Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERPAJAKAN
SUBYEK PAJAK DAN PEMBAGIAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan


Dosen Pengampu:
Achmad Syafrudin Zulkarnnaeni SE., MM

Disusun oleh:
Rismatil Hasanah 2110421006
Bahtiar Adi Darmawan 2110421008
M. Taufiq Hidayat 2110421016
Dairatun Nadhifah 2110421021
Legita Dwi Maulidya 2110421023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
Karunia–nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Subyek Pajak dan
Pembagian Pajak penghasilan (PPh)”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Achmad Syafrudin Zulkarnnaeni SE.,
MM selaku Dosen Mata Kuliah Perpajakan yang memberikan tugas ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran
serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Jember, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Subyek Pajak 3
2.2 Subyek Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri 3
2.3 Subyek Pajak Orang Pribadi 4
2.4 Subyek Pajak Badan 5
2.5 Subyek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) 6
2.6 Pembagian Pajak Penghasilan (PPh) 8
BAB 3 PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk meningkatka
n kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik. Pajak di Indonesia telah
dipergunakan oleh Negara sebagai sumber penerimaan terbesar setelah migas dalam menutup
i belanja negara, sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
setiap tahunnya. Pendapatan dari sektor pajak setiap tahun anggaran selalu diupayakan menga
lami kenaikan. Pajak mempunyai peranan yang sangat dominan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumb
er pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangu
nan. Dalam teori ekonomi klasik yang kini masih relavan diterapkan di berbagai negara meny
ebutkan bahwa: “salah satu sumber penerimaan negara ialah dari sektor pajak”. Pernyataan in
i tertuang dalam naskah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2yang berbunyi sebagai b
erikut: “segala pajak dipungut berdasarkan undang-undang demi kepentingan negara dan ditu
jukan kesejahteraan rakyat”. Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah dalam
mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak la
ngsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat akan kewajib
an pajaknya karena pajak yang dikumpul digunakan untuk kepentingan dan membiaayai peng
eluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Subyek Pajak perlu memenuhi persyaratan terlebih dahulu untuk ditetapkan menjadi se
bagai wajib pajak. Di dalam jenis pajak terdapat beberapa perbedaan mengenai subyek pajak
dan siapa saja pihak yang termasuk subyek pajak. Menurut Undang – Undang pajak penghasi
lan yang disebut subyek pajak adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memper
oleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Subyek pajak diba
gi menjadi 2 yaitu subyek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subyek pajak dalam negeri itu
ditentukan berdasarkan domisili pendiriannya atau lamanya suatu aktivitas bisnis yang dilaku
kan di Indonesia. Subyek pajak dalam negeri ini bisa berupa perorangan, badan, warisan yang
belum dibagi. Sedangkan Subyek pajak luar negeri mencakup orang pribadi yang tidak berte
mpat tinggal di Indonesia.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghasila
n yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku waji
b pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai waji
b pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber penge
luaran (cash disbursement) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehin
nga biasanya banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekeci
l mungkin selama hal tersebut memungkinkan. Pada hakekatnya perpajakan di Indonesia ditet
apkan berdasarkan undang-undang, hal ini merupakan pencerminan bagian dari pelaksanaan t
onggak demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini merupajan sua
tu realita negara yang merdeka dan berdaulat. Sesuia dengan perjalanan sejarah perpajakan na
sional di Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa dalam penyusunan kerangka acuan perubahan
undang-undang dan peraturan perpajakan sebaggai besar bersumber dari sistem perpajakan w
arisan colonial penjajah, terutama ketika negara Republik Indonesia baru terbentuk. Dalam be
berapa dekade terakhir

1
ini perubahan tersebut telah banyak mengalami perubahan yang bersumber dari sistem perpaj
akan negara lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah tersebut seba
gai berikut:
1. Apa yang dimaksud subjek pajak?
2. Apa yang dimaksud SP (Subjek Pajak) dalam Negeri dan SP (Subyek Pajak) luar negeri?
3. Apa yang dimaksud SP (Subyek pajak) orang pribadi?
4. Apa yang dimaksud SP (Subyek pajak) badan?
5. Apa yang dimaksud SP (Subyek Pajak) BUT?
6. Bagaimana pembagian pajak penghasilan (PPh)?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui subjek pajak
2. Untuk mengetahui SP (Subjek Pajak) dalam Negeri dan Bagaimana SP luar negeri
3. Untuk mengetahui SP (Subyek Pajak) orang pribadi
4. Untuk mengetahui SP (Subyek Pajak) badan
5. Untuk mengetahui SP (Subyek Pajak) BUT
6. Untuk mengetahui pembagian pajak penghasilan (PPh)

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Subyek Pajak


Pengertian subjek menurut Harimurti Kridalaksana (2008) dalam Kamus Linguistik
(Edisi Keempat ISBN 978-979-22-3570-8) adalah bagian klausa yang menandai apa yang dib
icarakan oleh pembicara. Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat. Subjek tidak
terlalu sama dengan pelaku atau actor, terutama dalam kalimat pasif. Contoh: Kamu ditangka
p polisi. Pengertian pajak menurut KBBI yaitu pungutan wajib, biasanya berupa uang yang h
arus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubu
ngan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya.
Subyek Pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang – Undang untuk diken
akan pajak. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 2 A
yat (1) Subyek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatua
n, badan, dan bentuk usaha tetap. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek pajak yang b
erkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Jika ditinja
u dari Lembaga pemungutnya, pajak penghasilan dikategorikan sebagai pajak pusat, sedangk
an jika ditinjau dari sifatnya, dikategorikan sebagai pajak subjektif, dengan pengertian bahwa
pajak penghasilan ini berpangkal atau mendasarkan pada subyek pajaknya.
UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 mengatur tent
ang pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi a
tau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan i
mbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemak
muran rakyat. Sehingga jika disimpulkan, subjek pajak adalah istilah yang digunakan dalam u
ndang-undang perpajakan di Indonesia untuk orang pribadi ataupun badan dalam memenuhi
kewajiban perpajakan sesuai aturan perpajakan yang berlaku.

2.2 Pengertian Subjek Pajak (SP) dalam Negeri dan Luar Negeri
Subjek Pajak dibedakan antara Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar nege
ri. Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh
penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan Subjek Pajak
luar negeri sekaligus menjadi Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima da
ri sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. D
engan perkataan lain Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kew
ajiban subjektif dan objektif. Sehubungan dengan pemilikan NPWP, Wajib Pajak orang priba
di yang menerima penghasilan di bawah PTKP tidak perlu mendaftarkan diri untuk memperol
eh NPWP.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri
terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau d
iperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri di
kenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indone
sia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif
umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
bruto dengan tarif pajak sepadan.

3
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebaga
i sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan
Wajib Pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, ka
rena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melal
ui bentuk usaha tetap di Indonesia, pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan deng
an pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dalam negeri sebagaimana diatur dalam Un
dang-undang ini dan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2.3 Subyek Pajak Orang Pribadi


Subyek pajak orang pribadi dibagi menjadi subyek pajak dalam negeri dan subyek paja
k luar negeri.
Orang pribadi yang merupakan subyek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak dalam
negeri apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal dari Indonesia mau
pun dari luar Indonesia dan besarnya penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (P
TKP). Subyek pajak orang pribadi dalam negeri merupakan orang pribadi yang:
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
Orang pribadi yang dimaksud bertempat tinggal di Indonesia yang digunakan:
a. Untuk Berdiam (Tidak bersifat sementara dan bukan tempat persinggahan)
b. Untuk melakukan kegiatan sehari – hari
c. Untuk menjalankan kebiasaan.
2. Orang pribadi yang sering berpergian ke luar negeri namun bertempat tinggal di Ind
onesia dan berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) dalam jan
gka waktu 12 (dua belas) bulan tetap dianggap sebagai subyek pajak dalam negeri.
3. Orang pribadi dianggap memiliki niat bertempat tinggal di Indonesia jika terdapat b
ukti berupa dokumen visa bekerja atau Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) dengan
jangka waktu lebih dari 183 hari atau kontrak perjanjian untuk melakukan pekerjaan,
usaha, atau kegiatan yang dilakukan di Indonesia selama lebih 183 hari. Orang prib
adi yang menyewa atau mengontrak tempat, termasuk menyewa tempat tinggal di I
ndonesia, memindahkan anggota keluarga atau memperoleh tempat yang disediakan
oleh pihak lain dapat juga dianggap memiliki niat bertempat tinggal di Indonesia.
Sebagai wajib pajak, orang pribadi wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Paj
ak (KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wila
yah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Paj
ak (NPWP). NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam a
dministrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib P
ajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Wajib pajak orang pribadi meliputi wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha at
au pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan diatas PTKP dan wajib pajak yang melakuk
an kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap
Wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusa
n hakim, menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan hart
a, atau memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan
kewajiban perpajakan suaminya.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT), selain diwajibkan me
ndaftarkan diri ke KPP atau KP2KP yang wilayahnya kerjanya meliputi tempat tinggal wajib
pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP atau KP2KP yang wilayahnya kerjanya mas
4
ing – masing tempat kegiatan usaha wajib pajak untuk meperoleh NPWP cabang bagi setiap t
empat kegiatan usaha. WP OPPT adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha perdagangan atau jasa, tidak termasuk jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada s
atu atau lebih tempat kegiatan usaha yang berbeda dengan tempat tinggal wajib pajak sebagai
mana dimaksud perundang – undangan di bidang perpajakan.
Subyek pajak orang pribadi Luar negeri merupakan orang pribadi yang bertempat tingg
al atau bekerja diluar negeri lebih dari 183 dalam jangka waktu 12 bulan. Bertmpat tinggal tet
ap diluar negeri dibuktikan dengan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang masih berl
aku sebagai penduduk diluar negeri, yaitu:
1. Green Card
2. Indentity card
3. Student Card
4. Pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh kantor perwakilan republik Indo
nesia di luar negeri
5. Surat keterangan dari kedutaan besar republik Indonesia atau kantor perwakilan rep
ublik Indonesia diluar negeri
6. Tertulis resmi di paspor oleh kantor imigrasi negara setempat

2.4 Subyek Pajak Badan


2.4.1 Subyek Pajak Badan
Pengertian “badan” megacu pada Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajaka
n. Badan sebagai subyek pajak merupakan perkumpulan yang menjalankan usaha atau melak
ukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan dan/atau memberikan jasa kepada anggota. Per
kumpulan mencakup pula asosiasi, persatuan, perhimpunan atau ikatan dari pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan yang sama. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE26/Pj.42/
1999 tanggal 21 juni 1999 menyebutkan bahwa partai politik juga termasuk sebagai subjek pa
jak.
Subyek dari PPh Badan yang diatur sesuai dengan pasal 2 UU PPh dibedakan menjadi
2 yaitu sebagai berikut:
1. Wajib pajak badan dalam negeri, yaitu badan usaha yang didirikan atau berkeduduk
an di Indonesia. Kewajiban pajak subyektifnya dimulai saat badan tersebut didirika
n atau bertempat kedudukan Indonesia dan berakhir pada saat badan tersebut dibuba
rkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
Contoh : Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), perseroan lainnya B
UMN, BUMD (dengan nama dan bentuk apapun), Firma, Kongsi, Koperasi, Dana P
ensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial P
olitik atau Organisasi yang sejenis, dan Lembaga lainnya.
2. Wajib pajak badan luar negeri, yaitu badan usaha yang tidak didirikan atau tidak ber
kedudukan di Indonesia. Namun badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia, dan/atau badan yang tidak didirikan dan tidak b
erkedudukan di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari me
njalankan usaha melalui BUT di Indonesia. Kewajiban pajak subyektifnya dimulai s
aat menjalankan usaha melalui BUT atau saat menerima dan memperoleh penghasil
an. Sedangkan berakhirnya saat tidak lagi menjalankan usaha di Indonesia dengan
melalui BUT atau tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
2.4.2 Bukan Subyek Pajak Badan
Beberapa badan yang dikelompokkan sebagai bukan Subyek PPh Badan yaitu:
5
1. Kantor Perwakilan Negara Asing
2. Organisasi – Organisasi internasional dengan syarat :
a. Negara Indonesia merupakan anggota organisasi internasional tersebut
b. Orgnisasi ini tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh pengh
asilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang danan
ya berasal dari iuran para anggota.
3. Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang – ndangan
b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau A
nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah D
aerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh apparat pengawasan fungsional negara.
Dikecualikan sebagai Subyek Pajak yang dikenakan PPh Badan. Namun, unit dari bad
an pemerintah tersebut tetap berkedudukan sebagai pemotong pemungut PPh dan juga tetap s
ebagai pemungut PPN dalam beberapa transaksi tertentu.

2.5 Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap


2.5.1 Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah suatu tempat usaha yang seluruh atau sebgaian usa
ha dari suatu perusahaan dijalankan oleh Subyek pajak Luar Negeri. BUT adalah suatu sarana
bagi non resident taxpayer untuk melakukan bisnis di negara lain, yang berupa: agen, perwak
ilan dagang, cabang, atau anak perusahaan. BUT dapat berupa orang pribadi atau badan usaha.

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah Subyek Pajak Luar Negeri yang dapat berbentuk:
1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal dan berada di Indonesia tidak lebih dari 1
83 hari.
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia
Keduanya yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentu
k usaha tetap. BUT adalah termasuk subyek pajak luar negeri, yang tidak berkedudukan di In
donesia dan yang dapat terjadi dengan ketentuan:
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia
2. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

2.5.2 Mulai Berakhirnya Kewajiban Subyektif BUT sebagai Subyek Pajak Luar Nege
ri
Kewajiban Pajak BUT dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalank
an usaha atau melakukan kegiatan yang berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT). Secara umum, BUT dapat dibedaka
n menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Aset Fisik
Suatu non resident taxpayer dianggap memiliki BUT di negara lain, jika di negara lai
n tersebut terdapat asset yang digunakan untuk mengoperasikan kegiatan dari perusah
aan induk negara lain tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya tempat yang sifatnya p
ermanen, seperti:
a. Tempat kedudukan manajemen, cabang, kantor, pabrik, bengkel
b. Pertambangan atau pengalihan sumber alam, perikanan, atau peternakan
6
BUT semacam ini dianggap dimulai pada saat pengusaha menjalankan usahanya dan
berakhir pada saat berakhirnya usaha dari penghasilan asset tersebut.
Contohnya: Happy Cola, Co. suatu perusahaan yang berdomisili di USA memiliki kan
tor cabang di Indonesia yang berlokasi di Hotel Quality, Jakarta dengan membayar se
wa bulanan. Transaksi penjualan produk dapat dilakukan terhadap karaywan yang dite
mpatkan pada hotel tersebut. Dengan demikian maka kegiatan tersebut dianggap kegi
atan usaha Happy Cola, Co. di Indonesia yang dilakukan dengan BUT.
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Aktivitas
Suatu non resident taxpayer dianggap memiliki BUT di negara lain jika di negara lain
tersebut terdapat kegiatan yang tanpa harus memiliki asset yang digunakan untukmen
goperasikan kegiatan dari perusahaan induk negara lain tersebut. BUT semacam ini m
isalnya sebagai berikut:
a. Proyek Konstruksi, Instalasi
b. Perakitan, Pemberian Jasa
BUT semacam ini biasanya terkait dengan time test, yaitu Batasan waktu kapan menja
di BUT, menurut UU PPh perlakukan adanya BUT dapat dilihat dari ada atau tidakny
a perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara negara tersebut. Bagi BUT ya
ng tidak terdapat (P3B), khususnya untuk proyek konstruksi, instalasi, atau proyek per
akitan tidak terdapat time rest sehingga begitu terdapat proyek tersebut langsung mun
cul BUT. Bagi BUT yang memiliki (P3B) dengan Indonesia, maka terdapat time rest
untuk jasa sesuai UU domestic adalah 60 hari, atau diatur menurut (P3B).
Contohnya: Dunyong, Co. dari Korea melukan proyek konstruksi pembuatan Pelabuh
an di Indonesia maka perusahaan tersebut diperlakukan sebagai BUT Indonesia.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Keagenan
BUT juga dapat terjadi karena adanya hubungan keagenan antara kantor pusat dengan
agennya secara dependen. Dependen diartikan agen di negara lain tidak dapat menjala
nkan aktivitasnya tanpa persetujuan pusatnya.
Contohnya: IBM membuka agen di Indonesia dan segala keputusan berkaitan dengan
penjualan produk dengan persetujuan kantor pusatnya, maka agen tersebut deiperlaku
kan sebagai BUT.

2.5.3 Pengecualian BUT


Yang dikecualikan, tidak termasuk BUT adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan Fasilitas semata untuk tujuan penyimpanan, display atau delibery dari bar
ang milik atau perusahaan.
2. Pemeliharaan stok barang milik suatu perusahaan, yang semata hanya untuk penyimp
anan, display atau delivery, proyek tersebut
3. pemeliharaan stok barang yang semata hanya untuk diproses oleh perusahaan lainnya
4. pemeliharaan suatu tempat usaha tetap yang semata untuk tujuan pembelian barang at
au pengumpulan informasi untuk suatu perusahaan.
5. Pemeliharaan suatu tempat usaha tetap yang semata untuk kegiatan yang sifatnya pers
iapan dan penunjang.

2.5.4 Perbedaan BUT dengan Wajib Pajak dalam Negeri


Perbedaan antara BUT dengan Wajib Pajak dalam Negeri adalah sebagai berikut:
7
1. Wajib pajak Dalam Negeri mempunyai objek penghasilan yang sifatnya world wide i
ncome, atau seluruh penghasilannya diakui tanpa melihat darimana penghasilan diper
oleh.
2. BUT hanyalah domestic income yaitu hanya penghasilan dari negara dosmestik saja

2.6 Pembagian Pajak Penghasilan (PPh)


Berdasarkan Pasal 4, Undang – Undang Perpajakan Nomor 38 Tahun 2008 yang dirub
ah dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2021 tetang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Yang menjadi obyek Pajak Penghasilan (PPh) adalah penghasilan yaitu stiap tambahan kema
mpuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekay
aan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang termasuk se
bagai obyek pajak penghasilan meliputi :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau di
peroleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gartifikasi, uang p
ension, premi asuransi jiwa dan asuransi Kesehatan yang dibayar oleh pemberimkerja,
atau imbalan dalam bentuk lainnya.
2. Hadiah dari undian, pekerjaan, dan kegiatan seperti hadiah undian tabungan, hadiah d
ari pertandingan olahraga, dan lain sebagainnya termasuk penghargaan.
3. Laba Bersih Usaha, yang dimaksud laba bersih usaha adalah selisih total penghasilan
bruto yang diterima dikurangi beban usaha yang dikeluarkan melalui mekanisme penc
atatan dalam pembukuan dalam amsa pajak atau dalam satu tahun pajak.
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseoran, persekutuan, dan badan lai
nnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggo
ta yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambil alihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, jecu
ali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu deraj
at dan badan keagamaan, badan Pendidikan, badan sosial termasuk Yayasan, kope
rasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuann
ya diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hu
bungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak – p
ihak yang bersangkutan
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan Sebagian atau seluruh hak penamba
nan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan perte
mbangan.
5. Penerimaan Kembali, pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pe
mbayaran tambahan pengembalian pajak.
6. Bunga, pengertian Bunga termasuk pula premium, diskonto dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang. Premium terjadi apabila, misalnya surat obligasi
dijual atas nilai nominalnya, sedangkan diskonto terjadi apabila obligasi dibeli dibawa
8
h nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan
obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.
7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan a
suransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. Deviden me
rupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham (orang pribadi), polis asuransi a
tau pembagian hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
8. Royalti, atas timbalan atas penggunaan hak. Royalti adalah suatu jumlah yang dibayar
kan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkal
an maupun tidak, sebagai imbalan atas:
a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cita di bidang kesusastraan, kesenian, ata
u karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, me
rk dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual / industrial atau hak serupa lainny
a.
b. Penggunaan atau hak menggunakan perlatan / perlengkapan industrial, komersial
atau ilmiah
c. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, tehnikal, industrial, atau
komersial
9. Sewa, dan pengahasilan lain sehubungan dengan pengguna harta; dalam pengertian se
wa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh dengan nama dan dalam bentuk ap
apun sehubungan dengan pengguna harta bergerak atau harta tak bergerak, misalnya s
ewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gedung.
10. penerimaan atau perolehan bembayaran berkata; misalnya alimentasi atau tunjangan s
eumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.
11. keuntungan karena pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebangai
penhasilan bagi pihak yang semuala beruntung, sedangkan pihak yang berpiutang dap
at dibebankan sebangai biaya.
12. keuntungan selisih kurs mata uang asing; Keuntungan karena selisih kurs dapat diseba
bkan fluktuasi kurs mata uang asing atau adanya kebijaksanaan pemerintah dibidang
moneter, atas keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing, peng
enaan pajaknya dikaitkan dengan system pembukuan yang dianut oleh wajib pajak, de
ngan syarat dilakukan secata taat asas.
13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. penerimaan premi asuransi; Selesai asuransi jiwa dan dwi guna berdasarkan peraturan
materi keuwangan.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari aggotanya yang terdiri dari waji
b pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
Tambah kekayaan neto pada hakekatnya merupakan akumulasi penghasilan baiuk yan
g telah dikenakan pajak dan yang bukan obyek pajak serta yang belum dikenakan paja
k. Apabila diketahui adanya tambahan kekayaan neto yang lebih akumulasi penghasil
an yang telah dikenakan pajak dan yang bukan obyek pajak, maka tabahan kekayaan n
eto tersebut merupakan penghasilan.

9
17. Pengahasilan usaha betbasis syariah; Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landas
an folosofi yang berbeda dengan kegiatan usaha yang bersifat konvesional. Namun pe
nghasilan yang diteri atau diperoleh dari kegiatan usaha berbasis syariah tersebut tetap
merupakan obyek pajak.
18. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya, transaksi derivalif yang di perd
agagkan di bursa, dengan transaksi penjual saham atau pengalihan penyataan modal p
ada perusahaan pasanganya yang diterima oleh perusahaan modal ventira;
19. Penghasilan dari transaksi pengahsilan hata berupa tanah /bangunan usaha jasa kontru
ksi, usaha real estate, dan pesewaan tanah dan bagunan;
20. Suplus bank Indonesia
Berikut obyek pajak penghasilan dibawah ini dapat dokenai pajak bersifat final pengh
asilan yaitu besarnya pajak bedasarkan tariff pajak tersendiri oleh surat keputusan me
ntri kuwangan dan pajak yang dibayar/dilunasi tidak termasuk bukti kredit pajak.
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainya bunga obligasi dan surat
utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayar oleh koperasi kepada anggota ko
perasi orang pribadi;
2. Penghasilan hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya, transaksi derivalatif yang di
perdagagkan dibursa, dan transaksi penjualan saham atau penghasilan penyetaan
modal pada perusahaan pasanganya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. Penghasilan dari transaksi peralihan harta berupa tanah atau bagunan, usaha jasa k
onstruksi, usaha real etalse, dan perawatan tanah/bangunan;
5. Penghasilan tertentu lainya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemeri
ntah.

2.6.1 Yang dikecualikan dari obyek pajak penghasilan


Penghasilan yang bukan obyek pajak adlah penhasilan yang diterima oleh wajib pajak
yang tidak dibebani/teruntuk pajak penghasilan, walawpun jenis penerimaan termasuk dalam
pengertian penghasilan, berikut jenis pengahasilan tidak termasuk obyek pajak penghasilan;
1. Penerimaan bantuwan sumbangan, zakat dan harta hibah dengan keuntungan sebangai
berikut;
a. Bantuwan atau sumbangan termasuk zakat infak, dan sedekah yang diterima oleh
pemerintah dan yang diterima penerima zakat yang berhak atau sumbangan keaga
maan yang wajib sifatnya bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang dite
rima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau yang di sahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan berhak yang ketentuanya diatur deng
an berdasarkan peraturan pemerintah.
b. Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunanlulusan sat
u derajat, dan keagamaan badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, kope
rasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang ketentuany
a diatur berdasarka peraturan mentri keuwangan sepanjang tidak ada hubungan de
ngan usaha, pekerjaan pemilik, atau penguasa di antara pihak pihak yang bersangk
utan.
2. Warisan; yang diteriman oleh ahli waris yang berhak.
3. Setoran tunai penganti saham atau sebagian penganti peyertaan modal
10
4. Penghasilan atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima diper
oleh dalam bentuk natural atau meliputi;
a. Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan minuman bagi seluruh pegawai
b. Natura /kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu
c. Natura atau kenikmatan yang harus di sediakan pemberi kerja dalam pelaksanaan
kegiatan
d. Natura/kenikmatan yang bersumber atau dibiayai aggaran pendapatan belanja Neg
ara, aggaran pendapatan belanja daerah. Atau anggaran pendapatan desa
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit atau meniggal orang y
ang bertanggung jawab dan pembayaran asuransi beasiswa.
6. Deviden atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut;
a. Deviden yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak;
1) Orang pribadi dalamnegeri sepanjang deviden tersebut diinvestasikan diwilaya
h Negara kesatuan republic mindonesia dalam janagka waktu tertentu
2) Badan dalam negeri
b. Deviden yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari suatu ben
tuk usaha tetap diluar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam neger
i atau wajib pajak pribadi dalam negeri, sepanjang diinvestasikan atau dogunakan
untuk mendukung kegiatan usaha lainya diwilayah Negara kesatuan republic Indo
nesia dlam jangka waktu tertentu dan memenuhi persyaratan berikut;
1) Deviden dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut paling sed
ikit 30% dari laba setelah pajak
2) Deviden yang berasala dari badan usasha diluar negeri yang sahamnya tidak di
perdagangkan dobursa efek diinvestasikan si Indonesia sebelumdirektur jendra
l pajak penerbit surat ketetapan pajak atas deviden tersebut sehubungan denga
penerapan
c. Deviden yang verasal dari luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf b merup
akann;
1) Deviden yang dibagikan berasal dari badan usaha diluar negeri yang sahamnya
di perdagagkan di bursa efek
2) Deviden yang dibagikan berasala dari badan usaha diluar negeri yang sahamny
tidak diperdagagkan dibursa efek sesuai dengan proporsi kepemilikan saham.
d. Dalam hal deviden pada huruf tiga angka dan penghasilan setelah pajak dari suatu
bentuk usaha teteap diluar negeri sebagai dimaksud huruf b diinvestasikan dinegar
a kesatuan republic Indonesia kurang dari 30% dari jumlah laba setelah pajak seba
gaimana huruf b angka satu berlaku ketentuan;
1) Atas deviden dan penghasilan setelah pajak yang di investasikan tersebut dike
cualikan dari pegenaan pajak penghasilan
2) Atas selisih 30% laba setelah pajak di kurangi dengan deviden penghasolan set
elah pajak yang di investasikan sebagai pada angka 1
3) Atas selisis setelah pajak dikurangi dengan deviden atau penghasilan setelah p
ajak yang di investasikan sebangai angka 1
e. Dalam hal deviden sebangai dimaksud huruf c angka 2 dan penghasilan setelah pa
jak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri sebagai maksud huruf b di investas
ikan diwilayah Negara kesatuan republic indinesia sebesar 30% dari jumlah laba s
etelah pajak sebagai pada huruf b anka 1berlaku ketentuan;

11
1) Atas deviden dan penghasilan setelah pajak yang di invesrasikan tesebut dikec
ualikan dari penaganan pajak penghasilan
2) Atas sisa laba setelah pajak di kurangi dengan deviden atau penghasilan setela
h pajak yang di investasikan sebagai di maksud pada 1 tidak dikenai pajak pen
ghasilan
f. Dalam hal deviden yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya ti
dak di perdangagkan di bursa aefek di investasikan di Indonesia setelah direktur je
ndral pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas deviden tersebut sehubungan d
engan penerapan pasal 18 ayat 2 deviden di maksud tidak dikecualikan dari pegen
aan pajak penghasilan sebagai dimaksud dengan huruf b
g. Pegenaan pajak penghasilan atas penghasilan luar negeri tidak melalui bentuk usa
ha tetap yang diterima atau di peroleh wajib pajak badan dalam negeri atau wajib
pajak npribadi dalam negeri di kecualikan dari pegenaan penghasilan tersebut di i
nvestasikan di wilayah Negara kesatuan republic Indonesia jangka waktu tertentu
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1) Penghasilan dari usaha aktif
2) Penghasilan yng di miliki di luar negeri
h. Pajak atas penghasilan setelah dibayar atau terulang di luar negeri atas penghasila
n sebagaiman di maksud pada angka 2 dan angka 7 berlaku ketentuan;
1) Tidak dapat di perhitungkan dengan pajak penghasilanTidak dapat dibebankan
sebagai
2) biaya pengukuran penghasilan
3) Tidak dapat diminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
i. Dlam hal wajib tudak menginvestasikan penghasilan dalam jangka waktu tertentu
sebagai maksud dengan huruf b dan huruf g berlaku ketentuan;
1) Penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan pada tahun pajak
diperoleh
2) Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terulang di luar negeri atas pen
ghasilan tersebut merupakan kredit pajak sebagaimana disebut dengan pasal 2
4
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiuan yang pendirinya telah di sahkan me
ntri keuwangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupu pegawai
8. Penhhasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagai dimaksud denga
huruf 7, dalam bidang bidang tertentu.
9. Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi, p
erespon komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham saham persekutuan perku
mpulan, firma dan kongsi tersebut pemegang peyertaan kontark investasi kolektif
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh boleh perusahanan modal vatura berupa bag
ia laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan di jalankan usaha kegiatan di In
donesia dengan syarat badan pisangan usaha tersebut;
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menegah atau yang menjalankan kegiatan dal
am sector usaha yang diatur dengan berdasarka peraturan mentri keuwangan
b. Sahamnya tidak di perdagagkan di bursa efek di Indonesia
11. Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu
12. Sisa lebih yang diterima atau di peroleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dal
am bidang pendididkan dan bidang penelitian dan penegmbangan yang telah terdaftar
pada instansi yangmembidanginya, yang di tanamkan kembali dalam betuk sarana dan
12
perasarana kegiatan pendidikan dan penelitian pengembangan dalam jangka waktu pal
ing lama 4 tahun sejak diperoleh sisa lebih tersebut
13. Bantuan atau santunan yang dibayar oleh badan peyelenggaraan jaminan social kepad
a wajib pajak tertentu
14. Dana setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) khusus dan penghasilan dari
penhgembangan keuwanagn haji dalam bidang atau instrument keuwangan tertentu dit
erima badan pegelola keuwangan haji (BPKH).
15. Sisa lebih yang diterima / diperoleh badan atau Lembaga sosial dan atau keagamaan y
ang terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan Kembali dalam be
ntuk saranan dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana a
badi.

2.6. 2 Pengeluaran yang diperbolehkan Terhadap Penghasila Bruto


Berdasarkan Pasal 6 Undang – Undang Perpajakan Nomor 38 Tahun 2008 sebagaima
na dirubah Undang – Undang No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi peraturan perpajakan be
rbunyi “untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yang meliputi sebagai berikut :
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, anta
ra lain:
a. Biaya pembelian bahan
b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bon
us, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
c. Bunga, sewa, dan royalty
d. Baiay perjalanan
e. Premi asuransi
f. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Ment
eri keuangan
g. Biaya administrasi
h. Pajak kecuali pajak penghasilan
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan beban amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa m
anfaat lebih dari 1 tahun.
3. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau penghasilan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghas
ilan
5. kerugian selisih kurs mata uang asing
6. biaya / pengeluaran penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indo
nesia
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Di
rektorat Jendral Pajak

13
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Instalasi p
emerintah yang menangani pitang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumla
h utang tertentu.
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piuta
ng tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau b
erdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
11. Biaya Pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan peraturan p
emerintah
12. sumbangan fasilitas Pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerinta
h dan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintah
13. apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksd pada ayat (1) di
dapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun p
ajak berikutnya berturut – turut sampai dengan 5 tahun.
14. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi boleh dikurangkan penghasilan tidak kena pajak (PT
KP) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun diberikan kepada
1) Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri wajib pajak o
rang pribadi
2) Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setia
p anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan l
urus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banya
k 3 orang untuk setiap keluarga
3) Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang
istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
b. Penerapan ketentuan PTKP oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian
tahun pajak, dan perubahan besarnya PTKP berdasarkan keputusan Menteri keuan
gan
15. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki peredaran bruto tidak dikenai pajak pengha
silan atas bagia peredaran bruto sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta r
upiah) dalam 1 tahun pajak.

2.6.2 Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari:
a. Orang pribadi dan badan;
b. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh a
dministrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjanggan, d
an pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pa
da Pemerintah Pusat, termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau
14
Lembaga Pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republi
k Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaa
n atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar, yaitu:
a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan deng
an jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk d
an atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan deng
an jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri;
c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta Pendidikan dan pelatih
an, serta pegawai magang;
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasiona
l dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelen
ggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bent
uk apapun kepada wajib pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

2.6.3 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26


Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (PER No.31 tahun 2012, P
asal 5) sebagai berikut:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan ya
ng bersifat teratur maupun tidak teratur;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau ja
minan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka wak
tu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah min
gguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imba
lan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan ja
sa yang dilakukan;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang rapat, honorariu
m, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan seje
nis dengan nama apapun;
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang b
ersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau

15
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk meningkatk
an kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik. Pajak di Indonesia telah
16
dipergunakan oleh Negara sebagai sumber penerimaan terbesar setelah migas dalam menutup
i belanja negara, sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
setiap tahunnya. Pendapatan dari sektor pajak setiap tahun anggaran selalu diupayakan menga
lami kenaikan.
Subyek Pajak perlu memenuhi persyaratan terlebih dahulu untuk ditetapkan menjadi
sebagai wajib pajak. Di dalam jenis pajak terdapat beberapa perbedaan mengenai subyek paja
k dan siapa saja pihak yang termasuk subyek pajak. Menurut Undang – Undang pajak pengha
silan yang disebut subyek pajak adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk mempe
roleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Subyek pajak dib
agi menjadi 2 yaitu subyek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subyek
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghasil
an yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku waj
ib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai waji
b pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber penge
luaran (cash disbursement) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut.

3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya kami seba
gai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik lagi. Demikianlah mak
alah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca sekalian. Kami
mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, ku
rang dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekali
an demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiarso, Dr. St. Setiawanta Yulita, Yulianto Agung. 2011. Perpajakan aplikasi & Terapann
ya. CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta
Fitriandi Primandita, Farida Nur Liyana. Adhipradana. 2019. Praktikum Pajak Penghasilan
(Orang Pribadi). CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta

17
Gede I komang Cahya, Supriadi, Agung Kristian. 2019. Praktikum Pajak Penghasilan (PPh
Badan). CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta
Istri Tjokorda Anom, Ayu Gusti, dkk. 2019. Subjek dan Objek pajak. Universitas Mahasaras
wati. Denpasar
Mahardika Indra Putra SE, AK, M.Ak. 2020. Perpajakan: Tax Amnesty. Anak Hebat Indones
ia. Yogyakarta
Muljono Djoko. 2010. Panduan Brevet pajak – Pajak Penghasilan. CV. ANDI OFFSET. Yo
gyakarta
Nataherwin, Widyasari, Dewi Syanti. 2021. Perhitungan PPh 21 dan Software PPh 21 Terba
ik. CV. Rasi Terbit
Saba Yulfiana. 2022. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Bagaimana Perhitungannya ses
uai Peraturan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak penghasilan. Politeknik Saint pau
l Sorong. Jl. R. A. Kartini No. 1 Kampung Baru Sorong
Setyawan Setu. 2022. Perpajakan; Pengantar, KUP, Pajak Penghasilan, PPN & PPn – Bm,
Pajak Bea Materai, Pajak & Restibusi Daerah. Universitas Muhammadiyah Malang.
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Sibarani Pirma, Malem Tenang Tarigan. 2018. Pajak Penghasilan Indonesia. CV. ANDI OF
FSET. Yogyakarta
Purwo Irawan Aji. 2019. Belajar PPh Orang Pribadi. Uwais Inspirasi Indonesia. Ds. Sidoarj
o, Kec. Pulung. Kab. Ponorogo
Putri Kartika Kumalasari, Sukma Nurlita Alfandia. 2020. Pajak Internasional. CV Budi Uta
ma. Jl. Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga ata
s Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Diakses di int
ernet melaluihttps://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2000/17TAHUN2000UUPenj.htm p
ada Tanggal 16 Maret 2023. Pada Pukul 19.00 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai