Self Assessment menuntut adanya peran aktif masyarakat dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan. Sesuai dengan Self Assessment System yang dianut di Indonesia Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar,dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di mana pun ada bisnis di situ ada pajak yang mewakili kepentingan negara. Semua
kegiatan berbisnis tidak akan luput dari kewajiban pajak. Untuk penyerahan barang dan atau
jasa yang dilakukan akan ada kewajiban memungut, menyetor dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Seperti membuat Faktur Pajak, mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) kemudian
menyetorkannya ke kas negara melalui bank persepsi atau kantor pos dan mengisi Surat
Pemberitahuan (SPT) dan kemudian melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di mana
pengusaha tersebut terdaftar
Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu subjek pajak badan.
Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa
subjek pajak badan adalah Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
lainnya.
Pajak juga sebenarnya dapat menjadi salah satu alat untuk meningkatkan kredibilitas
perusahaan. Perusahaan yang membayarkan pajaknya secara rutin, dapat disebut sebagai
perusahaan yang memiliki kesehatan keuangan yang baik. Hal ini tentu akan memudahkan
perusahaan untuk pengajuan pinjaman dana akan lebih mudah dan proses-proses bisnis
lainnya.
1.3 TUJUAN
Memahami system pajak dan jenis- jenis pajak apa saja yang belaku dalam dunia bisnis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah & Definisi Pajak
Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum dijajah oleh
Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu pungutan sejenis pajak yang
bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja sebagai persembahan.
Karena pada masa itu raja dianggap sebagai wakil tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat
dianggap dipengaruhi oleh raja.
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public invesment.
Undang-undang nomor 8 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
MJH Smeets Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang tertuang melalui norma-
norma umum. Pajak dapat dipaksakan tanpa adanya kontrasepsi untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapatkan jasa timbal balik.
Soeparman Soemahamidjaja Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku. Tujuannya
adalah menutup biaya produksi barang dan jasa guna mencapai kesejahteraan
masyarakat.
Anderson Herschel Pajak adalah suatu peralihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah tetapi bukan akibat dari pelanggaran yang diperbuat.
Cort Vander Linden Pajak adalah sumbangan pada keuangan umum negara yang tidak
bergantung pada jasa khusus dari seorang penguasa.
1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah
dalam bidang sosial ekonomi.
3. Stabilitas, pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan
kebijakan-kebijakan pemerintah.
4. Redistribusi Pendapatan, penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
• Official Assessment system Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
• Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.
• With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
1. Pemungutan Pajak Harus Adil, pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan
2. Pemungutan Pajak tidak Mengganggu Perekonomian, harus diusahakan sedemikian rupa
agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan,
maupun jasa.
3. Pemungutan Pajak harus Efisien, biaya yang harus dikeluarkan dalam rangja
pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih
rendah daripada biaya pengurusan.
4. System Pemungutan Pajak harus Sederhana, sistem sederhana akan memudahkan wajib
pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayi sehingga akan memberikan
dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam membayar
pajak.
Menurut Direktorat Jendral Pajak (DJP) membayar pajak adalah wajib hukumnya bagi
setiap warga negara yang sudah masuk kategori wajib pajak. Mengacu pada Pasal 1 ayat (2)
Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 Wajib Pajak adal orang pribadi atau badan yang meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, serta mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada
dasarnya setiap pribadi baik Warga Negara Indonesia atau Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia dan Badan yang didirikan/berkedudukan di Indonesia merupakan Wajib Pajak, kecuali
ketentuan peraturan perundang-undangan menentukan lain.
Setelah berlakunya undang-undang perpajakan sejak tahun 1983 ada beberapa pajak
yang belaku dalam usaha binis, antaralain:
Pajak Pasal 15
Pengenaan pajak yang diperoleh dari pekerjaan seperti karyawan, karyawati, pegawai &
pekerja bebas ( dokter, pengacara, akuntan) yang dikenakan dari gaji, upah, honorirum,
tunjangan atau pembayaran lainnya dan harus dibayar setiap bulannya.
Pajak Pasal 22
PPH Pasal 22 pajak badan usaha dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau
dari pembeli atas penjualan barang mewah.
Pihak Pemungut:
o Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak pembeli atas penjualan
barang mewah; poin tersebut tertuang dalam pasal 22 ayat 1.
Tarif PPH Pasal 22:
1) Atas Impor:
o Apabila menggunakan Angka Pengenal Importir (API) adalah 2,5% x nilai impor,
jika tidak menggunakan API maka tarifnya sebesar 7,5% x nilai impor.
o Atas impor kedelai, gandum dan tepung terigu yang menggunakan API adalah
0,5% x nilai impor.
Pajak Pasal 23
Pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari wajib pajak saat transaksi yang
meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti, bunga, hadiah dan
penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset selain
tanah atau bangunan, atau jasa. Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan.
▪ atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.
Pajak Pasal 25
Angsuran pajak yang berasal dari jumlah pajak penghasilan terutang menurut SPT Tahunan
PPh dikurangi PPh yang dipotong serta PPh terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan.
Dan harus dibayar dengan sendiri tidak boleh diwakilkan oleh siapapun. pajak ini dilaksanakan
secara berangsur dengan tujuan untuk meringankan beban wajib pajak dalam pembayaran
pajak tahunannya. Adapun sanksi keterlambatan pembayaran pajak yaitu pengenaan bunga
2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Pajak Pasal 26
Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima
Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Berdasarkan
aturan, tarif umum pajak badan usaha PPh Pasal 26 adalah 20%.
1. Dividen
2. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
8. Keuntungan karena pembebasan utang
Pajak Pasal 29
Yaitu saat jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu tahun pajak lebih besar
dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan telah disetor sendiri. PPh ini
harus dibayarkan sebelum SPT Tahunan PPh Badan dilaporkan.
PPH 29 yang harus dilunasi = PPH yang masih terutang – PPH 25 yang sdh
dilunasi.
b WP Badan:
Pada pajak perusahaan ini akan dikenakan atas beberapa jenis penghasilan yang diperoleh
maupun pemotongannya yang bersifat final. Tarif dari PPh final ini pun bervariasi, tergantung
dari masing-masing jenis penghasilannya. Sebagai contoh, pada perusahaan dengan omzet di
bawah 4,8 milyar per tahun maka tarif pajaknya yang akan dikenakan hanya sebesar 1%.
PPN
Pajak yang dikenakan ketika ada barang yang mengalami pertambahan nilai ketika
berpindah dari produsen ke konsumen. Ketika perusahaan melakukan transaksi penjualan
barang/jasa kena pajak, maka harus menerbitkan faktur sebagai bukti sah pungutan PPN.
Perusahaan akan dikenakan PPN 10% ketika mereka melakukan transaksi jual beli dan impor,
sedangkan 0% untuk ekspor.
Dalam UU PPN adanya tarif yang akan diatur dalam Peratutan Pemerintah yaitu
ditentukan tarif min 5% max 15%. Sedangkan untuk tarif PPn BM ditentukan yaitu min 10% dan
max 50%.
Salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap objek berupa bumi/bangunan. Dua
bisnis yang sering mangantisipasi masalah ini adalah binis di bidang property serat bisnis
yang berkaitan dengan tanah dan bangunan lainnya.
o Bumi: permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya Pengertian
permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia.
o Bangunan: konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan.
o Nilai Jual Objek Pajak (NJOP): harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli
Ada beberapa yang tidak dikenakan PBB antara lain:
o Bangunan-bangunan yang melayani kepentingan umum seperti tempat ibadah,
Kesehatan, Pendidikan, kebudayaan, dll
o Untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenisnya dnegan itu.
o Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasain oleh daerah, tanah negara yang belum dibebani
oleh suatu hak.
BPHTB
Pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak
atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Perolehan hak atas tanah dan bangunan dari nilai perolehan objek pajak dengan besaran
tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak. Pada awalnya, BPHTB dipungut oleh
pemerintah pusat, tetapi sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), mulai 1 Januari 2011, BPHTB dialihkan menjadi
pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota
Pajak atas dokumen ytang terutang sejak saat dokumen tersebut di tanda tangani oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dokumen selesai dibuat dan diserahkan kepada pihak lain
bila dokumen tersebut hanya dibuat oleh satu pihak.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2020 tentang pengaturan bea meterai, yaitu pajak
atas dokumen yang dikenakan 1 (satu) kali untuk setiap dokumen. Bea Meterai dikenakan
atas: Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata; dan Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
o Dokumen yang dibuat sebagai alat menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata
o Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa setiap dunia usaha bisnis tidak pernah
jauh dari aspek-aspek pajak, namun tidak hanya usaha bisnis diluar usaha bisnis pun ada
pemungutan pajak. Pajak bersifat wajib bagi orang pribadi atau badan usah yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undnag. Selain itu juga pajak adalah pendapatan terbesar
untuk negara, dari pendapatan pajak itu bisa digunakan negara untuk fungsi anggaran,
alat pengatur atau melaksanaka pemerintah di bidang sosial, stabilitas, restribusi
pendapatan.
3.2 Saran
https://www.scribd.com/document/373621416/MAKALAH-ASPEK-PAJAK-DALAM-BISNIS-
docx-filename-UTF-8-MAKALAH-ASPEK-PAJAK-DALAM-BISNIS-1
https://klikpajak.id/blog/jenis-pajak-penghasilan-badan-usaha-atau-perusahaan/
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi-umum/publikasi-kemenkeu/
bea-meterai.html
https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama