Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

86103 – JASA RUMAH SAKIT

Direktorat Jenderal Pajak


Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Juli 2022

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : Sutanto Agustiono, Kepala Seksi Potensi Sektor Jasa
Tim Penyusun : 1. Leonytha Meriana, Account Representitve KPP Madya Jakarta Timur
2. Taryana, Account Representative KPP Madya Kota Bekasi
3. Usamanto, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Timur
4. Diana Indriani, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jawa Barat III
5. Bayu Aji setiawan, Pelaksana Kanwil DJP Jakarta Timur
6. Indah Ayu Larasati, Pelaksana Kanwil DJP Jawa Barat III
7. Sevty Fiana, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Special Thanks to : 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur
2. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat III
3. KPP Madya Jakarta Timur
4. KPP Madya Kota Bekasi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pengawasan dan penggalian potensi pajak berbasis sektoral dalam rangka
memenuhi target penerimaan pajak, kami telah menentukan 445 KLU Dominan Nasional yang berkontribusi sebesar 94,40%
terhadap penerimaan netto nasional tahun 2021 atau lebih dari 80% penerimaan netto tahun 2021 tiap Kanwil DJP. Kami
memandang perlu untuk menyusun Panduan Praktis penggalian potensi pajak atas KLU Dominan tersebut agar menjadi salah
satu referensi dalam melakukan penggalian potensi pajak. Sebanyak 104 KLU Dominan telah disusun pada Batch I tahun 2021
dan 341 KLU Dominan lainnya disusun pada Batch II tahun 2022.
Penyusunan Panduan Praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative Kontributor yang berasal dari seluruh Kanwil DJP
sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang dilakukan oleh fiskus
saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun Panduan Praktis
ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa Panduan Praktis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan Panduan Praktis
penggalian potensi pajak ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2022

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE

1. PROSES BISNIS

2. ASPEK PERPAJAKAN

3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

4. STUDI KASUS

5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS

Layanan Rumah Sakit


• Pelayanan medik
• Pelayanan kefarmasian
• Pelayanan keperawatan dan kebidanan
• Pelayanan penunjang klinik
• Pelayanan penunjang nonklinik
• Pelayanan rawat inap

Kegiatan (Pendapatan) Utama Rumah Sakit


adalah:
a. Rawat Jalan (Pendapatan Rawat Jalan)
b. Rawat Inap (Pendapatan Rawat Inap

Sumber: Modul Penggalian Potensi Pajak Sektor Usaha Jasa Rumah Sakit
(diolah dari berbagai sumber).
1. PROSES BISNIS

Kegiatan (Pendapatan) Lain-Lain Rumah Sakit


adalah:
a. Sewa Ruangan, Alkes, Ambulance, Open table
(Pendapatan Sewa)
b. Pendidikan & Pelatihan dan Seminar (Pendapatan
Pendidikan dan Pelatihan)
c. Penjualan Aktiva Tetap (Laba atas Penjualan
Aktiva Tetap)
d. Bagi Hasil (Pendapatan Lain-Lain atas Kerja Sama
Operasi)
2. ASPEK PERPAJAKAN
2. ASPEK PERPAJAKAN
2. ASPEK PERPAJAKAN
2. ASPEK PERPAJAKAN
Bentuk hubungan tenaga kerja medis (dokter)

Univ/Stikes (tidak ada


Dokter yang menjadi dosen di Universitas / Stikes Honor/gaji
kaitan dengan RS)
2. ASPEK PERPAJAKAN
PPh Pasal 21 Atas Jasa Dokter
Misal :
Persentase sharing
Rumah Sakit : 25%
Dokter : 75%

Berapa DPP Pasal 21 atas Jasa Medis ?


2. ASPEK PERPAJAKAN
Pengolahan Limbah Medis/Non Medis
PT. XYZ

PT. XYZ membayar Jasa Penolahan limbah, memotong PPh Pasal 23 dan PT. ABC
membayar PPN atas Jasa pengolahan limbah

Limbah
Medis/infectius

PT ABC menerbitkan Faktur Pajak kepada PT XYZ


Limbah Non
Medis

Retribusi
PEMDA/ Dinas
Kebersihan
2. ASPEK PERPAJAKAN
Kewajiban Perpajakan Rumah Sakit

 Sesuai Pasal 2 ayat (3) huruf b UU PPh, seluruh pendapatan yang diterima
BLU/BLUD bukan merupakan objek PPh Badan.
 PPN RS Pemerintah  PPN Pemungut (Pasal 16A UU PPN)
2. ASPEK PERPAJAKAN
Kewajiban PPN di Rumah Sakit
Dikenakan PPN

• Penyerahan BKP/JKP > 4,8 M Wajib PKP (PMK-


197/PMK.03/2013);
• Penyerahan obat untuk pasien rawat jalan (Apotek di
RS PT XYZ tidak melayani konsumen diluar pasien RS);
• Penyerahan alat kesehatan untuk pasien rawat jalan;
• Penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan;
• Komisi penjualan produk supplier (contoh: susu, obat,
dll.);
• Penjualan barang di minimarket/toko milik rumah
sakit;
• Lain-lain.
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 Ayat (6) UU HPP : Penjelasan Pasal 9 Ayat (8) huruf b UU PPN :

PMK-78/PMK.03/2010 dan
Perubahannya
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pengkreditan Pajak Masukan

Aturan terkait SE-06/PJ.52/2000


3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

 Terdapat perbedaan persepi (dibutuhkan penegasan terkait dengan


penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN)
 AR tidak dapat mengidentifikasi penghasilan yang diterima oleh dokter
atas fee yang diterima oleh dokter dari perusahaan farmasi (melalui sales)
terkait dengan penggunaan obat merk tertentu
 Penghitungan kembali Pajak Masukan
 Memperkevil omset/penghasilan
 Kesalahan penghitungan PPh Pasal 21 atas jasa dokter
 Mark up biaya
 Koreksi Fiskal
 Tidak melakukan pembayaran PPN KMS
4. STUDI KASUS 1

Terdapat perbedaan persepi (dibutuhkan penegasan terkait dengan penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN)

Penjelasan Pasal 9 Ayat (8) huruf b UU PPN :

Berdasarkan hasil diskusi dengan Fungsional


Pemeriksa, terdapat 2 pendapat :
Pertama :
Faktur Pajak masukan yang berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha /pengeluaran
untuk kegiatan produksi, distribusi,pemasaran
dan manajemen, dapat dikreditkan.
Kedua :
Faktur Pajak Masukan tsb tidak dapat
dikreditkan apabila tidak ada kaitannya dengan
penyerahan yang terutang PPN.
Atas hal ini dibutuhkan penegasan
4. STUDI KASUS 2

Bentuk hubungan tenaga kerja medis (dokter)

Bagaimana dengan fee yang diterima oleh dokter dari perusahaan farmasi
(melalui sales) terkait dengan penggunaan obat merk tertentu ?

Berdasarkan keterangan dari Manajemen RS:


apabila penggunaan obat dengan merk tertentu yang diajukan oleh dokter
tsb disetujui oleh manajemen RS, maka terkait dengan fee yang diberikan
oleh perusahaan farmasi itu adalah urusan dokter yang bersangkutan, dan
rumah sakit tidak memiliki kewenangan apapun terkait dengan fee tersebut.
*untuk RS lain bisa saja berbeda
4. STUDI KASUS 3 - 1

PM yang dapat dikreditkan

Diketahui: Pendapatan Obat Rawat Jalan cfm SPT Masa PPN dan Pendapatan Neto cfm Laba Rugi adalah sebagai
berikut:

Dasar Hukum:
PMK 78/PMK.03/2010
PMK 135/PMK.011/2014
SE-06/PJ.52/2000

Karena nilai persediaan tidak begitu besar, untuk


mempermudah penghitungan potensi, nilai persediaan
dikeluarkan dulu
4. STUDI KASUS 3 - 2
Penghitungan Kembali Pajak Masukan
Rekapitulasi Pelaporan SPT Masa PPN (Tahun 2017) sebagai berikut :
4. STUDI KASUS 3 - 2
Penghitungan Kembali Pajak Masukan
4. STUDI KASUS 3 - 2
Penghitungan Kembali Pajak Masukan
4. STUDI KASUS 4

Memperkecil omset/penghasilan

Berdasarkan mirroring dengan Hasil Pemeriksaan


diketahui pencatatan Pendapatan berdasarkan
Rekonsiliasi Arus Piutang adalah sebagai berikut

Catatan: Selisih peredaran usaha ini selanjutnya akan mempengaruhi


penghitungan PM yang dapat dikreditkan
4. STUDI KASUS 5

Kesalahan penghitungan PPh Pasal 21 atas jasa dokter

CFM WP - Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bukan Pegawai menggunakan pendapatan neto.

Berdasarkan PER-31/PJ/2015 tangal 7 Agustus 2015 --> jumlah penghasilan bruto adalah
sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui RS sebelum dipotong biaya-biaya atau
bagi hasil oleh RS/klinik.
4. STUDI KASUS 6

Mark Up Biaya

1. Terdapat jasa manajemen yang perlu dipertimbangkan eksistensi dan kewajarannya


2. Terdapat beban keuangan yang perlu diverifikasi kewajarannya
3. Terdapat beban lainnya yang tidak inline dengan pendapatannya
4. STUDI KASUS 7

Koreksi Fiskal Tidak melakukan pembayaran PPN KMS

Daftar Koreksi Fiskal yang muncul pada kasus WP Wajib Pajak tidak melakukan pembayaran PPN KMS
RS: (Kegiatan Membangun Sendiri) atas pembangunan
1. Natura renovasi Rumah Sakit
Biaya makan untuk dokter dan biaya makan
rapat – dikoreksi karena merupakan natura. Contoh penghitungan:
2. Dana Cadangan
(piutang usaha, liabilitas imbalan kerja karyawan)
3. Sumbangan (CSR)
4. Pajak Penghasilan dan Sanksi Administrasi
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

ANALISIS PPh
1. Ekualisasi
- Melakukan ekualisasi peredaran usaha antara SPT Masa PPN dengan Laporan Keuangan
- Melakukan ekualisasi pembagian dividen antara SPT Masa PPh Pasal 23 dengan Laporan Keuangan (CaLK
dan Arus Kas)
- Melakukan ekualisasi pembelian SPT Masa PPN dengan PKPM dan Laporan Keuangan untuk menentukan
PM yang dapat dikreditkan
- Melakukan ekualisasi CIP (Construction in Progress) dengan SPT Masa PPN dan MPN dalam hal PPN KMS

2. ALK
Perbandingan Horizontal dan Vertikal
- Melakukan perbandingan horizontal untuk melihat kewajaran beban yang diakui Wajib Pajak tahun ke tahun.
- Melakukan perbandingan vertikal untuk melihat kewajaran pendapatan dengan beban terkait dibandingkan
dengan tahun yang berbeda.
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

ANALISIS PPh
3. Pemanfaatan Data ILAP
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

ANALISIS PPh
3. Pemanfaatan Data ILAP
• Berdasarkan data informasi klien KJPP diatas, terdapat selisih antara data pada KJPP dengan SPT sebagai berikut :

Selisih tersebut terjadi karena Wajib Pajak hanya melaporkan lap. Keuangan
audited hanya untuk induk perusahaan saja, sedangkan anak perusahaan
melaporkan di masing-masing KPP terdaftar.
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
ANALISIS PPN
Penghitungan kembali Pajak Masukan PMK-78/PMK.03/2010 jo PMK-135/PMK.011/2014
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

ANALISIS AKTIVA TETAP UJI ARUS PIUTANG

• Analisa detail faktur pembelian • Melakukan uji arus piutang menggunakan


• penjualan Aktiva VS PPN 16D data SPT Masa PPN, CaLK, LR, Arus Kas,
dan GL
• hitung ulang penyusutan • Membandingkan penghitungan arus
ANALISIS PERSEDIAAN piutang dengan penghitungan Wajib Pajak
• Pengakuan Wajib Pajak pada Laporan
• Analisa detail faktur pembelian Keuangan adalah posisi neto (pendapatan
• Lakukan reklasifikasi Faktur Pajak Masukan neto), sehingga perlu memperhatikan
untuk tiap jenis barang (misalnya pembelian faktor pembentuk pendapatan tersebut.
barang medis, kemudian sandingkan antara
pembelian barang medis menurut laporan
keuangan dengan data menurut Faktur Pajak
Masukan
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai