Anda di halaman 1dari 22

Jasa Konsultasi Studi Kelayakan

2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

4.1. Pendekatan
4.1.1. Pengertian Tempat Pengolahan Akhir
TPA merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk tempat
pengolahan akhir sampah. Pada TPA sistem sanitary landfil, sampah yang
diolah akan ditimbun merata secara berlapis, kemudian dipadatkan dan
ditutup dengan tanah dan material lain pada akhir hari operasi
(Tchobanolous dkk., 1993). Sampah yang ditimbun di TPA akan
mengalami reaksi fisik, kimia dan biologi secara bersama sama serta
saling berhubungan melalui proses dekomposisi sampah yang kemudian
akan menghasilkan gas landfill (CO2, CH4, H2S) dan cairan lindi sampah
(leachate). Leachate menjadi hal yang penting dalam pengelolahan dan
pengoperasian TPA karena memiliki sifat mudah bereaksi dengan air,
tanah maupun udara sehingga dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Sedangkan gas landfill yang terbenttuk akan meningkatkan
tekanan internal TPA yang mengakibatkan terjadi self combustion dan
keretakan dan bocornya tanah penutup.
Untuk menminimalkan resiko lingkungan tersebut, maka penentuan
lokasi TPA harus memnuhi syarat syarat kelayakan lingkungan. Menurut
Rahman dkk. (2008), penentuan lokasi TPA harus memperhatikan karteristik
lokasi, kondisi sosial ekonomi masyarakat, ekologi dan faktor pengunaan
lahan. Rahmatiyah (2002) menjelaskan lebih rinci bahwa pemilihan loksi
TPA perlu mempertimbangkan tiga hal penting yaitu :
a. Pertimbangan operasional. Secara operasional TPA memerlukan
lahan yang cukup untuk menahan segala jenis sampah dan

Laporan Pendahuluan IV-1


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

zonesi ketersediaan lahan harus memperhatikan rencan regional


serta aksebilitas (keterjangkauan).
b. Pertimbangan ekologi, yang perlu diperhatikan adalah
keberlanjutan lokasi TPA setelah tidak dipergunakan lagi.
c. Pertimbangan topogragi, geologi dan hidrologi, lebih mengarah
pada aspek persyaratan fisik lahan misalkan bentuk relief atau
topografi dapat dipilih lokasi lokasi yang bebas dari bahaya
banjir dan erosi dan berdasarkan aspek hidrologi, lokasi TPA
harus mencemari tanah.
Di Indonesia penentuan lokasi TPA berdasrkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-3241-1994 yang membagi kriteria pemilihan lokasi TPA
menjadi tiga, yaitu (a) kelayakan regional untuk menentukan zone layak
atau tidak layak, (b) kelayakan penyisih untuk menentukan tingkat
kesesuaian dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada
penilaian tahap pertama, dan (c) kelayakan rekomendasi untuk menetapkan
lokasi TPA dapat dilakukan dengan menggunakan SIG dan telah banyak
diaplikasikan (Azizi, 2008). Lunkapis (2004), mendefinisikan SIG sebagai
sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan ,
menyimpan , mengintegerasikan memanipulasi, menganalisa dan
menampilkan data bereferensi geografis, sebagai alat bantu pengambilan
keputusan dalam perencanaandan pengelolahan penggunaan lahan, sumber
daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya. Setiawan (2010), menjelaskan bahwa aplikasi SIG untuk penentuan
lokasi TPA dilakukan dengan memanfaatkan beberapa fasilitas yang dimiliki
oleh SIG, yaitu perhitungan (calculating), pengharkatan (scorring), tumpang
susun (overlay), distance modelling (buffer), transformasi , penyederhanaan
(dissolve) dan generalisasi.

Laporan Pendahuluan IV-2


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

4.1.2. Kriteria Pemilihan Lokasi


1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk
menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut :
1) Kondisi geologi
a) Tidak berlokasi di zona holocene fault ;
b) Tidak boleh di zona bahaya geologi;
2) Kondisi hidrogeologi
a) Tidak boleh memiliki muka air tanah kurang dari 3
meter
b) Tidak boleh kelulusan lebijh besar dari 10-6 cm/detik
c) Jarak dari sumber air minum harus lebih besar dan 100
meter di hilir aliran
d) Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria -
kriteria tersebut diatas, maka harus dimasukkan
masukan teknologi
3) Kemiringan zona harus kurang dari 20%
4) Jarak dan lapangan terbang harus lebih besar dan 3000
meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar
dan 1500 meter untuk jenis lain
5) Tidak boleh pada daerah lindung /cagar alam dan daerah
banjir dengan periode ulang 25 tahun

2. Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih


lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah
dengan kriteria berikut :
1) Iklim
a) Hujan : intensitas hujan makin kecil dinilai makin
baik

Laporan Pendahuluan IV-3


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

b) Angin : arah angin dominan tidak menuju ke


pemukiman dinilai makin baik
2) Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin banyak
3) Lingkungan biologis :
a) Habitat : kurang bervariasi , dinilai makin baik;
b) Daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora
dan fauna, dinilai makin baik;
4) Kondisi tanah
a) Produktifitas tanah : tidak produktif dinilai lebih
tinggi
b) Kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih
banyak dan lebih lama dinilai lebih baik
c) Ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah
penutup yang cukup, dinilai lebih baik
d) Status tanah : makin bervariasi dinilai lebih baik
5) Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai
makin baik
6) Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai
makin baik
7) Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai
makin baik
8) Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai makin
baik
9) Estetika : semakin tidak terlihat dan luar dinilai semakin
baik
10) Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan
sampah ( perr m3/ton) dinilai semakin baik;
Parameter bobot dan penilaian tersebut dapat dilihat dalam tabel;

Laporan Pendahuluan IV-4


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

TABEL 1
PARAMETER PENYISIH

NO PARAMETER BOBOT NILAI


I UMUM
1 Batas administrasi 5
- Dalam batas administrasi 10
- Di luar batas administrasi tetapi
dalam satu sistem pengelolaan TPA 5
sampah terpadu
- Di luar batas administrasi dan di luar 1
sistem pengelolaan TPA sampah
terpadu 1
2. - Di luar batas administrasi
Pemilik hak ats tanah 3 10
- Pemerintah daerah/pusat 7
- Pribadi (satu) 5
- Swasta/ perusahaan (satu) 3
- Lebih dan satu pemilik hak dan atau
status kepemilikan 1
3. - Organisai sosial atau agama
Kapasitas Lahan 5 10
- > 10 tahun 8
- 5 tahun 10 tahun 5
- 3 tahun 5 tahun 1
4. - Kurang dari 3 tahun
Jumlah pemilik tanah 3 10
- Satu (1) KK 7
- 2-3 KK 5
- 4-5 KK 3
- 6-10 KK 1

Laporan Pendahuluan IV-5


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

5. - Lebih dari 10 KK
Partisipasi masyarakat 3 10
- Spontan 5
- Digerakkan 1
- Negoisasi

II LINGKUNGAN FISIK
1. Tanah (diatas muka air tanah) 5 10
- Harga kelulusan < 104 cm/det
- Harga kelulusan 104cm/det 106 7
cm/det
- Harga kelulusan > 106 cm/det Tolak 3
(kecuali ada masukan teknologi)
2. Air Tanah 5
- 10 m dengan kelulusan < 104 cm/det 10
- < 10 m dengan kelulusan < 104 cm/det 8
- 10 m dengan kelulusan < 104cm/det 3
106 cm/det
- < 10 m dengan kelulusan< 104cm/det 1
106 cm/det
Sistem aliran Tanah 3
3. - Discharge area lokal 10
- Recharge area dan discharge area 5
lokal 1
- Recharge area lokal dan regional
Kaitan dengan pemafaatan lahan 3
4. - Kemungkinan pemanfaatan rendah 10
dengan hidrolis
- Diproyeksikan untuk dimanfaatkan 5

Laporan Pendahuluan IV-6


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

dengan batas hidrolis


- Diproyeksikan untuk dimanfaatkan 3
tanpa batas hidrolis
Bahaya Banjir 2
5. - Tidak ada bahaya banjir 10
- Kemungkinan banjir >25 tahun 5
- Kemungkinan banjir <25 tahun tolak ( 1
kecuali ada masukan teknologi)
Tanah Penutup 4
6. - Tanah penutup cukup 10
- Tanah penutup cukup sampai umur 5
pakai
- Tidak ada tanah penutup 1
Intensitas hujan 3
7. - Dibawah 500 mm per tahun 10
- Antara 500 mm 1000 mm per tahun 5
- Diatas 1000 mm per tahun 1
Jalan menuju lokasi 5
8. - Datar dengan kondisi baik 10
- Datar dengan kondisi buruk 5
- Naik/turun 1
Transportasi sampah (satu jalan) 2
9. - Kurang dari 15 menit dari centroid 10
sampah
- Kurang dari 15 menit 30 menit 8
- Antara 31 menit 60 menit 3
- Leih dari 60 menit dari centroid 1
sampah 4
Jalan Masuk 10

Laporan Pendahuluan IV-7


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

10. - Truk samapah tidak melalui daerah


pemukiman
- Truk sampah melewati daerah 5
pemukiman berkepadatan sedang
(<300 jiwa/ha)
- Truk sampah melewati daerah 1
pemukiman berkepadatan tinggi
(>300 jiwa/ha) 3
Lalu Lintas
11. - Terletak 500 m dari jalan umur 10
- Terletak < 500 m dari jalan lalu lintas 8
rendah
- Terletak < 500 m dari jalan lalu lintas 3
sedang
Tata Guna Lahan 5
12. - Mempunyai dampak sedikit terhadap 10
tata guna lahan disekitar
- Mempunyai dampak sedang terhadap 5
tata guna lahan disekitar
- Mempunyai dampak besar terhadap 1
tata guna lahan disekitar
Pertanian 3
13. - Berlokasi di lahan tidak produktif 10
- Tidak ada dampak pada pertanian 5
sekitar 1
- Berlokasi di pertanian produktif
Daerah Lindung cagar alam 2
14. - tidak ada daerah lindung cagar alam 10
disekitarnya

Laporan Pendahuluan IV-8


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

- terdapat daerah lindung cagar alam 1


disekitarnya yang tidak terkena
dampak negatif
- terdapat daerah lindung cagar alam 1
disekitarnya yang tidak dampak
negatif
Biologis 3
- Nilai habitat yang rendah 10
15. - Nilai habitat yang tinggi 5
- Habitat kritis 1
Kebisingan dan bau 2
- Terdapat zona penyangga 10
16. - Terdapat zona penyangga yang 5
terbatas 1
- Tidak terdapat penyangga 2
Estetika 10
17. - Operasi pertimbunan tidak terlihat
dari luar 5
- Operasi pertimbunan sedikit terlihat
dari luar 1
- Operasi pertimbunan terlihat dari luar

3. Kriteria penetapan yaitu kriteria yang digunakan oleh instansiyang


berwenang untuk menyetujui dan menetapkan loksi terpilih sesuai
dengan kebijaksanaan instansi berwenang setempat dan ketentuan
berlaku
4. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan sebagai berikut:
1) Tahap regional yaitu peta dasar skala 1 : 25.000yang berisi

Laporan Pendahuluan IV-9


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

(1) Centroid sampah yang terletak di wilayah tersebut


(2) Kondisi hidrogeologi
(3) Badan badan air
(4) TPA sampah yang ada
(5) Pembaangunan zona zona :
a. Zona 1 = zona tak layak
b. Zona 2 = zona layak untuk TPA sampah kota :
2) Tahap penyisih yaitu rekomendasi lokasi TPA sampah
(1) Peta potensi calon calon yang potensial
(2) Peta detail berskala 1 : 25000 dan setidaknya 2 lokasi
yang terbaik.
3) Tahap penetapan yaitu keputusan penetapan lokasi TPA
sampah kota
5. Cara Pengerjaan
1) Pelajari data sekunder yang terdiri dari
(1) Peta topografi dengan skala 1:25000 untuk pengamanan
regional
(2) Geologi lingkungan yaitu pengamatan sebaran tanah
dan buatan , struktur geologi, ketebalan tanah penutup,
sifat fisik kimiawi dan keteknikan tanah
(3) Hidrogeologi yaitu kedalaman muka air tanah ,
kelandaian air tanah bebas, pola pengeringan air
permukaan , lokasi mata air, kelulusan
(4) Bencana alam yaitu gerakan tanah, banjir, gempa,
bahaya gunung api
(5) Peta administratif, bersifat batas dengan skala 1: 25000
(6) Peta kepemilikan tanah skala 1: 25.000
(7) Peta tata guna tanah, skala 1: 25.000
(8) Data iklim

Laporan Pendahuluan IV-10


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

2) Pelajari dan analisa data primer sesuai dengan kriteria yang


dibutuhkan
3) Buatlah pemetaan, skala 1:25000
4) Takutkan identifikasi lokasi potensial
5) Pilihan lokasi TPA sampah yang terbaik

4.2. Metode Penyusunan


Untuk Pembuatan Feasibility Study TPA Sampah di Kabupaten
Pasuruan, maka konsultan harus menentukan metode studi yang jelas,
benar, dan akurat untuk mencapai tujuan dan ruang lingkup materi proyek.
Pengambilan data primer bila diperlukan harus dilakukan dengan metode
yang tepat, sedangkan untuk pengambilan data sekunder melalui studi
literatur harus disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, dan
lingkungan Kabupaten Pasuruan serta memperhatikan karakteristik dan
sistem pengelolaan sampah Kabupaten Pasuruan.

4.2.1. Tahap pendataan dan identifikasi


Identifikasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi TPA,
potensi dan permasalahan yang dihadapi. Secara umum, dampak yang
ditimbulkan akibat adanya TPA adalah :
A. Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat
dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga

Laporan Pendahuluan IV-11


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya


kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) juga cukup
berpotensi untuk berkembang akibat dari proses pembusukan yang
menghasilkan gas ataupun juga dari proses pembakaran incinerator
yang juga menghasilkan gas sisa pembakaran.
B. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah akan mencemari air, baik air permukaan
maupun air tanah.Penguraian sampah yang masuk ke dalam badan air,
baik terbawa oleh aliran air hujan maupun yang meluber ke badan air,
akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat
meledak seperti yang terjadi baru-baru ini seperti yang diuraikan dalam
latar belakang KAK.
C. Dampak terhadap sosial dan ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat sekitar : bau tidak sedap
dan pemandangan yang buruk karena timbunan sampah yang
menggunung apalagi di saat musim hujan tiba. Hal ini akan memberikan
dampak negatif terhadap kepariwisataan.
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Yang terpenting adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan

Laporan Pendahuluan IV-12


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya


produktivitas).

D. Biaya operasional tinggi


Pengolahan sampah membutuhkan dana untuk biaya operasi dan biaya
pemeliharaan yang cukup besar. Dana tersebut selain untuk operasional
UPL (Unit Pengolah Limbah) juga untuk operasional dan pemeliharaan
alat berat yang dipergunakan, terutama untuk operasional sanitary
landfill yang mana harus menyediakan tanah urug untuk lapisan
penutup. Terbatasnya dana untuk pengelolaan TPA sering menyebabkan
proses pengolahan sampah menjadi tidak optimal.

Idetifikasi dilakukan dengan 2 metode yaitu dengan pengumpulan


data primer yang dilakukan di lapangan secara langsung di lapangan dan
data sekunder yang didapat dari instansi terkait. Data ini akan dievaluasi
dan dianalisa serta mereview Studi rancangan TPA Wonokerto yang sudah
ada.
Identifikasi dan pengumpulan data juga dilakukan pada lokasi
terpilih, untuk mendapatkan data pengelolaan sampah dan survey
pengukuran lahan TPA, pengukuran topografi, analisa kondisi tanah, air
tanah, sosial ekonomi dan data lain yang relevan
Untuk identifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan mengkaji
studi-studi persampahan yang telah dilakukan maupun menampung
aspirasi dan apresiasi yang muncul dengan melibatkan antara lain :
o Masyarakat yang terkait dengan sektor formal (Masyarakat, Industri,
Asosiasi Profesi, LSM)
o Masyarakat yang terkait dengan sektor informal (Paguyuban
pemulung, dll)
o Masyarakat perguruan tinggi (Akademisi, Peneliti)

Laporan Pendahuluan IV-13


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

o Masyarakat birokrasi (Dinas/Instansi terkait)


Tahap pendataan dan identifikasi ini meliputi:
a. Penyusunan rencana kerja
Rencana kerja disusun berdasarkan target pencapaian hasil tiap tahap
kegiatan. Persiapan administratif berupa surat ijin survei, penyiapan
tabulasi data yang dibutuhkan, dan penyusunan daftar pertanyaan
untuk kuisioner dan wawancara.
b. Survei dan pendataan
Survei dilakukan untuk mendapatkan data-data informasi baik primer
maupun sekunder serta menguji data-data informasi tersebut yang
dilakukan dengan:
- survei lapangan dilakukan dengan pengamatan lapangan,
pencatatan, pengukuran, pembuatan dokumentasi, interview, tatap
muka, dan tanya jawab. Survei dilakukan untuk mengetahui lokasi
perencanaan, pola pengunaan lahan, utilitas yang tersedia,
teknologi pengolahan sampah yang sedang dan telah dilakukan,
dan kondisi sosial budaya ekonomi masyarakat sekitar dikaitkan
dengan perencanaan TPA Sampah.
- survei instansional, dengan melakukan koordinasi atau diskusi
dengan nara sumber dari instansi yang berwenang terkait dengan
perencanaan TPA Sampah.
Sedangkan untuk pendataan, terdapat 3 (tiga) teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
- Interview / wawancara terhadap pihak-pihak yang
berkompetenseperti aparat pemerintah, RW, RT, tokoh
masyarakat,atau pihak-pihak lain yang dianggap dapat
memberikan data penting yang dapat digunakan untuk mendukung
studi kelayakan.
- Observasi, yang jika ditinjau dari segi keterlibatan pengamatnya

Laporan Pendahuluan IV-14


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

dapat dibagi menjadi dua, yaitu : observasi partisipatif dan


observasi non partisipatif yang dilakukan dengan pencatatan-
pencatatan, pengukuran, perekaman foto, dan penggambaran sesuai
dengan konteks penelitian. Pengamatan didasarkan atas
pengalaman secara langsung pada saat terjun ke lokasi penelitian.

c. Studi Literatur
Kegiatan pada tahap ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dan
referensi dari literatur, hasil penelitian, dan studi kasus serta teori-teori
yang mendukung rencana keberadaan suatu TPA yang meliputi aspek
geologi lingkungan, teknologi pengolahan sampah, maupun studi lain
yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah yang relevan dan
dapat diterapkan di Kabupaten Pasuruan. Perlu dilakukan juga
review kebijakan pemerintah di bidang persampahan baik nasional,
regional, maupun lokal.
Data-data yang diperoleh pada tahap Pendataan dan Identifikasi ini antara
lain :
- Kondisi dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi
pembangunan TPA Sampah (jumlah & kepadatan penduduk,
kesejahteraan, tingkat pendapatan, kesehatan, jenis pekerjaan).
- Kondisi dan karakteristik fisik lingkungan dan lahan.
- Kondisi dan karakteristik tanah (topografi, geologi, struktur tanah,
daya dukung, dll).
- Kondisi hidrologi dan biologi di lokasi pembangunan TPA Sampah.
- Kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana lingkungan.
Keseluruhan hasil pendataan dan identifikasi diolah dan diklasifikasikan
secara sistematis sehingga data tersebut siap dimanfaatkan untuk analisa
proses dan perencanaan.

Laporan Pendahuluan IV-15


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

4.3. Tahap Analisa dan Kelayakan


4.4. Analisa Data
Pada tahap ini akan dilakukan kegiatan analisa terhadap hasil
pendataan dan identifikasi. Data akan dianalisa/dikaji berdasarkan aspek-
aspek teknis, maupun non teknis untuk digunakan sebagai bahan
Pembuatan Feasibility Study TPA Wonokerto Di Kabupaten Pasuruan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisa ini antara lain :
a. Analisa terhadap kondisi dan kedudukan kota baik dari aspek fisik
(lingkungan, sarana prasarana, dll) maupun non fisik (sosial, ekonomi,
budaya, dll) untuk mengetahui aktivitas kota dalam penanganan dan
pengelolaan kebersihan.
b. Analisa terhadap kondisi eksisisting seluruh TPA di wilayah studi saat
ini
c. Analisa terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi baik
permasalahan di dalam area TPA maupun permasalahan lingkungan
yang terjadi sebagai akibat adanya TPA.
d. Analisa terhadap studi-studi atau kajian-kajian terkait dengan pra desain
TPA yang telah dilakukan sebelumnya.
e. Analisa terhadap kondisi ideal yang seharusnya dapat dicapai secara
teoritis pada waktu lima tahun ke depan, dengan mempertimbangkan
program/kegiatan pengelolaan lingkungan baik yang telah maupun
akan dilakukan, serta kajian studi terkait.
f. Analisa terhadap karakteristik sampah, perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sampah, untuk merumuskan alternatif pengelolaan dan
pengolahan sampah.
g. Perkiraan timbulan sampah di 12 wilayah kecamatan (Kecamatan
Bangil, Gempol, Beji, Pandaan, Prigen, Purwosari, Purwodadi,
Sukorejo, Pohjentrek, Kejayan, Kraton dan Rembang) yang akan yang
akan dikelola di TPA baru dalam kurun waktu 20 25 tahun kedepan.

Laporan Pendahuluan IV-16


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

h. Analisa dan evaluasi kesesuaian antara permasalahan, kebutuhan dan


program / kegiatan penanganan dan pengelolaan dan pengolahan
sampah yang telah dan akan dilakukan sebagai bahan dalam menyusun
Pembuatan Feasibility Study TPA Wonokerto Di Kabupaten Pasuruan,
melalui pemilihan strategi optimal mengenai pengelolaan sampah di
Kabupaten Pasuruan.
i. Analisa potensi teknologi yang dapat digunakan dan dikembangkan
baik teknologi pengolahan/pemusnahan sampah yang selama ini
digunakan, maupun teknologi yang mungkin digunakan dan dapat
dikembangkan. Potensi teknologi harus mempertimbangkan biaya,
efisiensi, kemudahan operasional dan kemanfaatannya.
j. Analisa kelembagaan untuk merumuskan sistim pengolahan sampah di
masa datang.
k. Membuat analisa pra desain TPA dengan beberapa alternatif kegiatan
yang diajukan sebagai bahan pertimbangan dalam tahap perencanaan
selanjutnya.
l. Analisa program dan detail skenario kerjasama dengan mitra swasta
dalam pengolahan sampah.

Standar Perencanaan yang digunakan untuk analisa secara garis besar


dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Standar Internasional merupakan bakuan yang didasarkan atas
ketentuan umum dan diterapkan di banyak negara sebagai suatu
kebutuhan dan persyaratan.
2. Standar Nasional menjadi pedoman umum yang digunakan di
Indonesia. Standar ini hanya memberikan patokan umum, sesuai dengan
karakteristik serta tingkat kebutuhannya
3. Standar lokal yakni ketentuan yang berlaku khusus untuk suatu wilayah
atau kota tertentu. Standar ini disusun berdasarkan situasi dan kondisi

Laporan Pendahuluan IV-17


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

khusus dari wilayah atau kota tersebut yang didalamnya


dipertimbangkan ketentuan khusus lain, seperti tradisi dan tata nilai
budaya yang berlaku.

Pada tahap ini dilakukan proses analisa dan rencana terhadap hasil-
hasil pendataan dan identifikasi yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya. Data yang telah diperoleh dari hasil pendataan dan identifikasi
akan dikaji dan dianalisa serta diteliti tingkat validitasnya. Data yang kurang
lengkap harus dilengkapi substansinya sehingga data tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai dasar proses perencanaan. Sebelum penyelesaian
tahap akhir, laporan rencana (draft) ini akan dibahas dalam seminar (diskusi
terbatas) yang melibatkan kalangan Pemerintah, perwakilan masyarakat,
unsur pakar, dan kelompok-kelompok organisasi kemasyarakatan dan
profesi yang terkait, serta diskusi dan pembahasan bersama Tim Teknis, Tim
Pengkajian Investasi dan/atau Tim Appraisal untuk meneliti dan
mengevaluasi (appraisal) hasil Studi Kelayakan tersebut sehingga hasil studi
kelayakan ini benar-benar memenuhi ketentuan sebagai dokumen Studi
Kelayakan yang berkualitas. Selanjutnya apabila dalam proses penelitian
dan evaluasi oleh Tim Pengkajian Investasi dan/atau Tim Appraisal ini
terdapat kesalahan atau kekurangan maka konsultan wajib melakukan
penyempurnaan.
Berdasarkan hasil masukan yang diperoleh pada saat
lokakarya/diskusi tersebut, selanjutnya dilakukan penyempurnaan terhadap
draft laporan rencana untuk dijadikan laporan rencana.
Proses analisa dilakukan melalui kegiatan kompilasi dan analisa
terhadap hasil pendataan dan identifikasi. Analisa yang dilakukan antara
lain:
- Analisa spatial (rencana tata ruang),
- Analisa tapak,

Laporan Pendahuluan IV-18


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

- Analisa aspek geologi dilakukan sehubungan dengan adanya kriteria


pemilihan lokasi,
- Analisa aspek teknologi sehubungan dengan adanya kriteria seleksi
teknologi. Teknologi yang akan diterapkan harus memperhitungkan
manfaat yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan.
- Analisa kebutuhan fasilitas TPA,
- Analisa transportasi/aksesibilitas,
- Analisa kebutuhan sarana prasarana dan utilitas,
- Analisa ekologis/lingkungan,
- Analisa sosial ekonomi,
- Analisa keuangan,
- Analisa manajemen,
- Analisa hukum.
Selanjutnya hasil analisa tersebut dijadikan dasar studi
kelayakan pembangunan TPA baru yang meliputi:
- Kelayakan tapak/lokasi,
- Kelayakan lingkungan,
- Kelayakan teknologi pengolahan sampah yang akan digunakan,
- Kelayakan dari aspek teknis, struktur, konstruksi dll,
- Kelayakan ekonomi/finansial,
- Kelayakan dari aspek sosial (manfaat bagi masyarakat, dll).

3.1.1.1. Merumuskan Kelayakan TPA Wonokerto


a. Aspek teknis,
- Kajian terhadap RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota).
- Kajian terhadap geologi lingkungan yang meliputi klimatologi,
fisiografi, topografi, geologi, dan hidrologi.
- Kajian terhadap sistem pengelolaan sampah mulai dari sumber
sampah hingga pengolahan akhir.

Laporan Pendahuluan IV-19


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

- Kajian terhadap teknologi pengolahan sampah yang telah dan


sedang dilakukan.
- Kajian dan identifikasi terhadap seluruh aspek dari alternatif-
alternatif teknologi pengolahan sampah yang dapat digunakan,
diantaranya landfill, incenerator, komposting, ballpress, dan WTE
(waste to energi).
- Kajian penataan dan efektifitas pemanfaatan TPA.
- Kajian terhadap komponen penyisih penentuan lokasi TPA yang
meliputi jarak terhadap sungai dan danau, jarak terhadap zona
patahan aktif,
- jarak dari garis pantai, jarak dari pemukiman, jarak dari jalan utama
dan kereta api, jarak dari lapangan terbang, dan sebagainya.
- Kajian terhadap penyediaan sarana prasarana penunjang dan sistem
utilitas.
- Kajian terhadap aksesibilitas dan pencapaian.
- Jadwal penyelesaian pembangunan TPA baru (schedule kerja).

b. Aspek ekologis/lingkungan,
- Kajian terhadap komponen biologis meliputi biota darat, flora, dan
fauna di lokasi rencana TPA baru.
- Kajian terhadap langkah-langkah mitigasi yang harus dilakukan jika
terjadi perubahan pada komponen biologis akibat pembangunan TPA
baru.
- Kajian terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak (air,
tanah, dan udara).
- Kajian terhadap upaya-upaya pencegahan pencemaran
lingkungan sehubungan dengan letak lokasi rencana yang berada
cukup dekat dengan wilayah pantai.

Laporan Pendahuluan IV-20


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

c. Aspek manajemen,
- Manajemen dalam masa pembangunan proyek, antara lain meliputi
identifikasi pelaksana pembangunan TPA baru, pelaksana studi
masing-masing aspek: teknis, manajemen, keuangan dan sebagainya.
- Manajemen dalam operasional TPA.

d. Aspek keuangan,
- Taksiran biaya pembangunan TPA.
- Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan TPA.
- Penyesuaian kelayakan keuangan (Financial Feasibility Justification)
melalui indikator pengendalian investasi dan indikator keuangan lain
yang dianggap perlu.
- Kajian terhadap Opportunity Cost.
- Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan
proyeksi sumber dan penggunaan dana.
e. Aspek sosial-ekonomi,
- Kajian demografi masyarakat Surabaya pada umumnya dan
masyarakat sekitar lokasi rencana TPA baru.
- Kajian perekonomian masyarakat Sukorejo pada umumnya dan
masyarakat sekitar lokasi rencana TPA baru.
- Pengaruh pembangunan TPA baru terhadap kehidupan masyarakat
sekitar lokasi rencana TPA baru.
- Justifikasi sosial-ekonomi terhadap kemungkinan kesesuaian
penyediaan pelayanan dengan kebutuhan masyarakat.
f. Aspek hukum,
- Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan
sumber dana yang berupa pinjaman.
- Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya.

Laporan Pendahuluan IV-21


Jasa Konsultasi Studi Kelayakan
2016
Pengadaan TPA Wonokerto II

- Kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan


status serta operasional pengelolaan TPA.
- Kajian terhadap Peraturan Daerah atau kebijakan daerah lain terkait
dengan operasionalisasi pengelolaan TPA, termasuk didalamnya
pungutan retribusi.
- Kajian terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang persampahan
baik, nasional, regional maupun lokal.
- Kajian terhadap aspek hukum lain baik yang berasal dari internal
manajemen TPA maupun dari eksternal manajemen.

3.1.2. Menyusun Pra Disain TPA Wonokerto


Persyaratan umum untuk lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah:
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-11-1991-03 tentang Tata
Cara Pemilihan Tenpat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
Lokasi sudah tercakup dalam Perencanaan Tata Ruang Kota
Jenis tanah di lokasi merupakan jenis tanah kedap air
Lokasi merupakan daerah yang tidak produktif
Lokasi dapat dipakai minimal untuk 5 10 tahun
Tidak membahayakan / mencemari sumber air
Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km
Lokasi merupakan daerah bebas banjir

Laporan Pendahuluan IV-22

Anda mungkin juga menyukai