Anda di halaman 1dari 189

HUKUM DAGANG, KELAS E

Dosen Pengampu: Dr. Paripurna dan Veri Antoni, M. Hum

Materi SEBELUM MID Materi SETELAH MID

 Pengaturan Hukum Dagang  Hukum Surat Berharga


 Kewajiban Pengusaha  Hukum Pasar Modal
 Hukum Perbankan
 Hukum Perusahaan Non Badan
Hukum  Hukum Kepailitan

 Hukum Perseroan Terbatas dan


 Alternatif Penyelesaian Sengketa
Koperasi
 Hukum Lembaga Pembiayaan
 Hukum Hak Kekayaan Intelektua
FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS GADJAH MADA
(Mata Kuliah Hukum Dagang)

Veri Antoni, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada


081807102413, veri.akademik@yahoo.com, antoni.veri@ugm.ac.id
PENGATURAN
❑ Peraturan Nasional
1. Di dalam KUHD
Buku I Titel 6 dan 7 (Wesel/BK I Titel 6 Bag 1-12, Cek/Buku I Titel 6 Bag.
13, Surat Sanggup/BK I Titel 7 Bag 1-10, Promes atas Tunjuk/BK I Titel 7
Bag 11)
2. Di luar KUHD
a. UU No. 10 Th 1998 Tentang Perbankan (“UU Perbankan”)
b. UU No. 8 Th 1995 Tentang Pasar Modal (“UU Pasar Modal”)

❑ Peraturan Internasional
1. Uniform Negotiable Instrument Law/NIL 1886-1952
2. Uniform Commercial Code/UCC 1952
3. Konvensi Jenewa 1930.

3
Syarat Surat Berharga
1. Alat bayar
untuk kemudahan alat pembayaran, aman, praktis, lancar, dan mudah dalam lalu
lintas bisnis.
2. Dapat diperalihkan
pemegang dapat mengalihkan surat berharga tersebut kepada orang lain, baik
dengan alasan jual beli maupun alasan lain yang sah menurut hukum peralihan
surat berharga.01
3. Legitimasi formal / pembawa hak
pemegang (holder) surat berharga berhak atas jumlah uang tertentu yang
tercantum dalam surat berharga tersebut.
Artinya siapa saja pembawa hak surat berharga itu adalah berhak untuik
menguangkan, tanpa dibuktikan terlebih dahulu keabsahan perikatan dasar.
PERBEDAAN SURAT BERHARGA DENGAN
SURAT YANG BERHARGA
• Istilah lain surat berharga, diantaranya: Commercial Paper, Negotiable
Instumen, Waarde van papieren, Sedangkan Surat Yang Berharga:
papieren van waarde.
• Secara yuridis istilah surat berharga dengan surat yang berharga sangat
berbeda fungsi dan pengunaannya.
• Surat Berharga diterbitkan untuk alat bayar, SEDANGKAN surat yang
berharga (surat yang mempunyai harga) diterbikan hanya sebagai alat
bukti bagi orang yang namanya tertera dalam surat tersebut atau
sebagai alat bukti diri.
Misalnya, Ijazah, KTP, Sertifikat, Piagam, Tiket, Surat Deposito
Berjangka, Tabanas, Tiket dan lain-lain.
• Bahwa surat berharga bersifat mudah diperjualbelikan, sedangkan
surat yang berharga bersifat sukar diperjualbelikan.

5
Perbedaan (lanjutan…)

1. SB bersifat “obyektif”, surat yang berharga bersifat


subyektif.
2. SB dapat diperdagangkan, surat yang berharga tidak
dapat diperdagangkan.
3. Akta dalam SB adalah syarat mutlak, dalam surat
yang berharga tidak.
4. SB mudah diperalihkan, surat yang berharga sulit
diperalihkan.
5. SB menganut asas legitimasi formal, surat yang
berharga menganut asas legitimasi material.

6
PENGERTIAN
❑ KUHD: tidak ada definisi secara jelas
❑ Pendapat para sarjana:
❑ J.M.E. Velt-Meijer: suatu tanda bukti dari suatu tagihan yang secara mudah
dapat dipindahtangankan dengan jalan dapat melakukan pembayaran
kepada yang ditunjuk atau kepada pembawa
❑ Prof. Soekardono: surat-surat yang senilai dengan perikatan dasarnya
❑ HMN Purwosutjipto: surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah
diperjualbelikan
❑ Prof. Emmy Pangaribuan Simandjuntak: akta dan nilai yang sama besarnya
dengan perikatan dasarnya, yang tujuan penerbitannya adalah untuk dapat
dipindahtangankan dari satu tangan ke tangan yang lain, untuk
diperdagangkan.

7
Lanjutan…
❑ Pasal 1 Angka 7 UU Perbankan: surat berharga adalah surat pengakuan utang,
wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

❑ Pasal 1 Angka 5 UU Pasar Modal: Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
derivatif dari Efek.

8
BENTUK-BENTUK SB

DALAM KUHD DI LUAR KUHD

TERKAIT PASAR TERKAIT


MODAL PERBANKAN

WESEL
SD
SURAT SANGUP
SAHAM SBI
CEK OBLIGASI BG
CARTER PARTAI KARTU KREDIT
KONOSEMEN
DELEVERY-ORDER
PROMES ATAS TUNJUK
Commercial Papers

9
JENIS-JENIS EFEK DI PASAR MODAL

EFEK BERSIFAT EFEK BERSIFAT


EFEK LAINNYA
EKUITAS HUTANG

• COMMERCIAL PAPER SPEI


SAHAM •MEDIUM TERM-NOTES REKSA DANA
• OBLIGASI EBA

RIGHT
OBLIGASI INSTRUMEN
WARRANT
KONVERSI DERIVATIF
OPTION

10
SURAT BERHARGA DI LEMBAGA PERBANKAN

SERTIFIKAT
SERTIFIKAT
BILYET GIRO BANK KARTU KREDIT
DEPOSITO
INDONESIA

11
SURAT BERHARGA DAN PERIKATAN DASAR
(PERJANJIAN)
• Perjanjian merupakan dasar untuk menerbitkan surat
berharga.
• Adanya hubungan kausal, bahwa perbuatan
menyebabkan tindakan penerbitan surat berharga.
• Tujuan penerbitan: untuk melakukan pembayaran dari
suatu hutang yang telah ada sebelumnya dengan
suatu cara yang khusus atau cara yang lain.
• Dengan demikian, SYARAT: harus ada PERIKATAN DASAR.

12
Lanjutan…
• Syarat material: bahwa isi dari tagihan yang
diwujudkan dalam surat berharga itu harus
sama dengan nilai perikatan dasarnya

• Adanya keinginan para pihak untuk saling


percaya untuk pelaksanaan kewajiban masing-
masing. Para pihak telah menempakan
dananya tempat ”tersangkut”.
13
PERALIHAN SURAT BERHARGA

1. Klausula atas PEMBAWA; TUNJUK; AAN TOONDER; TO


BEARER.
Peralihannya dari tangan ke tangan (mirip dengan uang).
→ Kelemahan: dalam hal terjadi kehilangan.
→ Kelebihan : lebih mudah dan praktis serta tidak perlu
adanya endosemen
Misalnya: CEK

2. Klausula atas PENGGANTI; AAN ORDER; TO ORDER


Peralihan surat berharga hanya dapat dilakukan kepada
orang pengganti dari orang yang disebut namanya pada
surat berharga itu dengan cara ENDOSEMEN dan
penyerahan surat tersebut.
Misal: WESEL, SURAT SANGGUP.
14
SURAT ATAS PENGANTI
DAN ATAS TUNJUK

SURAT YANG BERISI SURAT YANG BERISI SURAT YANG BERISI


HAK KEBENDAAN HAK KEANGGOTAAN HAK ATAS TAGIHAN HUTANG

KONOSEMEN SAHAM Bersifat Perintah Bersifat Janji


CEEL SERTIFIKAT SAHAM Membayar Membayar
Tidak Bersyarat Tidak Bersyarat

- WESEL
- CEK - SURAT SANGGUP
- SURAT PROMES
- KUINTANSI ATAS TUNJUK
ATAS TUNJUK

15
PRINSIP PENGATURAN SURAT BERHARGA
DALAM KUHD

• Pengaturan Surat Berharga (Wesel, Cek, Surat


Sanggup, Promes Atas Tunjuk, Kuintansi Atas
Tunjuk), merujuk pada ketentuan Wesel.
• Artinya, beberapa ketentuan wesel berlaku
juga dalam Surat Berharga lainnya (Cek, Surat
Sanggup, Promes Atas Tunjuk, Kuintansi Atas
Tunjuk), sepanjang tidak disimpangi.
16
PARA PIHAK DAN HUBUNGAN PARA PIHAK
DALAM WESEL

PERJANJIAN
PERJANJIAN

PEMEGANG
PENERBIT PEMEGANG I
BERIKUTNYA

SIMPAN
PINJAM

TERSANGKUT

17
SYARAT FORMAL WESEL
• Nama surat wesel yang dimuat dlm teksnya sendiri.
• Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
• Nama orang yang harus membayar (tertarik).
• Penetapan hari bayar.
• Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
• Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain
• Tanggal dan tempat surat wesel itu ditarik (diterbitkan)
• Tanda tangan orang yang mengeluarkan (yang menerbitkan)

18
ENDOSEMEN
• Diatur dalam Pasal 110 s.d. 119 KUHD.
• Endosemen: suatu lembaga dalam hukum wesel,
dengan mana hak tagih dari pemegang surat
wesel dapat diperalihkan kepada pemegang
berikutnya dgn cara yang sederhana.
• Endosemen: pernyataan yang ditulis dibelakang
surat berharga, yang tujuannya untuk
memindahkan hak tagih.
• Dengan endosemen semua hak yang timbul dari
surat wesel itu berpindah kepada orang lain.

19
AKSEPTASI
• Diatur dalam Pasal 120 s.d 128 KUHD
• Akseptasi adalah suatu lembaga hukum wesel, dengan mana tersangkut menyatakan setuju untuk
membayar surat wesel pada hari bayar.
• Tujuan untuk memastikan pembayaran surat wesel itu pada hari bayar. Jaminan pembayaran ini
akan mempertinggi rasa percaya masyarakat terhadap wesel sebagai alat pembayaran shg
peredarannya bertambah lancar.
• Akseptasi dapat ditawarkan setiap saat oleh pemegangnya dalam tenggang waktu sampai pada hari
bayarnya.
• Pada dasarnya tidak kewajiban meminta akseptasi. Tanpa akseptasi, surat wesel dapat dimintakam
pembayaran pada hari bayar. Tetapi jika akseptasi tidak dimintakan, seandainya pada hari bayar
tidak terjadi pembayaran (non pembayaran), tersangkut tidak dapat dituntut atau diregres, karena
tidak tersangkut menurut hukum wesel.

20
SURAT ADVIS (adviesbrief)
• Apabila penerbit menerbitkan surat wesel, ia
harus memberitahukan kepada tersangkut
tentang surat wesel yang telah diterbitkannya.
• Surat Advis berfungsi sebagai alat kontrol bagi
tersangkut untuk mengetahui benar atau
tidaknya penerbit telah menerbitkan surat wesel
kepada tersangkut.
• Apabila penerbit lalai memberitahukan kepada
tersangkut, ia diwajibkan membayar segala biaya
yang timbul akibat penolakan akseptasi atau
pembayaran surat wesel itu (Pasal 127c KUHD).

21
AVAL (JAMINAN)
• Diatur dalam Pasal 129 s.d 131 KUHD.
• Aval: suatu lembaga jaminan dalam hukum
wesel, dimana pihak ketiga mengikatkan diri
untuk menjamin pembayaran surat wesel itu
pada hari bayar. Hampir sama dengan borghtoh,
namun ada perbedaan.
• Artinya, apabila pada hari bayar pemegang tidak
memperoleh pembayaran dari akseptan, orang
yang memberi jaminan ini akan membayarnya.
Dengan aval, peredaran wesel semakin lancar.

22
Lanjutan…
• Perbedaan dengan borgtocht terletak pada sifat
perjanjian.
• Borgtocht merupakan perjanjian yang bersifar
accesscoir (pelengkap), dengan batalnya perjanjian
pokok berakibat batal juga perjanjian Borgtocht
• Sedangkan pada aval, bahwa aval tetap sah walaupun
perjanjian pokoknya yang menyebabkan diterbitkan
surat wesel itu (batal).
• Hal tersebut karena prinsip yang berlaku dalam hukum
wesel bahwa setiap tanda tangan yang diberikan pada
surat wesel itu berdiri sendiri.

23
Lanjutan..
• Aval dapat diberikan oleh pihak ketiga (orang
yang berdiri sendiri diluar hubungan hukum
wesel) dan oleh setiap orang yang tanda
tanganya termuat dalam surat wesel itu
(penerbit, akseptan, endosan).
• Cara pemberian dengan menambahkan kata
“untuk aval..” pada surat wesel tersebut.
Misalnya, untuk aval kepada akseptan. Artinya,
jaminan tersebut diberikan kepada akseptan.
Jika akseptan tidak membayar pada hari bayar,
maka avalis yang berkewajiban membayar.

24
HARI BAYAR (HARI GUGUR)
• Diatur dalam Pasal 132 s.d 136 KUHD.
• Hari Bayar adalah hari penawaran surat wesel untuk memperoleh pembayaran.
• Untuk mengetahui kapan surat wesel itu dapat dibayar bergantung pada surat wesel yang
diterbitkan oleh penerbitnya:
1. Pada waktu diperlihatkan: pada waktu itulah surat wesel itu dapat dibayarkan.
2. Pada waktu tertentu sesudah diperlihatkan; sesudah diperlihatkan itulah dapat diketahui hari
bayarnya karena dihitung sejak tanggal diperlihatkan.
3. Pada waktu sesudah tanggal penerbitan. Misalnya dua bulan sesudah tanggal penerbitan.
4. Pada tanggal yang ditentukan dalam teks surat wesel itu.

25
HAK REGRES
• Diatur dalam Pasal 142 s.d 153 KUHD.
• Hak Regres: hak yang diberikan oleh undang-undang
kepada pemegang surat wesel baik yang diberikan oleh
undang-undang kepada pemegang surat wesel baik
karena terjadi non akseptasi maupun karena non
pembayaran.
• Karena itu pemegang memintakan kepada debitur yang
berwajib regres supaya membayar sendiri surat wesel
itu kepada pemegang.
26
Lanjutan..
• Hal-hal yang menyebabkan pemegang surat regres mengunakan hak
regresnya:
1) Karena adanya penolakan akseptasi dari tersangkut, baik seluruh
ataupun sebagian.
2) Karena adanya penolakan pembayaran dari akseptan setelah
terjadi akseptasi, sehingga terdapat keadaan non pembayaran.
3) Karena adanya penolakan akseptasi dan sekaligus pembayaran
dari tersangkut.
• Protes: tindakan yang dilakukan oleh pemegang surat wesel terhadap
tersangkut karena non pembayaran atau terhadap akseptan dalam keadaan
non pembayaran.

27
INTERVENSI (TUSSENKOMST)
• Diatur dalam Pasal 154 s.d 162 KUHD
• Intervensi adalah lembaga yang diatur dalam hukum wesel,
dengan mana pihak ketiga secara sukarela maupun karena
ditunjuk debitur regres dalam keadaan darurat, mengikatkan
diri sebagai pengantara untuk melakukan akseptasi atau
pembayaran surat wesel.
• Tujuannya untuk mencegah pelaksanaan hak regres yang
dilakukan oleh pemegang wesel sehingga secara tidak
langsung akan mempertinggi tingkat kepercayaan terhadap
wesel.

28
REFERENSI
• Prof. Emmy Pangaribuan Simandjuntak, 1979, Hukum
Dagang Surat-surat Berharga, Liberty, Yogyakarta.
• Prof. Abdulkadir Muhammad, 2007, Hukum Dagang
tentang Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung.
• Joni Emirzon, 2002, Hukum Surat Berharga dan
Perkembangan di Indonesia, Prehallindo, Jakarta.
• Rahmadi Usman, 2001, Dimensi Hukum Surat
Berharga: Warkat Perbankan dan Pasar Uang,
Djambatan, Jakarta.

29
TERIMAKASIH
FAKULTAS HUKUM ,UNIVERSITAS GADJAH MADA
Materi Hukum Dagang

HUKUM PASAR MODAL


Veri Antoni, Fakultas Hukum, UGM
081807102413, veri.akademik@yahoo.com, antoni.veri@ugm.ac.id
INVESTASI: Komitmen pengelolaan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh sejumlah keuntuang di
masa mendatang

ESENSI INVESTASI: mengurangi konsumsi saat ini, perencanaan konsumsi mendatang

Investasi selalu memperhitungkan: DANA, WAHANA, TUJUAN, JANGKA WAKTU, KEUNTUNGAN, RISIKO
PASAR MODAL
Keuntungan: Liquid, Capital
INVESTASI Commercial Banking
Keuntungan :
Aman, Pendapatan Tetap
Gain, Dividen Kelemahan :
Kelemahan: Keuntungan Kecil
mengandung resiko Contoh:
Contoh : Tabungan, Deposito, Giro
Saham, Obligasi,
Reksa Dana

PEMODAL
COMMODITY DIRECT
Keuntungan : Liquid INVESTMENT
Kelemahan : Beresiko Keuntungan : Stabil
Contoh : Kelemahan : Tidak Liquid
Futures, Real Commodity Lain-lain: Contoh :
•MLM Emas, Rumah, Tanah
•dll.
MENGAPA PERLU PASAR
MODAL? HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI
 Bisnis pendanaan jangka panjang untuk BERINVESTASI DI PASAR MODAL
melaksanakan berbagai proyek.
 Sarana pemetaan pendapatan, secara * Pengetahuan dasar khususnya
makro ekonomi.
 Motivator dalam peningkatan kualitas out mengenai prosedur dari kegiatan &
put perusahaan.
mekanisme investasi
 Sarana alternatif bagi pemodal
 Dana tersedia tidak terbatas * Batasan-batasan investasi
 Prestige: peningkatan “citra” perusahaan * Risiko investasi
 Likuiditas bagi pemegang saham lebih
terjamin (dilaksanakan melalui secondary * Prilaku pasar (market behavior).
market).
 Sarana untuk memperbaiki struktur
permodalan perseroan HIGH RETURN, HIGH RISK
 Menuju: Good Corporate Governance
Sumber Dana

Laba
Internal Operasi

Jk Pendek Pasar
Sumber Uang

Debt
Dana
Jangka
Panjang Pasar
Eksternal Modal
Go
Public
Equity Permanen
PENGERTIAN
PASAR MODAL
→Kegiatan Yang Bersangkutan dengan
- Penawaran Umum dan perdagangan Efek
- Perusahaan Publik yg berkaitan dg Efek yg
diterbitkannya
- Lembaga dan profesi yg berkaitan dg Efek
(Pasal 1 Angka 13 UU No. 8 Tahun 1995)
BANDINGKAN!

APAKAH PERBEDAANNYA?
• IPO adalah proses menawarkan saham atau obligasi untuk dijual kepada umum untuk pertama
kalinya. Penawaran saham atau obligasi selanjutnya disebut Penawaran Umum Terbatas (Righ
Issue).
• Perusahaan yang sebelum menjual saham kepada masyarakat disebut perusahaan tertutup (private
company) sedangkan perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada masyarakat disebut
perusahaan terbuka atau perusahaan publik (public listed company).
• Perusahaan Publik adalah Perusahaan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300
orang pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga
miliar) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. (Pasal 1 Angka 22 UU No. 8 Tahun 1995)
• Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. (Pasal 1 Angka 6 UU No. 8 Tahun 1995).
PENAWARAN UMUM (Public Offering)
Sebelum Emisi Emisi Ssdh Emisi

Intern Pasar Pasar


BAPEPAM Pelaporan
Perusahaan Perdana Sekunder
1. Rcn go public 1. Perusahaan 1. Penawaran oleh 1. Lap. Penggunaan
menyampaikan 1. Emiten
2. RUPS Sindikasi Penjamin dana hsl Penwrn umum
pernyataan pendaftaran emisi & Agen Penjual mencatatkan
3. Penunjukkan: Efeknya di Bursa 2. LKT, LKTT
2. Ekspose terbts di
• Underwriter (jika Bapepam 2. Penjatahan kpd 3. Lap. Tahunan
ada) 2. Perdagangan
3. Publik ekspose pemodal oleh Sindikasi 4. Lap. RUPS
• Profesi Penunjang penjamin emisi & Efek di Bursa
4. Evaluasi: 5. Lap.pemenuhan
• Lbg Penunjang emiten
• Kelengkapan prosedur suatu
4. Mempersiapkan dokumen 3. Penyerahan Efek kpd
dokumen Transaksi
• Kecukupan dan Pemodal
5. Konfirmasi sbg agen kejlsn informasi 6. Laporan Keterbukaan
Penjual oleh Penjamin • Keterbukaan dr Informasi
emisi aspek hukum, 7. Lap. Keterbukaan
6. Kontrak pendahuluan akuntansi &
manajemen Pmgg shm ttt
dgn Bursa Efek
7. Penandatangan-an 5. Komentar tertulis dlm 45
perjanjian2 hari
6. Pernyataan pendaftaran
dinyatakan efektif
STRUKTUR PASAR MODAL INDONESIA
OJK
(dh Bapepam-LK )

Lbg Penyimpanan
Lbg Kliring
& Penyelesaian (PT KSEI) Bursa Efek (BEI) & Penjaminan (PT KPEI)

PROFESI PENUNJANG PERUSAHAAN EFEK LBG PENUNJANG


-Akuntan -Penjamin Emisi Efek -Biro Adm Efek
-Konsultan Hukum -Perantara Pdgg Efek -Bank Kustodian
-Penilai - Manajer Investasi -Wali Amanat
-Notaris -Penasehat Investasi -Pemeringkat Efek

Emiten, Perusahaan Publik, Reksa Dana

Investor (Pemodal Domestik/Asing)

Program Perlindungan Investor Efek Indonesia

Sesuai dengan UU OJK per 31 Desember 2012, kewenangan Bapepam-LK , Dep-Keu dialihkan pada Otoritas Jasa Keuangan,
sehingga saat ini kegiatan pengaturan dan pengawasan PM dilakukan oleh OJK
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
(saat ini oleh OJK)
• TUGAS
Mlkkn pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari keg di psr modal
• TUJUAN
Mewujudkan terciptanya keg Psr Modal yg teratur, wajar & efisien serta melindungi kepentingan
pemodal&masy
• WEWENANG
– Beri izin ush kpd:
Bursa Efek, Lbg Kliring&Pjmnn, Lbg Penyimpanan & Penyelesaian, Reksa dana, Perush Efek, Penasehat
Investasi, Biro Adm Efek
– Beri izin orang perseorangan bagi:
Wkl Pjmn Emisi Efek, Wkl Perantara Pdgg Efek, Wkl Manajer Investasi, Wkl Agen Penj Efek Reksa Dana
– Beri persetujuan bagi pendirian Bank Kustodian
– Wajibkan pendaftaran kpd:
Profesi Penunjang Pasar Modal → notaris, kons hk, penilai, akuntan,
wali amanat
– Mlkk pemeriksaan & penyidikan
– Menetapkan persyaratan & tata cara pendaftaran serta menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan
Pendaftaran
– Menetapkan instrumen lain sbg Efek selain yg tlh ditentukan dlm UUPM
SELF REGULATORY ORGANISATIONS (SRO)

→ Institusi yg diberikan kewenangan oleh UU utk membuat & menetapkan


peraturan bagi anggotanya

→ Slrh peraturan yg dibuat oleh SRO, peraturan tsb baru berlaku stlh mdpt
persetujuan dr Bapepam

→ SRO Terdiri dari:


– BURSA EFEK
– LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN
– LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN
BURSA EFEK
• BURSA EFEK: pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. (Ps. 1 angka 4 UUPM)
• PERANAN:
✓ Menciptakan pasar modal yang wajar, teratur dan efisien
✓ Sarana bagi investor untuk menerapkan diversifikasi investasi dengan aman,
tertib dan optimal
✓ Memberikan kesempatan perolehan sumber pendanaan yang lebih ekonomis
bagi Emiten
✓ Menciptakan likuiditas perdagangan Efek
✓ Mengurangi rentang biaya transaksi
✓ Cermin indikator ekonomi
BURSA EFEK
Sebagai Self Regulatory Organization (SRO):
• Memiliki kewenangan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan Bursa
• Mengatur & mengawasi fungsi: Keanggotaan, Pencatatan, Perdagangan;
Kesepakatan Efek Kliring; Penyelesaian Transaksi Bursa dan hal lain yang berkaitan
dengan kegiatan Bursa
• Ketentuan Bursa Efek mempunyai kekuatan mengikat untuk dipatuhi oleh pelaku
pasar modal.
• Pemilihan manajemen BE hy dpt diajukan dlm 1 paket bdsrkn kelompok pmgg shm
yg memenuhi syarat ttt bdsrk total frekuensi & nilai perdagangannya di BE
• Wajib diajukan ke Bapepam dulu utk mendptkan persetujuan
• Dekom di samping berfungsi sbg supervisor jg hrs tdr dr wakil Emiten, AB, Investor
& pemr
• BE dilarang bagi dividen kpd pmgg shm dr laba yg diperoleh
Lembaga Kliring & Penjaminan (LKP)
• Definisi
Pihak yg selenggarakan jasa kliring & penjaminan penyelesaian transaksi
bursa
• Keg Kliring → proses yg digunakan utk menetapkan hak & kwjbn para
Anggota Bursa atas transaksi yg mereka lkkn shg mereka mengetahui hak &
kwjbn msg-msg
• LKP tetapkan peraturan mgni keg kliring & pjmnn penyelesaian transaksi
bursa termasuk ketentuan mgni bi. pemakaian jasa

• LKP → PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT KPEI)


Lembaga Kliring & Penjaminan
(LKP)
• LKP wajib peroleh izin dr Bapepam & mmlk modal disetor min. Rp15M (Ps. 15 & Ps. 16 PP No. 45/1995)

• Tugas LKP
– Memenuhi persyaratan teknis agar penyelesaian transaksi bursa dpt dlkkn scr teratur, wajar, efisien
– Mlksnkn fungsi kliring → transaksi di BE dikliringkan scr terus menerus shg dpt ditentukan hak&kwjbn AB
yg mlksnk transaksi
– Menjamin penyelesaian transaksi di BE yg pelaksanaannya dg menempatkan LKP sbg counter party dr AB
yg mlkkn transaksi

• Pmgg shm LKP : BE, PE, BAE, BK, atau Phk lain atas persetujuan Bapepam

• Manajemen LKP (dhi PT KPEI) dipilih oleh manajemen bursa krn PT KPEI mrpk anak perush bursa →
direktur PT KPEI hrs terintegrasi dlm manajemen bursa → hal-hal yg berhub dg sist manajemen yg
dlksnkn di BE jg berlaku pd manajemen PT KPEI
Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian (LPP)

• Definisi
Pihak yg selenggarakan Kustodian Sentral bagi BK, PE dan Phk lain
• Tujuan
menyediakan jasa kustodian sentral & penyelesaian transaksi yg wajar, teratur,
& efisien
• LPP wajib tetapkan mgni jasa Kustodian sentral & jasa penyelesaian transaksi
Efek, termasuk mgni bi pemakaian jasa
• LPP → PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT KSEI)
Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian (LPP)
• LPP wajib peroleh izin dr Bapepam & mmlk modal disetor min. Rp15M (Ps. 15 & Ps. 16 PP No.
45/1995)

• Jasa LKP (dhi PT KSEI)


– Mlkkn bid penatausahaan rek efek utk simpan kas & efek
– Mlkkn penerimaan&distribusi dividen, bunga, pokok pinjmn, shm bonus, & hak-hak lainnya
– Mlkkn pemindahan efek keluar & masuk penitipan kolektif
– Mlkkn pemindahan efek dr 1 rek ke rek lainnya bdsrk instruksi
– Mlkkn pbyrn pajak maupun penerimaan restitusi pajak
– Mlkkn pemberian informasi kpd emiten mgni kepemilikan efek dlm penitipan
kolektif&pelaporan keg rek efek

• Pmgg shm LKP : BE, PE, BAE, BK, atau Phk lain atas persetujuan Bapepam
INSTRUMEN PASAR MODAL (EFEK)
• SURAT BERHARGA → surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatifnya(Pasal 1 Angka 5 UU No. 8 Tahun 1995).

• Penjelasan Pasal 1 Angka 5→ Derivatif dari Efek angka ini adalah turunan dari Efek, baikEfek yang
bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran.
– “opsi” dalam penjelasan angka ini adalah hak yang dimiliki olehPihak untuk membeli atau
menjual kepada Pihak lain atas sejumlah Efek pada harga dandalam waktu tertentu.
– “waran” dalam penjelasan angka ini adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang
memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan sahamdari perusahaan tersebut pada
harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak Efek dimaksud diterbitkan
Jenis Efek di Pasar Modal
SAHAM
• Saham→ Bukti kepemilikan yang merupakan klaim atas penghasilan
dan aktiva perseroan.
• Limited risk→ Pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai
jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.
• Ultimate control→ Pemegang saham (secara kolektif ) akan
menentukan arah dan tujuan perusahaan.
• Residual claim→ Pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapatkan pembagian hasil usaha perusahaan (dividen) dan sisa
aset dalam proses likuidasi perusahaan.

51
JENIS SAHAM
• BERDASARKAN KEMAMPUAN HAK TAGIH (KLAIM)
– saham biasa (common stock),→ saham yang menempatkan
pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas
harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

– Saham preferen (preferred stock),→ punya kelebihan dibanding


dengan saham biasa, antara lain:
– tingkat dividen tahunan
– prioritas atas pendapatan lebih tinggi
– prioritas atas harta jika perusahaan dilikuidasi

52
Lanjutan..
• BERDASARKAN CARA PERALIHANNYA
– Saham atas unjuk (bearer stock),→ saham tersebut
tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya.
– Saham atas nama (registered stock),→ saham yang
tertulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, sehingga
cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

53
OBLIGASI
• Obligasi→ surat tanda utang jangka panjang
yang diterbitkan oleh perusahaan atau
pemerintah.
– Membayar bunga (kupon) secara periodik.
– Membayarkan kembali pokok pinjaman pada saat
jatuh tempo.

54
• Perbedaan dgn utang biasa, bahwa penerbit dalam obligasi berhadapan
dgn sekelompok pemberi pinjaman yang jumlah bisa ratusan, ribuan
atau puluhan ribu;
– Oleh krnnya, maka unsur penawaran umum (public offering) menjadi ciri yang utama dr
penerbitan dan pemasaran suatu obligasi.
– Nmn demikian, tidak selalu penawaran umum, dapat juga private placement.
– Oleh karena itu, diperlukan Wali Amanat yang mengakili kepentingan kreditur.
• Krn kreditur banyak, maka debitur (penerbit) obligasi adalah badan
hukum, baik PT atau badan hukum negara.
JENIS OBLIGASI
• BERDASARKAN PENERBITNYA
- Obligasi Pemerintah
- Obligasi Perusahaan BUMN
- Obligasi Perusahaan Swasta.
• BERDASARKAN SISTEM PEMBAYARAN BUNGA
- Coupon Bond→ bunga dibayar secara periodik.
- Zero Coupon Bond→ bunga dibayar bukan secara
periodik, tetapi dibayar saat pembelian.

56
• BERDASARKAN JAMINANNYA
- Secured Bond (Obligasi dengan jaminan)
- Unsecured Bond (Obligasi tanpa jaminan)
• BERDASARKAN KONVERSI
- Convertible Bond (Obligasi Konversi)→obligasi yang dapat
ditukarkan dengan saham.
- Nonconvertible Bond (Obligasi Nonkonversi)→ obligasi yang
tidak dapat ditukarkan menjadi saham.

57
REKSA DANA
• UU Pasar Modal:→Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi.

• Reksa Dana→ institusi jasa keuangan yang menerima uang dari


pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam
portofolio yang terdiversikan pada efek/sekuritas.
JENIS REKSA DANA
• REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN
“Emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham,
dan selanjutnya dari dana dari penjualan itu diinvestasikan pada berbagai
jenis efek di pasar modal dan pasar uang”
• REKSA DANA BERBENTUK KIK (Kontrak Investasi Kolektif)
“instrumen penghimpun dana dengan penerbitan unit pernyataan kepada
masyarakat pemodal untuk selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada
berbagai jenis efek”.

59
KONSEP REKSA DANA KIK

Bank Kustodian: Pihak yang ditunjuk untuk mewakili kepentingan pemodal untuk mengawasi ketaatan Manajer Investasi
terhadap KIK, bertanggung jawab untuk menyimpan aset Reksa Dana (namun kas tidak seluruhnya ditempatkan pada Bank
Kustodian), menjalankan transaksi efek sesuai perintah Manajer Investasi, melaksanakan administrasi Reksa Dana,
menghitung Nilai Aktiva Bersih, & memelihara catatan data-data pemodal.
JENIS REKSA DANA
PERBEDAAN SAHAM DENGAN OBLIGASI
NO SEGI SAHAM OBLIGASI

LEGAL
1 Hak Suara Berhak dalam RUPS Tidak ada dalam RUPS
2 Pailit Hak terakhir atas klaim aset Kreditur tidak punya hak klaim

3 Pajak Pajak ditetapkan sebelum dividen dibayarkan Bunga dibayarkan sebagai


pengurangan pajak

AKTIVA, RESIKO
4 Jenis Aktiva Jangka panjang Jangka pendek/panjang
5 Resiko Aktiva Relatif besar dan tidak pasti Relatif kecil

6 Siklus Bisnis Fluktuatif Stabil


62
PERBEDAAN SAHAM DENGAN OBLIGASI
(lanjutan)

NO SEGI SAHAM OBLIGASI

SYARAT-SYARAT

7 Jangka Waktu Tidak Terbatas Terbatas

8 Biaya Modal Dividen Suku Bunga (Kupon)

9 Instrumen Terbatas Variatif (Banyak Ragam)

10 Struktur Biaya Persentase laba bersih Fixed/Floating

11 Wanprestasi Pemegang saham hak kalimnya Kreditur ada hak klaim


terakhir

63
“Saya Membeli Perusahaan, Bukan Saham”

“Saya kaya bukan karena saya hebat, melainkan


karena saya memulainya lebih awal (11 tahun)
dan saya meninggu”

“Warren Buffet”.
MEKANISME TRANSAKSI PASAR MODAL
Penjamin Emisi
Pencatatan Saham
Perdagangan Saham
MEKANISME TRANSAKSI PASAR PERDANA (IPO)
PENJAMIN EMISI EFEK
• Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontrak dengan
Emiten untuk melakukanPenawaran Umum bagi kepentingan (Pasal 1
Angka 17 UU PM)
– Kegiatan memasarkan efek yang dikeluarkan oleh satu perusahaan atau
pemegang saham yang bermaksud menjual sahamnya.
• Dalam UU PM tidak adanya kewajiban untuk mengunakan Penjamin
Emisi
– Digunakan atau tidak sebenarnya tergantung Emiten. Di Indonsia fakta
Emiten hampir selalu mengunakan Penjamin Emisi
– Direct Public Offering (penawaran perdana secara langsung); belum
memasyarakat di Indonesia
• Kenapa Perlu Penjamin Emisi?
– Melakukan fungsi perantara (intermediation); Emiten tidak mempunyai
kemampuan untuk memasarkan, mendistribusikan, dan menjual sendiri
Efeknya;
– Adanya prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal; Penjamin Emisi
mengkoordinasikan dengan profesi2 penunjang lain;
– Bagi Emiten sebagai “jaminan”, Efek mereka adalah investasi yang
menguntungkan;
• Jenis-jenis Penjaminan
– Kemampuan penuh (firm atau full commitment);
– Penjaminan dengan syarat best effort; hanya membeli sisa efek yang
telah menjadi komitmen apabila tidak habis (laku)
• Adanya Stand Buyer (pembeli siaga
• Perjanjian Penjamin Emisi
– Perjanjian antara Emiten dan Penjamin Emisi untuk melakukan penjualan
dan distribusi efek;
– Sifatnya lebih banyak perjanjian pemberian kuasa (termasuk kuasa untuk
menjual), meskipun tidak tertutup kemungkinan merupakan perjanjian
jual beli;
PENCATATAN EFEK (LISTING)
• Merupakan tahap akhir dalam proses IPO, sekaligus
awal proses perdagangan efek (Pasar Sekunder);
• Merupakan ijin yang diberikan kepada Emiten (dengan
memenuhi syarat-syarat tertentu), shg sahamnya bisa
diperdagangakan di bursa;
• Bukanlah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
Emiten—pilihan bagi Emiten.
– Namun bagi investor merupakan suatu hal yang sangat
penting, krn adanya likuiditas, shg mudah diperdagangkan.
• Kenapa Mencatatkan Efek?
– Jaminan likuiditas bagi investor;
– Emiten dianggap sbg perusahaan yang dikelola secara baik;
• Krn untuk dapat tercatat, Emiten harus memenuhi standar yang
tinggi;
• Jika tidak terpenuhi, Emiten dapat dikeluarkan dari pencatatan
(delisting);
– Pristise (image) bagi perusahaan tercatat;
– Promosi secara tidak langsung;
MEKANISME TRANSAKSI PASAR SEKUNDER
PERBEDAAN PASAR PERDANA DAN SEKUNDER
KETERBUKAAN (DISCLOSURE)
DAN KETERBUKAAN YANG BERKELANJUTAN
(CONTINUOUS DISCLOSURE
DI PASAR MODAL
KETERBUKAAN (DISCLOSURE) DAN KETERBUKAAN YANG
BERKELANJUTAN (CONTINUOUS DISCLOSURE)
• Prins keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus jiwa pasar modal, karena
keterbukaan tentang fakta material merupakan pertimbangan bagi investor untuk mengambil
keputusan (MENJUAL, MEMBELI, ATAU MENAHAN);
– Dgn prinsip ini semua investor (besar, menengah, kecil) dalam posisi “level playing field”.
• Tujuan/manfaat Keterbukaan
– Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar;
• Ketiadaan informasi akan menyebabkan ketidakpastian bagi investor.
– Menciptakan mekanisme pasar yang efisien;
• Pemberian informasi secara penuh menciptakan PM yang efisien: harga saham sepenuhnya
merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia.
– Memberikan perlindungan terhadap investor.
• Mencegah terjadinya penipuan (fraud).
– Agar masyarakat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
FASE (TAHAPAN) KETERBUKAAN
• Sebelum Listing (rencana go public dan proses go public)
– Tercermin dari PROSPEKTUS
• Setelah Listing
– Penyampaian LAPORAN BERKALA (periodic disclosure) oleh Perusahaan Publik
(Emiten) ke Otoritas Pasar Modal (OJK dh. Bapepam-LK).
– Penyampaian LAPORAN INSIDENTIL (episodic disclosure), sehubungan adanya
peristiwa/fakta material yg dapat mempengaruhi harga efek.
• Selain itu, emiten juga diwajibkan untuk melakukan pemutakhiran (up dating) atas informasi
yang disampaikan secara berkala dan berdasarkan kejadian tersebut—duty to up date.
• Tidak semua informasi harus disampaikan oleh perusahaan, antara lain:
– Informasi yang dianggap telah diketahui dan tidak mempengaruhi harga efek;
– Informasi yg berkaitan dengan rahasia dagang
– Informasi yang berkaitan dengan strategi-strategi perusahaan;
PROSPEKTUS
• Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan
agar Pihak lain membeli Efek;
• Peraturan Nomor IX.C.2: Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Prospektus DalamRangka Penawaran
Umum
• Prospektus bersifat “full disclosure”.
• Pasal 80 UU PM, pihak yang bertanggungjawab terhadap isi prospektus, adalah:
– Setiap pihak yg menandatangani pernyataan pendaftaran;
– Dir-Kom emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi efektif;
– Penjamin pelaksana emisi;
– Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yg memberikan pendapat atau keterangan dan
atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran.
Isi Prospektus
I. Penawaran Umum VIII.Ikhtisar Data Keuangan Penting
II. Penggunaan Dana yg diperoleh dari IX. Modal Sendiri
Penawaran Umum X. Kebijakan Dividen
III. Analisis & Pembahasan oleh Manajemen XI. Perpajakan
IV. Risiko Usaha XII. Penjaminan Emisi Efek
V. Kejadian Penting stlh tgl Laporan Akt XIII.Profesi Penunjang Pasar Modal
VI. Ketr. ttg Perseroan XIV. Pendapat dr Segi Hukum
1. Riwayat Singkat Perseroan XV. Laporan Auditor Independen dan
2. Perkembgn Kpmlkn Shm Laporan Keuangan Perseroan
Perseroan XVI. Laporan Penilai
3. Pengurusan & Pengawasan XVII.Anggaran Dasar
4. Smbr Daya Manusia XVIII.Persyaratan Pemesanan Pembelian saham
VII.Keg Ush & Prospek Perseroan XIX. Penyebarluasan Prospektus dan
1. Umum Formula Pemesanan Pembelian Saham
2. Keg Ush
3. Produksi
4. Pemasaran
5. Analisis mgni dampak lingk
6. Prospek Usaha Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan
Penawaran Umum dengan tujuan agar Pihak lain membeli Efek
INFORMASI/FAKTA MATERIAL
• Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau Perusahaan Publik wajib
menyampaikanl aporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa
material yang dapat mempengaruhi harga Efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2
(kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut; (Pasal 86 Ayat 1 huruf (b) UU PM);
• Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau keputusan
investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukanusaha patungan;
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. Produk atau penemuan baru yang berarti;
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang;
Lanjutan..
a. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;
b. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
c. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
d. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;
e. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
f. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan;
g. Penggantian Wali Amanat;
h. Perubahan tahun fiskal perusahaan

Peraturan OJK no 31/P.OJK 4/2015


KEJAHATAN DI PASAR MODAL
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku di Indonesia,
dlm hal ini UU No. 8/1995 (“UUPM”), scr garis besar kejahatan di Pasar
Modal terdiri atas:
1. PENIPUAN
2. MANIPULASI PASAR
3. PERDAGANGAN ORANG DALAM (INSIDER TRADING).

83
PENIPUAN
Menurut Psl. 90 UUPM:
Dlm keg. perdggn Efek, setiap Pihak dilarang scr lgs atau tdk lgs:
a. Menipu atau mengelabui Pihak lain dgn menggunakan sarana dan atau cara
apapun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain;
c. membuat pernyataan tdk benar mengenai fakta yg material atau tdk
mengungkapkan fakta yg material agar pernyataan yg dibuat tdk menyesatkan
mgni kead. yg tjd pd saat pernyataan dibuat dgn maksud utk menguntungkan
atau menghindarkan kerugian utk diri sendiri atau Pihak lain atau dgn tujuan
mempengaruhi Pihak lain utk membeli atau menjual Efek

84
MANIPULASI PASAR
• Setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan
tujuan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai keadaan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di
Bursa Efek.
Beberapa Pola Manipulasi Pasar
• Menyebarluaskan informasi palsu

Contoh Tindakan Ilustrasi Manipulasi Pasar
(painting the tape)

Tuan A memiliki saham PT X dalam jumlah yang besar, selain itu dia juga menjadi
nasabah pada Perusahaan Efek B dan Perusahaan Efek C. Tuan A menginginkan harga
saham PT X naik dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.200. Kemudian Tuan A menghubungi
broker pada perusahaan B untuk menjual saham PT X pada harga Rp. 1.100. Pada saat
yang sama Tuan A juga memberikan perintah pada broker Perusahaan Efek C untuk
membeli saham PT X pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching (kesepakatan)
antara broker B dan C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik Rp.
1.100. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga
mencapai Rp. 1.200. Setelah mencapai harga yang dikehendaki, barulah Tuan A
melakukan jual beli yang sesungguhnya (yang berakibat beralihnya kepemilikan
saham).
Insider Trading
 Pasal 95 UUPM:
Orang dalam dar Emiten atau Perush Publik yg mpy informasi org dlm dilarang mlkkn
pembelian atau penjualan atas Efek:
a. Emiten atau Perush Publik dimaksud; atau
b. Perusahaan lain yg mlkkn transaksi dgn Emiten atau Perush Publik ybs.

 Pasal 96 UUPM:
Orang dlm sbgmn dimaksud dlm Pasal 95 dilarang:
a. Mempengaruhi Pihak lain utk mlkkn pembelian atau penjualan atas Efek
dimaksud; atau
b. memberi informasi orang dlm kpd Pihak mana pun yg patut diduganya dpt
menggunakan infomasi dimaksud utk mlkkn pembelian atau penjualan atas Efek.

88
Insider Trading . . . lanjutan
Yg dimaksud dgn “Orang dalam” adalah:
a. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perush Publik;
b. Pemegang saham utama Emiten atau Perush Publik;
c. Orang perseorangan yg krn kedudukan, dalam hal ini jabatan pada lembag, institusi, atau
badan pemerintah, atau profesinya atau karena hub. usahanya (hub. Kerja atau kemitraan dlm
kegiatan usaha) dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam, yaitu informasi material yg dimiliki oleh orang dalam yang
belum tersedia untuk umum; atau
d. Pihak yang dalam waktu 6 bln terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, dan c di atas.

Timbulnya ketentuan Ps. 95 UUPM huruf a didasarkan atas pertimbangan bhw kedudukan orang
dlm seharusnya mendahulukan kepentingan Emiten, Perush Publik atau pmgg shm scr
keseluruhan tmsk di dlmnya utk tidk menggunakan informasi org dlm utk kepentingan diri sndr
atau Pihak lain.

89
TERIMAKASIH
FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Materi Hukum Dagang
SUB MATERI HUKUM PERBANKAN

Veri Antoni, Departemen Hukum Bisnis/Dagang, Fakultas Hukum, UGM


081807102413, veri.akademik@yahoo.com, antoni.veri@ugm.ac.id
Apa saja ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur Perbakan?
Bank merupakan industri dengan aturan yang sangat ketat (most regulated industries)→untuk
menciptakan kepercayaan masyarakat: bank yang sehat, dan gejala karakteristik yang mudah diterpa
issue bank run dan panic bank.
Sumber Hukum Bank tersebut bersumber dari:
– UUD NRI Tahun 1945, perihal Bank Sentral (BI)
– UU yang berkaitan dengan perbankan secara langsung;
• UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan (“UU Perbankan”).
• UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
• UU No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
• UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
• UU No. 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penangganan Krisis Sistem Keuangan.
Dilakukan pengawasan terhadap bank oleh :
• BI (general)
• OJK (detail), juga memberikan rencana terhadap bank
tersebut.
Bank melakukan penghimpunan dana melalui :
• Deposito
• Tabungan
• Giro
Ketiganya disebut sebagai “simpanan” dalam UU.
Dengan penyaluran dana melalui pengeluaran kredit / pembiayaan.
Dengan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana itu, bank disebut
memiliki fungsi intermediasi (antara diposan dengan debitur)
Jadi secara regulasi, hanya bank yang dapat secara langsung menghimpun
dana dari masyarakat.
Instrumen ekonomi lain, hanya dapat menghimpun dana dari masyarakat
secara langsung dengan penyertaan, dan harus melakukan pendaftaran
terlebih dahulu.
Selain sebagai fungsi intermediasi, bank juga memiliki peran
dalam konteks : transfer, jasa pembayaran.
Jadi Bank merupakan lembaga intermediasi yang juga
menyediakan peran transaksi. Hal itulah yang membedakan bank
dengan instrumen ekonomi lainnya.
• UU No. 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
• UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbanka n Syariah.
• UU No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
• Peraturan OJK, Peraturan BI, Peraturan LPS, dll.
– UU yang tidak berkaitan secara langsung dengan baik:
• UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
• UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
• UU TERKAIT DENGAN JAMINAN
– UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
– UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia
– UU No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria.
– Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Gadai, Hipotik, dan Perikatan.
– Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, khususnya Hipotik Kapal.
– UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, khusus Pasal 60 – 66 tentang Hipotek
Kapal.
– UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, pesawat sebagai Jaminan
Kebendaan.
– UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
• KUH Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
Apakah Bank?
• Pendekatan Hukum (Pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).
– Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

• Pendekatan Dari Segi Ekonomi


– Lembaga Intermediasi yang juga memberikan layanan jasa transaksi (a financial intermediary
providing transactional services to customers).
FINANCIAL INTERMEDIARY INSTITUTION

Direct Financing
Investor
Defisit Unit
Surplus Unit
Depositor Bank and other Borrower
deposit—taking
institution

Indirect Financing

Sumber: Chris Terry dan T.Hutcheson, 2000, ”Introduction of The Finantial System”
Fungsi Bank adalah;
1. Menghimpun dana yang berasal dari 3 sumber
pokok, yaitu:
a) Dana dari masyarakat,
b) Dari pengiriman uang dari nasabah yang belum
diambil,
c) Dan dari dunia usaha.

2. pemberian kredit.
3. memperlancar lalulintas pembayaran, seperti,
pemberian jaminan bank,pengiriman uang dari
daerah satu ke daerah lain, pembukaan L/C dsbnya.
Fungsi Bank
4. sebagai media kebijaksanaan moneter, baik
sebagai penerima simpanan giro yang
mempunyai kemampuan untuk menciptakan
uang.
5. sebagai penyedia informasi, pemberian
konsultasi dan bantuan penyelenggaraan
administrasi.
JENIS BANK,
menurut pasal 5 UU no.7-1992 jo. UU no. 10-1998

1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan


kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat(BPR), yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran
Kegiatan usaha Bank Umum berdasar ps 7 uu no.7-1992
1. Bank Umum dpt melakukan kegiatan dlm
valas
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada
Bank atau perusahaan di bidang keuangan,
spt;sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan effek, asuransi dlsbnya
3. Melakukan penyertaan modal sementara utk
mengatasi akibat kegagalan kredit, dgn
syarat harus menarik kembali
penyertaannya
4. Bertindak sbg pendiri dana pensiun dan
pengurus dana pensiun.
Kegiatan usaha BPR, a.l;
1. Menghimpun dana dari masyarakat dlm bentuk
simpanan berupa; deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
disamakan dgn itu
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dgn
ketentuan yang ditetapkan dlm PP
4. Menempatkan dananya dlm bentuk Sertifikat
Bank Indonesia(SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito dan/atau tabungan lainnya
Larangan bagi BPR
(pasal 14 UU no.7 -1992)
1. Dilarang menerima simpanan dlm bentuk giro
dan ikut serta dlm lalu lintas pembayaran
2. Melakukan usaha dlm valas
3. Melakukan penyertaan modal
4. Melakukan usaha perasuransian
Bentuk Hukum Bank
Menurut Pasal 21 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, bentuk hukum dari suatu Bank Umum dapat berupa:
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi
3. Perusahaan daerah

Bentuk hukum dari suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari:
1. Perusahaan daerah
2. Koperasi
3. Perseroan terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 21 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan)

Hk Perbankan DRN-DWK 106


• Bank Umum (menyediakan transaksi)
• Bank Perkreditan Rakyat (tidak menyediakan transaksi)
• Bank Konvensional Berbunga dan Bank Syariah
• Bank Gagal Berdampak Sistemik (kalo bank itu terlikuiditas maka
dampaknya besar) (e.g : Bank mandiri, bank BNI, dll) dan Bank Gagal
Tidak Berdampak Sistemik
KEPEMILIKAN BANK
Kepemilikan bank
• Menurut Pasal 22 UU No. 10 Tahun 1998 Bank Umum dapat didirikan oleh:
1. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia atau
2. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan Warga Negara Asing
dan atau badan hukum asing secara kemitraan
• Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia (WNI), badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya WNI, Pemerintah
Daerah atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya (Pasal 23 UU No. 7 Tahun 1992).

Hk Perbankan DRN-DWK 108


Prinsip dan Sifat Hubungan Hukum Antara Bank dan Nasabah

• Prinsip kepercayaan (fiduciary principle,fiduciary


relation )
• Prinsip kerahasiaan (confidential principle,
confidential relation)
• Prinsip kehati-hatian (prudential principle,
confidential relation)
• Prinsip mengenal nasabah ( Know Your Customer
Principle ).
109
Prinsip Kepercayaan
(fiduciary principle )

• Mengingat status bank yang unik : sebagai “a place of special safety and probity”, (
keamanan dan kejujuran ), maka sifat hubungan hukum antara bank dengan
nasabah adalah hubungan “fiduciary” ( kepercayaan ). Oki “ kepercayaan “ mrpkn
prinsip yg hrs dipegang teguh dalam pengelolaan perbankan.
• Secara normatif “ fiduciary relation “ dapat di pahami melalui penjelasan Pasal 29
UU No.7 Thn 1992 jo UU No.10 Thn 98 ( UU Perbankan ) : “bank terutama bekerja
dengan dana masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap
bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat
padanya”.

110
Prinsip Kerahasiaan
( Confidential principle )
• Prinsip rahasia bank menjadi sangat penting dijaga dalam industri perbankan
karena prinsip tersebut merupakan jiwa dari industri perbankan. Stabilitas sistem
keuangan akan dapat goyah , jika bank tidak menganut prinsip kerahasiaan.
• Apabila nasabah dan simpanannya di bank dg mudah dibocorkan keluar, akan dapat
mengancam perekonomian dan sistem perbankan nasional. Kepercayaan
masyarakat akan goyah, rush, dapat menular ke industri bank yang lain.
• Rahasia bank mnrt UU No.10 Thn 98 : segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

111
Pengecualian dalam Prinsip Kerahasian
• UUP mencantumkan 7 jenis kepentingan umum sbg alasan utk menerobos prinsip
rahasia bank :
(1) kepentingan pajak;
(2) penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara;
(3) kepentingan peradilan perkara pidana;
(4) dalam sengketa perdata antara bank dg nasabah;
(5) informasi antar bank;
6) kepentingan ahli waris;
(7) adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah (Baca . Ps 41 – 44 A UUP).

112
• Selain dlm UU Perbankan, rahasia bank juga
dikecualikan dalam UU lain, seperti:
– UU Tindak Pidana Pencucian Uang;
– UU Tindak Pidana Terorisme
– UU Tindak Pidana Korupsi
– UU Tindak Pidana Narkotika
– Putusan MK Nomor 64/PUU-X/2012, terkait kepentingan
peradilan mengenai harta bersama dalam perkara
perceraian.
Prinsip kehati-hatian
(prudential principle)
• Dalam UU No. 10 Th. 1998 tidak disebutkan secara tegas mengenai pengertian dari
prinsip kehati-hatian, Pasal 2 UU No. 10 Th 1998 menyebutkan bahwa perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian, definisi prinsip kehati-hatian dari berbagai
sumber dapat disimpulkan yaitu pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten.

• Dalam bahasa Inggris “Prudence is carefullness, precaution attentiveness and good


judgement, as applied to action or conduct, that degree of care required by the
exigencies or circumstances under which it is to be exercised (Black’s Law
Dictionary).

114
Prinsip kehati-hatian
Pasal 2 :
• “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahnya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian.”
• Saat ini bagi calon pemohon fasilitas kredit apabila usahanya dapat menimbulkan dampak
negatif maka bank mensyaratkan agar dalam penjelasan umum undang-undang tersebut
menyatakan bahwa prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh, khusus kegiatan
menyalurkan dana masyarakat berupa kredit disempurnakan dengan peningkatan peranan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

115
PRINSIP (KYC)
• Prinsip KYC adalah prinsip yg diterapkan bank untuk mencermati dan
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk pelaporan transaksi yang diduga mencurigakan (suspicious
transaction)
• Tujuan :
1. Mengenal profil dan karakter transaksi nasabah sehingga secara dini
bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan tsb;
2. Meminimalisasi operasional risk, legal risk, concentration risk dan
reputation risk.
• Transaksi keuangan yang mencurigakan:
– Transaksi keuangan yang menyimpan dari profil, karakteristik atau
kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan (UU
Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 7.

116
Apa saja institusi/lembaga yang berkaitan dengan
bisnis perbankan?
• Bank (Bank Umum dan BPR);
• Otoritas Jasa Keuangan;
• Bank Indonesia;
• Lembaga Penjamin Simpanan;
• Pemerintah.
BI
• Prinsip Bank : Illiquid but solvent
(dia sehat, tapi tidak mampu untuk mencairkan) yang kemudian,
dapat menimbulkan kepanikan, sehingga menghilangkan
kepercayaan pada bank.
Maka, BI sebagai bank dari para bank, ia memberikan LOLR
(Lender of the Last Resort) berbentuk pinjaman pada bank untuk
kemudian dicairkan pada para nasabah yang ingin mencairkan
dananya (bila secara tiba – tiba)
STRUKTUR TERKAIT DENGAN STABILITAS KEUANGAN
DARI SEGI KELEMBAGAAN DAN FUNGSI

Finantian BI OJK Pemerintah


Authority

Pengaturan dan LOLR Perizinan, pengaturan, Systemic Resolution


pengawasan secara makro (Lenden of the pengawasan terhadap
untuk: Last Resort) individu, lembaga keuangan Deposit Protection/Grantee
-stabilitas keuangan Individual resolution
(Bank dari para dan pasar modal
-stabtas keuagan bank) Individual Resolution
-stabilitas keuangan Liquidity dan
Fungsi Jadi, kewenangannya : mismacth
- Moneter
- Transaksi
- Pengaturan dan
pengawasan bank (yg
diberikan kemudian ke
OJK)

Lembaga Perbankan Lembaga Keuangan Pasar Modal


Keuanga Non Bank
(Bank Umum dan BPR)
Otoritas Jasa Keuangan
• OJK merupakan lembaga independen dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, bebas
dari campur tangan pihak lain.
• Fungsi, tugas, wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
(tadinya wewenang BI) sebagaimana dimaksud
UU No. 21 tahun 2011 (UU OJK)
• OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sector
jasa keuangan.

(Pasal 5 UU OJK)
• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap:
a) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
b) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;
c) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Wewenang OJK
• Pengaturan dan Pengawasan mengenai
kelembagaan bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan
bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek
kehati-hatian bank
• Pemeriksaan bank
Wewenang OJK
• Menetapkan peraturan dan kebijakan;
• Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap
Lembaga Jasa Keuangan, pelaku dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan;
• Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga jasa
keuangan
• Menetapkan sanksi administratif terhadap pelanggar
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
Bank Indonesia
• Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik
Indonesia
• Bank Indonesia hanya memiliki satu tujuan,
yaitu untuk “mencapai dan memelihara
stabilitas Rupiah”
• Untuk mencapai stabilitas rupiah, Bank
Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter;
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran;
c. Mengatur dan mengawasi Bank
Tugas BI – Kebijakan Moneter
• Lender of the Last Resort
• Kebijakan nilai tukar
• Mengelola cadangan devisa
Tugas BI – Kelancaran Sistem
Pembayaran
• Kegiatan kliring antar bank
• Penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
dalam mata uang rupiah/valas
• Menetapkan uang sebagai alat pembayaran yang sah
• Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah,
sekaligus mencabut, menarik, dan memusnahkan uang
dari peredaran
Tugas BI – mengatur dan mengawasi
Bank?
• Memberi dan mencabut izin usaha Bank
• Pengawasan Bank
• Mengenakan sanksi terhadap Bank

Dengan adanya OJK, tugas mengatur dan


mengawasi Bank tidak lagi berada di bawah BI,
melainkan OJK
Tugas Pengawasan BI dan OJK
Bank Indonesia OJK
•Macro-prudential •Micro-prudential

Pengawasan terhadap risiko sistemik


Pengawasan terhadap risiko sistemik
pada kesehatan lembaga keuangan
pada stabilitas sistem keuangan
secara individual
Lembaga Penjamin Simpanan
• Fungsi LPS
– Menjamin simpanan nasabah penyimpan;
– Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya
(Pasal 4 UU LPS)
Peserta LPS
• Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah NKRI wajib menjadi peserta
Penjaminan (Pasal 8 UU LPS)
Simpanan yang Dijamin
• LPS menjamin Simpanan nasabah bank yang
berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu
(Pasal 10 UU LPS)
Nilai Maksimum Penjaminan
• Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS paling tinggi sebesar 2 milyar per nasabah per bank sejak
tanggal 13 Oktober 2008.
#note : karena nasabah bagi bank adalah kreditur yang didahulukan, hal itu juga diatur dalam UU.
• Sisanya mengikuti proses liquidasi kepailitan bank.
Khusus dalam industri perbankan, kurator yang digunakan dalam kepailitan adalah LPS itu sendiri.
Nah bila udah ikut proses liquidasi disini, nasabah udah bukan jadi kreditur yang didahulukan.
Kedudukannya sama dengan kreditur yang lain.
• TERIMAKASIH
FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS GADJAH MADA
(Mata Kuliah Hukum Dagang)

Veri Antoni, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada


081807102413, veri.akademik@yahoo.com, antoni.veri@ugm.ac.id
Dasar Hukum
• Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata
• UU No. 4 tahun 1998 yang menetapkan Perpu
No. 1 tahun 1998 menjadi UU tersebut
• UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan
Kreditur
• Kreditur Preferen : kreditur yang didahulukan karena telah diatur oleh UU
• Kreditur Separatis : kreditur yang terpisah, karena telah mengklaim agunan. Jadi waktu debitur bangkrut,
agunanya dijual dan laku maka langsung dikasihin ke kreditur separatis.
• Kreditur Konkuren
Utang
• Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang, baik dlm mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yg akan timbul di kemudian hari, yang timbul karena perjanjian
atau undang-undang yg wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada Kreditor untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta
kekayaan Debitur.
• Secara ekonomis seseorang atau suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika keadaan
dalam neraca menunjukkan bahwa posisi pasivanya lebih rendah atau tidak
sebanding dengan posisi aktiva.
– Dengan kata lain rugi, sehingga ada sementara pandapat yang tidak setuju jika istilah “pailit”
itu diterjemahkan dengan “bangkrut”.
Pengertian Kepailitan
• Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur
dalam UU Kepailitan
(Pasal 1 (1) UU Kepailitan)
Dengan kata lain, KEPAILITAN adalah:
Keadaan debitur tidak mampu dan tidak mau membayar utangnya yang telah jatuh tempo.
Salah satu konsekuensi suatu perusahaan dinyatakan pailit, ialah ia dianggap tidak mampu
menyelesaikan urusannya. Maka ia harus dibantu oleh seorang kurator.
Syarat Kepailitan
• Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor
(hutang); dan
• Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

(Pasal 2 (1) UU Kepailitan)


Permohonan Pailit oleh:

Bank Indonesia Badan Pengawas Menteri


Pasar Modal Keuangan
Kreditor • Bank • Perusahaan • Perusahaan
Efek Asuransi
• Bursa Efek • Perusahaan
• Lembaga Kliring Reasuransi
Debitor dan Penjamnan • Dana Pensiun
• Lembaga • BUMN di
Penyimpanan bidang
dan kepentingan
Penyelesaian publik
Tujuan Kepailitan
• Mengadakan pembagian kekayaan seseorang
debitor (yang diperuntukkan membayar
hutang-hutangnya), oleh Kurator kepada para
Kreditornya dengan memperhatikan hak-
haknya (seimbang dengan hak-hak para
kreditornya (indikasi adanya posisi kreditur
yang didahulukan atau sebaliknya))
Macam-macam Kreditor
1. Kreditor Separatis (Secured creditor)
Mempunyai Piutang dengan ikatan tertentu seperti para pemegang
hipotek/hak tanggungan, pemegang hak gadai, fiducia, dsb.
2. Kreditor Preferen (Preferred Creditor)
Mempunyai hak untuk didahulukan pemenuhannya dari kreditor
lainnya
LPS termasuk dalam kreditur preferen
3. Kreditor Konkuren (Concurrent Creditor) atau kreditor bersaing
Mempunyai tagihan tanpa ikatan tertentu, tidak punya prioritas
apapun.
Maka mereka akan dibagikan haknya secara proposional.
Pembayaran upah pekerja/buruh yang terhutang didahulukan
atas semua jenis kreditur, termasuk atas tagihan kreditur
separatis, tagihan hak negara kantor lelang, dan badan umum
yang dibentuk pemerintah, sedangkan pembayaran hak – hak
pekerja/buruh lainnya didahulukan atas tagihan hak negara,
kantor lelang, dan badan umum yang dibentuk pemerintah,
kecuali tagihan kreditur separatis.
Based on Putusan MK
Alat Kelengkapan Organisasi Kepailitan
• Hakim Pengawas: mengawasi pemeliharaan dan
penyelesaian atau pemberesan harta pailit (boedel
pailit) yang diselenggarakan oleh kurator
• Kurator: melakukan pemberesan harta pailit
• Panitia Para Piutang (kreditor)
• Rapat verifikasi: pencocokan piutang-piutang dari
utang-utang serta para kreditornya.
PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT
• Ditetapkan oleh Peng. Niaga yg wilayah hukum tempat
berkedudukan debitur.
• Pembentuk UU Kepailitan menghendaki agar putusan
pernyataan pailit dapat diputuskan secepat mungkin dan
secepatnya pula dapat dieksekusi.
– Pasal 8 Ayat (4), “Permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dlm pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi”.
– Pasal 8 Ayat (7), “……putusan pailit dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum”.

• Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas


permohonan pernyataan pailit adalah Kasasi ke Mahkamah
Agung.
• AKIBAT KEPAILITAN
– Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta
kekayaan debitur dimasukkan ke dalam harta pailit—
status harta debitur berubah menjadi harta pailit—
dengan beberapa pengecualian seperti barang / benda
kebutuhan sehari-hari (pakaian) dll.

– Debitur tidak lagi berwenang untuk mengurus dan


melakukan perbuatan hukum apapun yang
menyangkut hartanya itu—dinyatakan dlm
pengampuan sepanjang menyangkut harta
kekayaanya.
• PENGURUSAN HARTA PAILIT
– Pengurusan dan pemberesan dilakukan oleh
KURATOR yg telah diangkat dlm putusan
pernyataan pailit.
– Dalam menjalankan tugasnya, kurator diawasi oleh
HAKIM PENGAWAS yang ditunjuk dlm putusan
pernyataan pailit.
• BERAKHIRNYA KEPAILITAN
– Segera setelah kepada kreditor yang telah dicocokan
(deverifikasi) piutangnya dibayarkan;
– Untuk selanjutnya kurator berkewajiban:
• Membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam
BNRI dan Surat Kabar;
• Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Hakim
Pengawas;
• Menyerahkan semua buku dan dokumen kepada debitur dgn
tanda bukti penerimaan yang sah.
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN HUTANG (PKPU)

• Pasal 222 Ayat 2 UU Kepailitan/PKPU menentukan


bahwa debitor yang tidak dapat atau
memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dapat memohonkan PKPU, dengan
maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditor.
Pengajuan PKPU
• PKPU dapat diajukan oleh
– Debitor yang memiliki lebih dari 1 kreditor
– Kreditor
– Lembaga sebagaimana dimaksud pasal 2 UU
Kepailitan (Bank Indonesia, BPPM, Menteri
Keuangan)
Pasal 222 (1) jo 223 UU Kepailitan
Selama proses PKPU
• Debitur tidak dapat dipaksa membayar utang-
utangnya; semua tindakan eksekusi yang
tengah dimulai guna mendapatkan pelunasan
utang, harus ditangguhkan
Selama proses PKPU
“Selama penundaan kewajiban pembayaran
utang berlangsung, terhadap Debitor tidak dapat
diajukan permohonan pailit”

(Pasal 260 UU Kepailitan)


TERIMAKASIH
FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS GADJAH MADA
(Mata Kuliah Hukum Dagang)

Veri Antoni, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada


081807102413, veri.akademik@yahoo.com, antoni.veri@ugm.ac.id
MANUSIA DAN SENGKETA
• Sengketa pada dasarnya merupakan suatu
pencerminan dari watak dan kemauan manusia yang
tidak seragam.
• Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk
aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan
antara dua pihak atau lebih—dimana tuntutan atau
pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik atau
diingkari oleh pihak lain.
• Di dalam masyarakat jika terjadi sengketa pada
umumnya diselesaikan melalui berbagai cara.
• Masing-masing pendekatan mengunakan paradigma
yang berbeda sesuai dengan tujuan, budaya atau nilai
yang diyakini oleh pihak-pihak yang sedang
bersengketa.
Sengketa dalam Bisnis
 Sengketa perniagaan
 Sengketa perbankan
 Sengketa keuangan
 Sengketa penanaman modal
 Sengketa HKI
 Sengketa konsumen, dll
Metode Penyelesaian Sengketa Bisnis
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan (litigasi) :
Pengadilan umum, Pengadilan niaga, Pengadilan agama
2. Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan:
Arbitrase, mediasi, negosiasi, konsiliasi
3. Penyelesaian Sengketa Melalu Lembaga Kuasi (semu) Judicial
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen
PENDEKATAN PENYELESAIAN SENGKETA
1. Mengunakan paradigma penyelesaian
sengketa litigasi. Pendekatan ini merupakan
suatu pendekatan untuk mendapat keadilan
melalui sistem perlawanan (the adversary)
dan mengunakan paksaan (coercion) dalam
mengelola sengketa serta menghasilkan
suatu keputusan win-lose solution bagi
pihak-pihak yang bersengketa.

2. Mengunakan paradigma penyelesaian


sengketa non-litigasi. Paradigama ini dalam
mencapai keadilan lebih mengutamakan
pendekatan ’konsensus’ dan berusaha
mempertemukan kepentingan para pihak
yang bersengeta serta bertujuan untuk
mendapatkan hasil penyelesaian sengketa
kearah win-win solution.
PENGERTIAN APS
• Istilah APS merupakan merupakan istilah yang umum dipergunakan sebagai terjemahan dari
Alternative Dispute Resolution (ADR).

• Ada berbagai istilah yang dipakai untuk menunjuk pada bentuk penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, seperti:
– Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS),
– Pilihan Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan.
– UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pasal 30 bahkan tidak
mempergunakan istilah khusus, tetapi hanya menyebut Penyelesaian Sengketa di luar
Pengadilan.

• .
• Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli (Pasal 1 Angka 10 UU No. 30/1999).
BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA
No SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA PROSES (KARAKTERISTIK) BENTUK-BENTUK

1 LITIGASI (AJUDIKASI) • sangat formal -


• pengadilan sebagai the first
resort dan the last resort

2 NON LITIGASI

A ARBITRASE SEBAGAI ADR • sedikit formal -


• arbiterase sebagai first
resort
• litigasi sebagai the last
resort
B BENTUK-BENTUK ADR LAINNYA • tanpa formalitas - Konsultasi
• penyelewengan oleh para - Negosiasi
pihak - Mediasi
•Pihak ketiga sebagai - Penilaian ahli
intervensi netral - Hibrid Dispute Resolution
(Private Judging, Neutral Expert
Fact Finding, Mini Trial,
Ombudsman, Summary Jury Trial )
ALASAN MUNCUL PENDEKATAN NON LITIGASI

• Penyelesian secara konvensional (litigasi) dianggap tidak lagi memuaskan kalangan dunia
usaha.

• Penelitian yang dilakukan oleh Central of Legal Studies menyebutkan sebenarnya para
pelaku bisnis tidak menyukai penyelesaian sengketa melalui pengadilan, karena:
1. memakan biaya yang tidak murah
2. terbuka untuk umum, sehinga dapat merugikan nama baik pihak-pihak yang bersengketa;
3. Putusan pengadilan sulit diduga.
4. Dalam praktek Indonesia misalnya, menurut penelitian Panggabean (hakim), untuk persidangan dan
pemutusan suatu perkara hutang piutang diperlukan waktu antara tiga sampai sembilan tahun.
KELEBIHAN ADR DIBANDING LITIGASI
• Waktu, melalui Penyelesaian Sengketa Alternatif waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaian suatu sengketa relatif singkat;
• Biaya, karena waktu dan mekanismenya relatif sederhana sehingga
membawa akibat biaya yang dikeluarkanpun lebih murah;
• Keahlian, pihak yang turut serta dalam membantu proses penyelesaian
sengketa berasal dari kalangan ahli di bidangnya, sehingga keputusan
yang diambil relatif dapat dipertanggungjawabkan;
• Kerahasiaan, karena mekanisme penyelesaian tidak dipublikasikan,
sehingga kerahasiaan dari masing-masing pihak tetap terjaga.
• Borderless trade  penyelesaian sengketa yang lebih homogen,
menguntungkan, memberikan rasa aman dan keadilan
• Win-win solution, penyelesaian sengketa melalui ADR memperhatikan
kepentingan kedua belah pihak
DASAR HUKUM APS
Dasar hukum APS Indonesia
• RV (Reglement op de Burgerlijke Rechwordering)
• Konvensi Washington  UU 5/1968; Konvensi New York 
Keppres 34/1981
• UU No. 4/2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman  Pasal 3,
14 ayat (1)  BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)
• UU 30/1999 Tentang Arbitrase & Alternatif Penyelesaian
Sengketa  mostly arbitrase. Jenis ADR lain hanya ada di
Pasal 6
BENTUK-BENTUK ADR
 Arbitrase
 Pasal 6 UU No. 30/1999—terdapat 6 Tata cara APS:
 Konsultasi
 Negosiasi
 Mediasi
 Konsiliasi
 Pemberian Pendapat Hukum
 Hibrid Dispute Resolution
 Private Judging
 Neutral Expert Fact Finding
 Mini Trial
 Ombudsman
 Summary Jury Trial
ARBITRASE
• Arbitrase/pewasitan merupakan salah satu metode
penyelesaian sengketa yang berasal dari sengketa
atas sebuah kontrak dalam bentuk:
– perbedaan penafsiran tentang pelaksanaan
perjanjian
– pelanggaran perjanjian
– pengakhiran kontrak
– klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi
atau perbuatan melawan hukum
• Kebanyakan sistem arbitrase (bersifat privat) menyediakan hal-hal
sebagai berikut:
• Joint selection and payment of the arbitrator
• Objective standards on which the arbitrator’s decision is to be
based (typically the term of an agreement between parties, the
customs of the trade in which they conduct business, the
applicable law, or some combination of these).
• Procedural rules to be applied by the arbitrator/
PENGATURAN Arbitrase (“UU No. 30/1999”)

Arbitrase adalah cara penyelesaian


suatu sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh pihak
yang bersengketa (Pasal 1 Angka 1
UU No. 30/1999).
DASAR HUKUM ARBITRASE
• Pasal 3 UU No. 4/2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman: bahwa penyelesaian
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap
diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan
eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi (executoir)
dari pengadilan
• Dasar pemeriksaan arbitrase
– Pasal 615-651 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de
Rechtsvorerdering, Staatsblad 1847:52 – Rv)
– Pasal 377 Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui (Het Herziene
Indonesisch Reglement, Staatsblad 1941:44 – HIR)
– Pasal 705 Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa Dan Madura
(Rechtreglement Buitengewesten, Staatsblad 1927:227 – RBg)
• Konvensi Washington  UU 5/1968  ratifikasi International Convention on the
Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States
• Konvensi New York  Keppres 34/1981 Indonesia menjadi anggota
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards 1958
PERJANJIAN ARBITRASE
• Dapat dibuat sebelum terjadi sengketa, disebut PACTUM
DE COMPROMITTENDO

• Dapat dibuat setelah terjadi sengketa; disebut AKTA


KOMPROMIS
ISI AKTA KOMPROMIS, sbb;
1. Masalah yg dipersengketakan
2. Nama lengkap & tempat tinggal para pihak
3. Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter
4. Tempat arbiter akan mengambil keputusan
5. Nama lengkap sekretaris
6. Jangka waktu penyelesaian sengketa
7. Pernyataan kesediaan diri pihak2 yg bersengketa utk menanggung
segala biaya yg diperlukan utk penyelesaian sengketa melalui
arbiter.
SENGKETA YG DPT DISELESAI-KAN MELALUI ARBITRASE;

• YAITU;
1. Sengketa-sengketa yang masuk dalam bidang
perdagangan
2. Mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa (Pasal 5 UU No. 30/1999)
Ruang lingkup hk perniagaan
Kegiatan-kegiatan di bidang:
• Perniagaan
• Perbankan
• Keuangan
• Penanaman Modal
• Industri
• Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKi)
KARAKTERISTIK YURIDIS ARBITRASE

• Kontroversi di antara para pihak


• Kontroversi diajukan kepada arbiter
• Arbiter diajukan oleh para pihak/ditunjuk oleh
badan tertentu
• Arbiter: pihak di luar badan peradilan umum
• Dasar pengajuan sengketa ke arbitrase:
perjanjian
• Arbiter melakukan pemeriksaan perkara
• Setelah memeriksa perkara, arbiter akan
memberikan putusan arbitrase yang
mengikat para pihak
Sifat Putusan Arbitrase

putusan arbitrase pada prinsipnya


bersifat final and binding. (Pasal 60 UU
No. 30/1999).
Contoh: PERTAMINA Vs KARAHA
BODAS
KONSULTASI
 Black’s Law Dictionary – Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara
suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak
konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan
dan kebutuhan kliennya tersebut
 Tidak ada sifat keterkaitan atau kewajiban bagi klien untuk mengikuti pendapat konsultan
 Klien bebas menentukan sendiri keputusannya walaupun tidak menutup kemungkinan klien
mengikuti pendapat konsultan
 Peran konsultan sama sekali tidak dominan, hanya memberikan pendapat hukum, dan
penyelesaian sengketa tetap di tangan para pihak
NEGOSIASI
• Negosiasi merupakan proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian
dengan pihak lain, dengan suatu proses interaksi dan komunikasi yang
dinamis. Para pihak dapat mengendalikan proses dan hasil; inilah yang
merupakan keunggulan dari negosiasi.
• Pasal 6 ayat (2) UU No. 30/1999: pada dasarnya para pihak dapat dan
berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul di antara
mereka
• Kesepakatan di atas harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui
oleh para pihak
• ~ Pasal 1851-1864 Bab XVIII Buku III KUH Perdata Tentang Perdamaian –
wajib dibuat tertulis dengan ancaman tidak sah
• Beda
– Negosiasi: ADR di luar pengadilan
– Perdamaian: sebelum proses persidangan mulai/setelah, di luar/di dalam
pengadilan
Lanjutan (Negosiasi)
• Upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses peradilan
bertujuan mencapai kesepakatan atas dasar kerja sama yang lebih
harmonis & kreatif
• Penjajakan kembali akan hak & kewajiban para pihak yang bersifat win-
win
• Melepaskan/memberikan kelonggaran (concession) atas hak-hak tertentu
berdasarkan asas timbal balik
• Dituangkan secara tertulis, bersifat final dan mengikat para pihak
• Pasal 6 ayat (7) UU No. 30/1999 – kesepakatan tertulis tersebut wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung
sejak ditandatangani, dan dilaksanakan dalam waktu 30 hari terhitung
sejak pendaftaran Pasal 6 ayat (8) UU tersebut
• Kesepakatan tertulis negosiasi dapat dibatalkan: kekhilafan mengenai
orangnya, mengenai pokok sengketa, atau ada penipuan/paksaan atau
kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian
dinyatakan palsu
MEDIASI
Mediasi:
: suatu proses dimana para pihak dengan bantuan
seseorang atau beberapa orang, secara sistematis
menyelesaikan permasalahan yang
disengketakan untuk mencari alternatif dan
mencapai penyelesaian yang dapat
mengakomodasi kebutuhan mereka (Folberg &
Taylor, 1986)

Elemen-elemen
• sukarela
• intervensi/bantuan
• pihak ketiga tidak memihak
• pengambilan keputusan secara konsensus
• partisipasi aktif
Lanjutan (Mediasi)
Tujuan
 menghasilkan kesepakatan ke depan dan dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak
 mempersiapkan para pihak menerima konsekuensi dari keputusan-keputusan yang mereka
buat
 mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif dari konflik dengan mencapai konsensus
 mengurangi hambatan komunikasi
 memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan para pihak

Mediator berfungsi sebagai


 katalisator, pendidik, nara sumber, penyandang berita jelek, penyampai pesan
 pembuka jalur informasi, fasilitator proses, pembahas masalah, pemimpin
CIRI KHAS MEDIASI
• Sukarela (voluntary).
• Mediator.
• Kesepakatan Penyelesaian
• Non-coercive.
• Kesetaraan status para pihak.
• Itikad baik.
• Adanya unsur kepercayaan (trust) kepada mediator.
• Bersifat fleksibel, adaptable to business disputes.
• Jika tercapai kesepakatan, dapat dilaksanakan layaknya perjanjian (if agreement,
enforceable as contract).
• Pihak ketiga (fasilitator) dipilih dan disepakati oleh para pihak yang bersengketa
(party-selected outside facilitator).
• Cara penyelesaian secara privat (it is a private process).
KONSILIASI
• UU No. 30/1999 tidak memberikan suatu rumusan atau defenisi
tentang konsiliasi. Istilah conciliation (bahasa Inggris) dapat
diterjemahkan sebagai “perdamaian”.

• Black’s Law Dictionary, “conciliation is the adjustment and


settlement of a disputes in a friendly, unantogonistic manner used
in court before trial with a view toward avoiding trial and in labor
disoutes before arbitration”. Dari defenisi yang terakhir, memang
agak berbeda dengan makna konsiliasiUU APS,dimana konsiliasi
dapat diartikan sebagai salah satu bentuk APS di luar pengadilan
dalam suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di
luar pengadilan.

• Tidak seperti mediator yang memberikan solusi, seorang


konsiliator tidak memberikannya tetapi hanya sebagai fasilitator.
Lanjutan…
• Usaha mempertemukan keinginan para pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan dan
menyelesaikan perselisihan.
• Langkah awal perdamaian sebelum sidang peradilan
(litigasi) dilaksanakan atau dalam setiap tingkat
peradilan yang sedang, kecuali telah terdapat putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap
Prinsip-prinsip konsiliator
• tidak memihak (impartial)
• kesamaan (equity)
• keadilan (justice
Lanjutan..(konsilasi)
Proses
• permohonan konsiliasi
• penunjukkan konsiliator
• argumentasi oleh para pihak
• ending:
– berdasarkan persetujuan untuk berakhir
– berdasarkan hasil laporan bahwa konsiliasi tidak berhasil
– berdasarkan pemberitahuan kepada konsiliator oleh para
pihak bahwa perkara tidak lagi diselesaikan melalui
konsiliasi
PENILAIAN AHLI
(Pemberian Pendapat Hukum)
Lembaga Arbitrase tidak hanya bertugas menyelesaikan sengketa
antara para pihak dalam suatu perjanjian pokok
Dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini/pendapat hukum
atas permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya
Opini ini merupakan masukan bagi para pihak dalam menyusun
atau membuat perjanjian yang akan mengatur hak & kewajiban para
pihak dalam perjanjian; penafsiran/pendapat terhadap salah satu
atau lebih ketentuan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh para
pihak untuk memperjelas pelaksanaannya
Lanjutan (Pendapat Hukum)
Dasar: Pasal 1 ayat (8) UU No. 30/1999
Pendapat hukum ini bersifat mengikat (Pasal 52) karena
pendapat ini tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
pokoknya; bersifat final (Pasal 53), tidak dapat dilakukan
perlawanan dalam bentuk upaya hukum
Pendapat hukum lembaga arbitrase ini termasuk dalam
pengertian atau bentuk putusan lembaga arbitrase
REFERENSI
• Adi Sulistiyono, 2006, Mengembangkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia, Sebelas Maret
University Press.
• Gunawan Widjaja, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Rajawali Pers, Jakarta
• Gatot Soemartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia.
• Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti,
Bandung
• Golberg, B Stephen, al.lt, Dispute Resolution: Negotiation, Mediation, and Other Processes, Third
Edition, Asean Law & Business, A Division of Aspen Publisher, Inc, New York

Anda mungkin juga menyukai