Anda di halaman 1dari 18

Perencanaan Penataan Reklame

Written By grandong on Senin, 09 April 2012 | 10.09


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Makassar mendesak Pemerintah Kota (Pemkot)
segera menyiapkan masterplan atau perencanaan penataan reklame. Saat ini pertumbuhan
reklame di Makassar dinilai sudah tidak terkendali dan membuat tata kota menjadi semrawut.
Anggota Komisi C Mudzakkir Ali Djamil mengatakan, saat ini pertumbuhan reklame, baik
dalam bentuk billboard maupun reklame bando, sangat tinggi. Bahkan, hampir setiap hari
selalu ada billboard baru berdiri di jalan-jalan utama dengan berbagai ukuran.
Masterplanbukan hanya mengetahui jumlah pasti titik reklame, tetapi juga agar
penempatannya tidak semrawut.

“Pertumbuhan reklame ini tidak diikuti dengan penataan, jadi semrawut dan jauh dari nilai
estetika. Padahal, reklame ini menjadi salah satu sumber potensi pendapatan daerah.
Seharusnya bisa ditata dengan baik,”ungkapnya, kemarin. Lebih lanjut politikus PKS itu
menilai, Pemkot seakan lepas tangan dan tidak mampu mengendalikan pembangunan
reklame. Kondisi ini dapat dilihat dari begitu mudahnya pengusaha membangun reklame di
sepanjang jalan protokol.

“Bahkan, ada reklame dibangun di median jalan maupun dalam kawasan taman. Pemkot
seharusnya tidak hanya mengejar PAD,”ujar dia. Sekretaris PKS Makassar itu menyebutkan,
harusnya Pemkot dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), Satpol PP, dan Dishub,
bisa saling berkoordinasi untuk segera menertibkan keberadaan reklame.“Titik reklame sudah
harus ditentukan lokasi mana yang boleh dan tidak,”tandasnya.

Sepanjang 2011, sektor reklame memberikan kontribusi pajak Rp16,93 miliar. Sementara
hingga akhir kuartal I/2012, pajak reklame yang dihimpun Pemkot sebesar Rp3,5 miliar.
Tahun ini Dispenda mematok target Rp17 miliar untuk pendapatan pajak reklame itu.
Terdapat 240 titik reklame yang dikelola Dispenda di seluruh wilayah Kota Makassar.
Dengan rincian, 200 titik dalam bentuk billboard. Dispenda mematok estimasi Rp70 juta
untuk target pajak per titik. Sementara itu, Ketua Komisi B Irwan ST menyebutkan, pihaknya
terus mendorong Dispenda mengidentifikasi titiktitik reklame di Makassar. Barubaru ini
Komisi B bersama Dispenda Makassar melakukan studi banding ke Surabaya untuk
mengetahui pengelolaan reklame.

“Mudah-mudahan dari hasil studi banding itu bisa berefek positif terhadap pengelolaan
reklame di Makassar. Bukan hanya dalam hal penghimpunan PAD, tetapi juga orientasi
penataan dilakukan agar tidak semrawut. Masalah masterplan itu saya rasa memang penting.
Nanti kami akan bicarakan teknisnya dengan Dispenda,” ujar dia, kemarin.

Anda sedang membaca artikel Perencanaan Penataan Reklame dan artikel ini url permalinknya adalah
http://hariagstn.blogspot.com/2012/04/perencanaan-penataan-reklame.html
Semoga artikel Perencanaan Penataan Reklame ini bisa bermanfaat.
MAKALAH PAJAK REKLAME

1.1. Pengertian Pajak


Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli. Menurut Usman dan K
Subroto (1980) pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan pengeluaran
umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan pada pembayaran
sedangkan pelaksanaannya dimana perlu dapat dipaksakan. Pajak menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh
penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan
pendapatan,
pemilikan, harga beli barang dan sebagainya. Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara yang menyelenggarakan pemerintahan (R. Santoso Brotodihardjo, 1991). Pajak juga
dapat dipandang dari berbagai aspek. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan
penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan Pajak juga dapat dipandang dari
berbagai aspek. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
Pajak juga sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat. Dari sudut pandang
hukum, pajak merupakan masalah keuangan negara, sehingga diperlukan
peraturanperaturan yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangannegara
tersebut. Dari sudut pandang keuangan, pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam
penerimaan negara. Dari sudut pandang sosiologi ini pajak ditinjau dari segi masyarakat
yaitu yang menyangkut akibat/dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil
apakah yang dapat disampaikan pada msayarakat sendiri (Waluyo dan Wirawan, 2003).
Dari beberapa definisi tentang pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai investasi publik.
1.2. Tujuan dan Fungsi Pajak
Menurut (R. Nurkse, 1971) dalam (Muchlis, 2002) secara umum tujuan yang dapat
dicapai dari diberlakukanya pajak adalah untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi
suatu Negara yaitu:
1. Untuk membatasi komsumsi dengan demikian dapat mentransfer sumber dari komsumsi
ke investasi.
2. Untuk mendorong tabungan dan menanam modal.
3. Untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga
memungkinkan adanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah
sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah.
4. Untuk memodifikasi pola investasi.
5. Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi.
6. Untuk mobilisasi surpulus ekonomi.

1.3. Pajak Daerah


Menurut Undang–undang No.18 Tahun 1987, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud
dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah. Pajak daerah ini terdiri atas:
1. Pajak Daerah tingkat I (Propinsi)
Contoh: Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, bea balik nama kendaraan
bermotor (BBNKB), pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

2. Pajak Daerah tingkat II (Kabupaten/Kota)


Contoh: Pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak hiburan,
pajak pengambilan bahan galian golongan C dan pajak parkir. Dalam pengelolaan
pemungutan pajak daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Menurut
Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah,
menyebutkan jenis-jenis pajak daerah
Kabupaten/Kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel dan Restoran


Adalah pajak atas pelayanan hotel dan restoran. Menurut peraturan daerah No. 3 Tahun
1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran, yang dimaksud dengan Pajak Hotel dan Restoran
adalah pungutan daerah atas pelayanan hotel dan restoran. Subyek pajak hotel dan
restoran adalah orang atau pribadi yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel dan
restoran, sedangkan obyek pajaknya adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di hotel dan restoran. Besarnya tarif pajak adalah adalah 10% dari jumlah
pembayaran.

2. Pajak Hiburan
Adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis
pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk
apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga. Pajak Hiburan dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2001 tentang Pajak Hiburan. Penyelenggara hiburan adalah
orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan baik untuk dan atas nama sendiri
atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. Subyek pajakini adalah
orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan dan objek pajaknya
adalah semua penyelenggaraan hiburan.

3. Pajak Reklame
Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat perbuatan, atau
media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunaan
untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun
untuk mencari perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan
atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari suatu tempat umum kecuali yang
perlukan oleh pemerintah. Subyek pajak ini adalah orang pribadi atau badan hukum yang
menyelenggarakan atau memesan reklame, sedangkan obyek pajak ini adalah semua
penyelenggaraan reklame. Tarif pajak ini ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame.

4. Pajak Penerangan Jalan


Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah
tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Pajak penerangan jalan umum dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2001.
Subyek pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik,
sedangkan obyek pajak ini adalah setiap pengguna tenaga listrik.

5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C


Pajak ini dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1998. Pajak pengambilan
bahan galian golongan C adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan pengambilan bahan galian golongan C. Subyek pajak ini adalah
orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C, sedangkan obyek pajak
ini adalah kegiatan pengambilan bahan galian golongan C. Besarnya tarif pajak ini
ditetapkan sebesar 20% dari dasar pengenaan pajak yaitu nilai jual hasil pengambilan bahan
galian golongan C.

6. Pajak Permanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan


Pajak ini adalah pajak atas setiap pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Subyek
pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang mengambil dan atau pemanfaatan air bawah
tanah dan air permukaan, sedangkan objek pajak ini adalah pengambilan air bawah tanah
dan air permukaan. Besarnya tarif pajak ini ditetapkan sebesar 20% dari nilai perolehan air.

7. Pajak Parkir
Adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh
orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

1.4. Pengertian Pajak Reklame


Pajak reklame adalah salah satu pajak daerah dan salah satu sumber pendapatan asli daerah
yang menunjukkan posisi strategis dalam hal pendanaan pembiayaan daerah. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menurut pasal 79 UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah
adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Hasil pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Bagian laba BUMD
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman daerah
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa PAD adalah bagian dari pendapatanVdaerah yang
salah satunya bersumber dari pajak.VDapat dijelaskan bahwa pajak reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Penyelenggara reklame adalah orang atau badan yang
menyelenggarakan reklame, baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama
pihak lain yang menjadi tanggungannya. Obyek pajak reklame sebagaimana dimaksud
adalah Reklame Megatron, Bilboard, Papan Nama, Baliho, Kain, Melekat/Stiker/Poster,
Selebaran, Berjalan, Udara, Film/Slide.

GAMBARAN KASUS ATAU FAKTA


Kehadiran reklame selalu didekati dari 3 bentuk kepentingan yaitu pertama; reklame
sebagai penyumbang pendapatan daerah (fungsi budgetair), kedua; reklame sebagai
elemen estetika perkotaan (fungsi regulerend) dan ketiga; reklame sebagai komoditi bisnis
bagi para pengusaha. Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR),
besar kecilnya NSR dipengaruhi oleh lokasi Penempatan Reklame yang dibedakan
berdasarkan tarif kelas jalan. Semakin strategis titik/letak pemasangan reklame maka tarif
kelas jalannya semakin tinggi/mahal, dengan pertimbangan manfaat yang diperoleh si
penyelenggara reklame semakin tinggi, khususnya terkait dengan jangkauan pangsa pasar
dan sasaran konsumen yang dituju dari produk yang di promosikan tersebut.
Sebagai contoh lokasi penempatan reklame di Jl. Sudirman – Thamrin (kelas jalan
Protokol A) menempati tarif kelas jalan tertinggi yaitu Rp. 15.000,- / m2 / hari. Terhadap
penyelenggaraan reklame selain dipungut Pajak Reklame juga terdapat kewajiban untuk
melakukan pembayaran uang jaminan pembongkaran reklame sebesar Rp.5.000 per m 2
minimal 2 m2, diterapkannya pemungutan uang jaminan pembongkaran reklame ini
bertujuan untuk biaya pelaksanaan pembongkaran reklame oleh Pemerintah Daerah pada
kondisi reklame yang sudah habis masa izin tetapi tidak dilakukan perpanjangan izin
penyelenggaraannya dan tidak dilakukan pembongkaran oleh pemilik/penyelenggara
reklame tersebut.
PT. SAMPOERNA melakukan penyelenggaraan reklame rokok dengan ukuran 15 x 15
m di Jl. Jenderal Sudirman, reklame dibangun sejak tanggal 1 Januari 2010 dan pengurusan
perizinan baru dilaksanakan pada bulan April 2010 dengan SKPD Pajak Reklame tanggal 1
Mei 2010, diketahui tarif kelas jalan tersebut Rp.15.000/m2 per hari dan jumlah hari
setahun adalah 365 hari. Di samping itu PT. Sampoerna juga melakukan pemasangan
Reklame Rokok pada Kendaraan Operasional milik perusahaan dengan ukuran 2 x 1,5 m2
(Kendaraan tersebut beroperasi di seluruh kelas jalan di DKI Jakarta) dan melakukan
pemasangan reklame pada Kendaraan Umum (Bus) route Blok M – Kota dengan ukuran 3 x
1,5 m. ( catatan : NSR Reklame berjalan/kendaraan Rp. 5000,- / m2 / hari ).

PERMASALAHAN
Berdasarkan penjelasan di atas, hal-hal yang akan di bahas mengenai pajak reklame
adalah sebagai berikut:
1. Hitung berapa kewajiban Pajak Reklame yang harus dibayar oleh PT. SAMPOERNA jika masa
penyelenggaraan reklame sampai dengan 30 April 2011, termasuk sanksi administrasi
berupa bunga dan kenaikan pajak.
2. Perlakuan pemajakan apa yang diterapkan dalam rangka mengakomodir ketiga kepentingan
dalam penyelenggaraan reklame sebagaimana mukadimah di atas.
3. Pada tanggal 1 Mei 2011 PT. SAMPOERNA tidak melakukan perpanjangan izin reklame dan
tidak melakukan pembongkaran reklame tersebut dengan pertimbangan pembongakaran
reklame akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah mengingat saat melakukan pembayaran
Pajak Reklame PT SAMPOERNA juga telah melakukan pembayaran uang jaminan bongkar
reklame sebesar Rp.5.000 x 225 m2 atau sebesar Rp.1.125.000,-, karena kendala birokrasi,
bangunan reklame baru dilakukan pembongkaran oleh aparat Pemerintah Daerah pada
tanggal 1 Juli 2011, dari kasus tersebut uraikan pendapat saudara :

a. Bagaimana perlakukan pemajakan atas reklame yang masih terpasang dari tanggal 1
Mei 2011 sampai dengan tanggal 1 Juli 2011 ?

b. Apakah dapat diterbitkan SKPDKB atas reklame tersebut, dan hitung SKPDKB Pajak
Reklamenya.

c. Langkah apa yang harus ditempuh oleh Penyelenggaran Reklame atas diterbitkannya
SKPDKB tersebut, jika dilakukan permohonan keberatan, uraikan mekanismenya dan
penjelasan pertimbangan pengajuan keberatan tersebut ?

d. SKPDKB yang telah diterbitkan akan tetap menjadi piutang pajak daerah sebelum
dilakukan pembayaran oleh Wajib Pajak, Langkah dan upaya serta kebijakan apa
yang harus ditempuh agar kasus Reklame PT. SAMPOERNA ini tidak terulang lagi
pada masa yang akan datang.
4. Hitung berapa kewajiban pajak Reklama pada Kendaraan Operasional dan Kendaraan
Umum tersebut dan uraikan Analisas Saudara terhadap penetapan NSR Reklame kendaraan
sebesar Rp. 5.000,- / m2 / hari dikaitkan dengan asas manfaat bagi wajib Pajak dan Azas
keadilan dalam pemungutan pajak yang Saudara ketahui.
PERATURAN TERKAIT

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Ketentuan Umum Pajak Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah
Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib
Pajak

PEMBAHASAN KASUS

1. Jelaskan pengertian Pajak Reklame, komponen apa yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) Pajak Reklame dan hitung berapa kewajiban Pajak Reklame yang harus dibayar oleh
PT. SAMPOERNA jika masa penyelenggaraan reklame sampai dengan 30 April 2011,
termasuk sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan pajak.
Jwb:

Perhitungan Pajak Reklame yang terutang :

Perhitungan waktu penyelenggaraan reklame PT SAMPOERNA :

1 Januari 2010 April 2010 30 April


2010
Pengurusan izin reklame

1 Mei 2010
Terbit SKPD

Reklame tanpa izin Penyelenggaraan reklame dengan izin

Kewajiban Pajak Reklame yang harus dibayar oleh PT SAMPOERNA adalah sebagai berikut :
o Reklame yang lebih dahulu terpasang sebelum permohonan izin
( 1 Jan s/d April 2010 = 120 hari)
Luas reklame = 15 m x 15 m = 225 m2
Tarif Kelas Jalan = Rp. 15.000/m/hari
Pokok Pajak :
25% X (225M2 X Rp.15.000 X 120 hari) = Rp. 101.250.000
Tambahan karena reklame rokok:
25% X Rp. 101.250.000 = Rp. 25.312.500
Pokok Pajak terutang = Rp. 126.562.500

o Denda karena tidak melakukan perizinan reklame:


25%X Rp. 126.562.500 = Rp. 31.640.625
Sanksi bunga keterlambatan:
2% x 4 bulan x Rp. 126.562.500 = Rp. 10.125.000
Jumlah pajak terutang = Rp. 168.328.125

o Reklame untuk periode 1 Mei 2010 s/d 30 April 2011


Pokok Pajak :
25% X(225M2X Rp.15.000 X 365 hari) = Rp. 307.968.750
Tambahan karena reklame rokok:
25%X Rp. 307.968.750 = Rp. 76.992.188
Pokok Pajak terutang = Rp. 384.960.938

Jadi, Total Pajak Reklame PT SAMPOERNA :


(Rp. 168.328.125 + Rp. 384.960.938) = Rp. 553.289.063
Uang Jaminan Pembongkaran Reklame
(225 m2 X Rp. 5000) = Rp. 1.125.000

2. Perlakuan pemajakan apa yang diterapkan dalam rangka mengakomodir ketiga kepentingan
dalam penyelenggaraan reklame sebagaimana mukadimah di atas.
Jwb:

Tiga kepentingan dalam pengenaan pajak reklame :

- Kepentingan Pemerintah Daerah


Dalam hal fungsi budgeter, yaitu memenuhi anggaran pendapatan daerah dari sektor
penerimaan pajak rekalame.
- Kepentingan dalam hal fungsi regulerend
Yaitu fungsi mengatur, dimana dalam hal ini diatur tentang tata letak yang dapat menunjang
keindahan kota dan melihat aspek keamanan masyarakat. Mengenai keindahan kota diatur
oleh Dinas Tata Kota setempat dan mengenai aspek keamanan, sebelum reklame dipasang
terlebih dahulu melalui izin konstruksi.
- Kepentingan dalam hal fungsi bisnis pengusaha
Kepentingan ini berhubungan dengan pengusaha untuk memasarkan produknya pada titik-
titik tertentu (titik strategis).
Perlakuan-perlakuan perpajakan yang secara khusus ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dalam rangka mengakomodir kepentingan budgetair, regulerend dan bisnis
dalam penyelenggaraan reklame di DKI Jakarta diantaranya adalah:
 Kompensasi Titik Reklame
 Penetapan White Area
 Perizinan Penyelenggaraan Reklame
 Lelang Titik Reklame
 Tarif Pajak Reklame untuk Reklame Tertentu

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka
mengakomodir kepentingan budgetair, regulerend dan bisnis dalam penyelenggaraan
reklame di DKI Jakarta diantaranya adalah:
 Akurasi data
 Pengawasan
 Law Enforcement
 Sumber Daya Manusia
 Koordinasi dengan Pihak Lain
 Meningkatkan Tarif Kelas Jalan
 Pelayanan
 Sosialisasi

3. Pada tanggal 1 Mei 2011 PT. SAMPOERNA tidak melakukan perpanjangan izin reklame dan
tidak melakukan pembongkaran reklame tersebut dengan pertimbangan pembongakaran
reklame akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah mengingat saat melakukan pembayaran
Pajak Reklame PT SAMPOERNA juga telah melakukan pembayaran uang jaminan bongkar
reklame sebesar Rp.5.000 x 225 m2 atau sebesar Rp.1.125.000,-, karena kendala birokrasi,
bangunan reklame baru dilakukan pembongkaran oleh aparat Pemerintah Daerah pada
tanggal 1 Juli 2011, dari kasus tersebut uraikan pendapat saudara :

a. Bagaimana perlakukan pemajakan atas reklame yang masih terpasang dari tanggal 1
Mei 2011 sampai dengan tanggal 1 Juli 2011 ?

b. Apakah dapat diterbitkan SKPDKB atas reklame tersebut, dan hitung SKPDKB Pajak
Reklamenya.

c. Langkah apa yang harus ditempuh oleh Penyelenggaran Reklame atas diterbitkannya
SKPDKB tersebut, jika dilakukan permohonan keberatan, uraikan mekanismenya dan
penjelasan pertimbangan pengajuan keberatan tersebut ?
d. SKPDKB yang telah diterbitkan akan tetap menjadi piutang pajak daerah sebelum
dilakukan pembayaran oleh Wajib Pajak, Langkah dan upaya serta kebijakan apa
yang harus ditempuh agar kasus Reklame PT. SAMPOERNA ini tidak terulang lagi
pada masa yang akan datang.
Jwb:

A. perlakukan pemajakan atas reklame yang masih terpasang


STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

STPD diterbitkan apabila :

a) Pajak dalam tahun berjalan tidak/atau kurang dibayar;


b) STPD terdapat kurang bayar akibat salah tulis/salah hitung;
c) SPKD stelah jatuh tempo;
d) Sanksi bunga 2% minimal 15 bulan.
Penagihan dimulai dengan ST, SP, dan surat lain yang sejenis.

Perlakukan pemajakan atas reklame yang masih terpasang dari tanggal 1 Mei 2011 sampai
dengan tanggal 1 Juli 2011 terutang pajak dengan perhitungan:

Pokok Pajak = 25% x (15x15x 15.000) x 62 Hari = Rp. 52.312.500

B. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun
2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah, BAB V PENAGIHAN, Bagian Kesatu, STPD,
o Pasal 16
a. Gubernur dapat menerbitkan STPD apabila :
a) pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b) dari hasil penelitian SPTPD, terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan
atau salah hitung;
c) Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b. ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap
bulan untuk jangka waktu paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak.
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan, dan ditagih
melalui STPD.
o Pasal 17
1) Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak yang terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.
2) Penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1). dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
3) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, sekurang-kurangnya
memuat :
a) nama wajib pajak dan/atau penanggung pajak;
b) besarnya utang pajak;
c) perintah untuk membayar;
d) jangka waktu pelunasan utang pajak.
4) Dalam rangka pelaksanaan penagihan, dapat meminta bantuan kepada aparat penegak
hukum lain.

Jadi, karena
PT SAMPOERNA tidak melakukan perpanjangan izin reklame dan tidak melakukan
pembongkaran reklame tersebut, maka pihak Pemerintah Daerah menerbitkan SKPDKB
untuk periode 1 Mei 2011 s/d 1 Juli 2011 sebesar

Luas = 15 x 15m = 225m


Tarif kelas jalan = 15.000/m/hari
Jangka waktu = 62 hari (1 Mei s/d 1 Juli 2011)
DPP = NSR = 225 x 62 x 15.000 = 209.250.000
Pajak Reklame = 25% x 209.250.000 = 52.312.500
Pajak Tambahan untuk Rokok
25% x 52.312.500 = 13.078.125
Jumlah Pajak terutang = 65.390.625
Denda = 2% x 2bulan x 65.390.625 = 2.615.625
Total yang harus dibayar = 68.006.250
C. Keberatan ini diajukan karena birokrasi pelaksanaan pembongkaran reklame oleh pihak
pemerintah daerah yang memakan waktu yang cukup lama, maka hal tersebut
menyebabkan kerugian pihak PT. Sampoerna yang diharuskan membayar pajak terhutang
beserta sanksi selama pembongkaran belum terlaksana.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2010
tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah
o Pasal 31 mengenai Keberatan:
(2) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk atas suatu:
a) SPPT; (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang)
b) SKPD; (Surat Ketetapan Pajak Daerah)
c) SKPDKB;(Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar)
d) SKPDKBT;(Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan)
e) SKPDLB;( Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar)
f) SKPDN; Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil)
g) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan.Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas, dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran
ketetapan pajak tersebut.
(3) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan
yang jelas.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal diterimanya
surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali apabila Wajib Pajak
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaannya.
(5) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui Wajib Pajak.
(6) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3),
dan (4), tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(7) Tanda penerimaan surat Keberatan yang diberikan oleh Gubernur atau Pejabat yang
ditunjuk atau tanda pengiriman surat Keberatan melalui pos tercatat sebagai tanda bukti
penerimaan surat Keberatan.
(8) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

o Pasal 34
(1) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Gubernur atau
pejabat yang ditunjuk tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
(4) Dalam hal Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Surat Keputusan Keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.

Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan
Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak,
atau menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala
Daerah tidak member suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian
atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan.
D. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh PT SAMPOERNA agar kesalahan yang serupa
tidak terulang :
- Pihak PT SAMPOERNA menyampaikan pemberitahuan tidak memperpanjang reklame
tersebut kepada Dinas terkait;
- Apabila setelah masa reklame telah selesai, PT SAMPOERNA melakukan pembongkaran
reklame tersebut sendiri.
4. Hitung berapa kewajiban pajak Reklame pada Kendaraan Operasional dan Kendaraan
Umum tersebut dan uraikan Analisas Saudara terhadap penetapan NSR Reklame kendaraan
sebesar Rp. 5.000,- / m2 / hari dikaitkan dengan asas manfaat bagi wajib Pajak dan Azas
keadilan dalam pemungutan pajak yang Saudara ketahui.
Jwb:

Jenis Kendaraan = Bis Kota

Luas Reklame = 3 x 1,5m = 4,5m

Lokasi = Blok M – Kota

Pajak Reklame terutang = 25% x (5.000 x 635 x 4,5) = 2.035.125

Jenis Kendaraan = Operasional

Luas Reklame = 2 x 1,5m = 4m

Lokasi = Seluruh jalan

Pajak Reklame terutang = 25% x (5.000 x 635 x 4,5) = 2.035.125

Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR), besar kecilnya NSR
dipengaruhi oleh lokasi Penempatan Reklame yang dibedakan berdasarkan tarif kelas jalan.
Semakin strategis titik / letak pemasangan reklame maka tarif kelas jalan nya semakin
tinggi/mahal, dengan pertimbangan manfaat yang diperoleh si penyelenggara reklame
semakin tinggi, khususnya terkait dengan jangkauan pangsa pasar dan sasaran konsumen
yang dituju dari produk yang di promosikan tersebut.

Untuk pengenaan nilai sewa reklame berjalan atau kendaraan tidak berdasarkan lokasi
penempatannya. Nilai sewa reklame untuk jenis reklame berjalan atau kendaraan hanya
mengacu kepada jangka waktu penyelenggaraan dan ukuran media reklamenya saja dan
tidak membedakan tarif kelas jalan, hal ini dikarenakan reklame tidak berdiam disuatu
lokasi.

Penetapan tarif kelas jalan reklame berjalan atau kendaraan bersifat flat atau
disamaratakan. Besaran nilai sewa tidak mengacu kepada lokasi penempatan sebagai
penentu kelas jalan atau domisili sebagai dasar dari pengenaan pajaknya serta tidak meihat
trayek yang dilalui oleh kendaraan tersebut. Sehingga penyelenggara reklame berjalan
kendaraan dapat leluasa melintasi jalan di Jakarta termasuk melewati titik-titik strategis
untuk promosi.

Diposkan oleh Lutfia Gunarto di 8:28:00 PM

Anda mungkin juga menyukai