Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

KLU 46692 - Perdagangan Besar Pupuk Dan


Produk Agrokimia
Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : Agus Hilman, Kepala Seksi Potensi Sektor Perdagangan
Tim Penyusun : 1. Gibson H Purba, Account Representitve KPP Madya Medan
2. Heru Gunawan, Account Representative KPP Pratama Medan Barat
3. Budianto Purba, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Sumatera Utara I
4. Minoviolga Susanta Damanik, Pelaksana pada Kanwil DJP Sumatera Utara I
5. Dewa Bagaskara, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Special Thanks to : 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I
2. KPP Madya Medan
3. KPP Pratama Medan Barat
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam rangka memenuhi target penerimaan pajak, perlu dilakukan optimalisasi pengawasan dan penggalian potensi berbasis
sektoral terutama terhadap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Dominan. Direktorat PKP telah menentukan KLU Dominan
Nasional berdasarkan 10 KLU Dominan pada setiap Kanwil DJP atas penerimaan pajak 2020. Dalam rangka pengembangan
kompetensi Account Representative, kami memandang perlu untuk menyusun panduan praktis penggalian potensi KLU
Dominan tersebut agar menjadi salah satu referensi dalam penggalian potensi pajak.
Penyusunan panduan praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative terpilih yang berasal dari seluruh Kanwil DJP dan telah
memiliki pengalaman sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang
dilakukan oleh fiskus saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun panduan
praktis ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa panduan praktis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan panduan praktis
penggalian potensi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2021

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE

1 PROSES BISNIS

2 ASPEK PERPAJAKAN

3
CRITICAL POINT / MODUS
PENGHINDARAN PAJAK

4 STUDI KASUS

5 METODE / TEKNIK
PENGGALIAN POTENSI
PROSES BISNIS

1 2 3 4

Pembelian Impor dan Pengangkutan Penyimpanan Produk Pengiriman


Pembelian Lokal Ke Gudang Di Gudang Ke Konsumen

Pembayaran
ASPEK PERPAJAKAN
No Tahap Kegiatan Keterangan Potensi Pajak
Tahap Impor/Pembelian
1 Lokal
a. Impor Impor barang/PIB PPN Impor/PPh 22 Impor
a. Pembelian
b. Pembelian Lokal Barang PPN Masukan
b. Jasa Angkutan PPh Pasal 21/23
2 Penjualan a. Kewajaran
Harga PPN Keluaran
b. Jasa Angkutan PPh Pasal 21/PPh pasal 23
c. Sewa PPh Pasal 4 ayat

d. Promosi PPh Pasal 23


CRITICAL POINT / MODUS PENGHINDARAN PAJAK

▪ Mark Up Biaya

▪ Menyembunyikan aktivitas dan kegiatan usaha untuk menghindarkan


kewajiban pajak dan pemotongan PPh dan PPN

▪ Menyembunyikan atau memperkecil omset/penghasilan

▪ Tidak melaksanakan kewajiban perpajakan terutama Witholding tax


STUDI KASUS

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
melaporkan omset yang lebih rendah dari seharusnya dan Pembenanan Biaya yang tidak
seharusnya dibiayakan sesuai ketentuan perpajakan. Salah satu cara untuk mengetahui omset
yang sebenarnya adalah dengan melihat jumlah Pembelian melalui detil PM dan PIB Wajib
Pajak lalu bandingkan dengan Penjualan melalui detil PK.

Untuk mengetahui jumlah Pembelian, sumber data yang diperlukan antara lain:
1. Dokumen PIB
2. Detil Faktur Pajak Masukan
3. Buku Stok opname Persediaan
4. Penggunaan Jasa Angkutan pembelian
STUDI KASUS

1. PT ABC sebagai distributor pupuk subsidi melaporkan peredaran usaha pada SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2019
sebesar Rp 6.700.000.000,- namun berdasarkan penelitian terdapat penghasilan atas jasa sesuai bukti potong PPh Pasal 23 dari
pihak ketiga sebesar Rp 1.000.000.000,- dan gudang yang disewa oleh pihak produsen dan atas penghasilan tersebut belum
dilaporkan oleh wajib pajak.
potensi PPh Final, PPN dan PPh Pasal 25/29 badan

2. PT DEF sebagai distributor pupuk non subsidi melaporkan peredan usaha pada SPT Tahunan PPh Badan sebesar Rp
5.000.000.000,- ,pembelian barang (pupuk) sebesar Rp.4.500.000.000,- dan biaya-biaya sebesar Rp 400.000.000,-. Namun
berdasarkan penelitian terdapat data faktur pajak pembelian barang (pupuk) sebesar Rp 6.500.000.000,- sehingga terindikasi wajib
pajak tidak melaporkan peredaran usaha sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak menerbitkan faktur pajak.
potensi PPN dan PPh Pasal 25/29 badan

3. PT GHI sebagai distributor pupuk non subsidi melaporkan peredaran usaha pada SPT Masa PPN dengan cara digunggung
sedangkan berdasarkan ketentuan distributor wajib menerbitkan faktur pajak atas setiap penyerahan barang sehingga terindikasi
menyembunyikan omset yang sebenarnya.
potensi PPN

4. Pak Johan sebagai pengusaha yang menjual pupuk non subsidi melaporkan peredaran pada SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
sebesar Rp 2.000.000.000 sedangkan berdasarkan penelitian terdapat data faktur pembelian sebesar Rp 4.000.000.000
potensi PPh Final (PP23)
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:
1. Meneliti unit/jumlah detil produk/barang yang diimpor dan pembelian lokal vs detil Penjualan
Produk Yang sama

Contoh perhitungan ketersediaan produk/barang


Misal : Produk A:
Persediaan Awal = 900 Kg
Impor = 2.500 kg
Pembelian Lokal = 500 kg
Barang tersedia = 3.900 kg
Persediaan Akhir = 700 Kg
Penjualan = 3.200 kg
Bandingkan kesesuaian produk/barang dengan detil Faktur pajak Keluaran yang sudah dilaporkan Wajib
Pajak
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

2. Meneliti Biaya-biaya dan Pajak Masukan yang dibebankan/dilaporkan WP namun


tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

a. Biaya Pengangkutan, dimana Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban memotong PPh
Pasal 21 atau 23
b. Biaya Penghapusan Piutang, dimana Wajib Pajak mencatat Biaya penghapusan Piutang
namun tidak memenuhi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.010/2015 tanggal 20
November 2015
c. Biaya Promosi, tidak memenuhi Peraturan Menteri Keuangan No.02/PMK.03/2010
d. Meneliti PPN Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP yang penyerahannya dibebaskan
tidak dapat dikreditkan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 bahwa atas
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai