Anda di halaman 1dari 14

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

BARANG MEWAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas kelompok matakuliah Ekonomi Publik

Dosen pengampu : Kholilur Rahman, Lc., MA.

Disusun Oleh :

1. Erlangga Muhammad Lustriyadi (2017201184)


2. Thalita Abitah Rosyandria (2017201185)
3. Firli Dwi Lestari (2017201186)

JURUSAN EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari
sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang sedemikian itu pajak merupakan
penerimaan strategis yang dikelola dengan baik. Dalam struktur keuangan Negara
tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi
kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat yang
bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak.
Sistem pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di indonesia adalah Self
Assessment System,yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang
terhadap Negara merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah
untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud Pajak?
b. Apa yang dimaksud dengan PPn?
c. Apa yang dimaksud dengan PPnBM?
d. Apa saja Objek dan subjek dari pajak?
e. Bagaimana mekanisme PPn

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum Pajak

Pajak (tax) adalah pungutan wajib yang menjadi salah satu sumber pendapatan
negara yang akan digunakan untuk memenuhi kepentingan masyarakat umum.Secara
bahasa, kata ‘pajak’ berasal dari suatu kata dalam bahasa latin yakni ‘taxo’. Adapun,
makna dari kata taxo sendiri artinya iuran wajib dari rakyat untuk menunjang
kepentingan pemerintah maupun masyarakat. Sementara itu, pengertian pajak
menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 yang tertuang pada Pasal 1 Ayat 1
yakni,

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”

Sesuai dengan pengertian pajak di atas, pihak perorangan atau badan yang harus
membayar pungutan wajib (pajak) tidak akan mendapat imbalan apapun secara
langsung. Melainkan, pihak-pihak tersebut akan merasakan manfaat dalam bentuk
penyediaan fasilitas umum yang diberikan oleh negara. Selanjutnya, uang iuran wajib
tersebut akan masuk ke dalam pos pendapatan negara dan nantinya akan menjadi
‘uang belanja’ untuk memenuhi kebutuhan pemerintah pusat maupun daerah secara
merata.

a. Fungsi Pajak
Fungsi pajak terbagi ke dalam beberapa macam kategori sesuai tujuan
penggunaannya. Adapun, macam-macam dari fungsi pajak tersebut antara lain:
- Fungsi Anggaran (Budgetair)
Secara umum, pungutan wajib atau pajak menjadi sumber pendapatan nasional yang
paling besar di banyak negara. Maksud dari fungsi anggaran kali ini, bahwa pungutan
wajib akan digunakan untuk membiayai segala jenis pengeluaran yang berhubungan
dengan kebutuhan Negara. Contoh kebutuhan negara tersebut antara lain pembiayaan
kegiatan rutin, belanja barang negara, belanja pegawai, anggaran pembangunan,
pemeliharaan, dan sebagainya. Selain itu, fungsi pungutan ini juga bertujuan untuk
menyeimbangkan pengeluaran dan pemasukan negara agar tidak timpang.
- Fungsi Mengatur (Regulerend)
Peran pajak juga dapat membantu tugas pemerintah dalam mengelola ekonomi
negara. Fungsi mengatur pada pungutan ini akan digunakan untuk menciptakan
kesejahteraan rakyat dan mengatur kebijakan negara dalam sektor ekonomi dan sosial.
Selengkapnya, tujuan dari fungsi mengatur yang dimiliki oleh pungutan wajib ini
antara lain:
a. Untuk menghambat laju inflasi
b. Menarik investasi modal
c. Membantu meningkatkan produktivitas perekonomian
d. Alat untuk mendorong kegiatan ekspor, contohnya pajak ekspor
e. Dapat memberikan perlindungan terhadap barang buatan dalam negeri, contohnya
PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

- Fungsi Pemerataan atau Redistribusi Pendapatan


Semua pungutan yang warga bayarkan akan dialokasikan untuk pembangunan
negara secara merata. Fungsi ini akan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan
negara dengan kesejahteraan masyarakatnya. Misalnya, pendapatan negara digunakan
untuk keperluan pembukaan lapangan pekerjaan baru di suatu daerah. Nantinya,
orang-orang di daerah tersebut akan mendapat sumber penghasilan baru sehingga
pendapatan masyarakat pun juga ikut meningkat.

- Fungsi Stabilitas
Pajak akan menjadi sumber dana bagi pemerintah untuk melaksanakan suatu
kebijakan yang berhubungan dengan menjaga stabilitas harga. Seperti mengatasi
masalah inflasi, penetapan nominal pungutan wajib, kebijakan peredaran uang, dan
lain-lain. Misalnya, jika negara mengalami inflasi, maka negara akan menetapkan
nominal pungutan wajib yang relatif tinggi. Dan apabila negara mengalami deflasi
atau kelesuan ekonomi, maka negara akan menurunkan nominal pungutan yang relatif
rendah sehingga masalah tersebut bisa teratasi.

b. Jenis- jenis Pajak


- Berdasarkan Sifatnya
Adapun pembagian pajak berdasarkan sifatnya terdiri dari 2 jenis yang berbeda,
yakni:
1. Indirect Tax (Pajak tidak langsung)
Indirect tax (Pajak tidak langsung) adalah pungutan wajib yang hanya
diberlakukan saat wajib pajak melakukan suatu perbuatan tertentu. Salah satu contoh
dari indirect tax yaitu PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), pungutan yang
hanya dibayarkan bagi mereka yang menjualkan barang – barang mewah.
2. Direct Tax (Pajak langsung)
Direct tax (Pajak langsung) adalah jumlah pungutan wajib yang harus dibayar
sesuai dengan surat ketetapan yang dikeluarkan oleh kantor perpajakan. Contoh direct
tax yaitu PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan PPh (Pajak Penghasilan).

- Berdasarkan Instansi Pemungutnya


Adapun pembagian pajak berdasarkan instansi pemungutnya terdiri dari 2 jenis yang
berbeda, antara lain:
1 . Pajak Daerah
Merupakan pungutan wajib yang diberlakukan oleh pemerintah daerah
setempat kepada rakyat daerah tersebut. Contohnya pajak hotel, restoran, hiburan,
kendaraan bermotor, PBB pedesaan dan perkotaan, BPHTB (Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan), dan lain-lain.
2. Pajak Pusat
Merupakan pungutan wajib yang harus warga negara bayarkan kepada
pemerintah pusat melalui DJP (Direktorat Jenderal Pajak). Contohnya PBB
(perkebunan, perhutanan, dan pertambangan), PPh, PPnBM, PPN, bea materai, dan
lain-lain.

- Berdasarkan Subjek dan Objek Pungutannya


Adapun pembagian pajak berdasarkan subjek dan objeknya juga terdiri dari 2
jenis yang berbeda, antara lain:
1. Pajak Subjektif
Merupakan pungutan wajib yang harus warga bayarkan berdasarkan aspek subjeknya
(individunya). Contohnya PPh dan pajak kekayaan.
2. Pajak Objektif
Merupakan pungutan wajib yang didasarkan pada aspek objeknya (kebendaan).
Contohnya pajak kendaraan bermotor, bea materai, dan lain-lain.

c. Manfaat Pajak
Meskipun pajak bersifat memaksa, terdapat beberapa manfaat yang perlu kamu
ketahui dari adanya sumber pemasukan negara ini, yakni:
1. Membiayai pembangunan nasional
2. Membayar gaji pegawai negeri, tentara
3. Membayar utang pemerintah
4. Pengadaan fasilitas umum
Sebagai warga negara yang baik, sudah semestinya kita harus taat dengan hak dan
kewajiban dalam urusan perpajakan ini. Dan pemerintah akan memanfaatkan pajak
dengan seoptimal dan seadil mungkin untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat
secara umum.

B. Pajak Pertambahan Nilai (PPn)


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods
and Services Tax (GST).
Sistem pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di indonesia adalah Self
Assessment System,yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang
terhadap Negara merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah
untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif
pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian
para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak.
C. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

PPnBM ialah pajak yang dibebankan kepada produsen barang mewah atas kegiatan
produksi atau impor barang tersebut. PPnBM biasanya dimasukkan ke dalam harga jual
produk dan dibayarkan oleh konsumen atas transaksi pembelian produk

PPnBM adalah juga dikenal sebagai pajak penyeimbang. Apa maksudnya?


Maksudnya adalah bahwa PPnBM menjalankan fungsi keseimbangan pembebanan pajak
antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi, serta
pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah.
Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah yang dikenai PPnBM 75%, terdiri dari:

1. Kapal pesiar dan kendaraan air terutama yang dirancang untuk pengangkutan
orang.
2. Kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan
umum.
3. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.

Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (dua
ratus persen). Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol
persen).

D. Objek dan Subjek Pajak

Setiap jenis pajak tentu memiliki objek pajak dan subjek pajak. Secara sederhana,
objek pajak merupakan sumber pendapatan yang dikenakan pajak. Sedangkan subjek
pajak merupakan perorangan atau badan yang ditetapkan menjadi subjek pajak. Setiap
subjek pajak pasti mempunyai objek pajak. Sementara orang atau badan yang punya
kewajiban pajak disebut sebagai wajib pajak.

Mengutip Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh),


subjek pajak PPh terdiri dari tiga yaitu orang pribadi, badan dan warisan. Subjek pajak
tersebut juga digolongkan menjadi dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak
luar negeri.
Subjek Pajak Dalam Negeri, Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak dalam
negeri:

1.Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.

2. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

3. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

4. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri, berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak luar
negeri:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia
3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

a. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN. Namun, untuk pengusaha kecil
yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan masih belum termasuk, kecuali
pengusaha kecil tersebut memilih dikukuhkan sebagai PKP.

Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN):

- Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean.
- Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
- Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya
membayar harga Barang Kena Pajak tersebut.
- Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya
membayar Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut.

Sedangkan objek pajak yang dikenakan PPN:


Diatur dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang PPN dan
perubahannya yakni Undang-Undang 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku sejak 1
Januari 2010. Dalam pasal tersebut, pungutan PPN dikenakan atas:
- Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha.
- Impor BKP.
- Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
- Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
- Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
- Ekspor BKP Berwujud oleh PKP.
- Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.

b. Subjek dan Objek PPnBM

Subjek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan BKP tergolong mewah dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, dan pengusaha yang mengimpor barang
yang tergolong mewah. Walaupun demikian karena PPn dan PPNBM merupakan
pajak tidak langsung, maka prinsipnya beban pajak dapat digeser kepada pihak lain.

Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

1. Pengusaha Kena Pajak

PKP adalah pribadi/badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan


usaha/pekerjaannya menghasilkan BKP, mengimpor BKP, mengekspor BKP serta
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha JKP/ memanfaatkan JKP dari luar daerah pabean.

Berikut ini beberapa contoh subjek PPnBM:

- Pengusaha Kena Pajak yang meliputi pabrikan/ produsen.


- Pengusaha real estate,importir, indentor.
- Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan.
- Pemegang hak paten dan merk dagang.
- Kontraktor/ sub kontraktor bangunan.

2. Pengusaha yang memilih menjadi PKP

Meliputi eksportir dan pedagang yang menyerahkan BKP kepada PKP.

Objek PPnBM antara lain sebagai berikut;

Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No.42 tahun 2009, PPnBM dikenakan


atas Penyerahan BKP tergolong mewah yang diserahkan oleh pengusaha yang
menghasilkan BKP barang mewah. Dilakukan di dalam daerah pabean dan dilakukan
dalam kegiatan usaha/pekerjaan pengusaha

PPnBM dikenakan atas:

- Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.


- Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
- Barang yang dikonsumsi untuk menunjukan status atau barang umumnya
digunakan oleh masyarakat berpenghasilkan tinggi.

Pengecualian Objek PPnBM;

Jenis barang yang tidak dikenakan PPnBM diantaranya :Barang hasil pertanian, hasil
perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik langsung/ disadap langsung dari
sumbernya.

- Barang hasil perburuan.


- Barang hasil pertambangan.
- Saham obligasi dan surat berharga.

E. Mekanisme PPN

Mekanisme Pemungutan PPN Mekanisme pemungutan PPN sesuai dengan PMK


Nomor 85/PMK.03/2012 tanggal 06 Juni 2012 yang berlaku efektif mulai 1 Juli 2012
adalah:

1. Mekanisme pemungutan PPN yang pertama dan wajib adalah rekanan wajib membuat
faktur pajak dan surat setoran pajak (SSP) atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada BUMN.

2. Mekanisme pemungutan PPN yang kedua adalah faktur pajak sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dibuat sesuai dengan ketentuan di bidang perpajakan.

3. Ketiga adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 diisi dengan membubuhkan
NPWP serta identitas rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN
sebagai penyetor atas nama rekanan.
4. Keempat adalah dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM
maka rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang pada faktur
pajak.

5. Kelima adalah faktur pajak dibuat dalam rangkap 3 dengan peruntukkan sebagai
berikut lembar kesatu untuk BUMN, lembar kedua untuk rekanan, dan lembar ketiga
untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi pemungut PPN.

6. Keenam adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibuat dalam rangkap 5
dengan peruntukkan sebagai berikut : lembar kesatu untuk rekanan, lembar kedua untuk
KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos, lembar ketiga untuk rekanan yang
dilampirkan pada SPT Masa PPN, lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos,
dan lembar kelima untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi Pemungut
PPN.

7. Mekanisme Pemungutan PPN yang terakhir adalah faktur Pajak dan SSP merupakan
bukti pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM.

Mekanisme pelaporan PPN adalah :

Pelaporan dilakukan setiap bulan dan laporan disampaikan ke KPP tempat BUMN
terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dengan
menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa PPN bagi Pemungut PPN” dan
dilampiri dengan faktur pajak lembar ke-3 dan Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-5
dalam hal terdapat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi
daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada
barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut
sampai pada tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur
produksi maupun jalur distribusi. Meskipun demikian, pemungutan pajak secara
bertingkat ini tidak menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali
pajak yang telah dibayar (kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase
beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi atau distribusi tidak
mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/objek-dan-subjek-pajak

Anda mungkin juga menyukai