Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

85499 – Jasa Pendidikan Lainnya Swasta

Direktorat Jenderal Pajak


Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Juli 2022

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
2

Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan


Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : Sutanto Agustiono, Kepala Seksi Potensi Sektor Jasa
Tim Penyusun : 1. Suhermanto, Account Representative KPP Pratama Serpong
2. Agnes Anita Carolina, Account Representative KPP Madya Jakarta Barat
3. Budiman Abas, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Banten
4. Setya Budi Santoso, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Barat
5. Elen Dwi Pradewi, Pelaksana Kanwil DJP Banten
6. Gerindra Panji Firman Herdinata, Pelaksana Kanwil DJP Jakarta Barat
7. Ida Solikhatun, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Special Thanks to : 1. Kanwil DJP Banten
2. Kanwil DJP Jakarta Barat
3. KPP Pratama Serpong
4. KPP Madya Jakarta Barat
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pengawasan dan penggalian potensi pajak berbasis sektoral dalam rangka
memenuhi target penerimaan pajak, kami telah menentukan 445 KLU Dominan Nasional yang berkontribusi sebesar 94,40%
terhadap penerimaan netto nasional tahun 2021 atau lebih dari 80% penerimaan netto tahun 2021 tiap Kanwil DJP. Kami
memandang perlu untuk menyusun Panduan Praktis penggalian potensi pajak atas KLU Dominan tersebut agar menjadi salah
satu referensi dalam melakukan penggalian potensi pajak. Sebanyak 104 KLU Dominan telah disusun pada Batch I tahun 2021
dan 341 KLU Dominan lainnya disusun pada Batch II tahun 2022.
Penyusunan Panduan Praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative Kontributor yang berasal dari seluruh Kanwil DJP
sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang dilakukan oleh fiskus
saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun Panduan Praktis
ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa Panduan Praktis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan Panduan Praktis
penggalian potensi pajak ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2022

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN
4

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE
5

1. PROSES BISNIS

2. ASPEK PERPAJAKAN

3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

4. STUDI KASUS

5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI


1. PROSES BISNIS

SPP/UANG PANGKAL/ UANG KEGIATAN


SUMBANGAN

DEPOSITO
PELANGGAN
SISWA TK LEMBAGA PENDIDIKAN PENDAPATAN LAIN
SISWA SD
SISWA SMP
SISWA SMA STOCKHOLDER 1
OWNER
STOCKHOLDER 2
GURU
PEGAWAI STAF ARUS UANG
SECURITY
PRAMUBAKTI ARUS JASA

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS

PELANGGAN PENGHASILAN BIAYA POKOK BIAYA ADM/UMUM


• Siswa TK • Uang SPP • Gaji • Pensiun
• Siswa SD • Uang Pendaftaran • Sarana Pendidikan • Telpon
• Siswa SMP
• Uang Pangkal • Kesiswaan • Transportasi
• Siswa SMA
• Bunga Deposito • Pembinaan • Konsumsi
• Uang Kegiatan • Listrik, Air, & Gas
• Dana Hari Tua
• Sumbangan • Pemeliharaan Gedung
• BPJS Tenaga Kerja
• Internet
• Iuran Wajib
• Administrasi
• Sumbangan
• Honor
• Sewa Tanah dan Bangunan • Operasional Kendaraan
• Penyusutan • Adm Bank

www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 23 PPh Pasal 4 (2)

• Gaji Guru dan Karyawan • Sewa Kendaraan • Jasa Giro/Deposito


• Gaji Pegawai Tidak Tetap • Jasa Katering • Kegiatan Pembangunan Gedung
• Jasa Arsitek Pembangunan Gedung • Jasa Lainnya • Jasa Konstruksi Lainnya

PPN
• KMS
PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan
• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor SPT Tahunan PPh Badan atas sisa lebih atau laba yayasan
yang berasal dari objek pajak jika setelah dalam jangka waktu 4 tahun tidak digunakan untuk
kebutuhan pembangunan gedung dan sarana-prasarana yayasan pendidikan itu sendiri.
• Wajib pajak tidak berkewajiban setor PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan jika dalam jangka waktu 4
tahun sisa laba yayasan pendidikan digunakan untuk melakukan pembangunan gedung dan sarana-
prasarana. Yang wajib dilakukan wajib pajak adalah melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Nihil.

www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN (DASAR HUKUM)

PPh 25/29 SPT Tahunan Badan


PMK 245/PMK.03/2008 PER 44-PJ/2009
(Pasal 1)
Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang (Pasal 2)
diterima oleh : • Sisa lebih yang diperoleh, yang
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat; dutanamkan Kembali, disahkan oleh
b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan;
instansi yang membidangi, paling
d. badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau lama 4 tahun
e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, • Badan/Lembaga nirlaba
dikecualikan sebagai objek Pajak menyampaikan pemberitahuan
Penghasilan. mengenai rencana fisik dan biaya ke
(Pasal 2 ayat 3) KPP bersamaan dengan SPT Tahunan
Badan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
huruf c adalah badan pendidikan yang kegiatannya semata- • Penyampaian Rencana paling lama
mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari
keuntungan.
sebelum pembangunan dimulai
(dalam jangka waktu 4 tahun)

www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN (DASAR HUKUM)

PPh 25/29 SPT Tahunan Badan


PER 44-PJ/2009 PER 44-PJ/2009
• (Pasal 5) • (Pasal 6)
Badan /Lembaga Nirlaba wajib (1) Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) badan
membuat: atau lembaga nirlaba tidak menggunakan atau terdapat sisa lebih yang tidak
digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
a. Pernyataan (dalam lampiran SPT pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dimaksud, maka sisa lebih tersebut
Tahunan) bahwa: diakui sebagai penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan pada tahun pajak
1. Sisa lebih akan digunakan berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut.
untuk pembangunan dll (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdapat sisa
2. Sisa lebih yang tidak lebih yang digunakan selain untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana
digunakan pada tahun kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, sisa lebih tersebut diakui
perolehan tersebut akan sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejak tahun pajak diperoleh sisa
digunakan untuk lebih tersebut.
pembangunan paling lama 4 (3) Apabila Badan atau lembaga nirlaba menggunakan sisa lebih untuk pembangunan dan
tahun sejak diperolehnya sisa pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
lebih tersebut pengembangan namun tidak menyampaikan pemberitahuan rencana fisik sederhana
b. Pencatatan tersendiri atas sisa dan rencana biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan tidak membuat
lebih yang diterima dan digunakan pernyataan, pencatatan dan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sisa lebih
tiap tahun tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejak tahun
pajak diperoleh sisa lebih tersebut.
c. Laporan mengenai penyediaan
dan penggunaan sisa lebih (4) Pengenaan Pajak Penghasilan atas sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) ditambah dengan sanksi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku.

www.pajak.go.id
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

PPh 25/29 SPT Tahunan


Badan PPN AMORTISASI
• Wajib Pajak tidak • Pembangunan • Mengecilkan/mem
menyampaikan
Rencana tanpa Kontraktor besarkan nominal
Pembangunan Kontrak dalam
• Terdapat sisa lebih
yang tidak
yang masih belum dilaporkan dalam penggunaan
digunakan KMS royalty merek
• Penggunaan sisa lebih Lembaga/yayasan
yang tidak
sebagaimana mestinya

PPh Pasal 21
Kesalahan Pemotongan PPh Pasal 21
www.pajak.go.id
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

Pembagian laba kepada pendiri,


pembina, pengawas dan pengurus
Deviden Biaya Pengabdian Biaya Subsidi dan
yayasan terselubung Masyarakat beasiswa
• Sebagaimana diamanatkan • Ditemukan juga fenomena jika • Acapkali yayasan Sesuai dengan Surat Edaran
Undang-undang Yayasan, sisa lebih tidak dibagikan membebankan biaya
secara langsung tetapi Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
Yayasan tidak diperbolehkan diberikan dalam bentuk gaji, pengabdian masyarakat 34/PJ.4/1995 tentang Perlakuan
membagikan hasil kegiatan tunjangan, honor yang dalam jumlah signifikan. Pajak Penghasilan Bagi Yayasan
usaha kepada pembina, melebihi kewajaran bagi para Namun jika merujuk pada atau Organisasi Yang Sejenis
pengurus, dan pengawas. pendiri, pengurus dan Pasal 6 ayat (1) UU PPh, menyebutkan bahwa subsidi/bea
Yayasan bukanlah koperasi dan pengawas. Bentuk deviden biaya pengabdian siswa yang diberikan kepada siswa
bukan juga perseroan yang terselubung juga terindikasi masyarakat bukanlah biaya yang kurang mampu ataupun biaya
modalnya terbagi atas saham. pada biaya operasional untuk yang berhubungan langsung pendidikan siswa yang kurang
kepentingan pribadi namun mampu yang dipikul oleh yayasan
Namun karena kekurangtepatan dibebankan sebagai biaya dengan usaha, pekerjaan, dapat dikurangkan dari penghasilan
perlakuan akuntansi atas operasional dengan nilai yang kegiatan atau pemberian bruto sebagaimana diatur dalam
penghasilan neto yayasan yang tidak wajar dan tanpa ada jasa untuk mendapatkan, Pasal 6 ayat 1 huruf g UU PPh.
diperlakukan sama dengan laba bukti transaksi yang menagih, dan memelihara Namun pada kenyataannya subsidi
usaha, berdampak pada mendukung. Sebagai contoh penghasilan atau biaya yang dan beasiswa juga diberikan pada
persepsi bahwa sisa lebih biaya transportasi pendiri, berhubungan langsung anggota keluarga dari pendiri,
pengurus atau pengawas Pembina, pengawas dan pengurus
adalah sisa hasil usaha yang bisa dibebankan sebagai biaya dengan operasional yayasan.
dibagikan kepada pendiri, perjalanan dinas yayasan. penyelenggaraan yayasan
pengawas, pembina dan Contoh lain, biaya perawatan atau organisasi yang sejenis
pengurus yayasan. Pembagian kendaraan pribadi dibebankan sebagaimana dimaksud
ini dari sudut pajak dapat sebagai biaya perawatan dalam Pasal 6 ayat (1) dan
dianggap sebagai deviden. kendaraan yayasan. dengan memperhatikan
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS

Tahun Pajak 2021


PPh Final Pasal 4 (2)
Indikasi PPh Final atas Penjualan Tanah Bangunan Belum disetor
1 Penurunan Nilai Aktiva Tanah dan Bangunan 15.686.864.182
2 Indikasi Asset Dijual berdasar perubahan data Asset 433.750.000
3 DPP SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat 2 Penjualan TnB -
4 GrossUp MPN PPh Final Penjualan TnB -
5 Indikasi Potensi PPh Final belum disetor 2,5% x 15.686.864.182
PPh Pasal 23
Berdasarkan data Pemotongan PPh Pasal 23, terdapat indikasi adanya Pemotongan
PPh Pasal 23 atas Jasa kepada Orang Pribadi
1 DPP PPh Pasal 23 Jasa kepada OP
603.500.000
2 PPh Pasal 23 Jasa kepada OP 12.070.000
3 Nilai Minimal Potensi PPh 21 (Tanpa PTKP) 3.017.500

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS

Tahun Pajak 2021


PPh Pasal 21

Pemanfaatan Insentif PPh Pasal 21 yang belum sesuai dengan ketentuan


1 Nilai indikasi Kurang Bayar PPh 21 terkait Insentif DTP 172.641.965

Berdasarkan data Pemotongan PPh Pasal 23, terdapat indikasi adanya Pemotongan PPh Pasal
23 atas Jasa kepada Orang Pribadi
1 DPP PPh Pasal 23 Jasa kepada OP
603.500.000
2 PPh Pasal 23 Jasa kepada OP 12.070.000
3 Nilai Minimal Potensi PPh 21 (Tanpa PTKP) 3.017.500

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
VERSI LAPORAN WAJIB PAJAK
LAPORAN PENGGUNAAN SISA LEBIH TAHUN PAJAK 2021
Penggunaan Sisa Lebih Untuk Pembangunan dan Pengadaan Sisa Lebih Yang
Penyediaan Sisa
Sarana dan Prasarana Kegiatan Pendidian dan/atau Penelitian Jumlah Sisa Lebih yang Melewati Jangka
Tahun Lebih untuk
Bentuk Peneneman Sisa Lebih dan Pengmbangan, Alokai ke dalam Dana Abadi atau Pemberi Penggunaan Sisa Belum Ditanamkan Waktu
Pajak Ditanamkan Kembali
Sisa Lebih untuk Badan atau Lembaga Lain Lebih Kembali Peneneman
Selama 4 Tahun
Kembali
Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4
1 2 3 4 5 6 7 8=4+5+6+7 9=2-8 10

Saspras digunakan Sendiri 10.530.434.836 10.245.383.297 20.775.818.133 -


2016
20.775.818.133 Saspras diberikan kepada Badan/Lembaga Lain -

Ditanamkan dalam Dana Abadi -

2017 19.325.731.041 Saspras digunakan Sendiri 6.248.786.109 4.861.426.672 8.215.518.260 19.325.731.041 -

2018 23.314.663.697 Saspras digunakan Sendiri 3.469.528.049 3.469.528.049 19.845.135.648

2019 26.128.159.268 Saspras digunakan Sendiri - 26.128.159.268

2020 32.069.535.269 Saspras digunakan Sendiri - 32.069.535.269

2021 31.257.558.942 31.257.558.942

TOTAL 121.613.907.408 - 16.779.220.945 18.576.338.018 8.215.518.260 43.571.077.223 109.300.389.127

Sisa Lebih yang masih dapat ditanam kembali 109.300.389.127


www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS

KETERANGAN 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

SISA LEBIH 3.915.369.813 20.775.818.133 19.325.731.041 19.845.135.648 26.128.159.268 32.069.535.269 31.257.558.942

RENCANA PENGGUNAAN 7.235.000.000 7.400.000.000 8.750.000.000 8.320.000.000


SISA LEBIH YANG
DIGUNAKAN 9.764.380.775 14.445.804.650 16.494.169.406 4.861.426.672 10.395.046.309

SISA LEBIH TAK TERPAKAI 11.011.437.358 4.879.926.391 3.350.966.242 21.266.732.596 21.674.488.960

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS

NO LIST WAJIB PER-44 2017 2018 2019 2020 2021


PERNYATAAN SISA LEBIH AKAN DIGUNAKAN
1 x x x x x
UNTUK PEMBANGUNAN

PERNYATAAN SISA LEBIH YANG TIDAK


DIGUNAKAN PADA TAHUN PEROLEHAN AKAN
2 x x x x x
DIGUNAKAN DALAM JANGKA WAKTU 4
TAHUN

PENCATATAN ATAS SISA LEBIH YANG


3 x x x OK OK
DITERIMA DAN DIGUNAKAN TIAP TAHUN

LAPORAN MENGENAI PENYEDIAAN DAN


4 OK OK OK OK OK
PENGGUNAAN SISA LEBIH

RENCANA PENGGUNAAN DANA UNTUK FISIK


5 OK OK OK OK
DAN BIAYA PEMBANGUNAN
No KELENGKAPAN SPT 2017 2018 2019 2020 2021
1 NERACA OK OK OK OK OK
2 LABA RUGI OK OK OK OK OK

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS

 Yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah Wajib Pajak Melaporkan Sisa Lebih Tidak Sesuai Ketentuan
PER-44 Tahun 2009 sehingga terdapat indikasi Wajib Pajak menggunakan Sisa Lebih tidak untuk Sarpras

Berdasarkan data Equalisasi SPT Tahunan dan SPT Masa 21, 23, dan Pasal 4 Ayat 2, Wajib Pajak tidak melakukan
pemotongan dan perhitungan pajak dengan benar

Untuk mengetahui Modus tersebut, sumber data yang diperlukan antara lain :
a. Laporan Keuangan beserta lampirannya
b. Lampiran dokumen-dokumen sebagai persyaratan formal sesuai PER 44 Tahun 2009
c. Dokumen Bukti Potong Lawan Transaksi
d. Tabelaris MPN
e. SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat 2
f. SPT Masa PPh Pasal 21, 23

www.pajak.go.id
Lanjutan….

Pemenuhan Kewajiban Syarat Formal PER 44 Tahun 2009


Perhitungan Sisa Lebih Tahun 2013 yang belum dimanfaatkan untuk sarpras
lewat dari 4 tahun

Sisa lebih yang diakui sebagai penghasilan akibat tidak dipenuhinya


persyaratan formal sesuai PER 44 Tahun 2009 sebesar Rp
248,757,522,188,-
Lanjutan….

Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Tahunan Wajib Pajak sebagaimana yang telah direkap pada
tabel diatas diketahui bahwa atas Sisa Lebih Tahun Pajak 2013 yang menjadi fokus penelitian sesuai
PER 44 Tahun 2009 telah habis digunakan pada tahun ke-1 yakni digunakan pada tahun pajak 2013
dan 2014.
Berdasarkan hasil mirroring pada laporan hasil pemeriksaan Yayasan Bina Nusantara Tahun Pajak
2016 terkait sisa lebih yang belum dimanfaatkan untuk sarpras lewat dari empat tahun, bahwa
awalnya tim pemeriksa mendapatkan temuan berupa adanya sisa lebih Tahun Pajak 2011 yang
Analisis belum dimanfaatkan untuk sarpras lewat dari empat tahun, akan tetapi pada saat pembahasan akhir
Wajib Pajak memberikan sanggahan atas temuan tersebut dengan alasan Wajib Pajak telah
mengikuti program pengampunan pajak pada tahun 2016 yang lalu sehingga atas sisa lebih yang
diperoleh pada Tahun 2015 dan sebelumnya tidak dapat dijadikan bahan untuk pemeriksaan dan
atau sejenisnya. Atas sanggahan Wajib Pajak tersebut, tim pemeriksa pajak menerima dan
melakukan koreksi atas temuan tersebut. Sehingga berkaca pada hasil pemeriksaan atas Tahun Pajak
2016 tsb dan mengingat berdasarkan hasil penelitian bahwa sisa lebih Tahun Pajak 2013 sudah
dipakai habis pada tahun ke-1, maka tidak ada potensi yang dapat digali dari penggunaan Sisa Lebih
Tahun Pajak 2013.
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

PPh 25/29 SPT Tahunan


Badan PPN AMORTISASI
• Cek kelengkapan • Perlu diperhatikan • Perlu dicek
formal persyaratan kecocokan nilai Kembali Nilai
PER 44 pembangunan dengan kontrak Royalti
setoran PPh Final atas
• Cek Arus Kas Sisa Jasa Konstruksi, merek/Nama
Lebih 4-5 tahun dikarenakan banyak Lembaga,
kebelakang kemungkinan Yayasan apakah cocok
membangun dengan Nilai Pembelian
• Cek Detil Pos-pos cara KMS Awal dengan
Penggunaan Sisa Biaya
Lebih Amortisasinya

www.pajak.go.id
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

Penggunaan Sisa Lebih di Tahun 2018 yang


tidak digunakan untuk Pembangunan
dan/atau Pengadaan Sarpras

Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Tahunan 2018 diketahui Wajib Pajak tidak melampirkan
Tahunan Wajib Pajak sebagaimana yang telah Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih sebagai lampiran dalam Surat
direkap pada tabel diatas diketahui bahwa Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan seperti yang diatur dalam PER-44 Tahun 2009, sehingga
Tahun Pajak 2018 penggunaan sisa lebih untuk tidak dapat diketahui apakah sisa lebih yang digunakan di Tahun 2018 tersebut penggunaannya
sarpras adalah sebesar Rp. 193.067.508.319,- sesuai dengan PER-44 Tahun 2009. Atas dasar tersebut penggunaan Sisa Lebih di Tahun Pajak 2018
diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejak tahun pajak diperoleh sisa lebih
tersebut sebesar Rp193.067.508.319,-
www.pajak.go.id
Lanjutan….
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai