Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PKL

PROSEDUR PERHITUNGAN, PEMUNGUTAN dan PEMBAYARAN PAJAK


KENDARAAN BERMOTOR (PKB) RODA 2 (DUA) dan 4 (EMPAT) PLAT HITAM pada
KANTOR BAPPENDA PROVINSI NTB

Oleh

GISLAM PRASETYA
A0D019047

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PROPOSAL PKL

PROSEDUR PERHITUNGAN, PEMUNGUTAN dan PEMBAYARAN PAJAK


KENDARAN BERMOTOR (PKB) RODA 2 (DUA) dan 4 (EMPAT) PLAT HITAM PADA
KANTOR BAPPENDA PROVINSI NTB

Oleh

GISLAM PRASETYA
A0D019047

Setelah Membaca Proposal PKL ini dengan Seksama, Maka Menurut Pertimbangan Kami
Proposal PKL ini Telah Memenuhi Syarat dan dapat disetujui untuk Melaksanakan PKL Lebih
Lanjut

Mataram, September 2022


Mengetahui : Menyetuji :
Ketua Program, Pembimbing,

Drs. Abdul Manan, M. Si Muhammad Alwi, SE. MS,


NIP. 19112311989031011 NIP.

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

I. JUDUL
II. LATAR BELAKANG
III. TUJUAN DAN MANFAAT
IV. TINJAUAN PUSTAKA
V. JADWAL KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA
I. JUDUL : PROSEDUR PERHITUNGAN, PEMUNGUTAN dan PEMBAYARAN
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) RODA 2 (dua) dan 4 (empat)
PLAT HITAM PADA KANTOR BAPPENDA PROVINSI NTB
II. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan peraturan UndangUndang dasar 1945
yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, oleh karena itu ditempatkannya pajak
sebagai wadah untuk membangun suatu daerah. Peran masyarakat Indonesia sangat penting
dalam mendukung penerimaan negara dalam bidang perpajakan. Hal ini dikarenakan pajak yang
telah didapat dan digunakan oleh pemerintah akan kembali lagi kemasyarakat dalam bentuk
sarana prasarana penunjang dalam beraktivitas. Pajak daerah sangat berperan dalam
pembangunan suatu daerah yang dikarenakan pajak daerah merupakan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berupa pajak daerah dan retribusi daerah
merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk meningkatakan pembangunan suatu daerah
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sehingga daerah mampu melaksanakan otononmi
daerah. Salah satu pendapatan asli daerah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak yang dipungut atas kepemilikan dan
penguasan keadaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor termasuk ke dalam jenis Pajak
Provinsi yang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Samudra (2015:92). Kemudian, Pajak
Kendaraan Bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam pasal 1 angka 12 dan 13 Undang-
Undang Republik Indoensia No. 28 Tahun 2009 merupakan pajak atas kepemilikan dan
penguasaan kendaraaan bermotor.
Pajak kendaraan bermotor (PKB) merupakan salah satu sumber penerima Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang sangat potensioal. Dalam hal ini pemerintah daerah yaitu Badan Pendapatan
Daerah (BPD) sangat berkepentingan untuk memperhatikan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor yang meningkat dengan pesat di masing-masing daerah. Sejalan dengan hal tersebut
pemerintah daerah melihat peluang yang besar untuk menjadikan semua kendaraan bermotor
yang dimiliki oleh wajib pajak untuk dijadikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor (PKB).
Dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor ini melibatkan tiga instansi
pemerintah, yaitu Dinas Pendapatan Daerah, Polisi Republik Indonesia, dan PT (Persero)
Asuransi Kerugian Jasa Raharja. Dalam proses pencatatan dan pembayaran pajak kendaraan
bermotor menggunakan Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) dalam
pengeluaran (Surat Tanda Nomor Kendaraan) STNK, pembayaran Pajak, (Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor) BBNKB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ). Selanjutnya, dalam mewujudkan tercapainya kesatuan ekonomi dalam rangka
wawasan nusantara, maka pengaturan pajak kendaraan bermotor oleh daerah dilaksanakan dalam
pola keterpaduan dan keseragaman secara nasional. Kepatuhan perpajakan menurut Nurmantu
dalam Pohan (2014:127) yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan.

III. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan
Tujuan dari PKL ini :
1. Untuk mengetahui prosedur perhitungan, pemungutan dan pembayaran pajak kendaraan
bermotor (PKB) roda 2 (dua) dan 4 (empat) plat hitam pada kantor BAPPENDA provinsi
NTB

3.2 Manfaaat

Adapun manfaat dari proposal PKL ini adalah :

1. Secara akademik merupakan sala satu syarat untuk mecapai gelar ahli madya (A.Md) pada
program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

2. Secara teoritis dapat mengembangkan dan menerapkan teori-teori yang pernah di ajarkan dan
diterapkan dari bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di instansi atau perusahaan.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu perpajakan yang
didapat,baik dari literature yang ada maupun lokasi atau objek Praktek Kerja Lapangan
(PKL).

4. Menambah pengalaman kerja sehingga diharapkan dapat berguna untuk kedepannya.


5. Sebagai bahan masukan tentang mekanisme pengenaan pajak atas warisan atas tanah bagi
pihak yang memerlukan informasi sesuai dengan laporan ini.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pengertian Pajak

Berkaitan dengan definisi Pajak, M.J.H Smeets berpendapat bahwa pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada penguasa tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum.9

Selanjutnya Soeparman Soemahamidjaja mengemukakan bahwa pajak adalah iuran wajib,


berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.10

Pajak diartikan sebagai iuran wajib, ini artinya pembayaran pajak merupakan kewajiban.
Penegasan lebih lanjut dinyatakan bahwa pembayaran pajak dilaksanakan atas dasar undang-
undang, konsekensinya apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, undang-
undang akan mengatur pelaksanaan lainnya sebagai imbalan tidak terpenuhinya yang telah
ditetapkan. Penyelenggaraan keamanan, kesejahteraan, pembangunan, dan lain-lain merupakan
manifestasi pemberian kontraprestasi bagi pembayaran pajak selaku anggota masyarakat.

Menurut Rahmat Soemitro bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai penggunaan umum.11 Kata
“dapat dipaksakan” berarti bahwa bila hutang pajak itu tidak dibayar, utang itu dapat ditagih
dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan.

Selanjutnya, Lima belas tahun setelah itu Rochmat Soemitro memandang bahwa pajak dapat
ditinjau dari aspek ekonomis dan aspek hukum. Adapun pengertian pajak dari aspek ekonomis
adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang
dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegen prestatie) yang secara langsung dapat
ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai
alat pendorong, penghambat, atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang
keuangan negara. Sementara itu, pengertian pajak dari aspek hukum adalah perikatan yang
timbul karena undang-undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang (tatsbentand) untuk membayar sejumlah uang kepada (kas)
negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat suatu imbalan yang secara langsung dapat
ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (rutin dan
pembangunan) dan yang digunakan sebagai alat (pendorong atau penghambat) untuk mencapai
tujuan diluar bidang keuangan negara.

Pajak adalah pelunasan perikatan dari wajib pajak tanpa tegen prestasi secara langsung dan
bersifat memaksa sehingga penagihannya dapat dipaksakan oleh pejabat pajak. Sebenarnya pajak
merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang bernuansa publik sehingga sifatnya
memaksa. Pajak berada dalam pengawasan pejabat pajak sebagai pihak yang mewakili negara
dan tidak ada tegen prestasi secara langsung kepada wajib pajak. Sifat yang dimiliki oleh pajak
adalah bersifat memaksa dan terjelma dari aspek penagihan dengan ancaman hukuman berupa
sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

Dengan melihat pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka unsur-unsur yang
terdapat didalamnya adalah sebagai berikut.

1. Bahwa pajak itu adalah satu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan
(pendapatan) kepada negara. Dapat dikatakan bahwa pemerintah dapat menarik sebagian
daya beli rakyat untuk Negara.

2. Bahwa perpindahan atau penyerahan iuaran itu adalah bersifat wajib, dalam arti bahwa
apabila kewajiban itu tidak dilaksanakan maka dengan sendirinya dapat dipaksakan,
artinya hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa dan
sita.
3. Perpindahan ini berdasarkan undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh
pemerintah yang berlaku umum. Sekiranya pemungutan pajak tidak didasarkan pada
undang-undang atau peraturan, maka ini tidak sah dan dianggap sebagai perampasan hak.

4. Tidak ada jasa timbal yang dapat ditunjuk, artinya bahwa antara pembayar pajak dan
prestasi dari negara tidak ada hubungan langsung. Prestasi dari negara seperti hak untuk
mendapatkan perlindungan dari alat-alat negara, hak penggunaan jalan umum, hak untuk
mendapatkan pengairan dan sebagainya. Prestasi tersebut tidak ditunjukan secara
langsung kepada individu pembayar pajak, tetapi ditujukan secara kolektif atau kepada
anggota masyarakat secara keseluruhan. Buktinya orang miskin yang tidak membayar
pajak pun dapat menikmati prestasi dari negara. Bahkan orang miskin lebih banyak
menggunakan prestasi dibanding dengan orang kaya seperti dalam hal penggunaan sarana
atau kesehatan.

5. Uang yang dikumpulkan tadi oleh negara digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum yang berguna untuk rakyat, seperti pembuatan jalan, jembatan, gedung, gaji untuk
pegawai negeri termasuk ABRI, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, menurut pendapat penulis yang dimaksud dengan pajak
adalah pungutan wajib yang bersifat memaksa yang ditetapkan oleh pemerintah kepada
warganya yang akan digunakan untuk membiayai penggunaan umum.

4.2 Fungsi Pajak

Pajak didalam masyarakat mempunyai dua fungsi utama: fungsi budgeter (fungsi financial)
dan fungsi regulered (fungsi mengatur). Selain itu terdapat juga fungsi distribusi dn fungsi
demokrasi.

1) Fungsi Budgeter atau Fungsi Financial Fungsi budgeter adalah fungsi pajak untuk
memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas Negara, dengan maksud untuk
membiayai pengualaran-pengualaran Negara. Atau dengan kata lain fungsi
budgeteradalah fungsi pajak sebagai sumber penerimaan Negara dan dipergunakan untuk
membiayai pengeluran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluran untuk
pembangunan.

2) Fungsi Regulered (Mengatur) Fungsi regulered adalah fungsi pajak untuk mengatur
suatu keadaan dalam masyarakat di bidang sosial, ekonomi, maupun politik sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah. Dalam fungsinya yang mengatur, pajak merupakan
suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan

3) Fungsi Distribusi Pajak yang dibayar masyarakat sebagai penerimaan Negara,


pemanfaatannya tidak hanya dinikmati oleh masyarakat diwilayah sekitarnya atau oleh
kelompoknya, melainkan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Fungsi distribusi
dibagi menjadi dua: a) Bedasarkan Sektor Dijalankan oleh instansi pemerintahan sesuai
dengan tugas pokoknya. Misalnya, pendidikan, kesehatan, infrasuktrur, dll. b)
Berdasarkan Wilayah Dilakukan melalui pembagian anggaran belanja untuk masing-
masing daerah.

4) Fungsi Demokrasi Sesuai dengan pengertian dan ciri khasnya, pajak ternyata
merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan demokrasi dalam suatu Negara. Pajak
berasal dari masyarakat yaitu dibayar masyarakat sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku. Pajak juga dibuat oleh rakyat melalui wakilnya di Parlemen (DPR) dalam
bentuk Undang-Undang Perpajakan.

4.3 Hukum Pajak

Hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut:


(1) Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya.
(2) Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum
ini dapat dirincikan lagi sebagai berikut:
1) Hukum Tata Negara
2) Hukum Tata Usha (Hukum Administrasi)
3) Hukum Pajak
4) Hukum Pidana
Pembagian hukum pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pajak material dan hukum
pajak formil.
1) Hukum Pajak Material Hukum pajak material membuat norma-norma yang menerangkan
keadaankeadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan
pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak ini, berapa besar pajaknya. Dengan kata lain
hukum pajak material mengatur segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya
hutang pajak dan pola hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Hukum pajak
material di atur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a) UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah beberapa kali di
ubah terakhir dengan UU No 36 Tahun 2008

b) UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Nilai dan Pajak Penjualan Barang
Mewah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.

c) UU No. 13 Tahun 1985 tentang Beamaterai

2) Hukum Pajak Formil Hukum pajak formil adalah peraturan-peraturan mengenai cara-cara
untuk menjalankan hukum material tersebut di atas menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini
memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh
pemerintahan terhadap penyelenggaranya, kewajiban para Wajib Pajak (sebelum dan sesudah
menerima surat ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga, dan prosedur dalam pemungutannya.
Maksud hukum formil adalah untuk melindungi, baik fiskus maupun Wajib Pajak. Jadi untuk
memberi jaminan bahwa hukum materialnya akan dapat diselenggarakan setepat-tepatnya.
Undang-undang pajak yang termasuk hukum formil ialah sebagai berikut:

a) UU No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan Pengganti UU No. 5


Tahubn 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b) UU No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Pajak.
4.4 Prosedur Perhitungan Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 6 ayat 1, besaran tarif pajak PKB
untuk kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagaimana di bawah ini :

a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan
paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda
kurang dari empat dan kendaraan roda empat atau lebih. Sebagai contoh orang pribadi atau
badan yang memiliki satu kendaraan bermotor roda dua, satu kendaraan roda tiga, dan satu
kendaraan bermotor roda empat; masing-masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama
sehingga tidak dikenakan pajak progresif.

c. Kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan atau alamat yang sama.
Selanjutnya pada Pasal 6 ayat 2-4 ditentukan bahwa tarif PKB untuk kendaraan bermotor
angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan
keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, pemerintah daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan
dengan peraturan daearah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan
paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Adapun tarif PKB untuk kendaraan bermotor alat-alat
berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan
paling tinggi sebsar 0,2% (nol koma dua persen).

Dalam hal perhitungan pajak kendaraan bermotor, besaran pokok PKB yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum,
perhitungan PKB adalah sesuai dengan rumus berikut (Darwin, 2010) :

PKB = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x (NJKB x Bobot)


Contoh : Apabila Orang Pribadi memiliki kendaraan roda dua sebanyak 2 (dua) unit dimana
kendaraan pertama merek HONDA dan kendaraan kedua merek SUZUKI dengan NJKB Rp
18.400.000 dan Rp 15.600.000, dan memiliki kendaraan roda empat 1 (satu) unit jenis NISSAN
dengan NJKB Rp 340.000.000. maka perhitungan PKB nya adalah :

Pajak Terutang merk HONDA = 1% x (Rp 18.400.000 x 1,00)


= Rp 184. 000
Pajak Terutang merk SUZUKI = 2% x (Rp 15.600.000 x 1,00)
= Rp 312.000
Pajak Terutang merk NISSAN = 1% x (Rp 340.000.000 x 1,00)
= Rp. 3.400.000
Dari hasil perhitungan PKB di atas diketahui bahwa jumlah pajak terutang yang dibayarkan
untuk satu tahun masa pajak yaitu Rp 3.896.000. Kendaraan merek SUZUKI dikenakan tarif
progresif karena merupakan kepemilikan yang kedua dari jenis kendaraan roda dua, sementara
kendaraan roda empat tidak dikenakan karena merupakan kepemilikan pertama.
4.5 Prosedur Pemungutan Pajak
Syarat pemunguan pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka menurut
Mardiasmo (2016:4) pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum,yakni mencapai keadilan, undang-undang, dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan
pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang
adil dalam pelaksanaannyayakni dengan memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian ( Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdaganngan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgeta,ibriaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
rendah dari hasil pemungutannya.
e. Pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarkat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang
perpajakan yang baru.

Contoh :
1) Bea Materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10%.
3) Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan
menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi).

Teori-teori yang mendukung pemungutan pajak


Menurut Mardiasmo (2016:5) teori yang menjelaskan atau memberikanjustifikasi pemberian hak
kepada negara untuk memungut pajak antara lain :
a. TeoriAsuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta, benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu
rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai sesuatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan)
masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, maka makin tinggi
pajak yag harus dibayarkan.
c. Teori daya pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan
daya pikul masing-masing orang.
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai
warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.
e. TeoriAsasDayaBeli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti
menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara
akan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak dibagi tiga seperti yang diungkapkan oleh Waluyo (2011:17) sebagai
berikut :

a. Sistem Official Assessment


Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment
Syasdtaelamh :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetepan pajak oleh fiskus. Contoh : Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Air
Permukaan (PAP), Pajak Bumidan Bangunan (PBB).
b. Sistem Self Assessment
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus diabayar. Ciri-ciri Self Assessment Syasdtaelamh sebagai
berikut :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada pada wajib pajak sendiri.
2) Wajib pajak bersifat aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai
Barang Mewah (PPNBM), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dan Pajak
Rokok.
c. Sistem With Holding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri With
Holding Systaedmalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

Asas Pemungutan Pajak


Dalam pemungutan pajak didasarkan pada asas-asas tertentu bagi fiskus sehingga dengan asas ini
negara memberi hak kepada dirinya sendiri untuk memungut pajak dari penduduknya, yang pada
hakikatnya memungut dengan paksa (berdasarkan undang-undang) sebagian dari harta yang
dimiliki penduduknya (Devano dan Rahayu, 2006:38). Asas-asas tersebut adalah :

a. Asas Domisili
Pengenaan pajak tergantung pada tempat tinggal (domisili) wajib pajak. Wajib pajak tinggal di
suatu negara maka negara itulah yang berhak mengenakan pajak atas segala hal yang
berhubungan dengan objek yang dimiliki wajib pajak yang menurut undang-undang dikenakan
pajak. Wajib pajak dalam negeri maupun luar negeri yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik penghasilan yang diterima dari
dalam negeri maupun luar negeri, di Indonesia.
b. Asas Sumber
Cara pemungutan pajak yang bergantung pada sumber di mana objek pajak diperoleh.
Tergantung di negara mana objek pajak tersebut diperoleh. Jika di suatu negara terdapat suatu
sumber penghasilan, negara tersebut berhak memungut pajak tanpa melihat wajib pajak itu
bertempat tinggal. Baik wajib pajak dalam negeri maupun luar negeri yang meperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia, akan dikenakan pajak di Indonesia.
c. Asas Kebangsaan
Cara yang berdasarkan kebangsaan menghubungkan pengenaan pajak dengan kebangsaan dari
suatu negara. Asas kebangsaan atau asas nasional adalah asas yang menganut cara pemungutan
pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu negara. Cara ini digunakan untuk
menetapkan pajak objektif. Asas kebangsaan secara negatif muncul dalam bentuk pajak bangsa
asing di Indonesia, yang mewajibkan umumnya setiap orang yang bukan kebangsaan Indonesia
yang bertempat tinggal di Indonesia membayar pajak.

Tata Cara Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2011:160) mengemukakan tentang tata cara
pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :
a. Stelsel nyata (riil stelse)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah
dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya
adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode setelah penghasilan riil diketahui.
b. Stelsel anggapan (fictive stel)sel
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang- undang, sebagai
contoh: penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun
pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan
stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun.
Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada kadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih
besar dari pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya.
Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.

Tata cara pemungutan adalah :


a. Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan
b. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban pajaknya sendiri (Self Assessm), dibayar dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atas Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), dan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
1) SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh
Wajib Pajak atau kuasanya.
2) SPTPD harus disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.
c. Wajib Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah (Official
Assessm),enmtemenuhi kewajiban pajaknya dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain
yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis atau nota perhitungan. Tata
cara Pembayaran dan Penagihan berdasarkan Peraturan Daerah.
1)Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak
yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) oleh
Wajib Pajak.
2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah merupakan dasar penagihanpajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
4) Pajak yang terutang SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang
dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

4.6 Prosedur Pembayaran Pajak

Prosedur bayar pajak kendaraan bermotor atau cara bayar pajak motor tahunan
 Datang ke lokasi Samsat keliling atau gerai Samsat
 Mengisi formulir yang disediakan petugas.
 Menyerahkan formulir serta persyaratan bayar pajak motor (BPKB Asli tidak diserahkan
hanya ditunjukkan).
 Motor yang masih dalam proses kredit/cicilan wajib menyertakan surat pengantar dari
leasing/perusahaan pembiayaan beserta fotokopi BPKB-nya.
 Tunggu panggilan. Petugas loket akan memanggil apabila ada kekurangan berkas. Jika
berkas lengkap, maka petugas loket akan memanggil dan menyerahkan lembar pajak
yang harus di bayar.
 Bayar pajak motor sesuai dengan tarif yang ditentukan.
 Jika terjadi keterlambatan pembayaran pajak motor, harus membayar dendanya terlebih
dahulu.
 Simpan bukti pembayaran untuk ditunjukkan saat mengambil STNK.
 Mengambil STNK yang sudah dibubuhi cap sebagai bukti pengesahan pajak tahunan.

Cara cek pajak kendaraan bermotor

Sebelum bayar pajak kendaraan bermotor di Samsat keliling atau gerai Samsat,
ada baiknya Anda mengecek besaran pajak kendaraan. Sehingga Anda bisa menyiapkan
dana untuk melunasi pajak motor tahunan.
Cara untuk mengecek pajak kendaraan dapat dilakukan melalui website e-samsat.
Berikut langkah-langkahnya:

 Buka link https://e-samsat.id


 Isilah formulir yang berada pada halaman tersebut (Plat, Nomor, Seri, No rangka
dan Provinsi)
 Klik "Cek Sekarang"
 Kemudian akan muncul informasi dan besaran nominal yang harus anda bayar.
Halaman ini akan menyajikan info kendaraan seperti merk, model, tahun, warna,
nomor rangka dan nomor mesin.
 Selain itu, terdapat informasi pajak kendaraan dan PNBP dengan rincian; PKB
POK, PKB DEN, SWDKLLJ POK, SWDKLLJ DEN, PNBP STNK, PNBP
TNKB dan total yang harus dibayarkan dilengkapi dengan tanggal pajak dan
tanggal STNK serta keterangan lainnya.

4.7 Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik
berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat dan alat alat
berat.

1. Objek PKB

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan
bermotor dikecualikan sebagai objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan
atau penguasaan kendaraan bermotor oleh :

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembagalembaga


internasional dengan asas timbal balik.

c. Subjek Pajak lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

2. Subjek pajak kendaraan bermotor dan wajib pajak kendaraan bermotor Subjek pajak
kendaraan bermotor adalah orang pribadi ataubadan yang memiliki dan atau menguasai
kendaraan bermotor.Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi ataubadan yang
memiliki kendaraan bermotor.

3. Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
dihitung sebagai perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:

a. Nilai jual kendaraan bermotor, nilai jual kendaraan bermotor diperoleh


berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.

4. Unsur ini ditentukan berdasarkan faktor-faktor :

a. Isi silinder atau satuan daya.


b. Penggunaan kendaraan bermotor.

c. Jenis kendaraan bermotor.

d. Merek kendaraan bermotor.

e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor.

f. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan.

Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran
lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

5. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor.

Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, untuk memudahkan penghitungan dasar pengenaan
pajak kendaraan bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan. Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor
akan ditinjau kembali setiap tahun.

PKB untuk kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan usia 25 (dua puluh lima) tahun keatas
ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari NJKB yang berlaku. Usia kendaraan
bermotor tersebut dihitung sejak tahun pembuatan/perakitan sampai dengan tahun berkenaan.

Tarif PKB ditetapkan sebesar 1,5 % (satu koma lima persen) kepemilikan pertama untuk
kendaraan bermotor pribadi dan badan; 1,00 % ( satu koma nol persen) untuk kendaraan
bermotor angkutan umum; 0,5 % (nol koma lima persen) untuk kendaraan ambulans,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI dan pemerintah daerah; dan 0,2 % (nol koma dua persen) untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

Kendaraan bermotor bukan umum dan kendaraan bermotor sewa, TNKB warna dasar hitam
dengan tulisan berwarna putih. Kendaraan bermotor umum, TNKB warna dasar kuning
dengan tulisan berwarna hitam. Kendaraan bermotor milik pemerintah, TNKB warna dasar
merah dengan tulisan berwarna putih. Kendaraan bermotor korps diplomatik negara asing
TNKB warna dasar putih dengan tulisan berwarna hitam. Kendaraan bermotor staf operasinal
korps diplomatik negara asing, TNKB warna dasar hitam dengan tulisan berwarna putih dan
terdiri dari lima angka dan kode angka negara dicetak lebih kecil dengan format sub bagian.
Kendaraan Bermotor untuk transportasi dealer (pengiriman dan perakitan ke dealer, atau
dealer ke dealer), TNKB warna dasar putih dengan tulisan berwarna merah.

IV. JADWAL KEGIATAN

5.1. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan

Penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama 2 bulan di mulai pada
tanggal 15 Agustus 2022 sampai dengan 15 Oktober 2022 pada Kantor BAPPENDA Kota
Mataram, dengan waktu kerja untuk hari senin sampai hari jum’at di mulai dari pukul 07.30
WITA sampai pukul 16.00 WITA. Sedangkan untuk hari sabtu dan minggu serta tanggal merah
libur.

5.2 Pelaksanaan PKL


AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi lapangan X

Melengkapi administrasi PKL X

Menunggu surat balasan X

Pembagian Job Desk PKL X

Pelaksanaan PKL X

Pengajuan judul PKL X

Penetapan judul PKL X

Penyusunan proposal X

Konsultasi proposal X

Pengesahan proposal X

Penyusunan laporan X

Konsultasi laporan X

Pengesahan laporan X

Usulan ujian PKL X


DAFTAR PUSTAKA

Ziski Azis dkk, Pepajakan Teori dan Kasus, (Medan: CV Madenatera, 2016), hlm. 1-2 (dapus
fungsi pajak)

Ziski Azis dkk, Pepajakan Teori dan Kasus, (Medan: CV Madenatera, 2016), hlm. 2-3 (dapus
hukum pajak)

Darwin, D. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media. (rumus)

Anda mungkin juga menyukai