dengan jangka waktu yang lebih pendek dan banyak melibatkan manajemen tingkat
bawah. Rencana Tunggal untuk aktivitas tidak berulang, contoh: program, proyek, dan
anggaran. Rencana Standing untuk aktivitas yang berulang, contoh: kebijakan, prosedur
standar, dan aturan.

Perencanaan keuangan negara


Perencanaan strategis : - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
- Rencana Strategis K/L
Perencanaan operasional : - Rencana Kerja Anggaran K/L
- Rencana Kerja K/L
- Rencana Kerja Pemerintah

2. Menurut M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh
karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen
sumber daya manusia.

Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006, h 8) Sumber Daya Manusia merupakan modal dan
kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting
mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuanya
benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi, maupun bagi
kepentingan individu.

Bentuk pengembangan dikelompokkan atas; Pengembangan secara informal,dan


pengembangan secara formal (Hasibuan, 2008:72). Untuk lebih jelasnya kedua jenis
pengembangan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pengembangan secara informal
Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan
mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya
dengan pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa
karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan
kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena produktivitas kerja karyawan semakin
besar, di samping efisiensi dan produktivitasnya juga semakin baik.

b. Pengembangan secara formal

Pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti


pendidikan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh
lembaga–lembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan di
perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, sifatnya non karier atau
peningkatan karier seorang karyawan.

Pelatihan dan pengembangan (training dan development) memang memerlukan biaya yang
cukup besar, namun investasi di bidang manusia tersebut (human investment) akhirnya akan
menyumbangkan produktivitas yang sangat tinggi bagi organisasi atau perusahaan. Untuk itu
organisasi atau perusahaan tentunya akan memetik laba yang berlipat ganda di waktu yang
akan datang.

Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada
metode-metode ilmiah serta berpedoman kepada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan
saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan supaya produktivitas kerjanya
baik dan mencapai hasil yang optimal.

https://www.kajianpustaka.com/2016/02/pengembangan-sumber-daya-manusia.html

3. Penilaian kinerja adalah sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah
seseorang karayawan telah melaksanakan pekerjaannya masing – masing secara keseluruhan.
Pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan bukan hanya dilihat atau dinilai hasil fisiknya
tetapi meliputi berbagai hal, seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja, prakarsa,
kepemimpinan dan hal – hal khusus sesuai dengan bidang dan level pekerjaan yang
dijabatinya.

Tujuan Penilaian Kinerja


Menurut Husaini Ustman, tujuan penilaian kinerja adalah:
1. Lebih menjamin objektivitas dalam pembinaan calon pegawai dan pegawai
berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja.
2. Memperoleh bahan-bahan pertimbangan objektif (masukan) dalam pembinaan capeg
dan PNS dalam membuat kebijakan seperti promosi, demosi, transfer (mutasi),
hukuman, pemecatan, bonus, job design seperti job enlargement, job enrichment, and
job rotation.
3. Memberi masukan untuk mengatasi masalah yang ada, misalnya kurang trampil atau
kurang ketrampilan baru (untuk menentukan jenis pelatihan dan pengembangan karir
calon pegawai atau pegawai).
4. Mengukur validitas metode penilaian kinerja yang digunakan
5. Mendiagnosa masalah-masalah organisasi
6. Umpan balik bagi calon pegawai, pegawai, serta pemimpin.
Promosi ialah kenaikan jabatan yang lebih tinggi diikuti tanggung jawab dan gaji tinggi pula.
Demosi ialah perpindahan pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dengan tanggung
jawab dan gaji yang lebih tinggi. Rotasi adalah perpindahan seorang pegawai secara
sistematis dari satu posisi ke posisi lainnya di dalam organisasi. Tujuannya untuk mengurangi
kejenuhan dan menambah pengalaman baru.

Manfaat Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana hasil rill pegawai
dilihat dari kinerja dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Adapun manfaat penilaian menurut Sulistiyani dan Rosidah adalah:
1. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai
2. Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerja
3. Mendistribusikan reward dari organisasi atau instansi yang berupa kenaikan pangkat
dan promosi yang adil
4. Mengadakan penelitian manajemen personalia.

https://www.wawasanpendidikan.com/2018/03/pengertian-dan-tujuan-serta-manfaat-
penilaian-kinerja.html

4. Teknik Perangsangan Konflik :


1. Komunikasi
2. Memasukkan orang luar
3. Restrukturisasi organisasi
4. Mengangkat oposisi

5. Menurut Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997:216) untuk mengatasi hambatan–


hambatan dalam komunikasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau informasi telah
diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.
2. Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.
3. Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana agar setiap orang dapat memahami isi pesan
yang disampaikan.
5. Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap menerima
pesan.
6. Mendengarkan secara efektif sehingga komunikasi antar atasan dengan bawahan
dapat berlangsung dengan baik.
7. Mengatur arus informasi, komunikasi harus diatur mutunya, jumlah dan cara
penyampaiannya.

https://www.dictio.id/t/bagaimana-caranya-mengatasi-hambatan-komunikasi/9002

6. Berdasarkan pandangan tiga ahli yaitu Robins (1997); Drommond (1985); Mondy dan
Premeaux (1995) dapat dirumuskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan
suatu tindakan yang ingin dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.Pengambilan
keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif pengambilan keputusan penting
bagi manajer administrator karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting
dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi
(Usman, 2013:440).
Dari definisi pengambilan keputusan di atas, dapat dihapami betapa pentingnya seorang
pemimpin dalam pengambilan keputusan, sebab apabila dalam sebuah organisasi tidak ada
pengambilan keputusan maka dipastikan organisasi tersebut tidak akan mengalami kemajuan,
apalagi peningkatan kualitas organisasi, kendati pengambilan keputusan tersebut
dimungkinkan menimbulkan resiko yang tidak diharapkan. Oleh karena itu dibutuhkan
keahlihan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan, sebab ketepatan pengambilan
keputusan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi.Pengambilan keputusan pada
dasarnya adalah memilih, sebab dalam pengambilan keputusan biasanya terdapat beberapa
alternatif untuk dipilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia.Pengambilan
keputusan juga bisa dipandang sebagai sebuah tindakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Biasanya keputusan diambil karena terdapat masalah yang harus dicarikan solusi, maka
pengambilan keputusan sangat diperlukan agar masalah yang ada tidak berlarut-larut. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Didi Wahyu Sudirman (2003: 100), yang
menunjukkan bahwa seorang manajer harus mampu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi secara cerdik dan berkualitas melalui pengambilan keputusan yang dilakukan secara
cepat dan efektif.

https://www.kompasiana.com/puterision/58312c288223bd96293b13de/pengambilan-
keputusan-yang-efektif-dalam-peningkatan-kualitas-organisasi?page=all

CP : Anggi Pramudya P. (082137066932)

“Barang siapa ingin mutiara harus berani terjun di lautan yang dalam”

- Ir. Soekarno

Anda mungkin juga menyukai