Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERPAJAKAN DI INDONESIA

(Ekonomi Publik I)

Dosen pengampu mata kuliah : Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Damayanti
20170430220 / A

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang sampai saat ini masih
di andalkan untuk pembiayaan pembangunan Negara. Pajak secara langsung dibebankan
kepada masyarakat Indonesia. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban tetapi merupakan hak dari setiap
warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan
Negara dan pembangunan nasional.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan
pajak di indonesia adalah Self Assesment System yang berarti wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak
yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assesment System terdapat cara lain
yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding System merupakan cara yang
paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara
mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak
lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk
memungut pajak.
Oleh karena sebab itu, penulis disini akan menguraikan berbagai penjelasan
mengenai perpajakan untuk memberikan wawasan serta informasi kepada masyrakat
umum.

B. Rumusan Masalah
Pajak menjadi salah satu sumber utama perkembangan perekonomian suatu negara.
Adapun masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perpajakan di Indonesia?
2. Apa pengertian tax amnesty?
3. Bagaimana hubungan pajak dengan APBN?
C. Tujuan
1. Untuk menegetahui tentang pajak di Indonesia.
2. Untuk mengetahui tax amnesty.
3. Untuk mengetahui hubungan pajak dengan APBN.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak
1. Pengertian
Pajak adalah kontribusi wajib yang diberikan wajib pajak kepada negara. Saat
membayarkan pajak, negara tidak memberikan imbalan langsung. Pajak pun bersifat
memaksa dan hasil pungutannya tersebut harus digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Terdapat beberapa macam batasan atau definisi tentang pajak yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
b. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.

2. Unsur-Unsur Pajak
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian diatas, ada
bebrapa unsur-unsur yang ada dalam perpajakan, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan
ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang dapat
ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak
kendaraan bermotortor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang
yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah
dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak
tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundag-undangan.

3. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah
ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
b. Fungsi Mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri
maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk
yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat (Angka Suhenda, 2012).

4. Macam-Macam Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan untuk pembiayaan
pembangunan Negara. Di Indonesia terdapat beberapa macam pajak, yaitu sebagai
berikut:
a. Pajak penghasilan (umum)
Berdsarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pengertian
pajak penghasilan (umum) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Abdul
Halim dkk, 2014:47). Undang-undang pajak penghasilan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam
undnag-undang pajak penghasilan disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau
dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajaknya subjeknya dimulai atau berakhir pada tahun pajak. Undang-
undang pajak penghasilan menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai
pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat keetapan pajak (Kurnia
Nurbaiti, 2012). Subjek pajak berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
 Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun di luar Indonesia.
 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari
warisan tersebut tetap dilaksanakan.
 Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, persaruan lainnya,
badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sosial
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan usaha milik Negara dan badan usaha
milik Daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan
bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dari badan pemerintah misalnya,
lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk
memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
 Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia,
yaitu dapat berupa:
a) Tempat kedudukan manajemen
b) Cabang perusahaan
c) Gedung kantor
d) Pabrik
e) Ruangan untuk promosi dan penjualan dll.
5. Penggolongan Pajak
Di Indonesia, pajak dikategorikan berdasarkan tiga hal. Pertama, berdasarkan
golongannya/cara pemungutannya (pajak langsung dan pajak tidak langsung). Kedua,
berdasarkan sifatnya (pajak subjektif dan pajak objektif). Ketiga, berdasarkan
lembaga pemungutannya (pajak pusat dan pajak daerah).

6. Sistem Perpajakan di Indonesia


Sejak tahun 1983, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemungutan
pajak yang semula menggunakan official assessment (dipakai saat era kolonial
Belanda) menjadi self assessment. Salah satu inti perbedaan dari dua sistem
pemungutan pajak ini adalah wewenang menetapkan besaran pajak terutang. Jika pada
official assessment, wewenang penetapan besaran pajak ada pada pemerintah,
sedangkan pada self assessment wewenang tersebut ada pada wajib pajak.

7. Upeti Sebagai Cikal Bakal Pajak


Di era pra kolonial (sebelum masuknya Belanda), pajak dikenal dengan istilah
upeti. Upeti dipungut oleh raja untuk kepentingan pribadi dan operasional
kerajaannya. Contohnya seperti membangun istana atau membiayai rumah tangga
kerajaan. Jenis pajak yang diberlakukan di era ini misalnya pajak tol dan pajak candu.

8. Perpajakan di Indonesia Pada Masa Belanda


Saat Indonesia dijajah oleh Belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem
perpajakan modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu di antaranya pajak
rumah tinggal yang diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha. Pemerintah Kolonial
Belanda juga membedakan besar tarif pajak berdasarkan kewarganegaraan wajib
pajak. Pada tahun 1885 misalnya, pemerintah memberlakukan kenaikan pajak tinggal
untuk warga Asia menjadi 4%. Pada era pra kemerdekaan, penjajah Belanda dan
Inggris juga telah memperkenalkan sistem pemungutan pajak yang sistematis.

9. Dasar Hukum Perpajakan di Indonesia


Setelah tahu bagaimana sejarah perpajakan di Indonesia, kini kita akan membahas
dasar hukum perpajakan di Indonesia pada era kemerdekaan. Berikut ini berbagai
dasar hukum yang mengatur perpajakan di Indonesia.
a. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diatur dalam
UU No. 6/1983 dan diperbarui oleh UU No. 16/2000.
b. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam UU No. 7/1983 dan
diperbarui oleh UU No. 17/2000.
c. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan yang diatur oleh
UU No. 8/1983 dan diganti menjadi UU No. 18/2000.
d. Undang-undang penagihan pajak dan surat paksa yang diatur dalam UU No.
19/1997 dan diganti menjadi UU No. 19/2000.
e. Undang-Undang Pengadilan Pajak yang diatur dalam UU N0. 14/2002.

10. Asas Perpajakan di Indonesia


Di samping memiliki dasar hukum, perpajakan di Indonesia juga memiliki asas
yang jelas. Berikut ini berbagai asas perpajakan yang berlaku di Indonesia.
1. Asas Finansial.
2. Asas Ekonomis.
3. Asas Yuridis.
4. Asas Umum.
5. Asas Sumber.
6. Asas Kebangsaan atau Nasionalitas.
7. Asas Wilayah atau Teritorial.

B. Tax Amnesty
1. Pengertian
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang
seharusnya dibayar dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan
sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Dalam
undang-undang ini juga disebutkan, wajib pajak hanya perlu mengungkap harta dan
membayar tebusan pajak sebagai pajak pengampunan atas harta yang selama ini tidak
pernah dilaporkan. Jadi, Tax Amnesty adalah sarana bagi pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan dari pajak serta kepatuhan wajib pajak. Selain itu Tax
amnesty merupakan kebijakan yang sering diterapkan banyak negara, tak terkecuali
Indonesia.
2. Tujuan Umum Tax Amnesty
Ada tiga tujuan yang menjadi target pelaksanaan tax amnesty di Indonesia.
Pertama, meningkatkan likuiditas domestic, penurunan suku bunga dan investasi dan
perbaikan nilai tukar rupiah melalui pengalihan harta. Kedua, mempercepat reformasi
perpajakan dan ketiga, meningkatkan penerimaan negara dari pajak.

3. Sistem Tax Amnesty di Indonesia


Tax amnesty (pengampunan pajak) di Indonesia dilakukan melalui tiga periode.
Periode pertama tax amnesty berlangsung dari 28 Juni 2016-30 September 2016,
dilanjutkan periode kedua yang mulai dari 1 Oktober 2016-31 Desember 2016. Periode
ketiga dan terakhir dari kebijakan ini berlangsung pada 1 Januari 2017-31 Maret 2017.
Tax amnesty adalah kesempatan bagi wajib pajak untuk membayar pajak dengan
jumlah tertentu termasuk penghapusan bunga dan dendanya tanpa takut akan dipidana.
Pemerintah memberikan beberapa kemudahan kepada wajib pajak yang ingin
mengikuti program tax amnesty. Kemudahan-kemudahan yang diberikan berupa tarif
pajak yang rendah dan beberapa fasilitas seperti:
a. Dihapuskannya sanksi administratif,
b. Ditiadakannya pemeriksaan pajak untuk penindakan dengan tujuan pidana,
c. Penghapusan segala pajak-pajak yang terutang.
d. Penghentian pemeriksaan pajak bagi yang sedang diperiksa.
e. Tidak dikenakannya PPh Final untuk pengalihan harta berupa saham, bangunan,
atau tanah.

Khusus bagi wajib pajak yang menyimpan hartanya di negara lain, mereka harus
merepatriasi hartanya atau menyalurkan hartanya yang selama ini tersimpan di luar
untuk diinvestasikan di Indonesia selama tiga tahun. Investasi tersebut dapat
berbentuk obligasi BUMN, investasi keuangan pada bank dalam negeri, obligasi
perusahaan-perusahaan dalam negeri, kerjasama dengan pemerintah atau badan usaha
sebagai investasi pada pembangunan infrastruktur, obligasi lembaga pembiayaan
pemerintah, dan investasi lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Intinya, mereka diwajibkan untuk investasi pada saluran-saluran sah yang telah
disediakan pemerintah. Selain itu, setelah surat keterangan atas harta-harta itu terbit,
wajib pajak selama 3 tahun tidak diperbolehkan menginvestasikan kembali hartanya
ke luar negeri.
4. Sanksi Bagi Peserta Tax Amnesty yang Tidak Jujur
Beberapa hal berikut dapat membuat wajib pajak terkena sanksi setelah periode
tax amnesty berakhir:
a. Wajib pajak yang memberikan laporan palsu atas harta yang dimilikinya.
b. Pengenaan sanksi sebesar 200% dari pajak penghasilan untuk penemuan harta dari
wajib pajak yang masih menyimpan harta atau penghasilannya dengan cara-cara
manipulatif setelah dia melaporkan pada masa tax amnesty.
c. Penemuan harta yang tidak dilaporkan dari wajib pajak yang tidak mengikuti
program tax amnesty sehingga harta tersebut ditambahkan langsung sebagai
penghasilan serta dikenakan tambahan sanksi tidak mengikuti tax amnesty.

C. Hubungan Pajak dan APBN


Hubungan antara pajak dengan APBN adalah pajak merupakan salah satu sumber
dana untuk menentukan besarnya anggaran pembelanjaan negara. Hubungan antara pajak
dengan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) merupakan hubungan yang
saling berkaitan. Pajak sebagai sumber penerimaan negara adalah penyumbang terbesar
APBN. Melalui APBN negara membuat rencana pendapatan dan belanja negara dalam
kurun waktu satu tahun. Semua program kerja dan besarnya biaya dicatat disini, yang
mencangkup seluruh daerah di wilayah Indonesia.
Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 2007-2019
Sumber Penerimaan 2007 1) 2008 1) 2009 1) 2010 1) 2011 1) 2012 1) 2013 1) 2014 1) 2015 1) 2016 1) 2017 1) 2018 2) 2019 3)
I. Penerimaan Dalam Negeri 706.108,00 979.305,00 847.096,00 992.249,00 1.205.346,00 1.332.322,90 1.432.058,60 1.545.456,30 1.496.047,33 1.546.946,60 1.654.746,10 1.897.643,40 2.164.676,50
Penerimaan Perpajakan 490.988,00 658.701,00 619.922,00 723.307,00 873.874,00 980.518,10 1.077.306,70 1.146.865,80 1.240.418,86 1.284.970,10 1.343.529,80 1.548.485,00 1.786.378,70
Pajak Dalam Negeri 470.052,00 622.359,00 601.252,00 694.392,00 819.752,00 930.861,80 1.029.850,00 1.103.217,60 1.205.478,89 1.249.499,50 1.304.316,30 1.506.436,20 1.743.056,90
Pajak Penghasilan 238.431,00 327.498,00 317.615,00 357.045,00 431.122,00 465.069,60 506.442,80 546.180,90 602.308,13 657.162,70 637.859,30 761.200,30 894.448,70
Pajak Pertambahan Nilai 154.527,00 209.647,00 193.067,00 230.605,00 277.800,00 337.584,60 384.713,50 409.181,60 423.710,82 412.213,50 480.724,60 564.682,40 655.394,90
Pajak Bumi dan Bangunan 23.724,00 25.354,00 24.270,00 28.581,00 29.893,00 28.968,90 25.304,60 23.476,20 29.250,05 19.443,20 16.770,30 17.433,90 19.103,60
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5.953 5.573 6.465 8.026 -1 0 0 0 0 0 0 0 0
Cukai 44.679,00 51.252,00 56.719,00 66.166,00 77.010,00 95.027,90 108.452,00 118.085,50 144.641,30 143.525,00 153.288,10 155.504,80 165.501,00
Pajak Lainnya 2.738,00 3.035,00 3.116,00 3.969,00 3.928,00 4.210,90 4.937,10 6.293,40 5.568,30 17.154,50 15.672,60 7.614,90 8.608,70
Pajak Perdagangan Internasional 20.936,00 36.342,00 18.670,00 28.915,00 54.122,00 49.656,30 47.456,60 43.648,10 34.939,97 35.470,70 39.213,60 42.048,80 43.321,80
Bea Masuk 16.699,00 22.764,00 18.105,00 20.017,00 25.266,00 28.418,40 31.621,30 32.319,10 31.212,82 32.472,10 35.066,20 37.600,40 38.899,30
Pajak Ekspor 4.237,00 13.578,00 565,00 8.898,00 28.856,00 21.237,90 15.835,40 11.329,00 3.727,15 2.998,60 4.147,40 4.448,40 4.422,50
Penerimaan Bukan Pajak 215.120,00 320.604,00 227.174,00 268.942,00 331.472,00 351.804,70 354.751,90 398.590,50 255.628,48 261.976,30 311.216,30 349.158,30 378.297,90
Penerimaan Sumber Daya Alam 132.893,00 224.463,00 138.959,00 168.825,00 213.823,00 225.844,00 226.406,20 240.848,30 100.971,87 64.901,90 111.132,00 169.196,30 190.754,80
Bagian laba BUMN 23.223,00 29.088,00 26.050,00 30.097,00 28.184,00 30.798,00 34.025,60 40.314,40 37.643,72 37.133,20 43.904,20 44.695,40 45.589,30
Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 56.873,00 63.319,00 53.796,00 59.429,00 69.361,00 73.458,50 69.671,90 87.746,80 81.697,43 117.995,40 108.834,60 91.962,10 94.069,30
Pendapatan Badan Layanan Umum 2.131,00 3.734,00 8.369,00 10.591,00 20.104,00 21.704,30 24.648,20 29.681,00 35.315,46 41.945,90 47.345,50 43.304,60 47.884,50
II. Hibah 1.697,70 2.304,00 1.666,60 3.023,00 5.253,90 5.786,70 6.832,50 5.034,50 11.973,04 8.987,70 11.629,80 5.383,20 435,30
Jumlah 707.806,10 981.609,40 848.763,20 995.271,50 1.210.599,70 1.338.109,60 1.438.891,10 1.550.490,80 1.508.020,37 1.555.934,20 1.666.375,90 1.903.026,60 2.165.111,80
Catatan : Perbedaan satu digit dibelakang terhadap angka penjumlahan karena pembulatan
1) LKPP
2) Outlook
3) APBN
Sumber : Departemen Keuangan
Tabel Analisis perpajakan di Indonesia Tahun 2009-2018
Tahun Pajak APBN Ratio
(Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (%)

2009 Rp. 619 T Rp. 848,7 T 72,9 %


2010 Rp. 723 T Rp. 995,2 T 72,6 %
2011 Rp. 873 T Rp. 1.210,5 T 72,1 %
2012 Rp. 980 T Rp. 1.338,1 T 73,2 %
2013 Rp. 1.077 T Rp. 1.438.8 T 74,8 %
2014 Rp. 1.146 T Rp. 1.550,4 T 73,9 %
2015 Rp. 1.240 T Rp. 1.508.0 T 82,2 %
2016 Rp. 1.284 T Rp. 1.555,9 T 82,5 %
2017 Rp. 1.343 T Rp. 1.666,3 T 80,5 %
2018 Rp. 1.548 T Rp. 1.903, 0T 81,3 %
Sumber data: BPS
Berdasarkan data yang diambil dari BPS, pajak di Indonesia selama kurun waktu dari
2009 sampai dengan 2018 mengalami kenaikan. Pada tahun 2009, penerimaan pajak sebesar
Rp. 619 Triliun dan naik setiap tahunnya hingga tahun 2018, penerimaan dari pajak sebesar
Rp. 1.548 Triliun. Sumber- sumber penerimaan pajak berasal dari pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri antara lain pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,
cukai, serta pajak lainnya. Pajak penghasilan menyumbang paling tinggi dalam penerimaan
pajak dan setiap tahun mengalami kenaikan. Penerimaan pajak perdagangan Internasional
terdiri dari bea masuk dan pajak ekspor.
Untuk data APBN Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2018 mengalami kenaikan
yaitu pada tahun 2009, APBN sebesar Rp. 848,7 Triliun dan pada tahun 2018, APBN sebesar
Rp. 1.903,0 Triliun. Tetapi APBN pada tahun 2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2014,
APBN sebesar Rp. 1.550,4 Triliun turun menjadi Rp. 1.508,0 Triliun di tahun 2015. APBN
pada tahun 2015 mengalami penurunan disebabkan karena sumber-sumber pendapatan negara
mengalami penurunan seperti penerimaan dalam negeri dan penerimaan bukan pajak
mengalami penurunan.
Ratio dari pajak dan APBN juga mengalami kenaikan dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2018 yaitu sebesar 72,9 % menjadi 81,3 %. Rasio ini dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi karena dipengaruhi oleh pajak dan APBN.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan untuk pembiayaan pembangunan
Negara. Di Indonesia terdapat beberapa macam pajak, yaitu pertama, Pajak penghasilan
(umum) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak memiliki peranan penting bagi
kelangsungan hidup rakyat Indonesia karena pajak merupakan penyumbang terbesar
sumber pendapatan negara.

B. Saran
Penghasilan negara terbesar terutama negara kita Indonesia adalah berasal dari pajak.
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara khususnya
Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar
manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu para wajib pajak juga harus rutin dalam
membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.online-pajak.com/perpajakan-di-indonesia-sejarah-sistem-dan-dasar-
hukumnya
2. https://www.online-pajak.com/tax-amnesty-dan-tujuannya-di-indonesia
3. https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/24/1286/realisasi-penerimaan-negara-milyar-
rupiah-2007-2019.html
4. https://www.studiobelajar.com/apbn-apbd/

Anda mungkin juga menyukai