Anda di halaman 1dari 16

Seminar Proposal Publik

EFISIENSI PEMASUKAN PAJAK RESTORAN, HIBURAN, HOTEL

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KOTA MANADO PADA TAHUN 2015-2019

PROPOSAL PENELITIAN
Disajikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Seminar Ekonomi Publik

Disusun Oleh:
Mohamad Syarip H
(7111420053)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia saat ini sedang melakukan program kinerja dalam pembangunan daerah guna
memberikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih meningkat. Mengingat kualitas
infrastruktur di Indonesia masih dibawah negara – negara ASEAN, Indonesia masih menghadapi
tantangan yang sangat mendesak untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya indeks infrastruktur Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya. Dengan fakta tersebut, indonesia tidak ingin kalah saing dalam
pembangunan infrastruktur dimata dunia. Percepatan pembangunan infrastruktur akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini bertujuan mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, seperti terselenggaranya pelayanan masyarakat, penegakan hukum yang adil, dan
terpeliharanya keamanan dan ketertiban negara. Tentunya biaya yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhantersebut tidaklah sedikit. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, pajak dan retribusi daerah merupakan dua sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD), disamping penerimaan dari kekayaan daerah yang dipisahkan serta PAD
lain-lain yangsah. Peran terbesar PAD dalam pendapatan daerah mencerminkan keberhasilan
dunia usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam membiayai penyelenggaraan negara dan
pembangunan.

PAD (Pendapatan Asli Daerah) menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 yaitu
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau
badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Mustaqiem (2008:202)
Setelah Makassar, Manado merupakan salah satu kota terbesar di Pulau Sulawesi. Kota
yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara ini memiliki 11 kecamatan dan 87 kelurahan
dan desa (dari total 171 Kecamatan , 332 Kelurahan di Sulawesi Utara). Kota Manado adalah
salah satu daerah yang memiliki hak otonomi daerah untuk mengurus daerahnya sendiri.
Dengan disahkannya otonomi daerah, diharapkan Pemerintah Kota Manado dapat mengelola
sendiri dan memaksimalkan sumber daya yang ada di Kota Manado untuk kelangsungan dan
kemajuan daerah. Salah satu upaya pemerintah kota Manado untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah adalah melalui penggunaan pajak daerah seperti pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan.

Bagi negara pajak memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan (budgetary
function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function). Pajak sebagai
sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran publik, seperti sektor yang
berupa barang publik seperti pembangunan dalam negeri, memperbaiki fasilitas publik,
memberikan akses transporatasi, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan. dapat dilihat
bahwa pajak menjadi indikator yang penting bagi suatu daerah demi pembangunan daerah itu
sendiri. pemasukan dana sangat potensial karena besaran penerimaan pajak dalam
pembangunan pajak.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar Kontribusi pajak Hotel, Restoran dan Hiburan terhadap


Pendapatan Asli Daerah Kota Manado?

2. Seberapa besar efektivitas diberlakukannya pajak Hotel, Restoran dan Hiburan


pada Pendapatan Asli Daerah Kota Manado?

3. Seberapa besar perbedaan penerimaan Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan terhadap
pengalokasian pajak di Kota Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengerahui kontribusi pajak Hotel, Restoran dan Hiburan terhadap


pendapatan Asli Daerah Kota Manado
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak Hotel, Restoran, dan
Hiburan pada Pendapatan Asli Daerah Kota Manado.

3. Untuk mengetahui perbedaan penerimaan Pajak Hotel,Restoran dan Hiburan


terhadap pengalokasian pajak di Kota Manado.
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut :

1. Sebagai masukan untuk Pemerintah Kota Manado dalam upaya pengalian dan efektifitas
pemungutan Pajak Daerah khususnya Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan guna meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.

2. Sebagai masukan pemikiran dalam pendidikan guna pengembangan ilmu pengetahuan


khususnya di bidang perpajakan.

3. Sebagai wadah masukan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian di
bidang perpajakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pajak

1. Pengertian pajak

Pajak adalah iuran wajib yang diberikan kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajibankenegaraan dan
peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-
undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak
dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, Andriani dalam Waluyo (2013:2).

Pajak adalah kewajiban rakyat kepada kas negara dengan memberikan kontribusi wajib
kepada negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan dan pembangunan dalam
mencapai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tanggung jawab untuk membayar kewajiban
perpajakan, sebagai cerminan kewajiban negara di bidang perpajakan, berada pada anggota
masyarakat itu sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini sesuai dengan sistem self-
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan/pembinaan, pelayanan, dan pengawasan.

2. Fungsi pajak

Secara umum, karena pajak berfungsi sebagai instrumen kebijakan ekonomi, pajak memiliki
pembiayaan dan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan umum, tidak mungkin suatu
negara menginginkan ekonomi masyarakat menurun. berikut beberapa fungsi pajak yang
dirangkai, antara lain :

• Fungsi Anggaran
Pajak adalah sumber pendapatan terbesar di banyak negara. Keringanan pajak untuk
mendanai semua pengeluaran pemerintah, seperti gaji pegawai negeri, gaji tentara,
pembangunan keuangan dan bahkan pembayaran utang publik juga salah satunya.
• Fungsi Regulasi
Pajak juga digunakan oleh pemerintah sebagai kebijakan negara atau yang dikenal
dengan kebijakan fiskal. Beberapa kebijakan fiskal melibatkan penggunaan bea
masuk yang bertujuan untuk menekan impor.
• Fungsi stabilitas
Dengan pajak, pemerintah memiliki sarana untuk menerapkan langkah-langkah
stabilitas harga. Sehingga inflasi dapat dikontrol dengan baik. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur aliran uang di masyarakat, memungut pajak, dan
menggunakan pajak yang efektif dan efisien.
• Fungsi pemerataan
Pajak adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan serta menyeimbangkan
antara pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat,
termasuk pembagian antar pemerintah daerah.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara. Dapat disimpulkan, sistem
ini menjadi metode pengelolaan utang pajak yang bersangkutan agar bisa masuk ke kas negara.
• Self Assessment System
Sistem self assessment merupakan sistem pemungutan yang mensyaratkan
penentuan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan
secara mandiri. Artinya wajib pajak berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan
melaporkan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau sistem administrasi resmi
online pemerintah. Contoh dari sistem pemungutan pajak dari self assessment system,
yakni jenis pajak PPN danPPh. Sistem pemungutan yang telah berlaku sejak tahun 1983
hingga saat ini yang berlaku pada jenis pajak pusat. Sementara itu melalui sistem ini,
pemerintah berperan sebagai pengawas dari kegiatan perpajakan dari wajib pajak.
Namun, dengan kemudahan dan fleksibilitas bagi wajib pajak, beberapa
konsekuensi dapat terjadi dalam sistem penilaian mandiri. Hal ini dikarenakan semua
perhitungan dan pelaporan dilakukan oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak berusaha
untuk menyetor sesedikit mungkin. Bahkan, ada laporan kekayaan palsu yang bisa
terjadi.
Berikut ini ciri-ciri self assessment system:
a. Wajib pajak menentukan besaran pajak terutang.
b. Wajib pajak memiliki peran aktif untuk menyelesaikan kewajiban pajak, mulai dari
perhitungan, pembayaran, maupun pelaporan.
- Pemerintah tidak harus menerbitkan surat ketetapan pajak, kecuali ketika wajib pajak
telat melapor, telat membayar utang, maupun terdapat kewajiban pajak yang tidak
dibayar oleh wajib pajak.
• Official Assessment System
Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memerlukan
kewenangan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh fiskus dan fiskus
sebagai pemungutnya.
Dengan sistem penilaian resmi, wajib pajak pasif dan pajak terutang ada ketika
administrasi pajak menerbitkan surat ketetapan. Contoh sistem pemungutan pajak ini
adalah pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan jenis pajak daerah lainnya. Hal
ini karena ketika seseorang membayar PBB, KPP menjadi pihak yang menerbitkan
surat ketetapan pajak yang memuat besaran PBB yang terutang setiap tahunnya.Dengan
demikian, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak yang terutang. Wajib Pajak
hanya perlu membayar PBB sebesar besarnya sesuai dengan Surat Setoran Pajak
Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh KPP tempat subjek pajak terdaftar. Penerapan
sistem ini juga ditujukan kepada Wajib Pajak yang dianggap tidak bertanggung jawab
penuh atas perhitungan dan penetapan besarnya pajak. Sistem akan berhasil meskipun
petugas memenuhi persyaratan standar dan persyaratan dari segi kualitas, kuantitas dan
integritas.
Berikut ciri-ciri sistem pemungutan pajak official assessment:
a. Petugas pajak yang menghitung dan memungut besaran pajak terutang.
b. Wajib pajak memiliki sifat pasif dalam menghitung besaran pajak.
Pajak terutang besarannya sesuai surat ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh petugas
pajak.
c. Pemerintah mempunyai hak penuh dalam penentuan besaran pajak yang perlu
dibayarkan.

• Withholding System
Withholding System adalah sistem pemungutan yang memberikan wewenang
kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Pihak ketiga yang dimaksud bukanlah pemerintah atau wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh sistem pemungutan pajak dengan sistem yang satu ini, yakni pemotongan
penghasilan karyawan oleh bendahara instansi terkait. Dengan begitu, karyawan tak
perlu ke KPP untuk melakukan pembayaran atas potongan pajak tersebut.
Sementara itu, jenis pajak yang menggunakan sistem ini yakni PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. setelah itu, untuk bukti
pada setiap pelunasan pajak yang dilakukan, biasanya berupa bukti potong maupun
bukti pungut. Selain bukti potong, dapat juga memakai Surat Setoran Pajak (SSP) dalam
beberapa kasus tertentu. Nantinya, setiap bukti dan surat tersebut dapat disertakan
bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN oleh setiap wajib pajak terkait.
Berikut ini ciri-ciri withholding system:

a. Wajib pajak dan pemerintah sama-sama tidak berperan aktif dalam menghitung
besaran pajak.
b. Instansi atau perusahaan terkait sebagai pihak ketiga yang menghitung besaran
pajak.
c. Wajib pajak perlu melampirkan bukti potong atau SSP bersamaan dengan SPT
Tahunan PPh atau SPT Masa PPN.
B. Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan indikator utama dari Pendapatan Asli
Daerah yang tentu nantinya akan digunakan untuk menyelenggarakan pembangunan dari
pemerintahan. Penting bagi kita untuk mengetahui dan mempelajari tentang hal tersebut agar
dapat memberikan pencerahan dan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk selalu taat pajak dan retribusi. (Suluh, 2021).

1. Penerimaan Pajak Daerah


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah disebutkan bahwa penerimaan daerah adalah semua uang yang masuk ke kas
Daerah. Penerimaan daerah terdiri atas: Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Pembiayaan daerah.
2. Penerimaan retribusi daerah
Pada Pasal 31 ayat (2), hal-hal terkait dengan pajak daerah dan retribusi daerah diatur
dalam ketentuan yang mengatur mengenai pajak daerah dan retribusi daerah yakni
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Retribusi daerah merupakan pungutan yang secara sah sudah diatur pemerintah dan
menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa
pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah yang bersangkutan.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
Pendapatan PAD lain yang memegang peranan penting setelah pajak dan retribusi
daerah adalah bagian pemerintah daerah dari keuntungan BUMD. Tujuan dibentuknya
BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja atau menunjang
pembangunan ekonomi daerah, nantinya BUMD juga membantu untuk melayani
masyarakat dan merupakan sumber pendapatan daerah (Nasir, 2019)
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Hasil pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah. Dana dari pendapatan
daerah merupakan salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan kewajiban daerah
untuk membiayai pengeluaran biasa dan biaya pembangunan daerah. Dan juga sebagai
alat untuk memasukkan uang sebesar-besarnya ke kas daerah untuk mendukung
perkembangan kondisi sosial ekonomi pengguna jasa. Tentu saja hal ini tidak lepas dari
keberadaan lembaga yang bersangkutan atau yang ditugaskan untukmengaturnya.
dan daerah, serta mengatur dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi. contoh contoh
lain-lain pendapatan asli yang sah ialah:
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

c. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa kompensasi langsung yang berimbang yang dapat dibebankan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. (Puspita, 2016)

2. Ciri-ciri Pajak Daerah

Ciri-ciri pajak daerah dapat diringkas sebagai berikut:

• Pajak daerah dapat berasal dari pajak daerah atau dari pajak pusat yang dibebankan
kepada daerah sebagai pajak daerah.
• Pajak daerah dipungut oleh daerah hanya di daerah administrasi yang dikuasainya.
• Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan keluarga daerah dan/atau untuk
membiayai pengeluaran daerah.
• Dipungut oleh Daerah berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA), sehingga pajak daerah
bersifat memaksa dan dapat dikenakan kepada subjek yang wajib membayar. Peraturan
Perpajakan Daerah paling kurang mengatur: nama, objek, subjek, masa pajak.
Penetapan, wilayah pemungutan dan lain-lain.

3. Jenis dan Tarif Pajak Daerah

Jenis dan tarif pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah di atur dalam UU No. 34
Tahun 2000, yaitu sebagai berikut:

a. Jenis dan tarif pajak provinsi adalah sebagai berikut.


1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaran di atas air 5% (lima persen);
2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan dan kendaraan di atas air 10% (sepuluh
persen);
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5% (lima persen);
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bahan tanah dan air permukaan 20% (dua
puluh persen).
b. Jenis dan tarif pajak kabupaten/kota adalah sebagai berikut.

1. Pajak hotel 10% (sepuluh persen);

2. Pajak restoran 10% (sepuluh persen);

3. Pajak hiburan 35% (tiga puluh lima persen);

4. Pajak reklame 25% (dua puluh lima persen);

5. Pajak penerangan jalan 10% (sepuluh persen);

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C 20% (dua puluh persen);

7. Pajak parkir 20% (dua puluh persen).

d. Pajak Hotel

Pajak Hotel merupakan dana iuran yang dipungut atas jasa penginapan yang disediakan
sebuah badan usaha tertentu yang jumlah ruang/kamarnya lebih dari 10. Pajak tersebut
dikenakan atas fasilitas yang disediakan oleh hotel tersebut. Tarif pajak hotel dikenakan sebesar
10% dari jumlah yang harus dibayarkan kepada hotel dan masa pajak hotel adalah 1 bulan.

e. Pajak Restoran

Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Tarif pajak restoran sebesar 10% dari biaya pelayanan yang ada diberikan sebuah
restoran.

f. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan yang memiliki
biaya atau ada pemungutan biaya di dalamnya. Objek pajak hiburan adalah yang
menyelenggarakan hiburan tersebut, sedangkan subjeknya adalah mereka yang menikmati
hiburan tersebut. Kisaran tarif untuk pajak hiburan ini adalah 0%-35% tergantung dari jenis
hiburan yang dinikmati.
Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan
paling tinggi 10% (sepuluh persen). Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang
diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Jumlah uang yang
seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma cuma yang diberikan kepada
penerima jasa Hiburan. Besaran pokok pajak hiburan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tariff dengan dasar pengenaan pajak. (MANURUNG, 2017)

g. Efektivitas dan Kontribusi

1. Efektivitas

Efektivitas adalah hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai. Dikatakan efektif jika proses bisnis mencapai tujuan dan sasaran politik akhir (belanja
secara bijaksana). Semakin besar output yang dihasilkan relatif terhadap pencapaian dan tujuan
serta sasaran yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi,
Mahmudi (2010:143).

Pajak daerah dapat dikategorikan tingkat efektivitasnya sebagai berikut:

• Tingkat pencapaian di atas 100% berarti sangat efektif.


• Tingkat pencapaian d antara 90%-100% berarti efektif.
• Tingkat pencapaian di antara 80%-90% berarti cukup efektif.
• Tingkat pencapaian di antara 60%-80% berarti kurang efektif.
• Tingkat pencapaian di bawah 60% berarti tidak efektif.

2. Kontribusi

Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan


sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah (khususnya pajak hotel dan pajak restoran) periode
tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin
besar pula peranan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil
perbandingannya terlalu kecil berarti peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil
(Muhmudi, (2010:145).
f. Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Masalah Tujuan

Alfan A. Analisis efektifitas dan terdapat kesenjangan Tingkat efektifitas


Lamia kontribusi pemungutan antara warga negara penerimaan pajak
David pajak restoran, pajak yang kaya dan yang restoran, pajak
P.E.Saerang reklame, dan pajak miskin. reklame, dan pajak
Heince R.N penerangan jalan pada penerangan jalan
Wokas pendapatan asli daerah terhadap Pendapatan
kabupaten minahasa Asli Daerah dari tahun
utara 2010-2014

Edward W. Efektivitas dan Potensi peningkatan Efektivitas pajak hotel


Memah kontribusi penerimaan efektivitas dalam dan pajak restoran
pajak hotel dan restoran penerimaan pajak hotel pada pemerintah Kota
terhadap pad kota dan pajak restoran dan Manado.
manado kontribusi yang
diberikan oleh hotel
dan restoran dapat
memacu pembangunan
ekonomi di Kota
Manado.

Indriani ANALISIS Tingkat pendapatan Tujuan penelitian


Luisa EFEKTIVITAS Asli daerah adalah untuk
Lohonauman PEMUNGUTAN menimbulkan menganalisis
PAJAK DAERAH pertanyaan terhadap efektivitas
DALAM tingkat efektivitas pemungutan pajak
MENINGKATKAN pemungutan pajak daerah dalam
PENDAPATAN ASLI daerah meningkatkan
DAERAH DI pendapatan asli daerah
KABUPATEN di kabupaten sitaro
SITARO

Irsandy ANALISIS Tugas pemerintah Mengetahui efektivitas


Octovido EFEKTIVITAS DAN daerah menjalankan dan kontribusi Pajak
Nengah KONTRIBUSI PAJAK otonomi daerah serta Daerah terhadap
Sudjana DAERAH SEBAGAI desntralisasi, maka Pendapatan Asli
Devi Farah SUMBER aspek pembiayaan Daerah di Kota Batu
Azizah PENDAPATAN ASLI harus terdesentralisasi
DAERAH KOTA
BATU
Feisly EFEKTIVITAS DAN Kota Manado untuk mengetahui
Kesek KONTRIBUSI mempunyai banyak bagaimana efektivitas
PENERIMAAN PAJAK potensi pajak daerah penerimaan Pajak Parkir
PARKIR TERHADAP yang masih harus digali pada Dinas Pendapatan
PENDAPATAN ASLI oleh pemerintah Daerah Kota Manado
tahun 2009-2012 dan
DAERAH KOTA setempat yang memiliki
untuk mengetahui
MANADO Pendapatan Asli Daerah seberapa besar
(PAD) tertinggi kontribusi yang
dibanding kabupaten diberikan Pajak Parkir
kota lainnya di provinsi terhadap penerimaan
Sulawesi Utara Pendapatan Asli Daerah
Kota Manado tahun
2009-2012.
Frank Effectiveness of tax and Changes in the relative evaluation of the
Chaloupka, price policies in tobacco prices of tobacco strength of the evidence
Kurt Straif, control products lead to some supporting eighteen
Maria E substitution with conclusion statement
Leon relatively less
expensive products
Roberto Tax evasion, tax morale Standard for evaluating To observed persistence
Dell'Anno and policy maker's differences in the tax in the size of aggregate
effectiveness treatment of different tax evasion is at the
individuals, tthe fiscal macroeconomic level.
exchange where
taxpayers get public
services for the tax
prices they pay, the
political procedures that
lead to this exchange;
and, the personal
relationship between
the taxpayers and the
tax administrators
John D. The Effectiveness of the a change in business to stimulate recycling
Phillips UK Landfill Tax behaviour, identified by might lead to greater
a growing commitment rates of recycling in
to recycling, reuse and densely populated areas
waste minimization. than in less densely
populated areas.
Leoš Vitek, Effectiveness of the Compliance costs of To find out the costs
Jan Pavel & Czech Tax System taxation are costs connected with
Jana Krbov arising to taxpayers collection of individual
(natural as well as legal taxes.
persons) because the tax
system exists
h. Kerangka Teori
EFEKTIVITAS
PAJAK
PAJAK HOTEL
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
PAJAK RESTORAN

KONTRIBUSI
PAJAK HIBURAN PAJAK

Dalam penelitian ini, penulis menjabarkan klasifikasi permasalahan untuk melihat seberapa
besar efektivitas Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan dan kontribusi pajak tersebut
terhadap pajak daerah dan PAD di Kota Manado.
i. Hipotesis
Menurut Ghozali (Ghozali, 2001), hipotesis adalah hasil sementara dan masih harus dibuktikan
kebenarannya dengan alat uji analisis. Hipotesis di susun berdasarkan kebenarannya dan juga
sesuai dengan kerangka pemikiran serta penelitian terdahulu. Hipotesis yang disusun dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga bahwa efektivitas penerimaan pajak hotel dan kontribusi pajak hotel berpengaruh
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado.
H2 : Diduga bahwa efektivitas penerimaan pajak restoran dan kontribusi pajak restoran
berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado.
H3 : Diduga bahwa efektivitas penerimaan pajak Hiburan dan kontribusi pajak Hiburan
berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan mendeskripsikan kesimpulan dari hasil analisis dokumen dan data yang menjadi
objek penelitian. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sebagaimana adanya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak hotel, restoran, dan hiburan
pada pemerintah kota Manado dan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel,
restoran, dan hiburan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) kota Manado Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder data dimana data primer
berasal dari observasi. ke kantor pendapatan daerah Kota Manado pada tahun 2015-2019.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, berupa target dan
realisasi pajak hotel, restoran, hiburan dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah mulai tahun
2015-2019 yang dapat diperoleh pada Kementerian Keuangan
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis mencari data realisasi dan target pajak kota manado pada data
yang diberikan oleh Kementerian Keuangan.
D. Metode Analisis Data
Pada kesempatan ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu
penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data numerik,
supaya dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan. Perhitungan angka menggunakan formula efektivitas dan kontribusi atau
rasio pengukuran.
1. Analisis Efektivitas, Besarnya peningkatan efektivitas pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan dapat dihitung dengan rumus:
𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐀𝐃 (𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥,𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐑𝐞𝐬𝐭𝐨𝐫𝐚𝐧,𝐝𝐚𝐧 𝐇𝐢𝐛𝐮𝐫𝐚𝐧)
x100
𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐀𝐃 (𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐑𝐞𝐬𝐭𝐨𝐫𝐚𝐧,𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐇𝐢𝐛𝐮𝐫𝐚𝐧)

2. Analisis Kontribusi, Kontribusi pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap
PAD, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥,𝐑𝐞𝐬𝐭𝐨𝐫𝐚𝐧,𝐝𝐚𝐧 𝐇𝐢𝐛𝐮𝐫𝐚𝐧
x100
𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐀𝐃

E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terkait, antara lain sebagai
berikut.
1. Pajak Hotel adalah pembayaran atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel, termasuk
fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari sepuluh. Variabel ini diukur dalam satuan Rupiah.
2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Sedangkan
yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar
dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Variabel ini diukur dalam satuan Rupiah.
3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan atau bisnis hiburan. Hiburan di sini
diartikan sebagai semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut sejumlah bayaran atau ongkos tertentu. Variabel ini diukur
dalam satuan Rupiah.
4. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus
dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely). Semakin besar ouput yang dihasilkan terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.
5. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah (khususnya pajak hotel dan pajak restoran)
periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya
berarti semakin besar pula peranan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai