DASAR
PERPAJAKAN
Oleh Rizqi Febriani Putri, S.S.T.
1 Pengertian Perpajakan
2 Fungsi Pajak
Pokok
3 Asas Pemungutan Pajak
Bahasan
4 Cara Pemungutan Pajak
Pengertian pajak dari aspek ekonomis adalah peralihan kekayaan dari swasta ke
sektor publik berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum dan sebagai pendorong, penghambat, atau pencegah
untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.
Pengertian pajak dari aspek hukum adalah perikatan yang timbul karena Undang-
undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh Undang-undang untuk membayar uang kepada negara yang dapat dipaksakan,
tanpa mendapatkan imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara dan digunakan sebagai alat
pendorong atau penghambat untuk mencapai tujuan di luar bidang keuangan
negara.
Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara.
Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak,
seperti Pajak penghasilan (PPh), Pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
3. Witholding System
Sistem pajak ini berupakan sistem perhitungan pajak yang dapat dihitung melalui
pihak ketiga. Jadi, bukan Wajib Pajak atau aparat yang menghitung besarnya pajak ini,
melainkan pihak ketiga, seperti perusahaan yang melakukan pemotongan dari
penghasilan karyawan yang diperoleh (PPh Pasal 21), atau WP Badan lainnya (PPh
Pasal 22/23/26).
Jenis Pungutan di Indonesia
1. Retribusi
Retribusi merupakan sebuah iuran atau pungutan yang dibebankan atau dikenakan
kepada rakyat atas pemanfaatan atau penggunaan fasilitas umum yang telah
disediakan oleh Pemerintah Daerah kepada rakyatnya untuk memakmurkan
kesejahteraan rakyat di daerah tersebut. Pemungutan retribusi diatur dalam UU no.
28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang dicabut dengan UU
1/2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Beberapa karakteristik retribusi adalah sebagai berikut:
Tidak ada unsur paksaan dalam kewajiban pembayaran retribusi
Pembayaran atas retribusi hanya dikenakan kepada orang-orang yang memakai
atau menggunakan jasa dari retribusi tersebut
Retribusi ini tidak selalu berhubungan atau berkaitan dengan undang-undang yang
berlaku.
Beberapa jenis retribusi daerah yang berlaku di Indonesia, antara lain:
a. Retribusi jasa umum
Retribusi yang dikenakan untuk pelayanan yang diberikan atau disediakan
Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk dapat dinimkati oleh publik/umum.
Contohnya: jasa kebersihan, parkir di tepi jalan umum, serta pengujian kendaraan
bermotor.
b. Retribusi jasa usaha
Retribusi yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
yang bersifat komersial. Contohnya: Pasar grosir atau pertokoan, terminal, serta
tempat rekreasi dan olahraga.
c. Retribusi perizinan
Retribusi yang dikenakan untuk pelayanan perizinan tertentu yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kepada orang pribadi/badan dengan tujuan untuk pengaturan
dan pengawasan suatu kegiatan. Contohnya: Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan
izin usaha perizinan.
2. Bea
Bea dipungut dan dikelola langsung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
Bea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Bea Ekspor dan Bea Impor.
Bea Ekspor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang
akan diekspor ke luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-
Undang.
Bea Impor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang
akan dimasukkan atau diimpor dari luar negeri sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang yang berlaku.
3. Cukai
Cukai merupakan sebuah pungutan yang dibebankan kepada orang pribadi atas
pemakaian terhadap barang-barang tertentu. Pemungutan Cukai di Indonesia
dipungut dan dikelola oleh DJBC. Tidak semua jenis barang akan dikenakan cukai,
karena mengingat tujuan dari pengenaan cukai ini adalah untuk mengurangi
beredarnya barang-barang dengan karakteristik tertentu di tengah masyarakat.
Berikut beberapa kriteria barang tertentu yang dikenakan Cukai berdasar pada UU no.
39/2007 s.t.d.t.d. UU no.7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan:
Barang-barang yang peredarannya perlu untuk diawasi
Barang-barang yang konsumsinya perlu untuk dikendalikan
Barang-barang yang dalam pemakaian atau pengkonsumsiannya dapat
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungannya
Barang-barang yang pemakaian atau penggunaannya perlu untuk dilakukan
pembebanan pungutan atas negara demi keadilan dan keseimbangan.
Contoh barang kena cukai: (1) Etil Alcohol (EA) atau etanol, (2) minuman dengan
kandungan Etil Alcohol (MMEA) dalam kadar berapa pun, (3) hasil dari tembakau,
seperti cerutu, sigaret, rokok daun, tembakau iris, dan olahan tembakau lainnya.
4. Sumbangan
Sumbangan merupakan pungutan sukarela yang tidak diatur dalam Undang-Undang
dan tidak bersifat paksaan. Sumbangan juga merupakan pungutan yang tidak dikelola
oleh Pemerintah dan digunakan untuk kepentingan pengeluaran-pengeluaran yang
tidak dikelola oleh Pemerintah. Contoh dari sumbangan, yaitu sumbangan perbaikan
jalan, pembangunan tempat-tempat ibadah, dan lain sebagainya.
Penggolongan Jenis Pajak
Pengelompokan Pajak
Hibah biasanya memilik tujuan untuk mendukung program pembangunan nasional atau
lebih spesifik seperti apabila suatu keadaan negara dalam keadaan genting atau
membutuhkan misalnya bencana atau pandemi.
Sumber: Informasi APBN 2023 (media.kemenkeu.go.id)
Terima Kasih