Anda di halaman 1dari 38

i

PROPOSAL PKL

PENGHITUNGAN PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK


KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA
KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) DI KANTOR BAPPENDA NTB

Oleh

ARI SAPUTRA
A0D018015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ii

PROPOSAL PKL

PENGHITUNGAN PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK


KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN
BERMOTOR (BBNKB) DI KANTOR BAPPENDA NTB

Oleh

ARI SAPUTRA
A0D018015

Setelah membaca Proposal PKL ini dengan seksama, maka menurut pertimbangan
kami Proposal PKL ini telah memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk
melaksanakan PKL lebih lanjut.

Mataram, September 2022

Mengetahui : Menyetujui :
Ketua Program Pembimbing,

Drs. Abdul Manan, M.Si Drs. Wahidin M, SI


NIP. 196112311989031011 NIP. 196112311988031011

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

I. Judul .....................................................................................................................1

II. Latar Belakang.....................................................................................................1

III. Tujuan dan Manfaat............................................................................................4

IV. Tinjauan Pustaka.................................................................................................6

V. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan.....................................................31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................34
1

I. Judul : PENGHITUNGAN PEMBAYARAN DAN PENYETORAN

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA

KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) DIKANTOR BAPPENDA

PROVINSI NTB

II. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara dan memiliki

kontribusi yang cukup tinggi. Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar

peranannya dalam mengamankan anggaran Negara dalam Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) setiap

tahunnya atau merupakan elemen vital dalam perekonomian di Indonesia. Struktur

penerimaan Negara dalam APBN maupun APBD menepatkan penerimaan sektor

pajak sebagai pos penerimaan terbesar. Pajak di Indonesia memainkan peranan

penting dalam mengurangi defisit anggaran Negara dan meningkatkan pembiayaan

Negara. Oleh karena itu kebijakan pajak memiliki peranan penting dalam

pembangunan nasional.

Berdasarkan kewenangannya, pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pajak

Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) sedangkan Pajak Daerah adalah Pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah contohnya pajak kendaraan bermotor, pajak Bahan

Bakar Kendaran Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok ,
2

Pajak Air, Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Sarang Burung Walet,

dan Sebagainya.

Mengenai Pajak Daerah, peranannya juga sangan penting sebagai sumber

Pendapatan Daerah dan sebagai penompang Pembangunan Daerah, karena Pajak

Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Untuk merealisasikan

pembangunan Daerah Pemrintah Provinsi dalam hal ini di Bappenda NTB

membentuk UPT-UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dimasing-masing Kabupaten/ Kota.

Untuk memperpendek birokrasi pengurusan pengurusan penerimaan daerah.

Salah satu contoh Pajak Daerah adalah pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Pajak Kendaraan Bermotor adalah

pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor sedangkan Pajak

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik

kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak

atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar,hibah,warisan, atau

pemasukan ke dalam badan usaha.

Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dipungut

oleh Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) melalui Unit Pelaksanaan

Teknis Badan dan Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPTB-UPPD). Untuk mendukung

legaliatas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor diperlukan pengaturan pelaksanaan

pemungutan yang meliputi pencatatan, pendataan, penetapan pembayaran, penagihan,


3

pembukuan, pelaporan dan penyitaan serta pembagian hasil penerimaan untuk daerah

dan kabupaten atau kota.

Penerimaan pajak terbesar PAD NTB pada tahun ini diproleh melalui ketaatan

Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2021 yaitu

sebesar Rp 462.267.574.646 dari target sebesar Rp 470.000.000.000 dengan

presentase penerimaan sebesar 98,25% dari target APBD tahun 2021. Sedangkan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp 318.728.070.908

dari target sebesar Rp 392.000.000.000 dengan persentase penerimaan sebesar

81,26% dari target APBD tahun 2021.

BAPPENDA Provinsi NTB sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta Peraturan

Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 51 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan-Badan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) merupakan instansi yang

berwenang untuk memungut pajak daerah tingkat I Pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor dan Bea balik Nama Kendaraan Bermotor, pada BAPPENDA Provinsi

Nusa Tenggara Barat harus melalui beberapa prosedur administrasi yang telah

ditetapkan. Prosedur tersebut merupakan landasan tata cara pemungutan PKB dan
4

BBNKB mulai dari pendataan dan pendaftaran PKB dan BBNKB hingga prosedur

penagihan keterlambatan pembayaran pajak.

Saat ini BAPPENDA Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terus berupaya untuk

meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor serta mempertahankan mekanisme pemungutan yang efisieen.

Menurut KBBI Mekanisme adalah cara untuk mendapatkan sesuatu secara teratur

sehingga menghasilkan suatu pola atau bentuk untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, misalnya melalui penagihan dengan memberikan surat teguran. Selain

bertujuan untuk meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, penagihan

Pajak Kendaraan Bermotor dengan surat teguran juga bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sebelum jatuh

tempo pembayaran.

Pada dasarnya mekanisme yang ditetapkan pemerintah dalam hal pembayaran

Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor cukup sulit di

mengerti oleh wajib pajak, sehingga terjadi kelalaian dalam membayar pajak

kendaraan bermotor dan kurang memadainya sarana pembayaran bagi wajib pajak

sehingga terjadi tunggakan pada wajib pajak.

Hal tersebut harus diatasi oleh Kantor BAPPENDA NTB untuk mengupayakan

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan berusaha untuk lebih

mengefektifkan perhitungan pembayaran dan Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor


5

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Karena jika tidak maka hal ini akan

menghambat jalannya pembangunan daerah itu sendiri karena berkurangnya

pendapatan asli daerah tersebut.

Hal ini merupakan alasan penulis untuk menggali lebih dalam lagi mengenai hal

tersebut melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul : Penghitungan

Pembayaran dan Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Di Kantor BAPPENDA NTB

III. Tujuan dan Manfaat

3.1 Tujuan

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, selalu memiliki tujuan sesuai dengan

yang diharapkan. Demikian dalam halnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan D3 Perpajakan di Kantor Bappenda Provinsi

NTB, khususnya bagi mahasiswa yang bersangkutan.

Adapun tujuan PKL ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme Penghitungan pembayaran

dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik NamaKendaraan

Bermotor dikantor Bappenda Provinsi NTB.


6

2. Untuk membandingkan antara teori atau praktek dilapangan tentang

perhitungan pembayaran dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Kantor Bappenda

NTB.

3.2 Manfaat

1. Secara Teorisis

a) Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai

kebulatan studiProgram Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mataram

b) Dapat menerapkan ilmu yang di dapat dibangku kuliah dengan praktik

yang sebenarnya pada suatu instansi atau perusahaan khususnya yang

berkaitan dengan masalah pajak kendaraanBermotor

2. Secara Praktek

a) Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan dalam praktek lapangan

kerja tentang dunia kerja terutama dalam menerapkanilmu perpajakan

yang diperoleh selama di bangku kuliah

b) Sebagai bahan masukan untuk Badan Pengelolaan PendapatanDaerah

Provinsi NTB dan Instansi yang terkait gunameningkatkan penerimaan

Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di

masa yangakan datang.


7

IV. Tinjauan Pustaka

IV.1 Pajak

4.1.1 Pengertian Pajak Secara Umum

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara(pemerintah)

berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang

wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas

jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara

dalam penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan.

4.1.2 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang

Berdasarkan Undang–undang No. 28 tahun 2009 Pajak adalah Kontribusi wajib

kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang–undang untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya

kemakmuran rakyat.

4.1.3 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

1) Menurut Rochmat Soemitro dalam mardiasmo (2018:3)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontrasepsi) yang langsung

dapat ditunjukkan dan yangdigunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2) Menurut S.I Djadiningrat dalam Siti Resmi (2018:1)

Pajak sebagai kekayaan kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,

dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan 9 sebagai


8

hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,

tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara

kesejahteraan secara umum.

3) Menurut P.J.A. Andriani dalam waluyo (2013:2)

Pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan- peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara menyelenggarakan

pemerintahan.

Berdasarkan definisi pajak, dapat ditaraik kesimpulan tentang ciri- ciri yang

melekat pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut :

a) pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang- undang serta aturan

pelaksanaannya.

b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujunjukkan adanya kontraprestasi individu

oleh pemerintah.

c) Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran- pengeluaran pemerintah, yang bila dan

pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public

investment.

e) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgetair, yaitu mengatur


9

4.1.4 Dasar Hukum Pajak

Hukum Pajak berfungsi untuk mengatur hubungan pemerintah (fiscus) sebagai

pemungut pajak dengan rakyat selaku subjek pajak. Hukum pajak dibagi menjadi 2

(dua) yaitu :

1. Hukum Pajak Materil

Adalah hukum yang memuat norma- norma yang menjelaskan tentang keadaan,

perbuatan, serta peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak) dan siapa

yang dikenakan pajak (subjek pajak), tarif pajak (besar pajak yang dikenakan),

semua yang timbul dan hapusnya utang pajak , dam hubungan pemerintah dan wajib

pajak.

2. Hukum Pajak Formil

Adalah hukum yang memuat bentuk atau tata cara yang digunakan untuk

mewujudkan hukum materil menjadi nyata (cara melaksanakan hukum pajak

materil). Hukum ini menjelaskan antara lain sebagai berikut :

a) Prosedur penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak.

b) Hak fiskus untuk melakukan pengawasan kepada wajib pajak terhadap

perbuatan, keadaan serta peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

c) Kewajiban wajib pajak misalkan pelaksanaan pembukuan/ pencatatan,

serta hak-hak wajib pajak contohnya mengajukan keberatan dan banding.

Dalam masa transisi pemberlakuan undang- undang No 28 tahun 2009

pemungutan PKB diindonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan
10

kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum

pemungutan PKB & KAA pada suatu provinsi adalah sebagai berikut :

1. Undang- undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3. Undang-undang nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas

Undang- undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

4.1.5 Fungsi Pajak

Terdapat 2 jenis fungsi pajak, antara lain sebagai berikut :

1. Fungsi Anggaran (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran–pengeluarannya baik rutin maupun pembangunan.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) dan sebagainnya.

2. Fungsi Mengatur (regulered)

Pajak yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh :

1.Untuk mengurangi gaya hidup yang tinggi pemerintah menerapkan

tarif pajak yang tinggi untuk barang mewah.


11

2. Untuk mengurangi konsumsi terhadap minuman keras pemerintah

mengenakan tari yang tinggi untuk barang tersebut.

4.1.6 Pengelompokan Pajak

1. Menurut golongannya

a) Pajak Langsung

Adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak dan yang tidak bisa

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya : Pajak

Penghasilan (PPh)

b) Pajak Tidak Langsung

Adalah pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut sifatnya

a) Pajak Subjektif

Pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya dan nominal pajak

ini menyusaikan dengan kondisi individu (subjek pajak).

Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak Objektif

Pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribaddi Subjek

Pajak (Wajib Pajak) dan Tempat tinggal.


12

Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut lembaga pemungutannya

a) Pajak pusat

Pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai aktivitas belanja negara. Contohnya : PPh, PPnBm,dan PPN

b) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah Daerah dan digunakan untuk

membiayai aktivitas belanja daerah Pajak daerah ini diatur dalam Undang-

Undang No 28 Tahun 2009.

1) Pajak provinsi Contohnya : pajak kendaraan bermotor dan pajak

bahan bakar

2) Pajak Kabupten/kota Contohnya : pajak hotel ,pajak restoran, pajak

parkir, dll.

4.1.7 Sitem Pengumutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:7)

ada beberapa sistem pemungutan pajak:

a) Official Assessment System

Merupakan sistem pemungutan kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b) Self Assessment System


13

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

c) With Holding System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak.

4.1.8 Tata Cara Pengumutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terbagi menjadi dua yaitu :

1. Stesel Pajak

Stelsel pajak dibagi menjadi tiga , yaitu :

a) Stelsel Nyata (riil)

Stelsel ini menjelaskan tentang bahwa pengenaan pajak

berdasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh objeknya

adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajak dapat dilakukan pada

akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam

satu tahun pajak diketahui.

Kekurangan stelsel ini adalah pajak baru diketahui pada akhir periode,

sehingga :
14

1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada

akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah

kas yang memadai.

2) Semua wajib pajak akan membayar pada akhir tahun sehingga jumlah

uang beredar secara makro akan terpengaruhi.

b) Stelsel Anggapan (Fiktif)

Menjelasakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu

anggapan yang dianggap yang diatur undang- undang. Kelebihan stelsel

ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan ,tanpa harus

menunggu sampai akhir tahun.ekurangan nya adalah pajak yang dibayar

tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya, sehingga, penentuan

pajak menjadi tidak akurat.

c) Stelsel Campuran

Menjelaskan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi

antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak

dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian, pada akhir tahun

besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaaan yang sesungguhnya.

2. Asas Pemunggutan Pajak

Terdapat 3 (tiga) asas pemungutan pajak, yaitu:

a) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)


15

Menyatakan Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan wajib pajak yang tinggal diwilayahnya, baik berasal dari

dalam maupun dari luar negeri. Setiap wajib pajak dalam negeri (Wilayah

Indonesia) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya,

baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.

b) Asas Sumber

Asas ini meyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal wajib pajak.

c) Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak di kaitkan dengan

kebangsaan suatu negara.

4.1.9 Teori Pengumutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:5) dibawah ini menjelaskan beberapa teori

tentang pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak , yaitu :

1. Teori Asuransi Negara

melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya oleh karena itu

rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena

memperoleh jaminan perlindungan.

2. Teori Kepentingan
16

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

setiap orang. Semakin besar kepentingan seorang terhadap negara, makin tinggi

pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, maksudnya

adalah pajak yang harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur daya pikul, yaitu :

a) Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang

dimiliki oleh seseorang.

b) Unsur Subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materil yang

harus di penuhi.

4. Teori Bakti Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus menyadari

bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban.

5. Teori AsasDaya Beli Memberikan landasan penyelenggaraanpemungutan

pajak dari sudut daya beli dan kesejahteraan dalam konteks pemungutan pajak.

Berdasarkan teori ini, pajak adalah penarikan daya beli masyarakat. Hal ini berarti

pemungutan pajak secara tidak langsung menurunkan daya beli masyarakat. Oleh

karena itu, harus dipastikan bahwa ujung dari pemungutan pajak harus merupakan

pemeliharaan kesejahteraan melalui redistribusi daya beli.


17

4.2 Pajak Daerah

4.2.1 Pengertian Pajak Daerah

UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi Daerah, pajak

adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah sebesar-besarnya

bagi kemakmuran rakyat.

4.2.2 Penggolongan Pajak Daerah

Menurut Marihot Pahala Siahaan (2013:7) jenis Pajak Daerah yang diatur

dalam Undang–undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Pajak Provinsi yang terdiri atas :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

Pajak Kabupaten / Kota terdiri atas :

6. Pajak Hotel

7. Pajak Restaurant

8. Pajak Hiburan

9. Pajak Reklame
18

10. Pajak Penerangan Jalan

11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

12. Pajak Parkir

13. Pajak Air Tanah

14. Pajak Sarang Burung Walet

15. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

16. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

4.3 Pajak Kendaraan Bermotor

4.3.1 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atas penguasaan

kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua

atau lebih beserta gandengannya digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan

oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk

mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan

bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak adalah alat

yang dapat bergerak atau berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen.

(Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 31 tahun 2016).

4.3.2 Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor


1) Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2) Perda Provinsi NTB nomor 9 Tahun 2017 tentang Pajak Daerah


19

3) Pergub Provinsi NTB nomor 22 Tahun 2017 Tentang Perhitungan

Dasar Pengenaan PKB

4.3.3 Subjek Pajak Dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Pasal 4 UU Nomor 28 Tahun 2009 mengatur bahwa subjek

pajakkendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki

dan atau menguasai kendaraan bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

adalah orangPribadi atau Badan yang memiliki kendaraan bermotor.Bagi

wajib pajak yang Berupa suatu Badan atau kewajiban perpajakannya

diwakili oleh pengurus atau kuasa dari badan tersebut.

4.3.4 Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Kendaraan adalah kepemilikan dan atau pengeuasaan

kendaraanbermotor beroda beserta gandengannya yang dioperasikan di semua jenis

jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor

GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage)

termasuk dalam Objek PKB adalah kepemilikan dan atau pengeuasaan kendaraan

bermotor yang digunakan di semua jenis jalan darat antara lain:

1. Kawasan Bandara

2. Pelabuhan Laut

3. Perkebunan

4. Kehutanan

5. Pertanian
20

6. Pertambangan Industri

7. Perdagangan

8. Sarana Olahraga, dan

9. Rekreasi

4.3.5 Pengecualian Objek Pajak Kendaraan Bermotor

a) Kereta Api

b) Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara.

c) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,

konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal-balik dan

lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dan pemerintah.

d) Objek pajak lainnya ditetapkan dalam peraturan daerah.

4.3.6 Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

1. Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2

unsur pokok :

a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor

b) bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.


21

2. Dasar pengenaan pajak khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di

luar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di

air, adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

3. Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf a

dan angka (2), ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu

Kendaraan Bermotor.

4. Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada angka (3),

ditetapkan berdasarkan harga Pasaran Umum pada minggu pertama bulan

Desember Tahun Pajak sebelumnya.

5. Harga Pasaran Umum sebagaimana dimaksud pada angka (4), adalah harga

rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat.

6. Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui,

Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau

seluruh faktor-faktor :

e) harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan

tenaga yang sama

f) penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi

g) harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor yang

sama

h) harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan

bermotor yang sama


22

i) harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor

j) harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis

k) harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan

Impor Barang (PIB).

7. Bobot sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf b, dinyatakan dalam

koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu), dengan

pengertian sebagai berikut :

a) koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut

dianggap masih dalam batas toleransi

b) koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan

bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi.

8. Bobot sebagaimana dimaksud pada angka (7), dihitung berdasarkan faktor-

faktor :

a) tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu / as, roda dan

berat kendaraan bermotor

b) jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar,

bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya

c) jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan

bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 (dua) tak atau 4

(empat) tak, dan isi silinder.


23

9. Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana

dimaksud pada angka (1) sampai dengan angka (8), dinyatakan dalam suatu

tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah mendapat

pertimbangan dari Menteri Keuangan.

10. Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana

dimaksud pada angka (9), ditinjau kembali setiap tahun.

4.3.7 Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif pajak kendaraan bermotor berlaku sama di semua provinsi, sesuai dengan

PERGUB No 7 Tahun 2018, tarif Pajak Kendaraan Bermotor dibagi menjadi 4

kelompok sesuai dengan jenis kendaraan bermotor, yaitu:

a) 1,5% (satu koma Lima persen) umtuk kepemilikan kendaraan bermotor

pribadi;

b) 1,0 % (satu koma nol persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum x

DPPKB

c) 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan Ambulans,

PemadamKebakaran, Lembaga Sosial Keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI

dan Pemerintah Daerah.

d) 0,2 % (nol koma dua persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan

alat-alat besar
24

4.3.8 Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan PERGUB Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun

2018 tentang Tentang Tata Cara Pemunngutan Pajak Kendaraan Bermotor, maka

rumus PKB sebagai berikut:

DPP = NJKB X BOBOT

PKB = Tarif pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Contoh Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor:

Sebuah motor dengan NOPOL EA 6266 AH dengan Pemilik atas nama Siti

Baenah Merek/Type YAMAHA [274] 2SX/SPM R 2 tahun pembuatan 2015

NJBK = Rp. 12.920.000

Bobot = 1,000

DPP = NJBK X Bobot

= Rp 15.500.000 X 1,000

= Rp 12.920.000

PKB = Tarif X Dasar Pengenaan Pajak

= 1,5% X Rp 12.920.000

= Rp 193.800
25

4.3.9 Pembayaran dan Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor

Pembayaran dan Penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor Sesuai dengan

PERGUB No 7 tahun 2018 pembayaran dan penyetoran pajak kendaraan bermotor

yaitu :

(1) PKB harus dibayar sekaligus dimuka untuk masa 12 (dua belas) bulan.

(2) Pembayaran PKB dapat dilakukan di Kantor Bersama Samsat, Samsat Outlet,

Samsat Drive Thru, Samsat Keliling, Samsat Elektronik (e-Samsat) dan/atau

tempat lainnya yang ditentukan oleh Badan.

(3) Pembayaran PKB dapat dilakukan secara tunai atau melalui transaksi

elektronik.

(4) PKB harus dibayar pada saat pendaftaran atau paling lama pada saat jatuh

tempo.

(5) Pembayaran dianggap sah apabila bukti penerimaan SKPD atau dokumen lain

yang dipersamakan, telah divalidasi sebagai bukti pembayaran.

(6) Pembayaran PKB diterima oleh bendahara penerimaan atau Bendahara

Penerimaan Pembantu.
26

Tata cara pembayaran dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor sekarang dibagi

menjadi 2 cara yaitu:

1. Melakukan pembayaran dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor

Bappenda, Kantor Bersama Samsat, Samsat Outlet, Samsat Drive Thru,

Samsat Keliling.

 Wajib pajak terlebih dahulu antri ke loket pendaftaran

 Setelah itu menyerahkan STNK yang dilampirksn dengan KTP asli

yang sesuai dengan si pemilik STNK tersebut

 Selanjutnya STNK dan KTP akan di cek oleh petugas sesuai apa tidak

data d KTP dan di STNK

 Kemudian STNK akan diperiksa oleh petugas samsat untuk

mengetahui seberapa besar pajak yang harus dibayar

 Setelah selesai diserahkan ke petugas kasir

 Selanjutnya Wajib pajak akan dipanggil untuk menyelesaikan

pembayaran pajak tersebut

 Setelah selesai dibayar, Wajib pajak dipersilahkan untuk mengambil

hasil print an STNK yang sudah selesai diperpanjang selama 1 tahun

kedepan.
27

2. Melakukan pembayaran dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor melalui

Elektronik Samsat atau biasa di sebut dengan E-Samsat.

Ada dua cara alternatif yang dapat digunakan untuk dapat melakukan

pembayaran dan penyetoran Pajak Kendaraan Bermotor melalui Elektronik Samsat

(E-SAMSAT) :

 SMS GATEWAY Kirim SMS ke nomor SMS GATEWAY BAPPENDA

NTB ke nomor : 0812 3393 4000 dengan format SMS: ESAMSAT |SPASI|

NOPOL |SPASI| NOMOR MESIN KENDARAAN Setelah mengirim

SMS ke Nomor 0812 3393 4000, Anda akan mendapatkan balasan SMS

berupa Kode Bayar, Kode Bayar ini yang akan digunakan untuk transaksi di

ATM.

 WEBSITE

Melalui website ini anda dapat melakukan request kode bayar dengan cara

mengisi form inputan di samping. Seteah itu sistem akan memvalidasi data

anda. Apabila valid maka sistem akan menerbitkan kode bayar yang dapat

anda gunakan untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor anda di ATM

Bank NTB.
28

4.4 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

4.4.1 Pengertian Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah pajak atas penyerahan

hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau

perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar

menukar,hibah,warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha (UU No. 28 Tahun

2009)

4.4.2 Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, objeknya adalah penyerahan

kepemilikan kendaraan bermotor. Karena pengertian kendaraan bermotor yang

dikenai BBNKB sama dengan pengertian kendaraan bermotor yang dikenai PKB,

maka kendaraan bermotoryang dikecualikan dari pengenaan BBNKB juga sama

dengan yang dikecualikan dari pengenaan. Pada BBNKB, yang dibahas lebih lanjut

adalah penyerahan yang dikenai BBNKB dan penyerahan yang dikecualikan dari

pengenaan BBNKB.

4.4.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau

Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang

menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. (UU No. 28 Tahun 2009).


29

Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan

penyerahan Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak saat penyerahan. Orang pribadi atau Badan yang menyerahkan

Kendaraan Bermotor melaporkan secara tertulis penyerahan tersebut kepada

gubernur atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) harikerja

sejak saat penyerahan.

Laporan tertulis, paling sedikit berisi:

a) nama dan alamat orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan tanggal,

bulan, dan tahun penyerahan

b) nomor polisi kendaraan bermotor

c) lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

d) khusus untuk kendaraan di air ditambahkan pas dan nomor pas kapal.

4.4.4 Dasar Tarif Pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Dasar Pengenaan Tarif BBNK adalah PERGUB No 7 Pasal 35 Tahun 2018

Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor.

1. Tarif BBNKB ditetapkan masing–masing sebagai berikut :

a) penyerahan pertama sebesar 15% (lima belas persen)

b) penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).


30

2. Khusus untuk kendaraan bermotor alat–alat berat dan alat–alat besar yang

tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing–masing

sebagai berikut:

a) penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen)

b) penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh

puluh lima persen).

3. Dalam hal dasar pengenaan BBNKB bagi kendaraan bermotor yang

mengalami perubahan bentuk dan mengakibatkan bertambahnya nilai jual

kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen) dari

selisih nilai jual kendaraan bermotor sebelum dan sesudah mengalami

perubahan bentuk.

4. Dalam hal kendaraan bermotor telah dilakukan ubah bentuk oleh pabrik,

tidak dikenakan BBNKB ubah bentuk.

5. Dasar pengenaan BBNKB bagi kendaraan bermotor yang mengalami ganti

mesin, baik mesin lama maupun mesin baru

4.4.5 Penghitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan PERGUB Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun

2018 pasal tentang Tentang Tata Cara Pemunngutan Pajak Kendaraan Bermotor

Besarnya pokok pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kendaraan Bermotor dengan rumus

BBNKB = Tarif pajak X NJKB


31

Contoh Perhitungan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor:

Sebuah motor dengan NOPOL EA 6266 AH dengan Pemilik atas nama Siti

Baenah Merek/Type YAMAHA [274] 2SX/SPM R 2 tahun pembuatan 2015.

NJBK = Rp 12.920.000

Tarif = 15%

Bobot = 1,0

Merek = Honda

Tahun Pembuatan = 2018

BBNKB = Tarif X NJKB

= 15% X Rp 12.950.000

= Rp 1.938.000

4.4.6 Pembayaran dan Penyetoran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan PERGUB No 7 tahun 2018 pembayaran dan penyetoran Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor yaitu :

(1) Pembayaran BBNKB dilakukan di Kantor Bersama Samsat.

(2) Pembayaran BBNKB dapat dilakukan secara tunai atau melalui transaksi

elektronik.

(3) Pembayaran dianggap sah, apabila bukti penerimaan SKPD atau dokumen

lain yang dipersamakan, telah divalidasi sebagai bukti pembayaran.

(4) Dalam hal Wajib Pajak membayar BBNKB sekaligus PKB, maka tanda bukti
32

pembayaran diterbitkan dalam 1 (satu) SKPD.

(5) Pembayaran BBNKB diterima oleh Bendahara dan disetorkan ke Kas Daerah,

paling lambat dalam waktu 1x24 jam.

Tata cara pembayaran dan penyetoran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

1. Datang ke Samsat terdekat sambil membawa semua persyaratan yang

dibutuhkan dan uang. 

2. Masuk ke antrian cek fisik dan menunggu petugas untuk mengecek nomor

rangka kendaraan

3. Sambil dicek Anda akan diberikan formulir dan mengisinya untuk

dilampirkan bersama dengan semua persyaratannya. 

4. Kemudian Anda bisa langsung mendaftar di loket BBNKB dengan

menyerahkan semua persyaratannya. 

5. Anda melakukan pembayaran sesuai dengan arahan yaitu di Loket

Pembayaran dan akan mendapatkan resi. 

6. Kendaraan akan dicek ulang kepemilikannya di Loket Progresif. 

7. Kemudian Anda tinggal menunggu sampai proses selesai dan dipanggil untuk

mendapatkan STNK baru yang sudah berganti nama kepemilikannya.

 
33

V. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan adanya kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) untuk membandingkan

Teori yang di dapatkan Mahasiswa selama kuliah dengan Praktik Kerja Langsung di

Lapangan. Sebelum melakukan kegiatan ini, banyak hal yang harus di persiapkan

mulai dari melengkapi persyaratan-persyaratan PKL, mengikuti Pembekalan PKL.

Kegiatan PKL ini di selenggarakan pada tanggal 15Agustus 2022 s/d 15 Oktober

2022.

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan penulis saat menjalankan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) pada PT. Baling Baling Bambu. Sesuai dengan tujuan PKL

yaitu mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang berharga melalui keterlibatan

dalam dunia kerja secara lansung untuk mempraktekan bidang keahlian yang

dimilikinya dan mahasiswa mendapatkan ilmu baru yang belum pernah di dapat

dibangku perkuliahan serta memabangun relasi dengan teman kerja atau kantor.
34

Jadwal praktek kerja lapangan di kantor Bappenda Provinsi NTB:

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER


JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi Lapangan                        
Melengkapi Administrasi
PKL                      
Menunggu Surat Balasan                        
Pembagian Job Desk PKL                        
Pelaksanaan PKL                        
Pengajuan JuduL PKL                        
Penetapan Judul PKL                        
Penyusunan Proposal                        
Konsultasi Proposal                        
Pengesahan Proposal                        
Penyusunan Laporan                        
Konsultasi Laporan                        
Pengesahan Laporan                        
Usulan Ujian PKL                        
35

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2022, “BukuPedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL)”,Universitas


Mataram

_____2009, Undang-Undang Nomor 28, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

_____2017,PERDA Nomor 9,Tentang Pajak Daerah, NTB

_____2017, PERGUB Nomor 22, Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak


Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, NTB

_____2018, PERGUB Nomor 7, Tata Cara Pemungutan Pajak Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor, NTB

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. 2018. ’’Perpajakan’’, Edisi Terbaru 2018,. Yogyakarta: Andi


Resmi, Siti. 2018. “Perpajakan”. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai