Anda di halaman 1dari 12

RUANG LINGKUP WAJIB PAJAK MENURUT

UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2007

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Pajak
pada Semester II jenjang Pasca Sarjana (Strata-2)
Dosen: Dr. Ida Sugiarti, M.H.Kes

Disusun Oleh:
Sena Adikrisna

PASCA SARJANA

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG


KOTA TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah dengan judul Ruang
Lingkup Wajib Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kontrak pada semester II Tahun
2022/2023 Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Hukum Galunggung.
Penulis mengucapkan terima kasih yang besar-besarnya kepada para pihak
yang membantu terselesaikannya penulisan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu Penulis
mengharapkan masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk makalah ini sebagai motivasi agar menjadi lebih baik.

Tasikmalaya, Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 5
BAB III PENUTUP........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia mulai memberlakukan pajak dengan self
assessment system atau kepercayaan untuk melakukan penghitungan
pajak terutang, melunasi kekurangan pajak, menghitung pajak yang
telah dibayarkan, dan melaporkan sendiri ke Dirjen Pajak.

Tidak dipungkiri lagi banyak masyarakat yang kurang


percaya terhadap keberadaan pajak, dilihat dari lingkungan masyarakat
mereka hanya mengenal pajak sebagai suatu tradisi membayar sejumlah
pungutan kepada pemerintah, tanpa mengerti dasar serta maksud dan
tujuan dari pembayaran pajak karena kurangnya pemahaman mengenai
pajak.
Sadar atau tidak, pajak saat ini memegang peranan utama
dalam struktur pembiayaan negara seluruhnya, dan pajak akan selalu
dinamis mengikuti pola bisnis yang berkembang di masyarakat. Sebagai
warga negara yang baik, kita harus membayar pajak sesuai tarif pajak
yang dikenakan.
Definisi Pajak dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jika pajak
merupakan kontribusi yang harus dilaksanakan wajib pajak. Namun,
siapakah wajib pajak itu? Pasal 1 angka 2 UU KUP menjelaskan bahwa
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

4
Jenis-jenis pajak di Indonesia sangat banyak seperti pajak
bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan
nilai (PPN) serta pajak daerah. Pajak merupakan sumber utama
penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit
untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari
belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan,
jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga
negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia,
menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya
dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Pajak digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang
sangat dibutuhkan masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar
negeri. Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal
pembinaan dan modal.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak
bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya
roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Di samping fungsi
budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi
redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan
ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya
lebih rendah.
Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar
merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi
pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial
yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.

5
Pajak tidak cukup hanya dimengerti, namun lebih dalam
harus dipelajari dan dipahami secara komprehensif dari aspek hukum
pajak, dasar pengenaan pajak, penetapan pajak, sengketa pajak, dan
hak-hak wajib pajak.
Selain untuk kesadaran pribadi, belajar pajak juga
memberikan manfaat lain akan makna sebenarnya dari pajak, fungsi
pajak, sanksi bagi pelanggar dan semua yang berkaitan dengan
perpajakan.

B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah tentang “apa
saja yang menjadi ruang lingkup pembebanan pajak menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007?
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian normatif, yang
mengkaji konsep-konsep hukum. Data yang digunakan berupa data
sekunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum primer berupa peraturan
perundang-undangan, bahan hukum tersier berupa buku-buku referensi,
pendapat ahli maupun hasil penelitian terdahulu, dan bahan hukum tersier
berupa kamus-kamus bahasa, kamus ilmiah hukum dan black law
dictionary.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Wajib Pajak


Dalam Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut Wikipedia Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP
adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak
badan.
Jadi wajib pajak adalah orang pribadi maupun badan yang sudah
memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan dia
telah mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak sebagai Wajib Pajak,
sehingga dia sudah terikat serta harus melaksanakan semua kewajiban
perpajakan dan juga bisa melakukakan apa-apa yang menjadi hak dari wajib
pajak.
2. Jenis Wajib Pajak
Wajib pajak (WP) terdiri atas :
1) Wajib Pajak Orang Pribadi terbagi menjadi dua yaitu :
a) Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri.
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam
negeri menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh)
Nomor 36 Tahun 2008 adalah orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b) Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai Subjek Pajak Luar Negeri
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak luar
negeri menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh)

7
Nomor 36 Tahun 2008 adalah orang pribadi yang tidak tinggal
di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di
Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, tidak
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
2) Wajib Pajak Badan
Badan menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas (PT), perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau
BMUD dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, Yayasan, organisasi
masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, Lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontra investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
3. Syarat Subjektif dan Syarat Objektif Wajib Pajak
UU No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
mengatur tentang syarat subjektif dan syarat objektif untuk menjadi Wajib
Pajak, yaitu :
1. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang - Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
2. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan atau pemungutan sesuai dengan Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
4. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
a) Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah sebagai berikut :

8
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan
untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, serta menandatangani
dan menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktur Kenderal Pajak.
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia
dengan menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang
diizinkan, yang pelaksanaanya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak badan, dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. a. Memperlihatkan dan/atau meminjaman buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan II-4 penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;

9
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan dan/atau
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila
diperiksa

b) Hak-Hak Wajib Pajak


Hak-hak Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat
Pemberitahuan Masa.
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahun
Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak.
4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan
dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak
6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas
suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak
atas Surat Keputusan Keberatan. II-5

10
8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
9. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan
pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak menyampaikan
pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

BAB III

PENUTUP

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya dalam


Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jadi wajib pajak adalah orang pribadi maupun badan yang sudah
memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan dia
telah mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak sebagai Wajib Pajak,
sehingga dia sudah terikat serta harus melaksanakan semua kewajiban
perpajakan dan juga bisa melakukakan apa-apa yang menjadi hak dari wajib
pajak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arabella Oentari Fuadi dan Yeni Mangonting. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan
Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Tax & Accounting Review, 1(1), h: 35-42.
Dwi, Abidah dan Choirun Nisak. 2017. Pengaruh Kesadaran Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB. 3 (1),
hlm : 633-644. ISSN : 2502 – 3764
Hardiningsih,Pancawati.2011.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan
Membayar Pajak. Jurnal Vol. 3 No. 1 ISSN: 1979-4878
Kurnia Rahayu, Siti. 2010. Perpajakan Indonesia “Konsep dan Aspek
Formal”.Yogyakarta: Graha Ilmu
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus 4. Salemba Empat. Jakarta.
Safri. 2010. Pengantar Ilmu Perpajakan. Jakarta: Granit

12

Anda mungkin juga menyukai