EKONOMI SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulisan sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetauan dan pengalaman bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Di Indonesia, sumber pendapatan negara yang utama
berasal dari pajak. Jika dihitung dalam persentase, pajak
menyumbang sekitar 80% dari total pendapatan negara.Pajak
sendiri diartikan sebagai suatu pungutan yang dikenakan pada
barang, jasa atau aset tertentu dengan nilai manfaat. Di Indonesia
terdapat dua pihak yang berwenang untuk melakukan pungutan
pajak, yakni pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini, yang
berwenang memungut pajak pusat adalah Direktorat Jenderal
Pajak. Sedangkan untuk pajak daerah adalah Dinas Pendapatan
Daerah. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis pajak, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan PPH
Pajak Pendapatan (PPH) adalah pajak yang dikenakan pada
individu atau badan usaha atas penghasilan dalam suatu
tahun pajak.Penghasilan tersebut dapat berupa keuntungan
usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
b. Pendapatan PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan pada transaksi
jual-beli barang dan jasa oleh wajib pajak yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
c. Pendapatan Cukai
Cukai adalah pungutan negara terhadap barang-barang
tertentu yang memiliki sifat seperti di Undang-undang Cukai.
Objek cukai sangat beragam, contohnya seperti tembakau
cerutu dan minuman keras.
e. Pendapatan PBB
Pendapatan PBB adalah pungutan wajib atas kepemilikan tanah
dan bangunan. Beberapa contoh tanah yang terkena pajak di
antaranya seperti sawah, tambang, kebun dan pekarangan.
Sedangkan untuk bangunan adalah mall, jalan tol dan gedung
7
bertingkat. Adapun beberapa contoh tanah dan bangunan yang
tidak dikenai PBB adalah tempat ibadah, kuburan dan hutang
lindung.
9
penerimaan Pemerintah Pusat (dalam hal ini Presiden Republik
Indonesia) di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola
dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
PNBP adalah pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah
pusat dari sumber-sumber selain pajak. Ini mencakup pendapatan
dari ekspor sumber daya alam, dividen dari perusahaan milik
negara, hasil penjualan aset pemerintah, pendapatan dari
investasi, dan sumber-sumber lainnya. PNBP merupakan
komponen penting dalam pendapatan pemerintah pusat dan dapat
berkontribusi signifikan terhadap pembiayaan berbagai proyek dan
program.
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang
dilaksanakan oleh kementrian atau Lembaga berdasarkan undang-
undang Nomer 20 Tahun 1997 tentang PNBP masih di harapkan
pada beberapa tantangan, antara lain mengenai pembayaran dan
penyetoran PNBP, dasar hukum pemungutan dan penetapan tarif
PNBP. Perencanaan dan penggunaan dana yang bersumber dari
PNBP, serta pengawasan dan pemeriksaan PNBP. Permasalahan
yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana konsep
earmarked revenue tidak lagi tepat digunakan dalam pengaturan
PNBP di masa mendatang.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah
satu jenis penerimaan negara yang potensial dalam
penyelenggaraan APBN. Berdasarkan data APBN daritahun 2008-
2012, persentase PNBP dalam penerimaan negara secara
keseluruhantidak pernah kurang dari 20%. Bahkan pada tahun
2008 PNBP menyumbangkan320,6 triliun atau sekitar 32.66% dari
seluruh penerimaan negara. Hal tersebutdidukung lebih lanjut
melalui fakta bahwa penerimaan negara dari sektor PNBPselama
kurun waktu 2008-2012 terus mengalami tren yang positif.
Pertumbuhan jumlah penerimaan negara dari sektor PNBP inilah
yang membuat PNBP menjadisalah satu sektor penerimaan negara
yang potensial. Oleh karena itu pencatatanPenerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang akurat sangat diperlukan
untukmenunjang potensi yang dimiliki oleh PNBP serta untuk
menjamin akuntabilitas pelaksanaan APBN.
10
penerimaan negara di luar pajak dan juga hibah. Jenis objek dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dibagi menjadi 6 bidang.
Berikut penjelasannya:
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Di dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam, untuk
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) akan memanfaatkan
bumi, air, udara, ruang angkasa dan juga kekayaan alam yang
dimiliki oleh sebuah negara. Sebagai contohnya adalah minyak
dan gas. Peran BUMN di dalam perekonomian nantinya sangat
besar sebagai salah satu pemasok PNBP yang bisa didapatkan
dari pembayaran dividen, pengelolaan ladang migas dan juga
pembayaran lisensi.
2. Pelayanan
Di dalam hal pelayanan sendiri, untuk Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) ini meliputi berbagai bentuk penyediaan
barang, jasa dan juga pelayanan administratif yang akan
menjadi salah satu tanggung jawab dari pemerintah. Baik di
dalam pemenuhan kebutuhan, masyarakat atau pelaksanaan
dari ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Untuk contoh
dari PNBP sendiri akan didapatkan dari pelayanan pemerintah
baik sumber pendapatan yang akan didapatkan dari pelayanan
di beberapa bidang serta pelayanan. Ada juga pemberian di
dalam pemberian hak paten dan hak cipta pada beberapa pihak
tertentu. Sebagai contohnya adalah Kereta Api, Pendidikan,
Kesehatan dan lainnya.
11
pemindahtanganan seluruh barang yang akan dibeli maupun
didapatkan atas beban anggaran pendapatan serta belanja
negara yang berasal dari perolehan nilai yang sah.
5. Pengelolaan Dana
Pengelolaan Dana merupakan pengelolaan atas dana
pemerintah baik yang berasal dari APBN maupun pendapatan
lain yang sah dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengelolaan dana
adalah penerimaan dari jasa giro dan juga dari beberapa
anggaran yang tersisa yang sudah digunakan. Sebagai
contohnya sisa dari anggaran pembangunan.
12
3. Pengaturan Kegiatan Usaha: Penerimaan dari izin usaha
dan perizinan dapat digunakan untuk mengatur kegiatan
usaha dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Sidik, M. (2002). Optimalisasi pajak daerah dan retribusi daerah dalam rangka
meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Makalah
disampaikan Acara Orasi Ilmiah. Bandung, 10.
Haris, Syamsul. (2018). Pajak dalam hokum dan kebijakan pajak Indonesia.
Pers Rajawali.
15