OUTLINE PEMBELAJARAN
01 DASAR-DASAR PERPAJAKAN
Definisi dan Fungsi Pajak, HukumPajak, Asas, Tarif
02 KUP
Hak dan kewajiban, Daftar, Bayar, Hitung, Lapor, Sanksi
03 PAJAK PENGHASILAN
Subjek dan Objek PPh, Konsep penghitungan PPh
04 PPh PASAL 21
Pengertian, Pemotongan, Objek Pajak, Penerima Penghasilan,
Penghitungan PPh 21
05 PPh PASAL 22
Pemungut; Objek Pajak; Tarif Pajak; Soal Latihan
06 PPh PASAL 23
Pemotong; Objek Pajak; Tarif Pajak; Soal Latihan
08 PPh PASAL 26
Pemotong; Objek Pajak; Tarif Pajak; Soal Latihan
09 PPh PASAL 15
Objek Pajak; Tarif Pajak; Soal Latihan
DEFINISI DAN FUNGSI PAJAK
PENGERTIAN PAJAK
Prof.Dr. P. J. A .Adriani
“Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan-pemerintahan”
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
PENGERTIAN PAJAK
Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan masyarakat
Fungsi Demokrasi
Pajak yang sudah dipungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong
royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada
masyarakat pembayar pajak
HUKUM PAJAK
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK (Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H)
TEORI ASURANSI
Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugas melindungi jiwa
raga dan harta benda perseorangan. Oleh sebab itu, negara disamakan
dengan perusahaan asuransi, untuk mendapat perlindungan warga negara
membayar pajak sebagai premi.
TEORI KEPENTINGAN
Pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan individu yang
diperoleh dari pekerjaan negara.
TEORI DAYA PIKUL/ TEORI GAYA PIKUL
Pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar dari si wajib
pajak (individu-individu) jadi tekanan semua pajak-pajak harus sesuai dengan
daya pikul si wajib pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan
dan kekayaan, juga pengeluaran belanja si wajib pajak tersebut.
TEORI PEMUNGUTAN PAJAK
1. PERLAWANAN PASIF
Masyarakat enggan membayar pajak, karena:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. Sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan dengan baik
2. PERLAWANAN AKTIF
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya :
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
UU
b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar UU
(menggelapkan pajak)
TATA CARA PEMUNGUTAN (STELSEL PAJAK)
1. EQUALITY (KEADILAN)
Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan
kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang di nikmatinya di
bawah perlindungan pemerintah.
2. CERTAINTY (KEPASTIAN)
Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal
kompromi-kompromis (not arbitrary).
3. CONVENIENCE OF PAYMENT (MENYENANGKAN)
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu
saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan
yang dikenakan pajak.
4. ECONOMIC OF COLLECTIONS (EFISIENSI)
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan
sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK (PENGENAAN)
Terdapat dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan
adanya utang pajak), yaitu:
1. AJARAN MATERIIL
Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang
akan secara aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak,
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Contoh: PPh.
2. AJARAN FORMIL
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah
seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus
dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam
surat ketetapan pajak. Contoh: KUP.
BERAKHIRNYA UTANG PAJAK
1. PEMBAYARAN
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan/pemungutan oleh
pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh
Wajib Pajak ke kantor penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).
2. KOMPENSASI
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.
3. DALUARSA
Daluarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Utang pajak akan
kedaluwarsa setelah melewati waktu 10 tahun, terhitung sejak terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
yang bersangkutan
BERAKHIRNYA UTANG PAJAK
4. PEMBEBASAN/PENGHAPUSAN
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus
karena setelah dilakukan penyidikan, ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi
memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak
mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.
TARIF PAJAK
TARIF PAJAK
1. TARIF TETAP
Tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun besarnya dasar
pengenaan pajak.
2. TARIF PROPORSIONAL (SEBANDING)
Tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapapun
dasar pengenaan pajaknya. Makin besar dasar pengenaan pajak, makin besar
pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara proporsional atau
sebanding.
3. TARIF PROGRESIF (MENINGKAT)
a. TARIF PROGRESIF-PROPORSIONAL, tarif persentase tertentu yang
semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan
pajak dan kenaikan persentase tersebut adalah tetap
TARIF PAJAK