Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENERIMAAN PAJAK PEMERINTAHAN PUSAT”

DOSEN PENGAMPU : ROHANA M.E

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

Yuwita Rapita Sari (NIM 501210051)

Wahida Fitriani (NIM 501210065)

Ardi Hasri (NIM 501210072)

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulisan sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetauan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasaan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itukami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 23 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
1.3 TUJUAN ................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
2.1 sumber-sumber pajak ............................................................................ 6
2.2 Penerimaan negara bukan pajak ........................................................... 9
BAB III .......................................................................................................... 14
PENUTUP...................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. …..14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk


membiayai pembangunan berasal dari beberapa sumber, salah
satu sumber penerimaan tersebut adalah pajak. Untuk dapat
membiayai dan memajukan daerah dapat ditempuh suatu
kebijaksanaan dengan mengoptimalkan penerimaan pajak,
dimana setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan
kewajibannya. Penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak
diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk
membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan tersebut.
Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai
lagi dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Indonesia, baik dari segi kegotong-royongan nasional maupun dari
laju pembangunan nasional yang telah dicapai. Disamping itu,
sistem perpajakan yang lama tersebut belum dapat menggerakkan
peran dari semua lapisan subjek pajak yang besar peranannya
dalam menghasilkan penerimaan dalam negeri yang sangat
diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah menciptakan
sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-
undang perpajakan baru, yang terdiri atas UU No.6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No.7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan UU No.8 tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, UU No.12 tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan dan UU No.13 tahun 1985 tentang Bea
Materai.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan makalah ini akan terdapat beberapa rumusan


masalah.
1. Apa yang di maksud Sumber-sumber pajak?
4
2. Apa yang di maksud Penerimaan negara bukan pajak?

1.3 TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini akan terdapat beberapa rumusan


masalah.

1. Ingin memahami sumber-sumber pajak


2. Ingin memahami penerimaan negara bukan pajak

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SUMBER-SUMBER PAJAK

Pajak adalah jumlah uang yang dibebankan oleh pemerintah


kepada individu, bisnis, atau entitas hukum lainnya, secara wajib,
untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan berbagai program
dan layanan publik. Pajak adalah sumber pendapatan utama bagi
pemerintah yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan,
seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan
layanan publik lainnya.

Pajak umumnya diatur oleh peraturan dan undang-undang


pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Sumber-sumber pajak
mencakup berbagai jenis pendapatan yang menjadi dasar bagi
pengumpulan pajak oleh pemerintah pusat. Ada berbagai jenis
pajak, termasuk pajak penghasilan, pajak penjualan, pajak
properti, pajak perusahaan, pajak warisan, dan banyak lagi.
Masing-masing jenis pajak memiliki aturan dan tarif yang berbeda.

Pajak biasanya dikumpulkan secara teratur, misalnya


melalui potongan dari gaji (pajak penghasilan), tambahan pada
harga barang dan jasa (pajak penjualan), atau pembayaran
langsung kepada otoritas pajak. Pemerintah menggunakan
pendapatan pajak ini untuk membiayai pengeluaran yang
diperlukan guna menjalankan berbagai fungsi pemerintahan dan
menyediakan layanan publik kepada masyarakat. Selain sebagai
sumber pendapatan, pajak juga memiliki peran dalam mengatur
tingkat distribusi kekayaan dalam masyarakat dan dapat
digunakan sebagai alat kebijakan ekonomi untuk mengendalikan
inflasi, mendorong investasi, atau mengatasi
ketidaksetaraan ekonomi.

Sumber-sumber pajak adalah berbagai jenis pendapatan


atau penerimaan yang menjadi basis untuk pengumpulan pajak
oleh pemerintah. Beberapa sumber pajak yang umum di banyak
negara. Sumber-sumber pajak ini dapat bervariasi antara negara-
negara dan dapat digunakan untuk membiayai berbagai program
dan layanan pemerintah, seperti pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, dan keamanan.

6
Di Indonesia, sumber pendapatan negara yang utama
berasal dari pajak. Jika dihitung dalam persentase, pajak
menyumbang sekitar 80% dari total pendapatan negara.Pajak
sendiri diartikan sebagai suatu pungutan yang dikenakan pada
barang, jasa atau aset tertentu dengan nilai manfaat. Di Indonesia
terdapat dua pihak yang berwenang untuk melakukan pungutan
pajak, yakni pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini, yang
berwenang memungut pajak pusat adalah Direktorat Jenderal
Pajak. Sedangkan untuk pajak daerah adalah Dinas Pendapatan
Daerah. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis pajak, di
antaranya adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan PPH
Pajak Pendapatan (PPH) adalah pajak yang dikenakan pada
individu atau badan usaha atas penghasilan dalam suatu
tahun pajak.Penghasilan tersebut dapat berupa keuntungan
usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.

b. Pendapatan PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan pada transaksi
jual-beli barang dan jasa oleh wajib pajak yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP)

c. Pendapatan Cukai
Cukai adalah pungutan negara terhadap barang-barang
tertentu yang memiliki sifat seperti di Undang-undang Cukai.
Objek cukai sangat beragam, contohnya seperti tembakau
cerutu dan minuman keras.

d. Pendapatan Bea Masuk dan Keluar


Berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan, bea masuk adalah
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
impor. Sedangkan bea keluar adalah pungutan negara yang
dikenakan pada setiap barang ekspor

e. Pendapatan PBB
Pendapatan PBB adalah pungutan wajib atas kepemilikan tanah
dan bangunan. Beberapa contoh tanah yang terkena pajak di
antaranya seperti sawah, tambang, kebun dan pekarangan.
Sedangkan untuk bangunan adalah mall, jalan tol dan gedung

7
bertingkat. Adapun beberapa contoh tanah dan bangunan yang
tidak dikenai PBB adalah tempat ibadah, kuburan dan hutang
lindung.

f. Pendapatan Pajak Lainnya


Pajak ini merupakan sumber pendapatan negara yang tidak
termasuk dalam salah satu objek di atas dan memiliki
persentase lebih kecil dibandingkan lainnya.

Secara garis besar berbagai jenis pajak yang dipungut


pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan yaitu pajak
langsung dan pajak tak langsung.Pajak langsung berarti jenis
pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari
pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja
dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh
keuntungan wajib membayar pajak. Sedangkan, Pajak tak
langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan
kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung yang penting
adalah pajak impor dan pajak penjualan.

Pendapatan pajak berasal dari pajak pusat dan pajak daerah:

1) Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah


pusat)

 Pajak Penghasilan (pph)


 Pajak Pertambahan Nilai (ppn)
 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (ppnbm)
 Pajak Bumi dan Bangunan (pbb)
 Bea Materai
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (bphtb)
 Bea Masuk
 Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol

2) Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan


pemerintah daerah)

 Pajak Daerah Provinsi


1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas air
2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
3. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan
8
Air Permukaan
 Pajak Daerah Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel dan Restaurant (PHR)
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian
GolonganC
7. Pajak Parkir

 Mekanisme Pengumpulan Pajak dan Pengelolaannya

Untuk menjalankan fungsi pengumpulan pajak yang efisien,


pemerintah pusat mengandalkan berbagai lembaga dan sistem
yang terdiri dari Badan Pajak, Kementerian Keuangan, dan
lembaga-lembaga terkait. Proses pengumpulan pajak melibatkan
pemungutan, pelaporan, dan penilaian pajak oleh wajib pajak.
Pengelolaan pendapatan pajak yang diterima oleh pemerintah
pusat harus transparan dan akuntabel agar dapat digunakan
secara efektif untuk membiayai berbagai keperluan negara.

 Dampak Kebijakan Pajak

Kebijakan pajak yang diterapkan oleh pemerintah pusat


juga memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Pajak
dapat mempengaruhi distribusi kekayaan, investasi, dan
konsumsi dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu
mempertimbangkan dampak-dampak ini saat merancang dan
mengubah kebijakan pajak.

2.2 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh
penerimaan pemerintah yang bukan berasal dari penerimaan
perpajakan negara. Pengertian lengkapnya, PNBP adalah pungutan
yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh
manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara,
berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi

9
penerimaan Pemerintah Pusat (dalam hal ini Presiden Republik
Indonesia) di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola
dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
PNBP adalah pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah
pusat dari sumber-sumber selain pajak. Ini mencakup pendapatan
dari ekspor sumber daya alam, dividen dari perusahaan milik
negara, hasil penjualan aset pemerintah, pendapatan dari
investasi, dan sumber-sumber lainnya. PNBP merupakan
komponen penting dalam pendapatan pemerintah pusat dan dapat
berkontribusi signifikan terhadap pembiayaan berbagai proyek dan
program.
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang
dilaksanakan oleh kementrian atau Lembaga berdasarkan undang-
undang Nomer 20 Tahun 1997 tentang PNBP masih di harapkan
pada beberapa tantangan, antara lain mengenai pembayaran dan
penyetoran PNBP, dasar hukum pemungutan dan penetapan tarif
PNBP. Perencanaan dan penggunaan dana yang bersumber dari
PNBP, serta pengawasan dan pemeriksaan PNBP. Permasalahan
yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana konsep
earmarked revenue tidak lagi tepat digunakan dalam pengaturan
PNBP di masa mendatang.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah
satu jenis penerimaan negara yang potensial dalam
penyelenggaraan APBN. Berdasarkan data APBN daritahun 2008-
2012, persentase PNBP dalam penerimaan negara secara
keseluruhantidak pernah kurang dari 20%. Bahkan pada tahun
2008 PNBP menyumbangkan320,6 triliun atau sekitar 32.66% dari
seluruh penerimaan negara. Hal tersebutdidukung lebih lanjut
melalui fakta bahwa penerimaan negara dari sektor PNBPselama
kurun waktu 2008-2012 terus mengalami tren yang positif.
Pertumbuhan jumlah penerimaan negara dari sektor PNBP inilah
yang membuat PNBP menjadisalah satu sektor penerimaan negara
yang potensial. Oleh karena itu pencatatanPenerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang akurat sangat diperlukan
untukmenunjang potensi yang dimiliki oleh PNBP serta untuk
menjamin akuntabilitas pelaksanaan APBN.

A. Objek penerimaan negara bukan pajak


Objek dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi
seluruh aktivitas, hal, dan atau benda yang menjadi sumber

10
penerimaan negara di luar pajak dan juga hibah. Jenis objek dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dibagi menjadi 6 bidang.
Berikut penjelasannya:
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Di dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam, untuk
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) akan memanfaatkan
bumi, air, udara, ruang angkasa dan juga kekayaan alam yang
dimiliki oleh sebuah negara. Sebagai contohnya adalah minyak
dan gas. Peran BUMN di dalam perekonomian nantinya sangat
besar sebagai salah satu pemasok PNBP yang bisa didapatkan
dari pembayaran dividen, pengelolaan ladang migas dan juga
pembayaran lisensi.

2. Pelayanan
Di dalam hal pelayanan sendiri, untuk Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) ini meliputi berbagai bentuk penyediaan
barang, jasa dan juga pelayanan administratif yang akan
menjadi salah satu tanggung jawab dari pemerintah. Baik di
dalam pemenuhan kebutuhan, masyarakat atau pelaksanaan
dari ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Untuk contoh
dari PNBP sendiri akan didapatkan dari pelayanan pemerintah
baik sumber pendapatan yang akan didapatkan dari pelayanan
di beberapa bidang serta pelayanan. Ada juga pemberian di
dalam pemberian hak paten dan hak cipta pada beberapa pihak
tertentu. Sebagai contohnya adalah Kereta Api, Pendidikan,
Kesehatan dan lainnya.

3. Pengelolaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan


Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dipisahkan
meliputi pengelolaan atas kekayaan negara yang berasal dari
APBN dan dijadikan sebagai penyertaan modal negara maupun
perolehan lain yang sah. Sebagai contohnya adalah pendapatan
pengelolaan kekayaan negara yang berasal dari laba
pemerintah, hasil penjualan saham, sertifikat maupun surat
berharga maupun perolehan lain yang sah. Ada juga contohnya
seperti dividen BUMN maupun obligasi.

4. Pengelolaan Barang Milik Negara


Untuk Pengelolaan Barang Milik Negara sendiri adalah sebuah
kegiatan penggunaan, pemanfaatan, dan juga

11
pemindahtanganan seluruh barang yang akan dibeli maupun
didapatkan atas beban anggaran pendapatan serta belanja
negara yang berasal dari perolehan nilai yang sah.

5. Pengelolaan Dana
Pengelolaan Dana merupakan pengelolaan atas dana
pemerintah baik yang berasal dari APBN maupun pendapatan
lain yang sah dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan dana
adalah penerimaan dari jasa giro dan juga dari beberapa
anggaran yang tersisa yang sudah digunakan. Sebagai
contohnya sisa dari anggaran pembangunan.

6. Hak Negara Lainnya


Untuk Hak Negara lainnya merupakan hak negara yang dimiliki
selain dari Pemanfaatan Sumber Daya Alam, Pelayanan,
Pengelolaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan, Pengelolaan
Barang Miliki Negara, Pengelolaan Dana yang sudah diatur oleh
Undang Undang. Sebagai contohnya adalah barang sitaan yang
sudah dilelang maupun pembayaran denda dari pelanggaran
yang dilakukan oleh masyarakat.

B. Peran Penerimaan Negara Bukan Pajak

PNBP memiliki peran penting dalam keuangan negara, termasuk:

1. Mendukung Anggaran Negara: PNBP digunakan untuk


mendukung anggaran negara dan pembiayaan program-
program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah.

2. Diversifikasi Pendapatan: PNBP membantu dalam


diversifikasi sumber pendapatan negara, sehingga
pemerintah tidak terlalu bergantung pada pajak.

3. Pengembangan Sumber Daya Alam: Royalti dan pajak atas


eksploitasi sumber daya alam dapat digunakan untuk
pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia.

12
3. Pengaturan Kegiatan Usaha: Penerimaan dari izin usaha
dan perizinan dapat digunakan untuk mengatur kegiatan
usaha dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan.

C. Penggunaan Penerimaan Pajak dan PNBP

Penerimaan pajak dan PNBP digunakan oleh pemerintah


pusat untuk mendukung berbagai program dan layanan publik
seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan keamanan. agar
pemerintah dapat menjalankan fungsi-fungsi inti negara dan
memenuhi kebutuhan masyarakat.

D. pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP)

Wajib bayar (orang pribadi dan badan) wajib membayar


PNBP terutang ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri. Dalam hal tertentu, wajib bayar dapat
melakukan pembayaran PNBP melalui Instansi Pengelola PNBP
atau Instansi Pengelola PNBP.

Saat ini, cara pembayaran atau penyetoran PNBP dapat


menggunakan Modul Penerimaan Negara Generasi ke-3 (MPN G3).
Ini merupakan sistem penerimaan negara yang dikembangkan
untuk membantu pemerintah dalam mengurangi kesalahan
penghitungan PNBP. Sedangkan dari sisi wajib bayar, penyetoran
penerimaan negara dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
teller bank, ATM, maupun internet banking.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penerimaan pajak pemerintah pusat merupakan tulang


punggung keuangan negara dan memainkan peran penting dalam
menjalankan berbagai fungsi pemerintahan. Melalui sumber-
sumber pajak dan penerimaan negara bukan pajak, pemerintah
pusat dapat membiayai berbagai program dan layanan yang
berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaan yang efisien dan transparan
dari sumber-sumber ini adalah kunci keberhasilan pemerintah
dalam memenuhi tugasnya untuk melayani masyarakat dengan
baik.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat


bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik dan saran yang ingin
disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

Penelitian ini memang belum sempurna dan perlu


ditingkatkan untuk keefektivitasan dan pemanfaatan nilai guna.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput
dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bustamar Ayza, S. H. (2016). Hukum Pajak Indonesia. Kencana.

Sidik, M. (2002). Optimalisasi pajak daerah dan retribusi daerah dalam rangka
meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Makalah
disampaikan Acara Orasi Ilmiah. Bandung, 10.

Kurniasih, D. A. (2016). Pembaharuan pengelolaan penerimaan negara bukan


pajak. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 5(2), 213-228.

Nuraini, N. (2014). Pajak dan Retrebusi Daerah. Journal Development, 2(2), 1-


14.

Bwoga, H. (2005). Pemeriksaan pajak di Indonesia. Grasindo.

Nasir, M. S. (2019). Analisis sumber-sumber pendapatan asli daerah setelah


satu dekadeotonomi daerah. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan, 2(1), 30-45.

Haris, Syamsul. (2018). Pajak dalam hokum dan kebijakan pajak Indonesia.
Pers Rajawali.

15

Anda mungkin juga menyukai