Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PENGETAHUAN, PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN

TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Pada Masyarakat Di Sawojajar Kota Malang)

Elisabeth Bura Kaka


M. Taufiq Noor Rokhman
Rosyid Arifin
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wisnuwardhana
Malang
Email:elisabethburak@gmail.com
ELISABETH BURA KAKA 2022 PENGARUH PENGETAHUAN, PELAYANAN DAN
SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA MASYARAKAT DI SAWOJAJAR
KOTA MALANG). Skripsi .Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Universitas Wisnuwardhana Malang. Pembimbing 1: M. Taufiq Noor Rokhman Pembimbing
II: Rosyid Arifin

Pajak merupakan pungutan yang bersifat terutang yang wajib dibayarkan, yang
dilakukan oleh negara kepada masyarakat yang bersifat memaksa dan berdasarkan undang-
undang, serta tidak akan mendapat imbalan secara langsung dan hasil pemungutannya akan
digunakan untuk membiayai keperluan negara dalam bidang pelaksanaan pengetahuan,
pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan Bermotor.
pemerintahan maupun pembangunan. Oleh karena itu kemauan membayar pajak menjadi
suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan Negara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, pelayanan dan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor Populasi yang digunakan dalam
penelitian adalah masyarakat di sawojajar kota malang. Dalam penelitian ini menggunakan
sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil
penyebaran kuesioner. Metode pengujian menggunakan Uji Validitas, Reliabilitas dan
Analisis Regresi Linear Berganda dengan program SPSS for Windows versi 22.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa variabel pengetahuan, pelayanan dan sanksi
perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor Sedangkan variabel
pengetahuan signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor. Dengan
hasil penelitian ini diharapkan masyarakat di sawojajar kota malang dapat meningkatkan
pengetahuan untuk membayar pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan membayar
pajak.

Kata Kunci : Pengaruh Pengetahuan, Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan


Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

PENDAHULUAN

Pesatnya kemajuan zaman, membuat kendaraan bermotor sangat dibutuhkan sebagai


media transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi. Dari tahun ke tahun
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk tentunya akan berdampak pula pada kebutuhan alat
transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan dan mobilisasi masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari Seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan alat transportasi juga meningkat. Hal ini tentu
saja akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor setiap
tahunnya. Maka potensi penerimaan dari pajak kendaraan bermotor juga semakin meningkat.
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi cukup
besar dalam pembiayaan pembangunan daerah Awaluddin, (2017).

Pajak merupakan pungutan yang bersifat terutang yang wajib dibayarkan, yang
dilakukan oleh negara kepada masyarakat yang bersifat memaksa dan berdasarkan undang-
undang, serta tidak akan mendapat imbalan secara langsung dan hasil pemungutannya akan
digunakan untuk membiayai keperluan negara dalam bidang pelaksanaan pemerintahan
maupun pembangunan Siahaan, (2013). Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang
memiliki kontribusi sangat besar dalam perkembangan suatu negara dan merupakan iuran
wajib dan juga berfungsi menjadi sumber dana yang penting bagi pembiayaan infrastruktur
nasional.

Mengingatnya betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak kendaraan


bermotor dan dituntut kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban sebagai warga
negara. Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara, Sebagian besar masyarakat tidak
memenuhi kewajiban membayar pajak Ilyas, (2002). Pengetahuan yang kurang tentang pajak
mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Masyarakat kurang
tertarik akan membayar pajak karena tidak adanya insentif atau timbal balik secara langsung
dari negara untuk mereka Rahayu, (2010).

Menurut Susanto, (2012) yang harus dirubah dalam pemikiran masyarakat ada
beberapa hal, salah satunya prasangka buruk masyarakat. Prasangka buruk masyarakat
terhadap petugas pajak harus dirubah menjadi prasangka yang baik, untuk merubah hal
tersebut tentu harus menciptakan pelayanan yang memuaskan dan berkualitas. Masyarakat
akan membayar pajak dari penghasilan yang diterimanya apabila mereka merasakan
pelayanan publik sebanding dengan pembayaran pajaknya, adanya perlakuan yang adil dari
pemerintah serta proses perpajakan yang jelas dari pemerintah Feld, (2007).

LANDASAN TEORI

Kepatuhan Wajib Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

a. Kepatuhan Wajib Membayar Pajak Kendaraan Bermotor


Kepatuhan adalah Motivasi seseorang, Kelompok, atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dalam perpajakan
aturan yang berlaku adalah Undang-undang perpajakan. Jadi dapat disimpulkan
kepatuhan seseorang dalam hal ini adalah wajib pajak terhadap peraturan atau
undang-undang perpajakan. Kepatuhan wajib pajak menjadi masalah yang sangat
penting dalam penerimaan pajak. Ketika pajak yang didapatkan oleh negara tidak
sesuai dengan direalisasikan, maka akan mengham bat pembangunan negara Anam,
(2018).
Putra, (2019), Berpendapat kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan
dimana wajib pajak melaksanakan hak dan kewajibannya secara disiplin sesuai
peraturan perundang-undangan dan tata cara yang berlaku serta tidak melanggar
aturan perpajakan. Masalah Kepatuhan membayar pajak adalah Masalah yang penting
di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan jika wajib pajak tidak patuh maka akan
menimbulkan keinginan untuk melakukan tindak penghindaran, pengelakan dan
pelalaian pajak.
Menurut Susanti, (2015). Pajak kendaraan Bermotor merupakan Pajak yang
dipungut atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan yang
dimaksud adalah kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua
jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor, Mobil atau
kendaraan beroda lainnya. Subjek pajak dari kendaraan bermotor merupakan Orang
pribadi dan badan atau perusahaan yang memiliki atau menguasai kendaraan
bermotor.
Devinisi Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat adapun pajak kendaraan bermotor
termasuk kedalam jenis pajak provinsi yang merupakan bagian dari pajak daerah.
Pajak Kendaraan Bermotor: yaitu jenis pajak yang diterapkan di Negara
Republik Indonesia adalah (i) Pajak Pusat; dan (ii) Pajak Daerah. Pajak pusat adalah
pajak-pajak yang di kelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian di
kelola oleh direktorat jenderal pajak departemen keuangan.sedangkan pajak Daerah
adalah pajak-pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah baik ditingkat provinsi
maupun kabupaten/kota:
Pajak pajak pusat yang di kelola oleh direktorat jenderal pajak meliput :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai
b. Pengetahuan Pajak
Menurut Agoes, (2019). Pengetahuan pajak adalah kemampuan dimana wajib
pajak mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan mereka
bayar maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka. Pengetahuan
merupakan informasi yang menjadi dasar bagi wajib pajak yang digunakan untuk
bertindak, mengatur strategi perpajakan, dan mengambil keputusan dalam menerima
hak dan melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak sehubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban di bidang perpajakan. Karena dengan adanya pengetahuan
perpajakan tersebut akan membantu wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga
tingkat kepatuhan akan meningkat Ilhamsyah, (2016). Hal-hal yang mencangkup
wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan adalah sebagai berikut;
1. Pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.
2. Kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) sebagai salah satu sarana untuk
administrasi perpajakan.
3. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi perpajakan.
4. Pengetahuan dan pemahaman tentang PKP (penghasilan kena pajak), PTKP
(penghasilan tidak kena pajak) dan tarif pajak.
5. Wajib pajak mengetahui peraturan perpajakan
c. Pengertian Pelayanan Pajak
Menurut Surjoputro, (2006). Pelayanan pajak adalah pada hakekatnya
kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan
dimana salah satunya meliputi pelayanan pajak (tax service). Pelayanan yang baik
kepada Wajib Pajak dilaksanakan agar Wajib Pajak dapat menjalankan kewajiban
perpajakannya dengan mudah. Wajib Pajak patuh karena mendapatkan pelayanan
yang baik, cepat dan menyenangkan serta pajak yang mereka bayarkan akan
bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Menurut Boediono, (2003). Pelayanan pajak adalah terkait dengan tugas
aparatur pemerintah disebut pelayanan umum, adanya timbal balik antara kepatuhan
membayar pajak dengan kinerja pemerintah, terutama yang menyangkut jasa
pelayanan publik yang berkaitan langsung dengan kepentingn masyarakat. Kepatuhan
masyarakat untuk membayar pajak dapat ditingkatkan apabila seluruh aparat
pemerintah meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan
umum yang prima berarti pelayananya bermutu maka pelayanan umum harus
dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat :
a) Sederhana, bahwa pelayanan itu tidak menyulitkan, prosedurnya mudah, tidak
berbelit-belit, cepat, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b) Terbuka yaitu aparatur yang bertugas melayani pelanggan harus memberikan
penjelasan yang sejujur-jujurnya, apa adanya dalam peraturan dan norma, tidak
menakut-nakuti dan tidak mengharapkan imbalan atas pelayanan yang
diberikan.
c) Lancar, yaitu adanya prosedur yang tidak berbelit-belit dan memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
d) Tepat, yang dimaksud adalah tepat sasaran atau persis dalam arti tidak lebih dan
tidak kurang atau tepat waktu, atau tepat jawaban, tepat dalam memenuhi janji
dan seterusnya.
e) Lengkap, dapat diartikan tersedia apa yang diperlukan pelanggan.
f) Wajar, pelayanan yang wajar artinya tidak ditambah-tambah menjadi pelayanan
yang bergaya mewah sehingga memberatkan pelanggan.
g) Terjangkau, artinya harga dari pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh
pelanggan.
d. Pengertian Sanksi Pajak
Sanksi adalah hukuman negative kepada orang yang melanggar peraturan, dan
denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan
hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman
negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang.
Menurut Sapriadi, (2013). Sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan
kepada wajib pajak ataupun pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan
pelanggaran baik secara sengaja maupun karena alpa. Menurut (Pranadata 2014).
Sanksi pajak merupakan alat control yang mengentrol agar wajib pajak tetap
memenuhi kewajiban perpajakannya dikarenakan dengan adanya kerugian yang akan
didapat oleh wajib pajak apabila tidak membayar pajak yang secara otomatis akan
membuat wajib pajak harus berpikir apabila tidak ingin memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Setiawan, (2010). Menjelaskan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan
bahwa ketentuan perUndangan-Undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti ditaati/ dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Menurut (Arum, 2012). Sanksi
adalah suatu tindakan yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan.
Peraturan undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang harusnya tidak dilakukan.
Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar. Jadi sanksi
pajak merupakan hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar
norma-norma atau peraturan perpajakan baik disengaja maupun karena dilupa.
Menurut Masruroh, (2013). Dijelaskan mengenai Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan tata cara perpajakan disebutkan ada dua
macam sanksi yaitu:
a. Sanksi Administrasi, terdiri dari:
1) Sanksi berupa bunga
2) Sanksi berupa denda administrasi
3) Sanksi berupa kenaikan.
b. Sanksi Pidana, terdiri dari:
1. Pidana kurungan.
Pidana kurangan hanya diancam kepada tindakan pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib pajak, dan pihak ketiga. Karena
pidana kurungan yang diancamkan kepada si pelanggar norma itu
ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka
masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan
pidana kurungan selama-lamanya sekian.
2. Pidana penjara.
Pidana penjara merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana
penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada
yang ditunjukkan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada
wajib pajak.
Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan berusaha dijelaskan mengenai pengaruh peraturan
perpajakan, pelayanan dan sanksi pajak, independen terhadap penerimaan pajak kendaraan
bermotor (Dependen). Hal tersebut disebabkan karena peraturan perpajakan, pelayanan dan
sanksi pajak, sangat berperan bagi terhadap penerimaan pajak kendaraan bemotor. Kerangka
berpikir ini

Pengetahuan(
X1)

Pajak Kendaraan
Pelayanan (X2
Bermotor (Y)

Sanksi
Perpajakan
Hipotesis
(X3)
1) H1 :Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan
bermotor
2) H2 : Pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan
bermotor.
3) H3 :Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak
kendaraan bermotor
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sugiyono, (2012) Penelitian


kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Masyarakat Sawojajar Kota Malang

Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 830 wajab pajak pemilik kendaraan
bermotor yang membayar pajak PKB di Kantor SAMSAT khusus masyarakat sawojajar di
Kota Malang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidentasl
sampling dan untuk perhitungannya digunkana rumus slovin dengan taraf 10%. Incidental
sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data Sugiono, (2017). Responden dapat
dikatakan cocok apabila memenuhi kriteria adalah sebagai wajib pajak kendaraan bermotor
khususnya roda 2 yang berada diwilayah SAMSAT di Kota Malang. Rumus slovin adalah
rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampling yang akan digunakan Sugioyo,
(2017) perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus slovin dengan alpha 10% atau 0,01%
yaitu :

Keterangan:

n= N

1+N (e)2

Keterangan :
n = ukuran sampel/jumlah responden

N = ukuran populasi

e = presentase kegolongan ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bias


ditolerir; e = 0,01 nilai error

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 830 yang membayar pajak
kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Malang. Sehingga persentase kelonggaran
digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai
kesesuaian, maka untuk mengetahuai sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai
berikut :

n= 830

1+830 (0,01)2

= 830

9,3

= 89 Disesuaikan oleh perhitungan data penelitian menjadi 89 responden.

Jenis Dan Sumber Data


a. Data Primer
Sumber data primer adalah sember data dimana peneliti langsung memberikan
data kepada responden Sugiyono, (2017). Data primer diperoleh oleh peneliti secara
langsung dan narasumber atau responden melalui jawaban kuesoner yang disebarkan
kepada masyarakan di sawojajar kota malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan diperoleh
dari artikel, jurnal, buku, serta penelitian-penelitian yang di lakukan sebelumnya yang
berkaitan masalah yang akan diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket).
Kuesioner (angket) dipilih dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat.
Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, dimana pertanyaan atau pernyataan diberikan
kepada responden kemudian responden akan memberikan tanda cheklis (centang) pada kolom
yang telah disediakan.
Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk mempermudahkan terhadap variabel penelitian ini, maka variabel- variabel di


definisikan secara indentifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.3

Identifikasi Variabel Penelitian

VARIABEL INDIKATOR ITEM SUMBER

Pengetahuan 1. Pengetahuan 1. Saya mengetahui Rifqi Asis


tentang ketentuan-ketentuan terkait (2017)
fungsi pajak kewajiban pajak kendaraan
motor yang berlaku
2. Saya mengetahui bahwa
pajak berfungsi sebagai
sumber penerimaan
terbesar baik untuk pusat
maupun daerah
2. Pengetahuan Saya mengetahui tarif pajak
tentang yang akan dikenakan untuk
prosedur kendaraan bermotor yang saya
pembayaran miliki

3. Pengetahuan Saya mengetahui adanya


sanksi pajak sanksi adminstrasi yang akan
dikenakan jika pembayaran
pajak kendaraan bermotor
tidak dilakukan tepat pada
waktunya

4. Pengetahuan Saya mengetahui pajak


tempat kendaraan bermotor dilaporkan
lokasi dan dibayarkan di SAMSAT
pembayaran
pajak
Pelayanan 1. Jaminan Petugas pelayanan pajak Hardyans
bersikap baik dan sopan yah,
(2011)
2. Ketanggapan Petugas pelayanan pajak
melayani dengan baik

3. Empati Petugas pelayanan pajak


mampu menyelesaikan
masalah dengan cepat
4. Keandalan 1. Petugas pelayanan pajak
memberikan informasi
yang jelas
2. Petugas pelayanan pajak
menguasai materi dalam
memberikan informasi dan
sosialisasi.
Sanksi Wajib pajak 1. Sanksi sangat diperlukan Sapriadi,
Perpajakan mengetahui agar tercipta kedisiplinan (2013)
mengenai tujuan dalam kewajiban
sanksi pajak membayar pajak
kendaraan 2. Sanksi perpajakan sangat
bermotor diperlukan untuk
menciptakan kedisiplinan
dalam kewajiban
membayar pajak PKB

Sanksi pajak 1. Jika saya selalu terlambat


harus dikenakan membayar pajak maka
pada wajib yang akan terkena sanksi
melanggar tanpa administrasi
toleransi 2. Sanksi yang diberikan
kepada wajib pajak harus
sesuai dengan
keterlambatan pembayaran
yang melanggar
Pengenaan Pengenaan sanksi harus
sanksi yang dilaksanakan dengan tegas
cukup berat kepada semua wajib pajak
yang melanggar

Kepatuhan 1. Memenuhi Saya selalu menaati undang- Rifqi Asis


membayar kewajiban undang mengenai pajak (2017)
pajak PKB pajak sesuai kendaraan bermotor yang
dengan berlaku
ketentuan
yang
berlaku.
2. Membayar 1) Saya selalu membayar
pajak tepat pajak kendaraan bermotor
pada tepat waktu.
waktunya 2) Saya sering lupa waktu
jatuh tempo pembayaran
pajak kendaraan bermotor
3. Wajib pajak 1) Saya selalu melengkapi
memenuhi data persyaratan
persyaratan pembayaran pajak
dalam kendaraan bermotor sesuai
membayar dengan ketentuan.
pajak. 2) Saya selalu melengkapi
data persyaratan
pembayaran pajak
kendaraan bermotor sesuai
dengan ketentuan.
Teknis Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
analisis regresi linear berganda. Berikut adalah beberapa alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, maka digunakan metode statistik
yang merupakan metode analisis data yang efektif dan efesien dalam suatu penelitian.

Uji Validitas
Vadilitas adalah menunjukkan derajat ketepatan antara data yng sesungguhnya terjadi
pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.(Yulanty, 2015) Berdasarkan
definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait
dengan tingkat. pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa
yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa
yang seharusnya dilakukan dengan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian
ini dilakukan dengan menghitung koefisien cronbach‟s alpha dari masing-masing instrumen
dalam suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika nilai Alpha ≥0,6.
(Ghozali, 2014). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap model regresi yang digunakan dalam
penelitian digunakan untuk menguji apakah model tersebut Layak atau tidak. Dalam
penelitian ini ada 3 uji asumsi klasik yang digunakan yaitu:

1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2011). Cara untuk mengetahui data normal atau tidak salah satunya dengan
uji statistik parametrik kolmogrof smirnov test (K-S). Oleh karena itu, dalam penelitian
ini menggunakan tarif signifikansi 5%, maka jika nilai signifikansi dari nilai
Kolmogorov-Smirnov > 5%, data yang digunakan adalah berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 5% maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011). Model regresi yang seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Dasar pengambilan
keputusan adalah apabila nilai tolerance > 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10 berarti
tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi
3. Uji Heteroskedastisitas
Adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara
meregresikan nilai absolute dari unstandardized residual sebagai variabel dependen
dengan variabel bebas. Syarat model dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas adalah
jika signifikansi seluruh variabel bebas > 0,05.
Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan
hubungan fungsional antara variabel independen dan variabel dependen. Analisi regresi
digunakan terutama untuk tujuan peramalan dalam model tersebut ada sebuah variabel
dependen dan berapa variabel independen. Adapun persamaan yang digunakan adalah
(Ghozali, 2011) :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e


Keterangan:
Y : Varibel Dependen (Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan Bermotor)
α : Konstanta
β1 : Koefisien regresi Pengetahuan
β2 : Koefisien regresi Pelayanan
β3 : Koefisien regresi Sanksi Perpajakan
e : Standard Error
X1 : Variabel Pengetahuan
X2 : Variabel Pelayanan
X3 : Variabel Sanksi Perpajakan
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Secara Parsial (uji t)
Uji Hipotesis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
dependen secara parsial (individu). Tingkat signifikansi diperoleh dengan membandingkan
antara signifikansi t dengan Alpha 5% (tingkat kesalahan).Penolakan dan penerimaan
pengujian hipotesis secara parsial apabila:

a) Jika siginifikansi t < tingkat kesalahan (5%) maka Ho ditolak dan Ha diterima
(berpengaruh)
b) Jika signifikansi t > tingkat kesalahan (5%) maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak
berpengaruh).
Uji Kelayakan Modal
Uji-t

Uji t merupakan uji signifikan pengaruh setiap variabel antara variabel independen
terhadapvariabel dependen. untuk itu digunakan nilai probalitas. apabila nilai probalitas
kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat,sedangkan jika nilai probilitas lebih besar dari 0,05 maka
disimpulkan bahwa variabel bebas tidak signifikan terhadap variabel terikat. Ho :bi = 0,
artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependennya. Ha : bi ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependennya (Sunyoto, 2013).

Uji Signifikansi dengan uji F

Untuk signifikansi dapat menggunakan uji F (F test). (Sugiyono, 2012) Kriteria pengujian
untuk uji F hitung adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai Fhitung ≥ Ftabel maka variabel independen secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas
Uji validitas untuk memastikan bahwa setiap indikator kuisioner yang digunakan
dalam penelitian telah valid atau tidak. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara membandingkan nilai R tabel dengan R hitung.dimana keputusan yang diambil adalah
nilai R hitung > R tabel maka data dinyatakan valid (Ghozali,2013)
Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas

Variabel Item Rhitung Rtabel Keterangan

Pengetahuan X1,1 0,519 0,349 Valid


X1
X1.2 0,756 0,349 Valid

X1.3 0,587 0,349 Valid

X1.4 0,547 0,349 Valid

X1.5 0,556 0,349 Valid

Pelayanan X2.1 0,557 0,349 Valid


X2
X2.2 0,737 0,349 Valid

X2.3 0,706 0,349 Valid

X2.4 0,716 0,349 Valid

X2.5 0,744 0,349 Valid

Sanksi X3.1 0,567 0,349 Valid


Perpajakan
X3 X3.2 0,751 0,349 Valid

X3.3 0,568 0,349 Valid

X3.4 0,565 0,349 Valid

X3.5 0,574 0,349 Valid

Kepatuhan Y1 0,377 0,349 Valid


Membayar
Pajak Y2 0,464 0,349 Valid
Kendaraan
Y3 0,370 0,349 Valid
Bermotor Y

Y4 0,750 0,349 Valid

Y5 0,782 0,349 Valid

Sumber: data primer yang diolah 2022

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh butir pernyataan
variabel independen dan dependen atau variabel X dan Y dinyatakan valid karena
seluruh butir pernyataan memiliki nilai dari rhitung > rtabel.

Uji Reabilitas

Uji reliabititas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator
dari variabel. Untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan uji statistik adalah
Cronbach’s Alpha (α ). Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 5%

Tabel 4.5

Hasil Uji Reabilitas

Variabel Cronbach’s Keterangan


Alpa

Pengetahuan 0,719 Reliabel

Pelayanan 0,774 Reliabel

Sanksi perpajakan 0,735 Reliabel

Kepatuhan membayar pajak 0,639 Reliabel


kendaraan bermotor

Sumber: data primer yang diolah 2022

Dari Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai dari variabel pengetahuan
sebesar 0,719, hal ini mengindikasikan bahwa instrument dinyatakan reliabel dengan
reliabilitas tinggi. Nilai dari variabel pelayanan sebesar 0,774 hal ini mengindikasikan
bahwa instrument dinyatakan reliabilitas moderar. Nilai dari variabel Sanksi
Perpajakan sebesar .0,735 hal ini mengindikasikan bahwa instrument dinyatakan
reliabilitas Moderar. Dan nilai dari variabel kepatuhan membayar pajak kendaraan
bermotor sebesar .0,639 hal ini mengindikasikan bahwa instrument dinyatakan
reliabilitas moderar.
Analisa Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menyajikan distribusi frekuensi dari
jawaban responden atas pertayaan – pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang
disebarkan. Hasil distribusi frekuensi atas jawaban responden dijelaskan sebagai berikut

Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya masing-masing
variabel penelitian. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji kolmogorof-
smirnof (Ghozali, 2013),dengan bantuan SPSS. Data pengambilan keputusan berdasarkan
probalitas dimana jika probalitas lebih besar dasar 0,05 maka data dalam penelitian
berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas data yang telah dilakukan.

Tabel 4.10
Uji normalitas
One-Sample Kologorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 89
Mean .0000000
Normal
Parametersa,b Std. 1.92316060
Deviation
Absolute .084
Most Extreme
Positive .069
Differences
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .789
Asymp. Sig. (2-tailed) .563

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, asyimp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,563. Nilai tersebut
lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya
korelasi antara variabel (independen). Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikorelasi
dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dan toleransi serta menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Nilai cutoff
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilia tolerance ¿
0,10/atau VIF ¿10,0 (Nugroho,2012). Untuk mengetahui nilai tolerance dan VIF dapat dilihat
pada Tabel sebagai berikut

Tabel 4.11

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Pengetahuan X1 Tidak Terjadi
0.875 1.143
Multikolinieritas

Pelayanan X2 Tidak Terjadi


0.845 1.183
Multikolinieritas

Sanksi Perpajakan 1.087 Tidak Terjadi


X3 0.920 Multikolinieritas

Sumber: data primer yang diolah 2022

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance variabel X1
sebesar 0.875 variabel X2 sebesar 0.845 dan variabel X3 sebesar 0.920 lebih besar dari >
0.10. Sementara nilai VIF (Variance Inflation Factor) variabel X1 sebesar 1.1.43 variabel X2
sebesar 1.183 dan variabel X3 sebesar 1.087 lebih kecil dari < 10.0. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dan merupakan
prasyarat dalam model regresi untuk layak diteliti.

Uji Heterokedatisitas

Uji heterokedatisitas berfungsi untuk menguji kemungkinan adanya gejala


heterokedatisitas dengan dilakukan menggunakan diagram scatterplot, dimana sumbu X
adalah residual dan sumbu Y adalah nilai Y yang diprediksi. Jika pada grafik tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heterokedatisitas pada model regresi.
Gambar 4.12

Grafik Scatterplot

Berdasarkan grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titk menyebar secara acak serta
tersebar diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedatisitas pada model regresi di penelitian ini, sehingga model
regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variable dependen kepatuhan membayar
pajak pajak berdasarkan masukan variable independen pengetahuan, pelayanan, dan sanksi
perpajakan,

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
regresi linier berganda, dimana pengolahan data menggunakan program komputer SPSS versi
21. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari 30 responden. Hasil analisis yang dilakukan
diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat signifikansi pada Tabel 4.13 sebagai
berikut:
Tabel 4.13

Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardiz Standardize T Sig. Collinearity


ed d Statistics
Coefficients Coefficient
s

B Std. Beta Toleranc VIF


Error e

12.32 4.071 3.027 .003


(Constant)
2

Pengetahu -.342 .149 -.225 - .024 .875 1.143


an 2.291
1
Pelayanana .388 .117 .331 3.321 .001 .845 1.183
n

Sanksi .352 .102 .329 3.448 .001 .920 1.087


Perpajakan

a. Dependent Variable: Kepatuhan Membayar PKB


sumber: data primer yang diolah 2022

Dari hasil Tabel 4.13 persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = 12.322 - 0.342 X1 + 0.388X2 + 0.352X3 + e
Keterangan:
Y = Kepatuhan membayar Pajak kendaraan bermotor
a = Konstanta
X1 = Pengetahuan
X2 = Pelayanan
X3 =Sanksi perpajakan
e =eror
Persamaan regresi linier berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 12,322 Artinya jika variabel pengetahuan, pelayanan dan sanksi
perpajakan tidak termasuk dalam penelitian ini, maka wajib pajak masih ada kepatuhan
dalam membayar pajak kendaraan bermotor sebesar 0,12%
2. Koefisien sebesar -0.342 atau -34.2%, artinya varibel pengetahuan (X1) mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor (Y)
sebesar -0,342 atau -34.2%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika pengetahuan pajak
menurun maka kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor akan menurun sebesar -
34.2%. Dan jika semakin luas pengetahuan serta pemahaman seseorang tentang pajak,
maka akan meningkatkan tingkat kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor.
3. Koefisien sebesar 0.388 atau 38,8%, artinya varibel Pelayanan X2 mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor (Y)
sebesar 0.388 atau 38,8%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika Pelayanan meningkat
maka kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor akan meningkat sebesar 38,8%.
4. koefisien sebesar 0.352 atau 35,2%, artinya variabel Sanksi Perpajakan (X3)
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan
bermotor (Y) sebesar 0.352 atau 35,2%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika Sanksi
perpajakan meningkat, maka kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor akan
meningkat sebesar 35,2%.

Uji Kelayakan Model


Uji kelayakan model dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi layak atau
tidak untuk digunakan . Pengujian menggunakan uji statistik F yang terdapat pada tabel
Anova (Sunyoto, 2013). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistical
package for social scince SPSS v.21nilai signifikansi F= 0,000 < alph a= 0,05. Berarti model
yang digunakan pada penelitian ini adalah layak.
Tabel 4.16
Hasil Uji F
ANOVAa

Model Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square

Regression 130.618 3 43.539 11.371 .000b

1 Residual 325.472 85 3.829

Total 456.090 88

a. Dependent Variable: Kepatuhan Membayar PKB


b. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, Pengetahuan,
Pelayananan
Hasil uji F hitung pada Tabel 4.16 sebesar 11.371 berdasarkan Ftabel dengan taraf
signifikansi (α )= 5% diketahui bahwa Ftabel denga df1 = k-1=4-1=3 dan df2 = n-k =89-4 =
85. Maka F tabel (df1) dan (df2) sebesar 2.71 Sehingga Fhitung sebesar 11.371> Ftabel
sebesar 2.71 dengan tingkat signifikansi 5% diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa uji F dinyatakan signifikan yang artinya model yang dikembangkan
layak, sehingga variabel independen

Pengaruh Pengetahuan (X1) Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan


Bermotor(Y)
Berdasarkan hasil kajian empris bahwa pengetahuan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor pada Masyarakat
Sawojajar Kota Malang. Hasil ini membuktikan bahwa wajib pajak masih kurang karena
masih ada wajib pajak yang belum paham atau belum mengetahui cara menghitung tarif
pajak yang dibayarkan. Hal ini dapat disebabkan karena pemerintah belum melakukan
sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat terkait pengetahuan pajak, khususnya pada
pajak kendaraan bermotor.

Pengetahuan pajak merupakan informasi tentang perpajakan yang dapat digunakan


oleh wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan menempuh arah
atau strategi tertentu sehubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang
perpajakan. Dengan semakin luasnya pengetahuan tentang perpajakan yang dimiliki oleh
wajib pajak akan membuat wajib pajak semakin patuh dalam membayar pajak kendaraan
bermotornya, sebaliknya apabila wajib pajak memiliki pengetahuan yang minim dalam hal
perpajakan maka ketidak patuhan akan terjadi dalam diri wajib pajak.

Hasil Penellitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rumiyatun (2017) menunjukkan bahwa pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Rumiyatun (2017) yang
menemukan bahwa pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Pengaruh Pelayanan (X2) Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan


Bermotor (Y)
Berdasarkan hasil kajian ini ditemukan bahwa pelayanan berpengaruh positif dan
secara signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor pada Masyarakat
Sawojajar Kota Malang. Hal ini berarti bahwa semakin bagus pelayanan yang diberikan
kepada Wajib Pajak maka akan dapat meningkatkan ketaatan membayar pajak kendaraan
bermotor. Dan Semakin baik pelayanannya maka wajib pajak dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya sehingga kepatuhan semakin meningkat. Begitupun sebaliknya, pelayanan
yang kurang baik akan membuat wajib pajak semakin sulit dalam membayar pajaknya.

Pelayanan pajak akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan, termotivasi, dan
memilih perilaku taat pajak. Keramah-tamahan petugas pajak serta kemudahan dalam
memberikan kesan yang baik bagi setiap wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga
diharapkan pelayanan yang baik ini akan meningkatkan kepatuhan masyarakat atau wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susmita, (2015)
dan Layata, (2014) yang menyatakan bahwa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Dan kuatkan juga penelitian
yang dilakukan oleh Rohmawati, (2012) serta Pranadata, (2014) menyimpulkan dalam
penelitiannya bahwa pelayanan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Hasil
penelitian ini dikuatkan juga oleh Susmita, (2015) dan Layata, (2014) yang menyatakan
bahwa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor.
Pengaruh Sanksi Perpajakan (X3) Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan
Bermotor (Y)

Berdasarkan hasil empiris ditemukan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif dan
secara signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor pada Masyarakat
Sawojajar Kota Malang. Hal ini berarti bahwa semakin berat sanksi yang diberikan, maka
ketaatan seorang wajib pajak meningkat mengingat sanksi akan memberatkan wajib pajak.

Semakin tegas sanksi yang diberikan kepada pelanggar maka akan memberikan
dorongan bagi wajib pajak untuk patuh dalam membayar pajaknya. Sebaliknya apabila sanksi
perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak kurang tegas akan membuat wajib pajak tidak
patuh dalam membayarkan pajaknya. Dengan adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat
mencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Artinya semakin tinggi atau berat sanksi yang dikenakan, maka wajib pajak akan
semakin patuh. Sanksi di sini berperan untuk memberikan hukuman positif terhadap kelalaian
akan kewajiban perpajakan dan efek jera akan dirasakan oleh wajib pajak setelah diberikan
sanksi akan kelalaian yang dilakukan dan mau wajib pajak diharapkan dapat belajar dari
kelalaian yang telah diperbuat sehingga, untuk pemenuhan kewajiban perpajakannya di masa
pajak selanjutnya menjadi lebih patuh.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiwidodo, (2016) yang
menyatakan bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor. Dan penelitian yang dilakukan oleh (Efriyenty, 2019) yang
menyatakan bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor.

Penelitian ini dikuatkan oleh Ilhamsyah, (2016) menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Penelitian yang dilakukan
oleh Susilawati (2013), mengatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan
kepada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Sanders et al,
(2008), Yadnyana (2009), Muliari, (2011), dan Arabella, (2013) dalam penelitiannya
menghasilkan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu:
mengenai pengaruh pengetahuan, pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
membayar pajak kendaraan bermotor maka dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan membayar


pajak kendaraan bermotor. Hal Ini menunjukan bahwa pengetahuan atau
pemahamannya masyarakat berkurang dan kepatuhan dalam membayar pajak pun
menurun artinya dengan secara tidak langsung pendapatam negara juga semakin
berkurang. Dan sebaliknya jika Semakin luas pengetahuan serta pemahaman seseorang
tentang pajak, maka akan meningkatkan tingkat kepatuhan membayar pajak kendaraan
bermotor.
2. Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak
kendaraan bermotor. hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kesadaran maka akan
semakin tinggi kepatuhan membayar pajak.
3. Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak
kendaraan bermotor. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi atau berat sanksi yang
dikenakan, maka wajib pajak akan semakin patuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, (2014). Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Penerimaan
Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi. Accounting
Analysis Journal. Januari Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.

Arum, (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Dan Sanksi Pajak Terhadap Dan
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas
(Studi Di Wilayah Kpp Pratama Cialacap), Universitas Diponegoro, Semarang.

Anam, (2018). (Studi Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha
Dan Pekerjaan Bebas Sebagai Variabel Intervening Di Kpp Pratama Salatiga).
Journal Of Accounting, 4(4)

Arifuddin, (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Dan Akuntabilitas
Pelayanan Publik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Issn: 2503-
1635. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Volume Iii/1februari 2018, 27-39.
Awaluddin, (2017) Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Membayar Pajak Kendaraan Bermotor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 11/2/1-1-12.

Agoes, (2019). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Boediono, (2003). “Pelayanan Prima Perpajakan” Jakarta:Rineka Cipta.

Chusaeri, Yusuf, (2017) Pengaruh Pemahaman dan Pengetahuan Wajib Pajak tentang
Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Univeristas Islam Malang.

Dewantara, (2016). Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melalui
Kepuasan Wajib Pajak. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol. 11 No. 1 2016.
Perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Dharma, (2014). Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Tigakarsa Tangerang. BINUS
Business Review Vol. 5 No. 2 November 2014 : 497-509

Dewi, (2019). Efektivitas E-Samzat, Pajak Progresif Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis, 4(1),
50-61.

Di Samsat Kabupaten Pemalang”, Pernama, Vol. 10, No.1, 2018.

Ghozali, (2011).” Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPPS”Semarang :Badan


Perbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, (2014). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Semarang:Badan


Penerbit Universitas Diponogoro.

Hardiansyah, (2011.) Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media

Hardingsih, (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. Jurnal


dinamika keuangan dan perbankan ,3(1),hal.126-142

Ilhamsyah, (2016). Pengaruh Pemahaman Dan Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota Malang). Perpajakan
Mardiasmo, (2011). Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Masruroh, (2013) “Pengaruh Kemanfaatan Npwp, Pemahaman Wajib Pajak, Pelayanan,


Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada Wpop Di
Kabupatan Tegal)”, Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 2 No 4, Tahun 2013 Hal
1-15. Nazaruddin, I., D.

Mardiasmo, (1997). Perpajakan, Yogyakarta :Penerbit Andi.

Muliari, (2011). Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak
Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak di Kantor Pajak Pratama Denpasar Timur.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, [S.l.], Jan. 2011. ISSN 2303-1018

Nogroho, (2006). ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak


Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Interveting“.Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang

Pranadata, (2014). “Pengaruh Pemahaman Wajib PajaK Pelayanan Perpajakan, Dan


Pelaksanaan Sanksi Pajak,Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kpp Pratama
Batu”.Universitas Brawijaya Malang.

Putra, (2019). Perancangan Sistem Informasi Akademik Menggunakan Bahasa Pemograman


Php Dan Database Mysql (Studi Kasus Paud Terpadu Bissmillah Kota Bukittinggi).
Jurnal Teknologi.

Pujiwidodo, (2016). Persepsi Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Jurnal Online Insan Akuntan, Vol. 1, No. 1, Juni 2016, 92-116. E-ISSN:
2528-0163\

Rohmah, (2018)“Pengaruh Norma Subjektif, Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan, Dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Samsat
Kabupaten Pemalang”, Pernama, Vol. 10, No.1, 2018.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sapriadi, (2013). Pengaruh Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Penerimaan Wajib Pajak. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.

Supadmi, (2009). “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Pelayanan”, Jurnal


Akuntansi & Bisnis, Vol 4, No 2, Hal: 1-14.

Susanti, (2015) Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Financial Literacy Mahasiswa


Angakatan 2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi (Jpak), Vo.3,No 2

Saad, (2014). Pengetahuan Pajak, Kompleksitas Pajak Dan Kepatuhan Pajak: Pandangan
Wajib Pajak.Procedia -Sosial Dan Ilmu Perilaku 109 (2014) 1069-1075.

Susilawati, (2013) “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan
Dan Akuntabilitas Pelayanan Publi Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor”, E-Jurnal Akuntansi, Vol 4, No 2: 345-357.

Siahaan, (2013). Daerah Dan Retribusi Daerah Edisi Revisi, Jakarta:Pt. Raja Grafindo.

Tresnalyani, (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan,Pengetahuan Perpajakan Dan Biaya


Kepatuhan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi
Universitas udayana, 24,578-605

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertamabahan


Nilai.

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

Yulianty, (2015). “Pengaruh Pengetahuan Peraturan Perpajakan Terhadap Formal Wajib


Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada
Wpop Kpp Pratama Makassar Utara)” Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai