Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA DAN KETENTUAN

UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

NAMA : IRFANDI
NIM : 2020 02 037
KELAS : MANAJEMEN A

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIRA BHAKTI


TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGATAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA DAN
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah perpajakan. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang perpajakan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu DWI ASTUTI ARFAH,SE,M.AK,Akt,CA


selaku dosen Mata kuliah perpajakan1. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

makassar, 12 september 2021

Penulis
DEFINISI PAJAK

pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan di
pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan
pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena
dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Meskipun penting dalam pembangunan negara, namun sayangnya masih banyak orang
yang melalaikan kewajiban membayar pajak. Bahkan hingga saat ini masih banyak
penyelewengan terjadi dalam dunia perpajakan yang mana hal tersebut sangat merugikan negara.

Istilah pajak memang terdengar familiar tapi belum banyak orang yang mengerti perihal
apa yang dimaksud pajak terlebih pengertian pajak menurut para ahli. Hal sama juga berlaku
pada fungsinya dan jenis-jenis pajak yang harus di bayar.

PAJAK MENURUT PARA AHLI

1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH

Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

2. Rifhi Siddiq

Pengertian Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu
kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan
bentuk balas jasanya tidak langsung.

3. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R

Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan

4. Pengertian Pajak Menurut P. J. A. Adriani


Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.

FUNGSI PAJAK

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. fungsi pajak pada uraian di
bawah ini.

Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-


pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan


fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai
macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

AZAZ PERPAJAKAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan arah pembangunan di hampir
semua negara di dunia sangat bergantung pada penetrasi hasil pungutan pajak. Maka tak salah
bila pemerintah terus menggenjot berbagai potensi pajak di berbagai sektor untuk meningkatkan
penetrasi pendapatan Negara dari sektor ini.

Asas Equality (kesetaraan atau keseimbangan)

Dalam asas ini, Negara harus menyesuaikan besar pajak yang dikenakan kepada setiap
wajib pajak agar sebanding dengan kemampuannya. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap setiap wajib pajak yang memiliki kemampuan standar.

Hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak yang mempunyai harta lebih, maka dia harus
membayar pajak lebih. Namun, jika wajib pajak memiliki kemampuan yang standar maka pajak
yang dibayar juga lebih kecil.

Asas Centainly (landasan hukum)

Asas ini menjelaskan bahwa pemungutan pajak harus diatur dalam undang-undang yang
jelas dan memiliki kekuataan yang mengikat. Tujuannya adalah agar pemungutan pajak tetap
dalam bingkai yang benar.

Selain itu, hal ini juga berfungsi untuk mencegah penyelewengan pajak baik dari pembayar
maupun pemungut pajak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar akan mendapatkan sanksi
yang tegas dari hukum yang berlaku di masing-masing Negara.

Asas Convenience of Payment (tepat waktu)

Asas ini mendasari bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak harus dalam kurun waktu
yang tepat. Misalnya, ketika sang wajib pajak menerima upah kerja. Tujuannya adalah agar
wajib pajak tidak keberatan saat membayar pajak sehingga proses pelunasan pajak dapat berjalan
dengan lancer.
Asas Efficiency (efisiensi atau ekonomis)

Dalam asas ini dijelaskan bahwa pemungutan pajak harus dilakukan secara efisien.
Maksudnya adalah dana yang terkumpul harus lebih besar dari dana yang dikeluarkan saat
melakukan pemungutan pajak.

Selain itu, kita tahu bahwa pajak merupakan sumber dana yang dipakai untuk pembangunan
nasional. Jika pemungutan dapat dilakukan secara efisien, maka tujuan pembangunan tersebut
akan tercapai.

STELSEL PAJAK

Pajak merupakan suatu sistem yang diatur dalam undang-undang. Undang-undang salah
satunya juga mengatur tata cara pemungutan. Stelsel Pajak merupakan sistem pemungutan
pajak yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib
pajak. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan stelsel yang terdiri dari 3 jenis, yaitu Stelsel
Nyata (Riil), stelsel Anggapan (fiktif), dan Stelsel Campuran.

Stelsel Nyata atau Riil

Stelsel Nyata merupakan salah satu jenis pemungutan pajak yang didasarkan pada objek
atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya (penghasilan nyata untuk Pajak Penghasilan).
Mengetahui dengan kondisi demikian, pemungutan pajak baru dilakukan pada akhir tahun.
Dengan begitu, penghasilan yang sesungguhnya dapat diketahui kemudian atau disebut sistem
pemungutan pajak di belakang (naheffing).

Apa kelebihan dari stelsel nyata? Kelebihan utamanya adalah perhitungan didasarkan pada
penghasilan sesungguhnya dan hasil yang diperoleh akan lebih akurat dan real. Adapun
kekurangannya adalah karena pajak dibutuhkan untuk pembiayaan sepanjang tahun, maka
pelaksanaannya pun tidak dapat dikatakan mudah. Apa akibatnya?

1. Wajib pajak dibebani jumlah pembayaran pajak tinggi. Sementara, jumlah kas yang tersedia
belum memadai.
2. Setiap wajib pajak akan membayar pada akhir tahun, sehingga jumlah uang yang beredar akan
terpengaruh.

Kelebihan dari stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis yaitu sesuai dengan
besarnya pajak yang sesungguhnya terutang, karena pemungutan pajak dilakukan setelah tutup
buku. Dengan demikian, penghasilan yang sesungguhnya akan diketahui dengan sistem ini.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan rill diketahui). Padahal, pemerintah lebih dahulu membutuhkan penerimaan pajak ini
untuk pengeluaran sepanjang tahun dan tidak hanya pada akhir tahun.
Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Jenis pemungutan pajak ini yang didasarkan pada anggapan yang diatur oleh suatu
undang-undang. Anggapan yang dimaksud di sini dapat bermacam-macam jalan pikirannya,
tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian, stelsel ini menerapkan
sistem pemungutan pajak di depan (voor hedging). Misalnya, penghasilan suatu tahun pajak
dianggap sama dengan tahun sebelumnya. Sehingga pada awal tahun pajak telah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

Keunggulan stelsel ini adalah, pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
pada akhir tahun. Sedangkan kelemahan stelsel ini adalah pajak yang telah dibayar wajib pajak
tidak berdasarkan pada keadaan sesungguhnya.

Stelsel Campuran

Jenis stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian pada akhir tahun,
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Apabila kenyataannya besarnya pajak
lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah pembayaran.
Sebaliknya, apabila besaran pajaknya menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak anggapan,
maka wajib pajak dapat meminta kembali kelebihannya (direstitusi) atau dapat juga
dikompensasi.

Kelebihan stelsel ini adalah, pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun
pajak, dan pajak yang dipungut sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang.
Kelemahan dari stelsel ini adalah adanya tambahan pekerjaan administrasi karena penghitungan
pajak dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan akhir tahun.

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk


menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara.

Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System.


2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.
Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian masing-
masing sistem pemungutan pajak tersebut.

Self Assessment System


Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui
sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib
pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.

Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai
diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga
saat ini.

Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin.

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat
lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.
Official Assessment System
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut
pajak.

Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau
jenis pajak daerah lainnya.

Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya.

Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB
berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek
pajak terdaftar.

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.
Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak
dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh
bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan
pajak tersebut.

Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal
22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

Sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan pajak ini biasanya
berupa bukti potong atau bukti pungut.

Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti
potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari
wajib pajak yang bersangkutan.

Saat ini, Anda dapat hitung, setor, dan lapor pajak menggunakan aplikasi OnlinePajak yang
merupakan mitra resmi DJP. Mulai dari PPN, PPh 21, PPh 23, dan jenis pajak lainnya. Tidak
hanya itu, Anda dapat mengelola transaksi bisnis Anda, menerbitkan dan mengirimkan faktur
pajak, membuat bukti potong, mengelola payroll karyawan, membayar BPJS, semua dalam satu
aplikasi terpadu

JENIS-JENIS PAJAK

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah ke masyarakat atau wajib pajak, yang dapat
digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta subjek pajak. Berikut
diantaranya :

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan pajak
langsung. Berikut penjelasannya :

a. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila melakukan
peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara
berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang
menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM), di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang mewah.
b. Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak berlandaskan
surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah
pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan
Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.

2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut

Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak daerah dan
pajak negara. Berikut penjelasannya :

a. Pajak Daerah (Lokal)

Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya pada rakyat
daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I. Contohnya
pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak kendaraan bermotor, BPHTB, PBB (perdesaan
dan perkotaan), dan pajak daerah lainnya.

b. Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi terkait, yakni
DJP. Contohnya: PPN, Pajak Penghasilan (PPh), PPnBM, bea meterai, PBB (perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan).

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan Subjek Pajak

Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu pajak objektif dan
pajak subjektif. Berikut penjelasannya :

a. Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya: pajak
impor, pajak kendaraan bermotor, bea meterai, dan masih lainnya.

b. Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya. Contohnya pajak
kekayaan dan pajak penghasilan.

Semua administrasi yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan
pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di Kantor Dinas
Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah setempat.
TARIF PAJAK

Tarif pajak adalah suatu dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung
jawab para wajib pajak.[1] Tarif pajak dapat berupa persentase yang ditentukan oleh pemerintah.
Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda.
Secara struktural menurut tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu:

1. Tarif proporsional(a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang presentasenya
tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak.Contoh:Pajak Pertambahan
Nilai
2. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu tetap
sesuai peraturan yang telah ditetapkan
3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik
sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Pengahsilan
4. Tarif degresif ( a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak akan
semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif progressif
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk Pajak
Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.

HAMBATAN PAJAK

Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan


yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas
negara. Perlawanan terhadap pajak terdiri dari perlawanan aktif dan perlawanan pasif.

1. Perlawanan pasif terhadap pajak


Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena
keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari
struktur ekonomi, perkembangan moral dan intelektual penduduk, dan teknik
pemungutan pajak itu sendiri.
2. Perlawanan aktif terhadap pajak
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu sendiri. Hal ini
merupakan usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap fiscus dan bertujuan
untuk menghindari pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.

Anda mungkin juga menyukai