PERPAJAKAN
SUBYEK PAJAK DAN PEMBAGIAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Disusun oleh:
Rismatil Hasanah 2110421006
Bahtiar Adi Darmawan 2110421008
M. Taufiq Hidayat 2110421016
Dairatun Nadhifah 2110421021
Legita Dwi Maulidya 2110421023
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
Karunia–nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Subyek Pajak dan
Pembagian Pajak penghasilan (PPh)”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Achmad Syafrudin Zulkarnnaeni SE.,
MM selaku Dosen Mata Kuliah Perpajakan yang memberikan tugas ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran
serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Subyek Pajak 3
2.2 Subyek Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri 3
2.3 Subyek Pajak Orang Pribadi 4
2.4 Subyek Pajak Badan 5
2.5 Subyek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) 6
2.6 Pembagian Pajak Penghasilan (PPh) 8
BAB 3 PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
ini perubahan tersebut telah banyak mengalami perubahan yang bersumber dari sistem perpaj
akan negara lain.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Subjek Pajak (SP) dalam Negeri dan Luar Negeri
Subjek Pajak dibedakan antara Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar nege
ri. Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh
penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan Subjek Pajak
luar negeri sekaligus menjadi Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima da
ri sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. D
engan perkataan lain Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kew
ajiban subjektif dan objektif. Sehubungan dengan pemilikan NPWP, Wajib Pajak orang priba
di yang menerima penghasilan di bawah PTKP tidak perlu mendaftarkan diri untuk memperol
eh NPWP.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau d
iperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri di
kenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indone
sia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif
umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan.
3
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebaga
i sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan
Wajib Pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, ka
rena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melal
ui bentuk usaha tetap di Indonesia, pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan deng
an pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dalam negeri sebagaimana diatur dalam Un
dang-undang ini dan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah Subyek Pajak Luar Negeri yang dapat berbentuk:
1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal dan berada di Indonesia tidak lebih dari 1
83 hari.
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia
Keduanya yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentu
k usaha tetap. BUT adalah termasuk subyek pajak luar negeri, yang tidak berkedudukan di In
donesia dan yang dapat terjadi dengan ketentuan:
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia
2. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
2.5.2 Mulai Berakhirnya Kewajiban Subyektif BUT sebagai Subyek Pajak Luar Nege
ri
Kewajiban Pajak BUT dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalank
an usaha atau melakukan kegiatan yang berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT). Secara umum, BUT dapat dibedaka
n menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Aset Fisik
Suatu non resident taxpayer dianggap memiliki BUT di negara lain, jika di negara lai
n tersebut terdapat asset yang digunakan untuk mengoperasikan kegiatan dari perusah
aan induk negara lain tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya tempat yang sifatnya p
ermanen, seperti:
a. Tempat kedudukan manajemen, cabang, kantor, pabrik, bengkel
b. Pertambangan atau pengalihan sumber alam, perikanan, atau peternakan
6
BUT semacam ini dianggap dimulai pada saat pengusaha menjalankan usahanya dan
berakhir pada saat berakhirnya usaha dari penghasilan asset tersebut.
Contohnya: Happy Cola, Co. suatu perusahaan yang berdomisili di USA memiliki kan
tor cabang di Indonesia yang berlokasi di Hotel Quality, Jakarta dengan membayar se
wa bulanan. Transaksi penjualan produk dapat dilakukan terhadap karaywan yang dite
mpatkan pada hotel tersebut. Dengan demikian maka kegiatan tersebut dianggap kegi
atan usaha Happy Cola, Co. di Indonesia yang dilakukan dengan BUT.
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Aktivitas
Suatu non resident taxpayer dianggap memiliki BUT di negara lain jika di negara lain
tersebut terdapat kegiatan yang tanpa harus memiliki asset yang digunakan untukmen
goperasikan kegiatan dari perusahaan induk negara lain tersebut. BUT semacam ini m
isalnya sebagai berikut:
a. Proyek Konstruksi, Instalasi
b. Perakitan, Pemberian Jasa
BUT semacam ini biasanya terkait dengan time test, yaitu Batasan waktu kapan menja
di BUT, menurut UU PPh perlakukan adanya BUT dapat dilihat dari ada atau tidakny
a perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara negara tersebut. Bagi BUT ya
ng tidak terdapat (P3B), khususnya untuk proyek konstruksi, instalasi, atau proyek per
akitan tidak terdapat time rest sehingga begitu terdapat proyek tersebut langsung mun
cul BUT. Bagi BUT yang memiliki (P3B) dengan Indonesia, maka terdapat time rest
untuk jasa sesuai UU domestic adalah 60 hari, atau diatur menurut (P3B).
Contohnya: Dunyong, Co. dari Korea melukan proyek konstruksi pembuatan Pelabuh
an di Indonesia maka perusahaan tersebut diperlakukan sebagai BUT Indonesia.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Keagenan
BUT juga dapat terjadi karena adanya hubungan keagenan antara kantor pusat dengan
agennya secara dependen. Dependen diartikan agen di negara lain tidak dapat menjala
nkan aktivitasnya tanpa persetujuan pusatnya.
Contohnya: IBM membuka agen di Indonesia dan segala keputusan berkaitan dengan
penjualan produk dengan persetujuan kantor pusatnya, maka agen tersebut deiperlaku
kan sebagai BUT.
9
17. Pengahasilan usaha betbasis syariah; Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landas
an folosofi yang berbeda dengan kegiatan usaha yang bersifat konvesional. Namun pe
nghasilan yang diteri atau diperoleh dari kegiatan usaha berbasis syariah tersebut tetap
merupakan obyek pajak.
18. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya, transaksi derivalif yang di perd
agagkan di bursa, dengan transaksi penjual saham atau pengalihan penyataan modal p
ada perusahaan pasanganya yang diterima oleh perusahaan modal ventira;
19. Penghasilan dari transaksi pengahsilan hata berupa tanah /bangunan usaha jasa kontru
ksi, usaha real estate, dan pesewaan tanah dan bagunan;
20. Suplus bank Indonesia
Berikut obyek pajak penghasilan dibawah ini dapat dokenai pajak bersifat final pengh
asilan yaitu besarnya pajak bedasarkan tariff pajak tersendiri oleh surat keputusan me
ntri kuwangan dan pajak yang dibayar/dilunasi tidak termasuk bukti kredit pajak.
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainya bunga obligasi dan surat
utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayar oleh koperasi kepada anggota ko
perasi orang pribadi;
2. Penghasilan hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya, transaksi derivalatif yang di
perdagagkan dibursa, dan transaksi penjualan saham atau penghasilan penyetaan
modal pada perusahaan pasanganya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. Penghasilan dari transaksi peralihan harta berupa tanah atau bagunan, usaha jasa k
onstruksi, usaha real etalse, dan perawatan tanah/bangunan;
5. Penghasilan tertentu lainya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemeri
ntah.
11
1) Atas deviden dan penghasilan setelah pajak yang di invesrasikan tesebut dikec
ualikan dari penaganan pajak penghasilan
2) Atas sisa laba setelah pajak di kurangi dengan deviden atau penghasilan setela
h pajak yang di investasikan sebagai di maksud pada 1 tidak dikenai pajak pen
ghasilan
f. Dalam hal deviden yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya ti
dak di perdangagkan di bursa aefek di investasikan di Indonesia setelah direktur je
ndral pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas deviden tersebut sehubungan d
engan penerapan pasal 18 ayat 2 deviden di maksud tidak dikecualikan dari pegen
aan pajak penghasilan sebagai dimaksud dengan huruf b
g. Pegenaan pajak penghasilan atas penghasilan luar negeri tidak melalui bentuk usa
ha tetap yang diterima atau di peroleh wajib pajak badan dalam negeri atau wajib
pajak npribadi dalam negeri di kecualikan dari pegenaan penghasilan tersebut di i
nvestasikan di wilayah Negara kesatuan republic Indonesia jangka waktu tertentu
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1) Penghasilan dari usaha aktif
2) Penghasilan yng di miliki di luar negeri
h. Pajak atas penghasilan setelah dibayar atau terulang di luar negeri atas penghasila
n sebagaiman di maksud pada angka 2 dan angka 7 berlaku ketentuan;
1) Tidak dapat di perhitungkan dengan pajak penghasilanTidak dapat dibebankan
sebagai
2) biaya pengukuran penghasilan
3) Tidak dapat diminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
i. Dlam hal wajib tudak menginvestasikan penghasilan dalam jangka waktu tertentu
sebagai maksud dengan huruf b dan huruf g berlaku ketentuan;
1) Penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan pada tahun pajak
diperoleh
2) Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terulang di luar negeri atas pen
ghasilan tersebut merupakan kredit pajak sebagaimana disebut dengan pasal 2
4
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiuan yang pendirinya telah di sahkan me
ntri keuwangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupu pegawai
8. Penhhasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagai dimaksud denga
huruf 7, dalam bidang bidang tertentu.
9. Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi, p
erespon komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham saham persekutuan perku
mpulan, firma dan kongsi tersebut pemegang peyertaan kontark investasi kolektif
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh boleh perusahanan modal vatura berupa bag
ia laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan di jalankan usaha kegiatan di In
donesia dengan syarat badan pisangan usaha tersebut;
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menegah atau yang menjalankan kegiatan dal
am sector usaha yang diatur dengan berdasarka peraturan mentri keuwangan
b. Sahamnya tidak di perdagagkan di bursa efek di Indonesia
11. Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu
12. Sisa lebih yang diterima atau di peroleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dal
am bidang pendididkan dan bidang penelitian dan penegmbangan yang telah terdaftar
pada instansi yangmembidanginya, yang di tanamkan kembali dalam betuk sarana dan
12
perasarana kegiatan pendidikan dan penelitian pengembangan dalam jangka waktu pal
ing lama 4 tahun sejak diperoleh sisa lebih tersebut
13. Bantuan atau santunan yang dibayar oleh badan peyelenggaraan jaminan social kepad
a wajib pajak tertentu
14. Dana setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) khusus dan penghasilan dari
penhgembangan keuwanagn haji dalam bidang atau instrument keuwangan tertentu dit
erima badan pegelola keuwangan haji (BPKH).
15. Sisa lebih yang diterima / diperoleh badan atau Lembaga sosial dan atau keagamaan y
ang terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan Kembali dalam be
ntuk saranan dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana a
badi.
13
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Instalasi p
emerintah yang menangani pitang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumla
h utang tertentu.
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piuta
ng tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau b
erdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
11. Biaya Pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan peraturan p
emerintah
12. sumbangan fasilitas Pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerinta
h dan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintah
13. apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksd pada ayat (1) di
dapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun p
ajak berikutnya berturut – turut sampai dengan 5 tahun.
14. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi boleh dikurangkan penghasilan tidak kena pajak (PT
KP) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun diberikan kepada
1) Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri wajib pajak o
rang pribadi
2) Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setia
p anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan l
urus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banya
k 3 orang untuk setiap keluarga
3) Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang
istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
b. Penerapan ketentuan PTKP oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian
tahun pajak, dan perubahan besarnya PTKP berdasarkan keputusan Menteri keuan
gan
15. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki peredaran bruto tidak dikenai pajak pengha
silan atas bagia peredaran bruto sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta r
upiah) dalam 1 tahun pajak.
15
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk meningkatk
an kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik. Pajak di Indonesia telah
16
dipergunakan oleh Negara sebagai sumber penerimaan terbesar setelah migas dalam menutup
i belanja negara, sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
setiap tahunnya. Pendapatan dari sektor pajak setiap tahun anggaran selalu diupayakan menga
lami kenaikan.
Subyek Pajak perlu memenuhi persyaratan terlebih dahulu untuk ditetapkan menjadi
sebagai wajib pajak. Di dalam jenis pajak terdapat beberapa perbedaan mengenai subyek paja
k dan siapa saja pihak yang termasuk subyek pajak. Menurut Undang – Undang pajak pengha
silan yang disebut subyek pajak adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk mempe
roleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Subyek pajak dib
agi menjadi 2 yaitu subyek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subyek
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghasil
an yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku waj
ib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai waji
b pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber penge
luaran (cash disbursement) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya kami seba
gai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik lagi. Demikianlah mak
alah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca sekalian. Kami
mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, ku
rang dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekali
an demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiarso, Dr. St. Setiawanta Yulita, Yulianto Agung. 2011. Perpajakan aplikasi & Terapann
ya. CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta
Fitriandi Primandita, Farida Nur Liyana. Adhipradana. 2019. Praktikum Pajak Penghasilan
(Orang Pribadi). CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta
17
Gede I komang Cahya, Supriadi, Agung Kristian. 2019. Praktikum Pajak Penghasilan (PPh
Badan). CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta
Istri Tjokorda Anom, Ayu Gusti, dkk. 2019. Subjek dan Objek pajak. Universitas Mahasaras
wati. Denpasar
Mahardika Indra Putra SE, AK, M.Ak. 2020. Perpajakan: Tax Amnesty. Anak Hebat Indones
ia. Yogyakarta
Muljono Djoko. 2010. Panduan Brevet pajak – Pajak Penghasilan. CV. ANDI OFFSET. Yo
gyakarta
Nataherwin, Widyasari, Dewi Syanti. 2021. Perhitungan PPh 21 dan Software PPh 21 Terba
ik. CV. Rasi Terbit
Saba Yulfiana. 2022. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Bagaimana Perhitungannya ses
uai Peraturan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak penghasilan. Politeknik Saint pau
l Sorong. Jl. R. A. Kartini No. 1 Kampung Baru Sorong
Setyawan Setu. 2022. Perpajakan; Pengantar, KUP, Pajak Penghasilan, PPN & PPn – Bm,
Pajak Bea Materai, Pajak & Restibusi Daerah. Universitas Muhammadiyah Malang.
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Sibarani Pirma, Malem Tenang Tarigan. 2018. Pajak Penghasilan Indonesia. CV. ANDI OF
FSET. Yogyakarta
Purwo Irawan Aji. 2019. Belajar PPh Orang Pribadi. Uwais Inspirasi Indonesia. Ds. Sidoarj
o, Kec. Pulung. Kab. Ponorogo
Putri Kartika Kumalasari, Sukma Nurlita Alfandia. 2020. Pajak Internasional. CV Budi Uta
ma. Jl. Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga ata
s Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Diakses di int
ernet melaluihttps://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2000/17TAHUN2000UUPenj.htm p
ada Tanggal 16 Maret 2023. Pada Pukul 19.00 WIB
18