Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DAN PENDEKATAN PERPAJAKAN

Dosen Pengampu :
Dr. Sri Fajar Ayu SP., MM.

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Kesia Yolantio Pangaribuan (210304196)


2. Devita Br Ginting Suka (210304185)
3. Gerry Junanta Sinuraya (210304161)
4. Muhammad Khaizuron (210304068)
5. Kevin Immanuel Manurung (210304094)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo (2011:1)
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut P. J. A. Andriani dalam
bukunya Waluyo, (2009:2): “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dipaksakan
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
undangundang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Berdasarkan definisi pajak menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa Pajak adalah iuran
masyarakat kepada kas Negara yang diatur dalam Undang-Undang, membiayai pembangunan
dan pengeluaran umum dan tidak ada timbal balik yang bersifat memaksa.

Menurut Undang-undang Dasar 1945, dasar hukum pajak tercantum dalam pasal 23A ayat
2 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang”, yang berarti bahwa
pengertian tersebut telah disetujui rakyat bersama pemerintah yang dituangkan dalam bentuk
Undang-undang.

Menurut Siti Resmi (2013), jenis pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongannya,
pihak pemungut dan sifatnya. Berikut akan diuraikan terkait masing-masing klasifikasi jenis
pajak :

1. Berdasarkan golongannya, pajak dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak langsung dan pajak tidak
langsung

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan kewajiban tersebut tidak dapat dibebankan kepada pihak lain, seperti
pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung adalah jenis pajak yang dapat dibebankan kepada pihak lain dan
timbul karena adanya peristiwa yang menyebabkan terutangnya pajak, contohnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).

2. Berdasarkan pihak yang memungut, pajak dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak pusat dan pajak
daerah

a. Pajak pusat merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Contohnya
yaitu PPN, PPh dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
b. Pajak daerah merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota dan provinsi. Contohnya yaitu pajak rekreasi, pajak hotel, pajak burung
walet dan lain-lain.

3. Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pajak subjektif dan pajak
objektif

a. Pajak subjektif adalah jenis pajak yang pengenaanya harus melihat kondisi atau
keadaan wajib pajak atau subjek pajaknya terlebih dahulu. Contoh pajak subjektif yaitu
PPh.
b. Pajak objektif adalah jenis pajak yang pengenaanya memperhatikan objek yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak atau dengan kata lain tidak memperhatikan
subjeknya. Contoh dari pajak objektif yaitu PPN.

Dr. Gunadi M. Sc, Akt. (2009) menyatakan bahwa konsep penghasilan untuk tujuan pajak
penghasilan dapat berbeda dari konsep penghasilan pada akuntansi komersial, karena
perpajakan umumnya berkaitan dengan keadilan vertikal dan keadilan horizontal serta dapat
dipakai sebagai suatu instrumen kebijakan ekonomi dan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pajak

Pajak merupakan sumber pendapatan utama pemerintah dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Klasifikasi pajak menurut pemungut pajak terdiri dari pajak pusat,
pajak daerah, dan pajak daerah (Riftiasari, 2019). Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009, Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Pengertian
pajak adalah iuran wajib pajak yang terutang kepada negara oleh orang perseorangan atau
badan hukum yang bertindak berdasarkan penerapan Undang-undang. diberlakukan tanpa
imbalan langsung dan digunakan untuk melayani keperluan negara sebesar-besarnya demi
kemakmuran rakyatnya.

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013) adalah sumbangan terhadap kas negara yang
dilakukan oleh warga negara, berdasarkan undang-undang yang dapat dilaksanakan tanpa
adanya bukti pertimbangan langsung dan terbiasa membayar pengeluaran negara. Dari definisi
yang telah dibahas sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa pajak memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

1. Sumbangan wajib kepada negara


2. Pemungutan pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang
3. Pemungutan pajak bersifat wajib
4. Pembayaran pajak digunakan untuk pengeluaran umum dan kesejahteraan

2.2 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2016) menyebutkan beberapa fungsi pajak, diantara lain:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Fungsi ini berada pada sektor publik dan terdiri dari mobilisasi dana pajak yang sebesar-
besarnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Sebagai salah satu sumber penerimaan pajak negara digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam rangka pelaksanaan tugas nasional dan pembangunan
sehari-hari.
2. Fungsi mengatur (regulered)

Fungsi Regulasi artinya pajak digunakan sebagai alat yang memungkinkan pemerintah
mencapai tujuan ekonomi, keuangan, sosial, budaya, dan politik tertentu. Berikut contoh pajak
sebagai fungsi pengatur:
a. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Pajak tersebut dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah.
Semakin mewah suatu barang, tarif pajak yang diberikan semakin tinggi.

b. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan

Hal tersebut dilakukan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan
kontribusi (membayar pajak) yang tinggi sehingga dapat memperbesar devisa negara

c. Tarif pajak ekspor sebesar 0%

Bertujuan agar para pengusaha terdorong untuk melakukan ekspor hasil produksinya di pasar
dunia sehingga mampu memperbesar devisa negara.

d. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu

Seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan lainnya, hal ini dilakukan supaya
ada penekanan terhadap industri dikarenakan menganggu kenyamanan.

e. Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan peredaran usaha
tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanan penghitungan pajak.

f. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan
modalnya di Indonesia.

2.3 Jenis-Jenis Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2013) ada bermacam-macam tarif pajak, yaitu:

1. Tarif sebanding atau proporsional

Tarif tetap tanpa memperhatikan jumlah kena pajak, sehingga jumlah pembayaran pajak
sebanding dengan jumlah kena pajak. Misalnya, penyerahan barang kena pajak di dalam daerah
pabean dikenakan PPN 10%.
2. Tarif tetap

Tarif yang bernilai tetap (sama dengan) jumlah kena pajak, sehingga jumlah pembayaran
pajak tetap. Misalnya tarif bea materai untuk cek dan Billy Et Giro pecahan apapun adalah Rp.
3.000.000.

3. Tarif progresif

Semakin besar jumlah kena pajak, semakin tinggi rasio tarif pajak. Seperti dalam Pasal 17
Undang-Undang Pajak Penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Tabel 1.1 Tarif PPH Orang Pribadi

1. WP dengan penghasilan Rp60jt / bulan dikenai pajak 5%


2. WP dengan penghasilan Rp60 – 250jt / bulan kena pajak sebesar 15%
3. WP berpenghasilan Rp250 – 500jt / bulan dikenakan pajak 25%
4. WP dengan penghasilan sebesar Rp500jt – 5M pajak yang dikenakan
adalah 30%
5. WP berpenghasilan di atas Rp5M akan terkena pajak sebesar 35%
Sumber: Online Pajak

4. Tarif degresif

Ketika jumlah kena pajak meningkat, tarif pajak menurun. Bagi para pelaku wajib pajak,
mereka mengikuti tarif progresif sesuai dengan PPh 21 yang dimana tarif pajak sebanding
dengan kewajiban pajak. Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan atau kekayaan yang besar,
maka tarif pajak yang ditetapkan juga ikut meningkat. Tujuan dari tarif progresif sendiri adalah
mempengaruhi para wajib pajak yang memiliki kekayaan yang tinggi atau menengah bahwa
mereka menyanggupi untuk membayar pungutan pajak kepada negara dengan jumlah yang
besar.

2.4 Pendekatan Perpajakan

Pajak merupakan penerimaan negara yang ditarik dari masyarakat berdasarkan undang
undang yang diciptakan negara dan diperuntukkan untuk membelanjai kehidupan negara dalam
melaksanakan tugas-tugas demi kepentingan umum dan pada gilirannya kepentingan umum ini
akan meliputi kepentingan antar individu sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang ditarik dari masyarakat untuk kemudian
dihimpun oleh negara dan pada gilirannya dikembalikan kepada masyarakat melalui anggaran
rutin dan program-program pembangunan.
Pajak sebagai objek studi dapat didekati dari berbagai segi, antara lain:

1. Segi Hukum

Keberadaan pajak dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu hukum.
Pendekatan perpajakan menurut aspek hukum mempelajari aturan dan regulasi terkait pajak,
hak dan kewajiban wajib pajak, serta konsekuensi hukum atas pelanggaran pajak. Memahami
aspek ini membantu wajib pajak melaksanakan kewajibannya dengan benar dan menghindari
pelanggaran.

Pendekatan pajak dari segi hukum disebut dengan hukum pajak. Rochmat Sumitro,
menegaskan bahwa pajak dari segi hukum lebih menitikberatkan kepada "perikatan" dan pada
"hak dan kewajiban". Pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang.

Hukum pajak mempertegas dan melindungi tata cara (pedoman) beserta hak dan kewajiban
pajak sehingga ada landasan yang jelas dalam pengaplikasian sistem pajak di Indonesia.
Dengan ketentuan hukum pajak yang secara normatif jelas termuat dalam perundang-undang,
maka perihal perpajakan dapat dipaksakan oleh pemerintah (negara), yang disisi lain pihak
wajib pajak (masyarakat) harus mematuhi dan memenuhi kewajibannya untuk melakukan
pembayaran pajak demi kepentingan umum. Dengan kata lain, hukum pajak berfungsi menjadi
rujukan sistem pemungutan pajak yang adil dan efisien termuat secara jelas pada UU.

2. Segi Ekonomi

Menurut Rochmat Soemitro (1990:52-53) Pendekatan dari segi ekonomi dapat dilakukan
dari segi mikroekonomi ataupun dari segi makroekonomi. Pendekatan dari segi mikroekonomi
ditekankan pada kebutuhan individu dan pada income. Kebutuhan masyarakat tidak
terpikirkan, mengakibatkan pengertian pajak yang salah, sebab pajak dilihat sebagai suatu yang
mengurangi income individu tanpa mendapatkan imbalan, sehingga pajak dianggap sebagai
beban yang memberatkan, mengurangi pendapatan seseoran, mengurangi daya beli, akhirnya
mengurangi kesejahteraan individu.

Sedangkan pendekatan makroekonomi, masyarakat mempunyai kebutuhan juga


memerlukan income untuk membiayai kelangsungan hidupnya yang dapat dipecah-pecah
menjadi berbagai kepentingan seperti keamanan, tata tertib, gaji para pegawai, kesehatan,
pendidikan dan banyak lagi yang lainnya.
Pajak dari segi ekonomi didefinisikan sebagai peralihan kekayaan dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, berdasarkan peraturan-peraturan yang dapat dipaksakan dan mengurangi
income anggota masyarakat, tanpa memperoleh imbalan yang secara langsung tetapi
sebaliknya pajak merupakan income bagi masyarakat yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran masyarakat.

Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya
terhadap masyarakat, penghasilan seseorang, pola komsumsi, harga pokok, permintaan, dan
penawaran.

3. Segi Sosiologi

Pajak merupakan gejala atau fenomena yang ada dalam masyarakat, sehingga pajak dapat
mempengaruhi hubungan-hubungan yang ada dalam masyarakat. Dari sisi sosiologi, pajak
dapat dipandang secara positif dan negatif dengan melihat dampaknya bagi masyarakat.

Secara positif, apabila pajak tidak memberatkan rakyat dan sekaligus bermanfaat bagi
masyarakat, kondisi yang seperti ini pajak akan diterima oleh masyarakat. Secara Negatif,
apabila pajak memberatkan dan hasil pajak tidak digunakan untuk kepentingan rakyat, maka
akan mendapat penolakan atau resistensi dari masyarakat

4. Segi Pembangunan

Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya
terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah pajak
lebih besar dari pengeluaran rutin sehinggaterdapat public saving yang dapat digunakan untuk
pembangunan. Pajak tidakselalu berguna untuk pembangunan. Pajak baru mempunyai manfaat
terhadap pembangunan, apabila pajak-pajak setelah digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin, masih ada cukup sisa yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan melalui
investasi publik.
2.5 Contoh Kasus

1. Contoh Kasus Pendekatan Pajak Dari Segi Ekonomi

Pada jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menurunkan Pajak Penghasilan
(PPh) dapat dilihat sebagai salah satu pendekatan pajak dari segi ekonomi. Hal ini karena
menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) dapat merangsang aktivitas ekonomi. Ketika
individu atau perusahaan memiliki beban pajak yang lebih rendah, mereka mungkin lebih
cenderung untuk berinvestasi, menghabiskan, atau menabung. Ini dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

2. Contoh Kasus Pendekatan Pajak dari Segi Pembangunan

Jurnal “Pajak Sebagai Sumber Pendanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Gowa”


merupakan contoh pendekatan pajak dari segi pembangunan. Penelitian ini mengkaji hubungan
antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Gowa.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Gowa, namun
penelitian ini tetap relevan dalam konteks pendekatan pajak dari segi pembangunan Karena
melalui penelitian ini, kita dapat memahami dinamika antara pajak dan pembangunan, serta
mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi hubungan ini.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Pajak adalah iuran masyarakat kepada kas Negara yang diatur dalam Undang-Undang,
membiayai pembangunan dan pengeluaran umum dan tidak ada timbal balik yang bersifat
memaksa

2. Terdapat 2 fungsi pajak yaitu fungsi anggaran dan fungsi regulered

3. Pajak memiliki 4 jenis diantaranya tarif sebanding atau proporsional, tarif tetap, tarif
progresif, dan tarif degresif

4. Dicirikan sebagai sumbangan wajib kepada negara, dilaksanakan sesuai ketentuan undang-
undang, bersifat wajib, dan pembayaran ditujukan untuk pengeluaran umum dan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi, Prof, Dr, M.Sc, Akt. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta : Kencana
Larasati, Salsa Voni. (2022). Peran Hukum Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Membayar Pajak. Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat dan Budaya,Vol.2 (No.1)
2022, 60-66

Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revisi 2013. Yogyakarta: Andi

Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi


Panjaitan, Hulman. (2022). Aspek Hukum Kegiatan Perpajakan Dalam Perspektif Hukum
Perdata. Jurnal Hukum to-ra, 8 (3): 302-315

Resmi, Siti, (2013), Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta
Resmi, Siti. 2016. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Riftiasari, D. (2019). Pengaruh Restitusi Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan. 6(1), 63– 68

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 23A Amandemen Ke-4 Undang-
Undang 1945 tentang Hal Keuangan.
Waluyo. 2009 . Akuntansi Pajak . Jakarta . Penerbit : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai