Juli 2022
Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN
4
DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.
1. PROSES BISNIS
2. ASPEK PERPAJAKAN
4. STUDI KASUS
DEPOSITO
PELANGGAN
SISWA TK LEMBAGA PENDIDIKAN PENDAPATAN LAIN
SISWA SD
SISWA SMP
SISWA SMA STOCKHOLDER 1
OWNER
STOCKHOLDER 2
GURU
PEGAWAI STAF ARUS UANG
SECURITY
PRAMUBAKTI ARUS JASA
www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS
www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN
PPN
• KMS
PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan
• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor SPT Tahunan PPh Badan atas sisa lebih atau laba yayasan
yang berasal dari objek pajak jika setelah dalam jangka waktu 4 tahun tidak digunakan untuk
kebutuhan pembangunan gedung dan sarana-prasarana yayasan pendidikan itu sendiri.
• Wajib pajak tidak berkewajiban setor PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan jika dalam jangka waktu 4
tahun sisa laba yayasan pendidikan digunakan untuk melakukan pembangunan gedung dan sarana-
prasarana. Yang wajib dilakukan wajib pajak adalah melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Nihil.
www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN (DASAR HUKUM)
www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN (DASAR HUKUM)
www.pajak.go.id
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK
PPh Pasal 21
Kesalahan Pemotongan PPh Pasal 21
www.pajak.go.id
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
Berdasarkan data Pemotongan PPh Pasal 23, terdapat indikasi adanya Pemotongan PPh Pasal
23 atas Jasa kepada Orang Pribadi
1 DPP PPh Pasal 23 Jasa kepada OP
603.500.000
2 PPh Pasal 23 Jasa kepada OP 12.070.000
3 Nilai Minimal Potensi PPh 21 (Tanpa PTKP) 3.017.500
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
VERSI LAPORAN WAJIB PAJAK
LAPORAN PENGGUNAAN SISA LEBIH TAHUN PAJAK 2021
Penggunaan Sisa Lebih Untuk Pembangunan dan Pengadaan Sisa Lebih Yang
Penyediaan Sisa
Sarana dan Prasarana Kegiatan Pendidian dan/atau Penelitian Jumlah Sisa Lebih yang Melewati Jangka
Tahun Lebih untuk
Bentuk Peneneman Sisa Lebih dan Pengmbangan, Alokai ke dalam Dana Abadi atau Pemberi Penggunaan Sisa Belum Ditanamkan Waktu
Pajak Ditanamkan Kembali
Sisa Lebih untuk Badan atau Lembaga Lain Lebih Kembali Peneneman
Selama 4 Tahun
Kembali
Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4
1 2 3 4 5 6 7 8=4+5+6+7 9=2-8 10
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS
Yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah Wajib Pajak Melaporkan Sisa Lebih Tidak Sesuai Ketentuan
PER-44 Tahun 2009 sehingga terdapat indikasi Wajib Pajak menggunakan Sisa Lebih tidak untuk Sarpras
Berdasarkan data Equalisasi SPT Tahunan dan SPT Masa 21, 23, dan Pasal 4 Ayat 2, Wajib Pajak tidak melakukan
pemotongan dan perhitungan pajak dengan benar
Untuk mengetahui Modus tersebut, sumber data yang diperlukan antara lain :
a. Laporan Keuangan beserta lampirannya
b. Lampiran dokumen-dokumen sebagai persyaratan formal sesuai PER 44 Tahun 2009
c. Dokumen Bukti Potong Lawan Transaksi
d. Tabelaris MPN
e. SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat 2
f. SPT Masa PPh Pasal 21, 23
www.pajak.go.id
Lanjutan….
Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Tahunan Wajib Pajak sebagaimana yang telah direkap pada
tabel diatas diketahui bahwa atas Sisa Lebih Tahun Pajak 2013 yang menjadi fokus penelitian sesuai
PER 44 Tahun 2009 telah habis digunakan pada tahun ke-1 yakni digunakan pada tahun pajak 2013
dan 2014.
Berdasarkan hasil mirroring pada laporan hasil pemeriksaan Yayasan Bina Nusantara Tahun Pajak
2016 terkait sisa lebih yang belum dimanfaatkan untuk sarpras lewat dari empat tahun, bahwa
awalnya tim pemeriksa mendapatkan temuan berupa adanya sisa lebih Tahun Pajak 2011 yang
Analisis belum dimanfaatkan untuk sarpras lewat dari empat tahun, akan tetapi pada saat pembahasan akhir
Wajib Pajak memberikan sanggahan atas temuan tersebut dengan alasan Wajib Pajak telah
mengikuti program pengampunan pajak pada tahun 2016 yang lalu sehingga atas sisa lebih yang
diperoleh pada Tahun 2015 dan sebelumnya tidak dapat dijadikan bahan untuk pemeriksaan dan
atau sejenisnya. Atas sanggahan Wajib Pajak tersebut, tim pemeriksa pajak menerima dan
melakukan koreksi atas temuan tersebut. Sehingga berkaca pada hasil pemeriksaan atas Tahun Pajak
2016 tsb dan mengingat berdasarkan hasil penelitian bahwa sisa lebih Tahun Pajak 2013 sudah
dipakai habis pada tahun ke-1, maka tidak ada potensi yang dapat digali dari penggunaan Sisa Lebih
Tahun Pajak 2013.
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
www.pajak.go.id
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Berdasarkan hasil penelitian pada SPT Tahunan 2018 diketahui Wajib Pajak tidak melampirkan
Tahunan Wajib Pajak sebagaimana yang telah Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih sebagai lampiran dalam Surat
direkap pada tabel diatas diketahui bahwa Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan seperti yang diatur dalam PER-44 Tahun 2009, sehingga
Tahun Pajak 2018 penggunaan sisa lebih untuk tidak dapat diketahui apakah sisa lebih yang digunakan di Tahun 2018 tersebut penggunaannya
sarpras adalah sebesar Rp. 193.067.508.319,- sesuai dengan PER-44 Tahun 2009. Atas dasar tersebut penggunaan Sisa Lebih di Tahun Pajak 2018
diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan sejak tahun pajak diperoleh sisa lebih
tersebut sebesar Rp193.067.508.319,-
www.pajak.go.id
Lanjutan….
www.pajak.go.id