Modul
Teknik Perbendaharaan
Penerimaan
Oleh:
RITA DWI LINDAWATI
(Widyaiswara Madya Pusdiklat Bea dan Cukai)
DESAK KETUT JC
(Widyaiswara Muda Pusdiklat Bea dan Cukai)
Judul Modul:
TEKNIS PERBENDAHARAAN PENERIMAAN
Penulis:
Rita Dwi Lindawati
Widyaiswara Ahli Madya Pusdiklat Bea dan Cukai
Desak Ketut Juniari Cameng
Widyaiswara Ahli Muda Pusdiklat Bea dan Cukai
Digunakan untuk:
PELATIHAN TEKNIS DASAR KEPABEANAN DAN CUKAI
Cetakan Pertama:
2018
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia ilmu bagi umat manusia yang senantiasa berpikir. Semoga Modul ini
dapat membantu para peserta didik Pelatihan Teknis Dasar Kepabeanan dan
Cukai untuk memahami materi Teknis Perbendaharaan Penerimaan.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari tingkat sempurna, untuk
itu diharapkan kritik dan masukannya untuk pengembangan dan
penyempurnaan ke depan. Terakhir, semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi
peserta didik Pelatihan Teknis Dasar Kepabeanan dan Cukai dan siapa saja
yang membacanya.
Harry Mulya
NIP 196209131991031001
2. Baca modul baik-baik dan pelajarilah dengan teliti semua topik terkait dengan
Kegiatan Belajar yang Anda baca;
6. Apabila nilai Anda masih kurang, pelajari kembali Kegiatan Belajar tersebut
sebelum menuju ke Kegiatan Belajar selanjutnya;
7. Diskusikan studi kasus yang tersedia atau bahan-bahan yang sudah Anda
persiapkan dengan teman Anda/pengajar agar penguasaan materi menjadi
lebih baik;
8. Kerjakan Tes Sumatif untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah Anda
miliki secara keseluruhan;
10. Apabila terdapat kesulitan, pengajar siap membantu Anda dalam mencapai
pembelajaran yang efektif;
11. Bagi Anda yang bertindak sebagai fasilitator (yang akan mengajarkan materi
ini), dapat mempersiapkan bahan tambahan berupa contoh-contoh kasus
yang akan digunakan sebagai bahan selama diskusi;
Cukai
Pengembalian Pungutan
Kepabeanan dan Cukai
1. Deskripsi Singkat
Mata Pelajaran Teknis Perbendaharaan
Penerimaan merupakan salah satu mata
pelajaran utama dalam kurikulum Pelatihan
Teknis Dasar Kepabeanan dan Cukai. Mata
pelajaran ini memberikan dasar-dasar
pengetahuan administrasi perbendaharaan di
bidang kepabeanan dan cukai bagi pegawai
yang akan menjalankan tugas sebagai pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC). Berdasarkan fungsi dan alur kegiatan kepabenanan dan cukai,
kegiatan administrasi perbendaharaan adalah kegiatan yang sangat vital dan
menjadi induk dari seluruh kegiatan kepabeanan dan cukai. Dengan
memberikan pembekalan materi ini, diharapkan peserta didik dapat siap secara
teknis untuk melaksanakan tugas nantinya sebagai pegawai DJBC.
Untuk memudahkan penyampaian, Bahan ajar ini akan kami bagi menjadi
8 (delapan) bab pembahasan. Masing-masing bab akan berisi materi teknis
perbendaharaan yang diselaraskan dengan kompetensi yang ingin dicapai
dalam mata pelajaran ini. Secara ringkas, sub pokok bahasan yang akan
dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut:
2. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari modul ini peserta harus telah memiliki kompetensi
awal dan persyaratan, sebagai berikut :
1) Minimal lulusan SLTA atau sederajat
2) Usia maksimal 50 tahun.
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti Diklat.
4. Relevansi Modul
Modul ini sangat berkaitan erat dengan tugas yang akan dijalankan peserta
pelatihan meliputi unsur:
1) Pengetahuan, pentingnya teori teknis perbendaharaan penerimaan dan
pemahaman bahwa pelaksanaan kegiatan perbendaharaan penerimaan
sangat mempengaruhi penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan
cukai.
2) Keterampilan, pentingnya kemampuan menyelesaikan kasus
perbendaharaan penerimaan yang sangat mungkin ditemui peserta pelatihan
dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
Ilustrasi: https://www.kylemurphy.com
A. Konsep Administrasi Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara Kommentar [H1]: Tambahkan
pengantar/pendahuluan.
2. Konsep Perbendaharaan
j. Pembukuan Bendahara
Penyelenggaraan Pembukuan Bendahara
Bendahara menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan
dan pengeluaran yang dilakukan pada satker. Pembukuan bendahara terdiri
dari Buku Kas Umum, Buku-buku Pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
Pada akhir tahun anggaran, bendahara penerimaan menutup Buku Kas umum
dan buku-buku pembantu dengan ditandatangani oleh bendahara penerimaan
dan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan Negara.
Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dilakukan dengan
aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian keuangan cq Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Dalam hal Bendahara tidak dapat melakukan
pembukuan menggunakan aplikasi, bendahara dapat melakukan pembukuan
secara manual baik dengan tulisan tangan maupun dengan komputer. Dalam hal
pembukuan dilakukan menggunakan aplikasi atau denga komputer, bendahara
harus:
a) Mencetak Buku Kas Umum dan Buku –buku Pembantu paling sedikit
satu kali dalam satu bulan yaitu pada hari kerja terakhir bulan
berkenaan, dan
b) Menandatangani hasil cetakan tersebut dan diketahui oleh pejabat
yang bertugas melakukan pemungutan peneriman Negara, bagi
Bendahara Penerimaan
Kerugian negara yang timbul wajib dilaporkan oleh Kepala Kantor kepada
Menteri Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak kerugian Negara itu diketahui. Kepala kantor segera
meminta surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian
tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian Negara
kepada Bendahara Penerimaan. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak
tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian
daerah, gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan segera mengeluarkan surat
keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang
bersangkutan.
Melalui
mekanisme
Gambar
Gambar 1-31-1 LaranganBendahara
Larangan Bendahara
Melakukan:
a. Perdagangan
b. Pemborongan
c. Penjualan Jasa
Penjamin atas
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Dalam kegiatan belajar ini diuraikan tentang objek, subjek, siklus dan
jenis- jenis pungutan negara di bidang pabean, cukai dan juga pungutan negara
lainnya. Pungutan kepabeanan meliputi bea masuk dan bea keluar sedangkan
pungutan cukai adalah pungutan atas barang kena cukai. Pungutan negara
lainnya adalah pungutan yang ditetapkan menyertai pungutan-pungutan tersebut
yang pemungutannya dibebankan kepada pihak Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
2. Saat Pelunasan
3. Fasilitas Fiskal
Meskipun kewajiban pungutan pajak telah timbul, namun bisa saja
pembayaran tidak perlu dilakukan oleh subjek pungutan. Pengecualian ini
diberikan oleh Undang-undang Kepabeanan dan Undang-undang Cukai
dalam bentuk fasilitas fiskal. Karakter fasilitas fiskal agak berbeda antara
pungutan pabean dan pungutan cukai.
a. Fasilitas Fiskal Kepabeanan di bidang impor
Fasilitas fiskal dibidang kepabeanan diberikan oleh Undang-undang
Kepabeanan dalam bentuk:
a) Tidak dipungut Bea Masuk sesuai pasal 24 UU Kepabeanan
b) Pembebasan mutlak sesuai pasal 25 UU kepabeanan
c) Pembebasan atau Keringanan sesuai pasal 26 UU kepabeanan
d) Penangguhan Bea Masuk dalam rangka Tempat penimbunan Berikat,
sesuai pasal 44 UU Kepabeanan
4. Saat Penagihan
Kewajiban penagihan pajak timbul apabila kewajiban pelunasan
yang seharus dilakukan tidak juga dilakukan sampai dengan tanggal jatuh
tempo. Pengaturan saat timbulnya penagihan pajak untuk pungutan
5. Kadaluwarsa Tagihan
Salah satu aspek dasar perpajakan adalah mewujudkan kepastian
bagi wajib bayarnya. Hal ini sangat penting untuk diwujudkan oleh
pemerintah selaku pemungut pajak dalam rangka menjamin kepastian
Penghitungannya sbb:
Contoh Perhitungan:
Eksportir Y mengekspor CPO (Crude Palm Oil) Pos Tarif 1511.10.00.00
sebanyak 100,- Metric Ton. Nilai barang ekspor yang bersangkutan
diberitahukan sebesar USD 900/MT. Harga referensi CPO tersebut
termasuk dalam Kolom 5 PMK 75/2012 (TarifBea Keluar sebesar 12 %),
Harga Ekspor pada bulan dimana PEB diajukan sebesar USD. 781,-
/MT, Kurs Pajak Rp.10.000,-/USD.
Maka besarnya Bea Keluar :
Bea Keluar : 100 MT x 12 % x USD 781. x Rp. 10.000,- =
Rp.93.720.000,-
3. Perhitungan cukai
Penghitungan nilai cukai yang berlaku saat ini menggunakan sistem tarif
cukai spesifik, baik untuk pungutan cukai atas BKC buatan dalam negeri
maupun BKC impor. Namun variabel yang menentukan besarnya
penerimaan cukai agak berbeda untuk masing-masing jenis pungutan
cukai.
Jumlah batang atau gram, dikonversi dari jumlah lembar pita cukai yang
dipesan. Rumusnya adalah, Jumlah Batang (atau gram) = Jumlah
Lembar x Jumlah Keping Seri x Isi per kemasan
Pita cukai HT terdiri atas 3 seri, seri I isi 120 keping perlembar, seri II isi
56 keping per lembar dan seri III isi 150 keping per lembar
Tarif cukai spesifik untuk masing-masing hasil tembakau mengacu pada
penetapan tarif sesuai Keputusan Kepala Kantor Bea dan Cukai
Selain dikenakan Cukai, atas hasil tembakau juga dikenakan PPN Hasil
Tembakau dan Pajak Rokok
Perhitungan PPN Hasil Tembakau mengacu pada Harga Jual Eceran
per kemasan yang telah ditetapkan bersamaan dengan penetapan tarif
cukai, oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai
Contoh Perhitungan:
Produsen SKM “PT DTSD” merupakan pengusaha pabrik SKM Golongan
II, telah mengajukan dokumen penyediaan pita cukai (P3C) Hasil
Tembakau untu kebutuhan bulan Februari 2018. Pada tanggal 4 Februari
2018, Pengusaha tersebut mengajukan CK-1 dengan total rincian
pengajuan, sebagai berikut:
Jawab:
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk A
Jumlah batang = 1.000 lbr x 12 x 150 keping = 1.800.000 batang
Cukai terhutang = Rp. 385 x 1.800.000 = Rp. 693.000.000,-
PPN terhutang = 9,1% x Rp. 10.800 x 1.000 lbr x 150
= Rp. 147.420.000,-
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk B
Jumlah batang = 500 lbr x 20 x 120 keping = 1.200.000 batang
Cukai terhutang = Rp. 370 x 1.200.000 = Rp. 444.000.000,-
PPN terhutang = 9,1% x Rp. 17.000 x 500 lbr x 120 = Rp. 92.820.000,-
Total Cukai terhutang : Rp. 693.000.000 + Rp. 444.000.000
= Rp. 1.137.000.000,-
Total PPN terhutang : Rp. 147.420.000 + 92.820.000
= Rp. 240.240.000,-
Cukai MMEA
Contoh Perhitungan
Produsen MMEA “PT SPARKLING BEVERAGES” pada tanggal 8 Februari
2018, mengajukan CK-1A dengan rincian pengajuan, sebagai berikut:
No. Merek Kemasan Isi/kemasan Golongan Lembar
1. Cheval Wine Botol Kaca 750ml B 100
2. Hardys Wine Botol Kaca 500ml B 300
Pertanyaan:
Berapa nilai cukai yang harus dibayar untuk pemesanan CK-1A tersebut?
Catatan: Pita cukai MMEA diterbitkan dalam satu seri saja, dengan jumlah
keping pita cukai per lembarnya sebanyak 60 keping.
Jawaban:
Perhitungan cukai untuk merk Cheval Wine :
Jumlah Liter = jumlah lembar PC x 60 x 0,25 liter = 100 x 60 x 0,750 =
4.500 liter
Cukai = Jumlah liter x tarif cukai spesifik Gol B = 4.500 x Rp. 33.000,- = Rp.
148.500.000,-
Contoh Perhitungan:
Pertanyaan:
Berapa nilai cukai yang harus dibayar Pengusaha ?
Jawab:
Pungutan Cukai yang harus dilunasi = 20 x 200 ltr x Rp. 20.000,-
= Rp. 80.000.000,-
Undang-undang Cukai.
Contoh Perhitungan
Data impor PT. Jay Tie Wanghi
Pelanggaran
Importir menyalahgunakan fasilitas yang diterimanya, (Pasal 26 ayat (4)
UU 17 Tahun 2006)
Jawab
Perhitungan Sanksi Administrasi Berupa Denda:
1. Total BM yang mendapat fasilitas keringanan BM (15 Unit):
= Total BM tanpa fasilitas – Total BM dengan fasilitas
= Rp. 450.000 – Rp. 150.000
= Rp. 300.000
2. BM fasilitas yang disalahgunakan (5 unit) :
= Total BM tanpa fasilitas – Total BM dengan fasilitas
= Rp. 150.000 – Rp. 50.000
= Rp. 100.000
3. Perhitungan Interval Denda (PID) :
= 33.33%
4. Besarnya Denda:
= 200% x BMSDB
= 200% x Rp. 100.000
= Rp. 200.000
Keterangan :
Bea Masuk Yang Seharusnya Dibayar (BMSDB) adalah jumlah
bea masuk yang dibebaskan atau diberikan keringanan.
Contohnya:
Importir X yang mendapat fasilitas impor, mengimpor alat-alat besar 15
Unit CIF @ Rp1.000.000,- per unit, CIF seluruhnya=Rp.15.000.000,-. BM
yang ditetapkan adalah. BM tanpa Fasilitas = 15% dan BMFasilitas = 5%.
Jawab:
LATIHAN
1) Jelaskan konsep tax circle yang berlaku atas pungutan bea masuk !
2) Jelaskan jenis-jenis penerimaan cukai !
3) Jelaskan jenis-jenis dokumen dasar pembayaran di bidang ekspor !
4) Jelaskan perbedaan cara menghitung pungutan cukai etil alkohol
dengan cukai MMEA!
5) Jelaskan rumusan perhitungan BM, BK dan cukai !
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Dalam kegiatan belajar Bab 3 ini diuraikan tentang tata cara pembayaran
dan penyetoran pungutan kepabeanan dan cukai. Untuk lebih memudahkan
pemahaman maka penjabaran dalam Bab 3 ini kami bagi berdasarkan kategori
pungutan masing- masing, yaitu: kategori pungutan impor, ekspor, cukai, dan
B. Tata cara pembayaran penerimaan negara secara elektronik Kommentar [H4]: 4 OKTOBER
Jatuh tempo kode billing adalah pada tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai dengan pukul 22.00 WIB.
Berikut contoh cetakan kode billing yang dikeluarkan Sistem Aplikasi Billing di
DJBC:
Gambar 3-2 Struk Billing
Keterangan alur :
1. Pengguna jasa menyampaikan Data PEB kepada Kantor Bea dan
Cukai melalui modul PEB atau berupa softcopy PEB untuk diupload
ke Sistem Ceisa.
2. Setelah melalui proses validasi, data PEB tersebut akan dikirimkan ke
system Billing DJBC.
3. Sistem Billing DJBC akan menerbitkan Kode Billing dan
langsung disampaikan ke Sistem Ceisa.
4. Sistem Ceisa akan memunculkan Kode Billing yang disampaikan
langsung kepada Pengguna Jasa atau melalui Modul PEB. Selain itu
pengguna jasa dapat memonitor kode billing tersebut melalui Portal
Pengguna Jasa.
5. Sistem Billing DJBC akan menyampaikan data billing ke Sistem MPN G2.
6. Pengguna Jasa menggunakan Kode Billing yang telah didapat untuk
melakukan pembayaran melalui Bank (teller, ATM, EDC, internet
banking) atau Kantor Pos.
7. Data pembayaran tersebut akan secara otomatis dikirimkan oleh
Bank/Pos kepada Sistem Settlement MPN G2.
Gambar 3-5 Alur Pembayaran Pemesanan Pita Cukai Dengan Billing System
Keterangan:
1. Stakeholher menyerahkan Dokumen CK 1 ke petugas BC di KPPBC
(atau menyampaikannya secara online ke aplikasi SAC);
Keterangan alur:
1. Pengguna jasa menyampaikan Data BC2.5 kepada Kantor Bea dan Cukai
melalui modul BC2.5.
2. CEISA melakukan validasi data BC2.5 dan menerbitkan billing jika hasil
validasi sesuai.
3. Kode billing yang telah didapat kemudian digunakan untuk melakukan
pembayaran melalui Bank (teller, ATM, EDC, internet banking) atau Kantor
Pos.
4.a. Data pembayaran tersebut akan secara otomatis dikirimkan oleh
Bank/Pos kepada Sistem Settlement MPN.
4.b. Sistem Settlement MPN akan menerbitkan NTPN yang dikirimkan secara
real time ke Sistem Billing DJBC dan Bank/Pos dan Sistem Billing DJBC.
5. Dari pembayaran tersebut pengguna jasa akan memperoleh BPN (Bukti
Penerimaan Negara) dari Bank/Pos.
Keterangan alur :
1. PT POS menyerahkan barang bersama dengan dokumen PP22a kepada
DJBC untuk dilakukan pemeriksaan. Petugas Bea dan Cukai yang
melakukan pemeriksaan akan memeriksa dari sisi lartas dan
persyaratan untuk kemudian dilakukan perekaman data pada CEISA.
Terhadap kiriman pabean yang dibebaskan dari BM dan PDRI, Petugas
Bea dan Cukai membubuhkan teraan “BEBAS BM dan PDRI”.
2. Terhadap kiriman pos yang ditetapkan harus membayar BM dan PDRI,
pejabat Bea dan Cukai menuangkan hasil penetapannya pada Surat
Penetapan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan Pajak (SPPBMCP);
I. Tujuan
BPPM ditujukan untuk:
Dalam rangka peningkatan kualitas dan kecepatan layanan, DJBC
melakukan terobosan dengan meluncurkan aplikasi pembayaran elektronik
yang terintegrasi dengan sistem billing, yang khususnya ditujukan untuk
memfasilitasi pembayaran kewajiban kepabeanan dan cukai di remote area
dan sebagai backup plan apabila terjadi gangguan pada sistem billing.
II. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penggunaan BPPM antara lain adalah:
1. Efisiensi penggunaan kertas;
2. Proses pembayaran semakin cepat sehingga mempercepat waktu
pelayanan secara keseluruhan;
3. Fleksibilitas metode pembayaran;
4. Mengurangi adanya pemalsuan bukti pembayaran, mengingat BPPM ini
diberikan ke pengguna jasa setelah adanya pembayaran dan divalidasi
atau ditanda sahkan dengan oleh bendahara penerimaan atau pejabat
yang berwenang.
LATIHAN
RANGKUMAN
TEST FORMATIF 3
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
3. Bukti pembayaran yang syah atas pembayaran pungutan pabean dan cukai
dengan menggunakan billing adalah
a. Bukti Penerimaan Pembayaran
b. Bukti Penerimaan Pungutan
c. Bukti Penerimaan Negara
d. Bukti Pungutan Pabean dan Cukai
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Ilustrasi: https://www.entrepreneur.com
B. Ketentuan Umum
Keberatan di bidang Kepabeanan dapat diajukan dalam hal orang pribadi
atau badan hukum berkeberatan terhadap semua penetapan yang diterbitkan
oleh Pejabat Bea dan Cukai. Adapun penggolongan Penetapan Pejabat Bea dan
Cukai yang dapat diajukan keberatan adalah adalah sebagai berikut:
Barang impor yang belum dikeluarkan dari kawasan pabean harus memenuhi
ketentuan:
a. masih berada di kawasan pabean;
b. belum diterbitkan persetujuan pengeluaran barang oleh Pejabat Bea dan
Cukal.
c. hanya digunakan untuk pengajuan keberatan atas penetapan Pejabat Bea
dan Cukai terhadap importasi barang tersebut.
d. bukan merupakan barang yang bersifat peka waktu, tidak tahan lama,
merusak, dan/ atau berbahaya.
Jangka Waktu
Pengajuan
Keberatan
Kesesuaian
kriteria Orang yang
kelengkapan berhak
persyaratan menandatangani
pengajuan surat keberatan
keberatan
Kesesuaian dan
Kesesuaian kebenaran surat
penetapan yang pernyataan , jaminan,
dilampirkan dengan atau bukti penerimaan
diajukan keberatan negara.
Kesesuaian alasan
keberatan dengan Kronologi penetapan Alasan penetapan
materi penetapan.
LATIHAN
1. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika pemohon akan
mengajukan permohonan keberatan !
2. Jelaskan langkah-langkah penelitian formal dan peneltian material yang
dilakukan oleh pejabat bea dan cukai yang melakukan penelitian terhadap
berkas permohonan keberatan!
3. Jelaskan pelimpahan wewenang dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas
penyelesaian permohonan keberatan !
RANGKUMAN
TES FORMATIF
Data berikut ini berlaku untuk menjawab soal nomor 1 sampai dengan 5
PT SUKSES BERSAMA , mengajukan permohonan keberatan pada tanggal 8
Agustus 2018 atas SPPBK tanggal 6 Juli 2018. Tagihan Bea Keluar Rp.
100.000.000,00. Kemudian pada tanggal 5 September 2018, pemohon
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
5
KEGIATAN BELAJAR 5
JAMINAN KEPABEANAN DAN CUKAI
A. Sifat Penggunaan
B. Tujuan Penggunaan
C. Nilai Jaminan
Besarnya jaminan Kepabeanan
Jumlah jaminan yang wajib diserahkan oleh wajib bayar sebesar:
pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan yang terutang. atau
jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang
mensyaratkan penyerahan Jaminan, misalnya jaminan bagi PPJK yang
akan melakukan kegiatan di KPPBC/KPUBC besarnya jaminan adalah
sebagai berikut:
- PPJK pada KPUBC, sebesar Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah);
- Pada KPPBC TMP A, sebesar Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh
juta rupiah);
- Pada KPPBC TMP B, sebesar Rp 100.000.000.- (seratus juta rupiah);
- Pada KPPBC TMP C, sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
Sanksi Administrasi sebesar yang tertera pada Surat Penetapan Sanksi
E. Bentuk Jaminan
Jaminan Tunai
Merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh terjamin pada
Kantor Pabean. Administrasi jaminan tunai oleh Bendahara harus disimpan pada
rekening khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan
untuk menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas,
Jaminan bank
Jaminan bank merupakan Jaminan berupa warkat yang diterbitkan oleh
bank sebagai Penjamin pada Kantor Pabean yang mengakibatkan kewajiban
bank untuk melakukan pembayaran apabila Terjamin cidera janji (wanprestasi).
Jaminan bank yang dapat diterima Bendahara hanya jaminan Bank yang
diterbitkan oleh Bank Devisa Persepsi. Dan format warkatnya harus sesuai
dengan contoh format yang diatur Menteri Keuangan.
1. Pengembalian jaminan:
a. Diserahkan setelah dipenuhi seluruh kewajiban pabean. Atau
b. Telah gugur kewajiban penyerahan jaminan.
H. Pengelolaan Jaminan
Pengelolaan Jaminan meliputi kegiatan penerimaan, penelitian, konfirmasi,
Konfirmasi Jaminan
Setelah menerbitkan tanda terima sementara Jaminan (atas penerimaan
Jaminan dalam bentuk Jaminan bank (bank garansi), Customs Bond, Jaminan
Indonesia EximBank atau Jaminan Perusahaan Penjaminan), Pejabat Bea dan
Cukai melakukan konfirmasi penerbitan Jaminan kepada Penjamin atau surety.
Perpanjangan Jaminan
Jangka waktu Jaminan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan
penggunaan Jaminan. Dalam hal kegiatan kepabeanan diberikan perpanjangan
jangka waktu dengan kewajiban mempertaruhkan Jaminan:
- Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk dapat
meminta perpanjangan jangka waktu Jaminan kepada Terjamin atau
principal; atau
- Terjamin atau principal dapat mengajukan permohonan perpanjangan
jangka waktu Jaminan kepada Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea
Penggantian Jaminan
Penggantian Jaminan dengan Jaminan baru dapat dilakukan oleh Terjamin
atau principal setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean atau Pejabat
Bea dan Cukai yang ditunjuk berdasarkan dokumen yang mensyaratkan
penggantian Jaminan.
Penyesuaian Jaminan
Penyesuaian terhadap jumlah dan jangka waktu Jaminan dapat dilakukan
oleh Terjamin atau principal setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor
Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk berdasarkan perubahan
dokumen kepabeanan yang mensyaratkan penyesuaian Jaminan.
Pengembalian Jaminan
Jaminan yang telah diterima oleh Kantor Pabean dikembalikan kepada
Terjamin atau principal dengan tanda terima pengembalian Jaminan.
RANGKUMAN
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
4. Jenis jaminan yang dapat diserahkan atas keberatan di bidang cukai adalah....
a. Jaminan tunai atau jaminan bank.
b. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau jaminan tertulis.
c. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau excise bond.
d. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau jaminan bank.
7. Berikut adalah pernyataan yang tepat tentang nilai jaminan di bidang cukai
yang diserahkan, kecuali….
a. Sebesar nilai cukai dalam CK-1.
b. Sebesar nilai maksimum penundaan.
c. Minimal 25% (dua puluh lima persen) dari nilai angsuran.
d. Minimal 50% (lima puluh persen) dari nilai angsuran.
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
KEGIATAN
6 BELAJAR 6
PENAGIHAN KEPABEANAN DAN CUKAI
Di bidang Ekspor :
Surat Penetapan Perhitungan Bea Keluar (SPPBK)
Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKPBK)
Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA)
Pejabat Bea dan Cukai dapat menetapkan Tarif dan/atau nilai pabean atas
barang impor yang diberitahukan dalam Pemberitahuan Pabean impor paling lama
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pendaftaran Pemberitahuan Pabean
Impor. Hasil penetapan tersebut dituangkan dalam Surat Penetapan Tarif dan Nilai
Pabean (SPTNP).
Dalam hal penetapan Tarif mengakibatkan kekurangan pembayaran bea
masuk, lmportir wajib melunasi kekurangan pembayaran bea masuk dan pajak
dalam rangka impor, tanpa dikenakan sanksi administrasi berupa denda.
Sedangkan dalam hal penetapan nilai pabean mengakibatkan kekurangan
pembayaran bea masuk, lmportir wajib melunasi kekurangan pembayaran bea
masuk dan pajak dalam rangka impor, serta dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) sampai dengan 1000% (seribu persen) dari
bea masuk yang kurang dibayar.
Selain SPTNP, Pejabat Bea dan Cukai juga dapat melakukan penetapan
sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 8A ayat (2), Pasal 10A ayat (3), Pasal 43
ayat (3), Pasal 45 ayat (4), dan Pasal 86A Undang-Undang Kepabeanan.
Penetapan tersebut dilakukan untuk pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (5) Undang-Undang Kepabeanan,
dilaksanakan dalam hal penetapan dilakukan lebih dari 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pendaftaran Pemberitahuan Pabean impor. Penetapan tersebut
dituangkan dalam Surat Penetapan Pabean (SPP).
Bentuk penetapan berikutnya adalah Surat Penetapan Sanksi Administrasi
(SPSA) yaitu dalam hal pelanggaran UU Kepabeanan yang hanya mengakibatkan
kewajiban membayar sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 7 A ayat
(7), Pasal 7A ayat (8), Pasal 8A ayat (3), Pasal 8C ayat (3), Pasal 8C ayat (4),
Pasal 9A ayat (3), Pasal 10A ayat (4), Pasal 10A ayat (8), Pasal 10B ayat (6), Pasal
10D ayat (5), Pasal 10D ayat (6), Pasal 11A ayat (6), Pasal 45 ayat (3), Pasal 52
ayat (1), Pasal 52 ayat (2), Pasal 81 ayat (3), Pasal 82 ayat (3) huruf b, Pasal 86
Surat Teguran
Pada saat jatuh tempo penagihan administratif telah berakhir (60 hari
setelah tanggal penetapan), tidak serta merta fiskus melakukan upaya penagihan
aktif. Dalam hal ini, tertagih masih diberi kesempatan untuk melunasi tagihannya
dalam jangka waktu 7 hari setelah berakhirnya batas waktu penagihan
administratif. Dalam periode ini sudah muncul tambahan bunga atas tagihan
tersebut. Tindakan awal yang dilakukan pihak Kantor Bea dan Cukai adalah
melakukan pemblokiran terhadap seluruh akses kegiatan pabean pihak tertagih.
Untuk penetapan pabean impor, penagihan aktif mulai dilakukan saat
diterbitkannya surat teguran (ST) kepada pihak tertagih. Adapun saat penerbitan
surat teguran ini paling cepat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya jatuh tempo
penagihan administratif (60 hari), paling cepat ditambah dengan 7 (tujuh) hari
waktu ekstra. Surat teguran merupakan upaya peringatan awal dan sekaligus
terkhir sebagai himbauan persuasif agar tertagih segera melunasi tagihannya.
Surat teguran diterbitkan oleh Kepala Kantor bea dan Cukai dan segera
Surat Paksa
Apabila Surat Teguran telah jatuh tempo dan belum juga dilunasi oleh
pihak tertagih, maka Kepala Kantor Bea dan Cukai segera melakukan tindakan:
a. Menerbitkan Surat Paksa (SP) untuk penagihan BM, Cukai, Sanksi
administrasi dan Bunga. Surat Paksa ini merupakan perintah untuk
membayar utang BM dan pungutan lainnya .
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan utang pajak dalam rangka impor
SPDRI (PPN, PPn. BM dan PPh Pasal 22) serta PPN HT dalam negeri
kepada Kepala
c. Kantor Pelayanan Pajak tempat yang berutang berdomisili untuk
diselesaikan sesuai ketentuan pajak yang berlaku.
d. Apabila ditemukan PPh Pasal 22 yang tidak atau kurang dibayar lewat
tahun takwim, Kepala KPU/Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea
dan Cukai menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
dimana wajib Pajak berdomisili.
Adapun besarnya aset yang disita berupa barang bergerak ataupun tidak
bergerak adalah sebesar utang yang wajib dilunasi. Apabila tindakan penyitaan
pertama belum mencukupi besaran utang tertagih maka dapat dibuatkan surat
penyitaan tambahan.
Pelaksanaan penyitaan
Pelaksanaan Penyitaan dilakukan oleh Juru sita Bea dan Cukai dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang dewasa penduduk Indonesia yang dikenal dan
dipercaya oleh Juru Sita. Dalam setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita wajib
membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditanda tangani oleh Juru Sita dan
saksi-saksi. Berita Acara ini tetap mengikat walaupun saksi-saksi menolak
menanda tanganinya. Pengajuan Keberatan dan Banding tidak mengakibatkan
penundaan pelaksaan penyitaan.
Pencabutan sita dapat dilaksanakan apabila tertagih telah melunasi
utangnya atau berdasarkan putusan Pengadilan Pajak atau ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan. Pencegahan/pencekalan dapat dilakukan terhadap
seseorang penangung pajak yang jumlahnya minimal Rp.100.000.000,- dan
diragukan itikad baiknya. Bahkan dalam hal-hal tertentu, juru sita Bea dan cukai
Penagihan aktif adalah upaya pemulihan hak-hak negara secara aktif oleh
pihak fiskus kepada pihak tertagih. Pengertian aktif disini diwujudkan dengan
upaya- upaya teguran, pemaksaan dan bahkan hingga ke langkah penyitaan.
Dasar hukum pelaksanaan penagihan aktif ini menggunakan aturan Undang-
undang nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Penyanderaan
Penyanderaan terhadap Penanggung Bea Masuk dan/ atau Cukai
dilaksanakan berdasarkan surat perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri
Keuangan. Surat perintah penyanderaan harus segera diterbitkan setelah
menrima izin tertulis dari Menteri Keuangan.
1. Bidang Kepabeanan
Di bidang pabean penetapan terhadap barang tidak dikuasai (BTD),
dikuasai negara(BDN) dan barang milik negara (BMN) dilakukan oleh Kepala
Kantor Bea dan Cukai mengacu kepada jangka waktu penimbunannya.
- yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat
dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean.
- dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak
atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak
diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya pemberitahuan dari Kantor Pos.
Penetapan status barang impor menjadi BTD dilakukan oleh Kepala
Kantor Bea dan Cukai dengan cara mencantumkannya ke dalam daftar BTD.
Selanjutnya barang yang telah ditetapkan sebagai BTD dibukukan dalam Buku
Catatan Pabean mengenai BTD. BTD yang telah dibukukan, disimpan di Tempat
Penimbunan Pabean (TPP) atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP dan
dipungut sewa gudang. Pejabat Bea dan Cukai memberitahukan secara
tertulis kepada pemilik barang untuk segera menyelesaikan kewajiban pabean
yang terkait dengan BTD, dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak
disimpan di TPP atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP.
Alternatif penyelesaian terhadap BTD yang disimpan di dalam TPP
adalah sebagai berikut:
a. Untuk barang yang busuk, segera dimusnahkan. b. Untuk barang karena
sifatnya:
o tidak tahan lama, antara lain barang yang cepat busuk, misalnya buah
segar dan sayur segar.
o berbahaya. atau
2. Bidang Cukai
Dibidang cukai atas BKC dan barang lain dari pelanggar yang tidak
dikenal dikuasai negara dibawah pengawasan DJBC, terhadap barang ini dibagi
kedalam.
a. Barang dikuasai negara dari pelanggar yang tidak dikenal .
b. Barang dikuasai negara yang berasal dari pemiliknya tidak diketahui.
LATIHAN
KASUS:
PT. A meningpora barang melalui KPPBC TMP Tanjung Perak dan mendapat
Nomer Pendaftaran PIB 00000133, tanggal 10 September 2018. Dalam PIB
diberitahukan sebagai berikut:
- Jenis barang : mesin faksimili, merk National, type FX 5000, made in
Japan
- Jumlah : 100 unit
- Harga : CIF USD 200.00/unit,
- HS : 8517.21, BM 10%, PPN 10%; PPh Ps.22 10%
- NDPBM : US$ 1 = Rp14.000,-
RANGKUMAN
1) Penagihan dibidang kepabeanan dan cukai dilakukan jika wajib bayar atau
kuasanya terlambat atau tidak melaksanakan kewajibannya dalam melunasi
pungutan impor, ekspor dan cukai serta denda dan pungutan-pungutan lain
yang terkait yang wajib dipungut oleh DJBC.
2) Penagihan yang dilakukan pihak fiskus dapat bersifat penagihan administratif
dan penagihan aktif. Mekanisme penagihan administratif dilakukan
berdasarkan ketentuan Undang-undang Kepabeanan dan Undang-undang
Cukai. Penagihan aktif dilakukan dengan berlandasakan pada Undang-
undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
3) Juru sita melakukan penyitaan terhadap barang-barang bergerak atau tidak
bergerak milik yang bertutang untuk kemudian dilakukan pelelangan guna
pelunasan utang-utang kepada negara.
4) Wajib bayar yang memiliki utang > Rp. 100 juta dapat dicekal oleh Kepala
KPU/Kepala KPPBC dengan tujuan untuk segera melunasi utangnya,
apabila tidak dilunasi dan atas seizin Menteri Keuangan dapat
mengurung/mengekang kebebasan dari wajib pajak dimaksud.
5) Terdapat 2(dua) cara dalam penyelesaian barang yang tidak dikuasai
negara karena melampaui batas waktu penimbunan tanpa diselesaikan
fasilitas kepabeanannya dan akan beralih ke barang dikuasai negara apabila
melampaui waktu yang ditetapkan dan sekanjutnya barang menjadi barang
milik negara.
6) Terhadap peralihan hak tersebut berarti bahwa negara dapat
TEST FORMATIF 6
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
5. Piutang Bea Masuk dan/atau Cukai dihapuskan dalam hal berikut, kecuali...
a. Badan hukum pailit
b. Dalam hal Wajib Bayar adalah orang pribadi, yang telah meninggal dunia
dan ahli waris tidak bersedia membayar utang Bea Masuk dan/atau
Cukai.
c. Dalam hal Wajib Bayar adalah orang pribadi, tidak ditemukan.
d. Hak penagihan sudah kadaluwarsa
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan lainnya pada
dasarnya merupakan penerapan azas keadilan dalam pungutan pajak.
Pengertian pengembalian adalah pengembalian sebagian atau seluruh bea
masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan lainnya yang telah dibayar akibat
adanya kelebihan pembayaran berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan
maupun Cukai.
Untuk mempermudah mempelajari tentang pengembalian yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kami membagi penjabaran materi ini
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Pengembalian Bea Masuk, Sanksi Administrasi berupa Denda, dan/atau
a. Dalam hal pengembalian bea masuk yang telah dibayar dikarenakan atas
barang impor mendapat pembebasan atau keringanan Bea Masuk sesuai
ketentuan Pasal 25 dan 26 Undang-undang Kepabeanan, pengembalian bea
masuk diberikan kepada penerima pembebasan atau keringanan bea Kommentar [DP5]: Sampe sini, jemput
AGAST
masuk; atau pihak pelaksana importasi seperti yang tercantum dalam
keputusan pembebasan atau keringanan bea masuk.
Syarat-syarat pengembalian
C. Pengembalian Cukai
Dalam hal pengembalian cukai yang telah dibayar muncul akibat BKC
diekspor, BKC yang dibuat di Indonesia diolah kembali di pabrik, barang kena
cukai dimusnahkan (baik BKC yang dibuat di Indonesia atau yang tidak jadi
diimpor dan masih berada dalam kawasan pabean, atau pita cukai yang telah
diterima dan belum dilekatkan oleh pengusaha pabrik atau importir barang kena
cukai, dikembalikan karena pita cukai tersebut rusak atau tidak dipakai,
pengusaha pabrik, importir, pengusaha tempat penyimpanan yang telah
melakukan pembayaran cukai harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada kepala kantor setempat, dengan dilampiri:
a. asli tanda bukti perusakan pita cukai (CK-2) atau tanda bukti penerimaan
pengembalian pita cukai (CK-3);
b. bukti pembayaran cukai (billing); dan
c. dokumen yang memuat bukti-bukti yang menjadi dasar permohonan
tersebut.
Atas pita cukai yang dirusak pengusaha pabrik wajib membayar biaya
pengganti penyediaan pita cukai.
Atas pita cukai yang dirusak, importir barang kena cukai wajib membayar
biaya pengganti penyediaan pita cukai.
f. Pengembalian Cukai atas Pita Cukai yang Rusak atau Tidak Dipakai
yang Belum Dilekatkan pada Barang Kena Cukai
1. Pengembalian cukai atas pita cukai yang rusak atau tidak dipakai dan
belum dilekatkan pada barang kena cukai, diberikan kepada
pengusaha pabrik atau importir barang kena cukai yang pelunasan
cukainya dengan cara pelekatan pita cukai;
2. Pengusaha pabrik atau importir BKC harus memberitahukan secara
tertulis mengenai pita cukai yang rusak atau tidak dipakai kepada
kepala kantor yang mengawasi dengan menggunakan pemberitahuan
pita cukai yang rusak atau tidak dipakai (PBCK-4);.
3. Pemberitahuan pita cukai yang rusak atau tidak dipakai (PBCK-4)
diajukan untuk pengembalian cukai atas pita cukai yang dipesan pada
tahun anggaran berjalan atau pada satu tahun anggaran sebelumnya.
Atas pita cukai yang rusak atau yang tidak dipakai pengusaha pabrik atau
importir barang kena cukai wajib membayar biaya pengganti penyediaan pita
cukai.
Jika kita lihat faktor penyebab pemberian imbalan bunga adalah adanya
faktor keterlambatan proses pelayanan kepabeanan dan cukai yang dilakukan
oleh pejabat Bea dan Cukai. Inilah wujud dari asas keadilan dalam proses
pelayanan kepabeanan dan cukai.
Keterangan Dokumen
- NPPIB = Nota Perhitungan Pemberian Imbalan Bunga
- SKPIB = Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga ( dibuat rangkap 4)
Lembar ke satu untuk pihak yang berhak.
- Lembar ke dua untuk Direktur Jenderal Bea dan CukaiLembar ke tiga untuk
Kepala KPPN
- Lembar ke empat untuk Kepala Kantor yang menerbitkan SKPIB SPMIB =
Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga. (dibuat rangkap 4)
- Lembar ke satu dan dua untuk KPPN Lembar ke tiga untuk Pihak yang
Keterangan Alur
SPMIB yang diterbitkan oleh kepala KPPBC, akan disampaikan secara
langsung ke KPPN oleh pejabat bea dan cukai yang ditunjuk paling lambat dua
hari sebelum jatuh tempo pemberian imbalan bunga. Setelah mendapatkan
SP2D, petugas KPPN akan menerbitkan SP2D, dan menyampaikan SP2D ke
bank operasional untuk melakukan pembayaran dengan memindahbukukan dana
ke rekening yang ditunjuk dalam SPMIB. KPPN mengembalikan SPMIB lembar
kedua dan SP2D lembar kedua kepada kantor penerbit SPMIB.
LATIHAN
TES FORMATIF 7
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar !
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Ilustrasi : http://cfo.kci-fms.com/resources/
Untuk login ke menu SAPP, user melakukan input username dan password, dan
setelahnya akan tampil halaman utama CEISA, sebagai berikut:
Pilih menu pada ikon SAPP atau CEISA Perbendaharaan maka akan masuk
pada halaman utama aplikasi SAPP
Menu ini digunakan untuk melakukan penerusan proses keberatan atau proses
banding, dalam hal dokumen sumber piutang diajukan keberatan/banding oleh
penanggung utang tersebut.
Menu penagihan ini digunakan untuk memonitor piutang yang telah dilakukan
perekaman ke dalam SAPP atau yang melalui sinkronisasi
Status dokumen piutang adalah untuk piutang yang masih belum
diselesaikan berstatus outstanding;
Status dokumen penagihan untuk menampilkan seluruh data piutang
termasuk yang sudah diselesaikan (dilunasi/dibatalkan/keberatan
diterima)
Menu SSPCP digunakan untuk melakukan perekaman pelunasan dalam hal
pelunasan tidak diklakukan otomatis dengan menggunakan sistem.
Menu Pembatalan dan Koreksi digunakan untuk membatalkan/mengoreksi
data piutang.
Menu ini digunakan untuk mencetak laporan piutang berdasarkan periode waktu
tertentu. LP1 digunakan untuk melaporkan posisi piutang pada periode tertentu,
sedangkan LP2 untuk melaporkan detail/ uraian terinci posisi piutang dalam
periode tertentu.
Menu ini dapat digunakan untuk mendownload data piutang yang sudah direkam
/ melalui sinkronisasi sistem ke dalam format .xls
LATIHAN
1) Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam penatausahaan penerimaan?
2) Sebut dan jelaskan apa saja yang menjadi dokumen sumber dalam
penatausahaan penerimaan?
3) Sebutkan basis akuntansi yang digunakan dalam pencatatan penerimaan!
4) Apa tujuan validasi data penerimaan?
5) Apa tujuan rekonsiliasi data penerimaan? Dan kegiatan apa saja yang
dilakukan dalam rekonsiliasi data penerimaan?
6) Sebut dan jelaskan apa saja yang menjadi dokumen sumber dalam
penatausahaan piutang?
7) Sebutkan basis akuntansi yang digunakan dalam penatausahaan piutang!
8) Sebutkan minimal 5 (lima) dokumen sumber awal terbit piutang masing-
masing dalam kegiatan impor, ekspor, dan cukai!
9) Sebutkan hal-hal yang menimbulkan mutasi piutang! Dan dokumen apa
yang menjadi dasar pencatatan mutasi piutang?
10) Sebut dan uraikan sebab-sebab penghapusan piutang!
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
Pada bagian akhir modul ini, Anda dapat melihat kunci jawaban test formatif dan
Anda dipersilahkan untuk menyelesaikan test formatif di atas sebelum
mencocokkannya dengan kunci jawaban. Hal ini perlu dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan Anda terhadap materi pada Kegiatan Belajar ini. Anda dapat
menghitung hasil penilaian sendiri dengan cara menggunakan rumus berikut ini:
Bila kita merefleksikan kembali tugas pokok yang harus diemban DJBC
berkaitan dengan penerimaan bea masuk dan cukai, maka hendaknya kita
menyadari bahwa kedua penerimaan tersebut memiliki arti yang strategis
terhadap penerimaan pajak secara keseluruhan. Untuk menjaga amanah
tersebut, semua SDM DJBC termasuk Anda sebagai salah satunya, dituntut
harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan kepabeanan dan cukai.
Tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan tekad yang kuat, anda akan sulit
memahami dan memiliki pengetahuan Administrasi Perbendaharaan Penerimaan
ini dengan baik. Tips untuk memahami pelajaran ini secara efektif adalah “belajar
secara menyeluruh”. Jangan anda belajar hanya untuk keperluan praktis saja,
tapi pelajari secara menyeluruh konsep-konsep yang ada. Dengan mempelajarai
Modul ini diharapkan pembaca mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
konsep- konsep dasar Administrasi Perbendaharaan Penerimaan.
Akhirnya semoga Modul ini bermanfaat khususnya bagi siswa Pelatihan
Teknis Dasar Kepabeanan dan Cukai dan umumnya bagi siapapun yang
mempelajari Modul ini. Ingatlah bahwa keberhasilan orang-orang hebat di bidang
apapun bukan semata-mata merupakan anugerah dari yang Maka Kuasa saja,
namun sukses dan kompetensi dibangun dari kemauan untuk belajar sepanjang
masa, Longlife Learning.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban
yang benar!
1. Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang merupakan
definisi....
a. Perbendaharaan negara.
b. Perbendaharaan penerimaan.
c. Keuangan negara.
d. Kebendaharaan.
4. Atas barang asal luar daerah pabean yang dimasukkan ke TPB diberikan
fasilitas....
a. Pembebasan Bea Masuk
b. Keringanan Bea Masuk
c. Penangguhan Bea Masuk
d. Tidak dipungut Bea Masuk
9. Apabila dalam Sistem Aplikasi Billing, status posisi billing “terima NTPN”,
artinya…
a. Data Billing telah direkonsiliasikan dengan data tagihan yang terdapat
pada aplikasi billing DJBC.
b. Data Billing telah direkonsiliasikan dengan data tagihan yang terdapat
pada aplikasi CEISA.
c. Data Billing telah mendapatkan NTPN.
d. Data Billing dalam proses untuk mendapat NTPN.
11. Jenis jaminan yang dapat diserahkan atas keberatan di bidang cukai
adalah....
a. Jaminan tunai atau jaminan bank.
b. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau jaminan tertulis.
c. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau excise bond.
d. Jaminan perusahaan, jaminan tunai, atau jaminan bank.
12. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan dalam hal jaminan yang diserahkan
berupa jaminan tunai, kecuali….
a. Menerbitkan BPJ.
b. Menerbitkan tanda terima jaminan sementara.
c. Meneliti jumlah uang tunai.
d. Meneliti uang yang dikreditkan ke Rekening Khusus Jaminan.
13. Berikut ini adalah pernyataan yang benar mengenai proses penagihan
kepabeanan dan cukai :
a. Jangka waktu pembayaran tagihan cukai maximal 60 hari dari penetapan.
b. Penyanderaan merupakan upaya penagihan tagihan pabean dan cukai.
c. Jangka waktu pembayaran tagihan pabean maximal 30 hari dari
penetapan
d. Pengapusan piutang merupakan salah satu tindakan penagihan.
16. Seandainya atas kondisi keberatan di atas diajukan banding maka atas
tagihan tersebut harus…
a. Dilunasi pembayarannya 100%
b. Dipertaruhkan jaminan 50% , dilunasi 50%
c. Dijaminkan 100%
d. Boleh dijaminkan atau dilunasi.
19. Imbalan bunga atas pengembalian bea keluar berhak untuk diajukan jika
a. Penerbitan SPMKBK diterbitkan setelah 30 hari dari tanggal penerbitan
SKPBM.
b. Penerbitan SPMKBK diterbitkan sebelum 30 hari dari tanggal penerbitan
SKPBM
c. Penerbitan SPMKBK diterbitkan maksimam hari ke 28 dari tanggal
penerbitan SKPBM
d. Penerbitan SPMKBK diterbitkan pada hari ke 30 dari tanggal
penerbitan SKPBM
24. Jangka waktu klaim jaminan pejabat bea dan cukai adalah
a. 30 hari dari tanggal jatuh tempo jaminan
b. 10 hari dari tanggal jatuh tempo jaminan
c. 5 hari dari tanggal jatuh tempo jaminan
d. 31 dari tanggal jatuh tempo jaminan
A. Tes Formatif
KB KB KB KB KB KB KB KB
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
1 C C B C B A D B
2 B C A A D C B D
3 A A C B C A C D
4 A A A A A D C C
5 D D A A A B A D
6 C A B
7 B B D
8 A A
9 B B
10 D D
B. Tes Sumatif
NO NO NO
1 C 11 A 21 C
2 B 12 B 22 A
3 A 13 B 23 A
4 C 14 C 24 A
5 A 15 A 25 D
6 D 16 A 26
7 B 17 A 27
8 A 18 A 28
9 C 19 A 29
10 D 20 A 30
Lampiran 4.2
CFO : Chief Financial Officer, yaitu peran Menteri Keuangan sebagai Pejabat
Pengelola Keuangan Negara secara Portofolio
Budgetair : segala hal yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
Tax Circle : Siklus atau lingkaran pajak yang meliputi saat timbulnya hutang
pajak hingga kadaluwarsanya pungutan pajak
ST : Surat Teguran
SP : Surat Paksa