TEORI PERPAJAKAN
Disusun Guna untuk memenuhi Tugas Matakuliah Seminar Perpajakan
Dosen Pengampu : JAMOTHON GULTOM SE., MM
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Luluk Nur Andini (181011201453)
FAKULTAS EKONOMI
PRODI
S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang
Selatan, Banten 15417
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “ Teori Perpajakan ”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah, Seminar
Perpajakan. Kami harap dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya kami sendiri dan untuk mahasiswa lain di Universitas
Pamulang .
Kami menyadari bahwa penulisan dan penyusunan pada tugas makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah
berikutnya. Demikian tugas makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya, serta para pembaca pada umumnya.
Dari pendapat para ahli yang telah di uraikan di atas mengenai pajak itu
adalah:
Selain dua fungsi di atas, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu:
a. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat di kendalikan. Hal ini dapat di lakukan dengan
mengatur peredaran uang yang beredar di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
b. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah di pungut oleh Negara di gunakan untuk
membiayai kepentingan umum, termasuk untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
c. Fungsi demokrasi
Pajak yang sudah di fungut oleh Negara merupakan wujud sitem
gotong royong. Fungsi ini di kaitkan dengan tingkat pelayanan
pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.
Objek : objek pajak berlaku untuk seluruh penduduk/ objek pajak tanpa
terkecuali, sementara pungutan resmi lainnya hanya berlaku untuk kalangan
tertentu atau pihak yang merasakan langsung manfaat dari jasa yang
disediakan.
Retribusi
Bea Materai
Bea Cukai
Cukai merupakan pungutan resmi yang harus dibayarkan oleh pihak tertentu
karena peredaran produknya dibatasi oleh pemerintah. Pengenaan cukai atas
suatu produk dilakukan pada produk yang konsumsinya perlu dikendalikan,
peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya menimbulkan dampak negatif
bagi masyarakat atau lingkungan hidup.. Berdasarkan hal ini diharapkan
pengenaan cukai dapat menurunkan daya beli masyarakat atas produk
tersebut. Misalnya, cukai rokok dan cukai tembakau.
Iuran
Iuran adalah pungutan yang dikenakan kepada individi atau suatu instansi
atas pemakaian suatu jasa/ fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara
langsung atau tidak langsung. Pembayaran iuran dianggap telah turut serta
menikmati jasa atau fasilitas tersebut. Misalnya, iuran sampah untuk
kebersihan dan iuran penerangan.
Sumbangan
Bea adalah besaran tarif yang harus dibayarkan oleh eksportir maupun
importir atas masuknya atau keluarnya barang dan jasa mereka kedalam
maupun keluar negeri melalui badan kepabeanan. Misalnya, bea ekspor
minyak mentah, dan bea impor peralatan elektronik.
2.5 Kedudukan Hukum Pajak
Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia
menganut paham imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak
dapat ditunda. Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib
pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum ada keputusan dari
Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib pajak
terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Berikut ini adalah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:
Contoh wujud dari hukum pajak formil adalah Ketentuan dan Tata Cara
Perpajakan.
Untuk memberi uraian yang lebih jelas, berikut ini kami paparkan teori-teori
pemungutan pajak.
1. Teori asuransi
Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari
segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta
bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya
dalam perjanjian asuransi deiperlukan adanya pembayaran premi.
Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara.
Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan
perusahaan asuransi.
Ada beberapa kekurangan dalam teori ini.
a. Dalam hal timbul kerugian, tidak ada suatu penggantian dari Negara.
b. Antara pembayaran jumlah pajak dengan jasa yang diberikan oleh
Negara tidak terdapat hubungan yang langsung.
c. Negara bisa menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan
dalam pemungutan pajak.
Meskipun seperti itu, teori ini dipertahankan oleh para penganutnya sekadar
untuk memberikan dasar hukum kepada pemungutan pajak saja. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan. Sehinga makin lama makin berkuranglah
jumlah penganut teori ini.
2. Teori Kepentingan
Menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari
masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan
jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka
semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak
ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan
perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada
perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang yang
miskin justru dibebaskan dari beban pajak.
Meskipun teori ini masih berlaku pada retribusi,sukar pula dipertahanakan
sebab seorang miskin dan penganggur yang memperoleh bantuan dari
pemerintah menikmati banyak sekali jasa dari pekerjaan Negara, tapi justru
mereka tidak membayar pajak.
6. Teori pembangunan
Untuk Indonesia justifikasi pemungutan pajak yang paling tepat adalah
pembangunan dalam arti masyarakat yang adil dan makmur.
https://www.sman2-tp.sch.id/read/giatinfo/910/perbedaan-pajak-dengan-pungutan-
resmi-lainnya#:~:text=*Lembaga%20pemungutan%20pajak%20berasal%20dari,lainnya
%20tidak%20mengandung%20unsur%20paksaan.
http://eprints.undip.ac.id/59791/3/BAB_III.pdf
https://klikpajak.id/blog/ketahui-kedudukan-hukum-pajak-di-indonesia/#:~:text=Hukum
%20pajak%20adalah%20bagian%20dari,pemungutan%20pajak%20tidak%20dapat
%20ditunda.
http://repository.uinbanten.ac.id/2025/3/BAB%20II%20OK.pdf
http://www.kabarpajak.com/2013/07/makalah-teori-dan-yurisdiksi-pemungutan.html