Diusulkan Oleh:
Hasbuddin
(NPM 21501150)
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mungucapkan puji dan syukur ke hadirat allah SWT atas
ini.
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihakyang telah
Semoga makalah ini bias menambah wawasan para pembaca dan bias
HASBUDDIN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1Latar Belakang....................................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................4
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................6
3.2 Saran...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
iii
BAB 1.
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu bentuk sumber penerimaan yang paling penting
penting dalam Negara dan bentuknya paling strategis dalam roda pemerintahan
dan pembangunan yang dalam hal tersebut Negara tidak dapat bergerak tanpa
dukungan oleh dana. Salah satu sumber pendapatan dalam negeri untuk
adalah bentuk iuran dalam bentuk kas kepada Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak memperoleh jasa timbal balik (kontrasepsi)
2007: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
Dalam dua dekade ini, pajak telah merupakan isu utama, baik pada pihak
negara yang selama ini terletak pada sumber-sumber alam seperti minyak bumi
dan gas alam, ternyata tidak dapat dipertahankan lagi, dikarenakan harga minyak
1
bum dan gas alam sangat di pengaruhi oleh keadaan pasar internasional dan
dalam jangka panjang, sumbersumber daya alam tersebut akan semakin berkurang
dan habis. Menyadari hal ini maka pada akhir tahun 1983, pemerintah Republik
Indonesia memulai di adakannya Tax Reform. Hal ini telah membuat perubahan
Hal ini sangat sejalan dengan tuntutan social oriented, dimana masyarakatlah
perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak dan pemerintah. Wajib Pajak akan
karena untuk memutar roda pemerintahan di perlukan dana yang tidak sedikit dan
penyelenggaraan pemerintahan. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah
memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak.
Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut apa yang
dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam
UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap
jenis pajak.
3
1.2 Rumusan Masalah
2. Bagaimana cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar?
1.3 Tujuan
2. Mengetahui cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar
1.4 Manfaat
berikut:
tertentu dengan focus ilmunya dan mampu menjadi landasan teori dalam
permasalahan perpajakan.
3
BAB 2.
PEMBAHASAN
Fungsi pajak adalah tujuan atau untuk apakah pajak di pungut, Menurut
Nurmantu (30:2003) pada umumnya di kenal dua jenis fungsi pajak, yang pertama
adalah fungsi budgetair, atau di sebut fungsi fiskal, yaitu suatu fungsi dimana
pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas
pemerintah mengenakan tarif pajak yang tinggi, sehingga harga minuman keras
menjadi mahal, dan tidak semua orang dapat membelinya, sehingga penerimaan
pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain–lain.
bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan – tujuan tertentu diluar bidang
keuangan.
Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan)
yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang
akan dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat
obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi
subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau
wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak.
Secara praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi dan
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek pajak tersebut dapat
1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu Kesatuan
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan
umur dan juga jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk
Sedangkan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
ahli waris. Penunjukan ahli warisan tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak
atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan,
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik
2. Perseroan Komanditer
4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
5. Firma
6. Kongsi
7. Koperasi
8. Dana pensiun
9. Persekutuan
10. Yayasan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam dalam jangka waktu 12 bulan, atau juga badan yang
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
10. Gudang
13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh orang lain
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
di Indonesia
16. Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki sewa atau
negeri dan subjek pajak luar negeri. Pengelompokkan tersebut diatur dalam pasal
Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang
bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
berhak.
Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah sebagai
berikut:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT)
di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau pun berada di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
Subjek pajak dalam negeri akan menjadi pajak apabila telah menerima atau
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak
1) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima
atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak
luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber
penghasilan di Indonesia.
2) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan netto dengan
tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib
subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan,
berikut :
1) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat ia lahir di Indonesia dan
lamanya.
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha melalui badan usaha tetap di Indonesia, dimulai saat
orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
dan berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari atau badan yang tidak
Indonesia, dimulai saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima
5) Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan
saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia, Warisan
yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut
Mewah (PPN-PPnBM)
Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak
PKP.
Tahun 1991 yang dapat disebutkan beberapa contoh yang termasuk pengusaha
a. Pabrik
b. Importir
d. Pengusaha pemegang hak atau menggunakan paten atau merek dagang Barang
Kena Pajak.
e. Pedagang besar
f. Eksportir
BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan
Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai kewajiban
untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan UU PBB. Subjek PBB baru akan
melunasi utang PBB apabila subjek PBB tersebut secara nyata mempunyai hak
atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan
tersebut. Hak-hak atas bumi dan bangunan dalam PBB adalah mengacu pada
ketentuan Undang-undang Agraria yaitu ; Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak
Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas didalam pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) yaitu “setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
Menurut ketentuan UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
3. Laba usaha.
pengembalian utang.
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
14. Premi asuransi yaitu iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas
15. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
16. Penghasilan dari usaha berbasis syariah atau pun berupa imbalan bunga
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena
pajak
3. Penyerahan barang kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
3. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di
4. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan
7. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
1. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan
atau bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang
ada di bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam
2. Gedung kantor
3. Hotel
4. Pabrik
Semua ini merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut di atas,
seperti :
2) Hotel
3) Kolam renang
4) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
e. Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan, meliputi :
Jual beli
Tukar menukar
Hibah
Hibah wasiat
Waris
Penggabungan usaha
Peleburan usaha
Pemekaran usaha
Hadiah.
Hak milik
Hak pakai,
Hak pengelolaan.
Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah
kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
3. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-
rangkapnya
pengadilan, yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan, dan surat-
surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud
semula.
2.4 Tarif Pajak
Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam
satu cara untuk mencapai keadilan. Tarif yang dikenal dan diterapkan selama ini
1. Tarif Tetap
3. Tarif progresif
4. Tarif degresif
a. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun dasar
adalah tetap. Tarif ini diterapkan dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1985
tentang Bea Materai (BM). Dalam undang-undang Bea Materai, tarif digunakan
adalah Bea Materai dengan nilai nominal sebesar Rp 500 dan Rp 1.000. Nilai
Tahun 1995 tarif Bea Materai diatas dinaikkan menjadi Rp 1.000 dan Rp 2.000
pengenaan pajak, sehingga jumlah pajak yang terutang akan berubah secara
semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar
c. Tarif Progresif
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar,
sehingga jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif
Contoh :
d. Tarif Degresif
Tarif Degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil
bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun
persentasenya semakin kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi
kecil, tetapi bisa menjadi besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah dipergunakan dalam praktik
perundang-undangan perpajakan.
Contoh :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang sangat penting untuk
pembangunan. Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang secara suka rela dan
senang untuk membayar pajak karena para Wajib Pajak merasa bahwa mereka
tidak memperoleh keuntungan timbal balik dari jumlah pajak yang mereka
bayarkan. Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan
dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan
dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-
Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam
Penghasilan negara terbesar terutama negara kita Indonesia adalah berasal dari
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara
khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan
baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu para wajib
pajak juga harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita
sebagai warga Negara Indonesia harus memahami apa-apa saja yang menjadi
subjek pajak, objek pajak, serta tarif pajak yang berlaku di Negara
Drs. Safri Nurmantu, M.Si. “Pengantar Perpajakan”, Edisi 2, Jakarta: Granit 2003
Erly Suandi. 2011. Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Siti Resmi. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.