Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RANGKUMAN AKUNTANSI PERPAJAKAN

Dasar – Dasar Perpajakan


Fauzan Misra, SE., M.Sc., Ak., CA.

Disusun Oleh :
Ryan Priyangga 15/377319/EK/20291
Made Ari Widiartini 15/381960/EK/20541
Stephani Lidya 15/381986/EK/20567

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
DEFINISI DAN UNSUR PAJAK
Menurut UU Nomor 16 tahun 2009 : pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarbta kemakmuran rakyat. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
 Iuran dari rakyat kepada negara
 Berdasarkan undang-undang
 Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk
 Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas

FUNGSI PAJAK
Adapun fungsi pajak antara lain :
1. Fungsi anggaran (budgetair) : pajak berfungsi sebagai salah satu sumber
dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (cregulerend) : pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.

SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK :


1. Pemungutan pajak harus adi (syarat keadilan) : adil dalam perundang-
undangan dan adil dalam pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) :
hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis) : tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil) : biaya pemungutan
pajak harus lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana : sehingga memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK
1. Teori Asuransi : pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh rakyat jaminan perlindungan dari negara.
2. Teori Kepentingan : semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara
maka makin tinggi pula pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul : pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-
masing orang. Mengukur daya pikul dapat menggunakan 2 pendekatan
 Unsur objektif : melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
 Unsur subjektif : memerhatikan besarnya kebutuhan materiil yang
harus dipenuhi.
4. Teori Bakti : sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu
menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli : maksudnya yaitu memungut pajak berrti menarik daya
beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., Hukum Pajak mempunyai kedudukan di
antara:
1. Hukum perdata: mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya.
2. Hukum publik: mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya
(dimana hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik).

HUKUM PAJAK MATERIIL DAN HUKUM PAJAK FORMIL

Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak:
1. Hukum pajak materiil: memuat norma-norma yang menerangkan keadaan,
perbuatan, objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, segala sesuatu tentang timbul
dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib
Pajak. Contoh: UU PPh.
2. Hukum pajak formil: memuat tata cara untuk mewujudkan hukum materiil
menjadi kenyataan. Memuat antara lain:
a. Tata cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak.
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib
Pajak mengenai keadaaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan
utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan dan hak-hak WP dalam mengajukan banding.
Contoh: Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

PENGELOMPOKAN PAJAK
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung: pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain (contoh:
PPh).
b. Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain (contoh: PPN).
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif: pajak yang berdasarkan pada subjeknya (contoh: PPh).
b. Pajak Objektif: pajak yang berdasarkan pada objeknya (contoh: PPN
dan PPnBM).
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak pusat: pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga Negara (contoh: PPh, PPN, PPnBM,
dan Bea Materai).
b. Pajak daerah: pajak yang diipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Terdiri atas:
i. Pajak Propinsi: PKB dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor.
ii. Pajak Kabupaten/Kota: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Hiburan.
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
1. Stelsel Pajak
a. Stelsel nyata (riel stelsel): pengenaannya didasarkan pada objek,
sehingga baru dapat dilakukan setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Kelebihannya: pajak yang dikenakan lebih realistis;
Kelemahan: pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode setelah
penghasilan riil diketahui.
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel): pengenannya didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh UU. Misalnya penghasilan satu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya untuk tahun pajak berjalan.
Kebaikan: pajak dapat dibayar selama tahun berjalan; kelemahan:
pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuran: kombinasi antara stelsel nyatra dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili (asas tempat tinggal): Negara berhakk mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan WP yang bertempat tinggal di
wilayahnya.
b. Asas sumber: Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal WP.
c. Asas kebangsaan: pengenaan pajak dihubungkan dengan tempat
tinggal WP.

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK


a. Official Assesment System
Memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-ciri:
 Wewenang penentuan besarnya pajak berada di pemerintah (fiskus).
 Wajib Pajak bersifat pasif.
 Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System


Memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terurang.
Ciri-ciri:
 Wewenang penentuan besarnya pajak berada di Wajib Pajak sendiri.
 Wajib Pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
 Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. Withholding System
Memberikan kewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-ciri:
 Wewenang untuk memotong atau memungut pajak berada di pihak ketiga.

TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK


2 Ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak:
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus,
diterapkan pada Official Assesment System.
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Terkena pajak karena
suatu keadaan dan perbuatan, diterapkan pada Self Assesment System.
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kedaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan
HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK
b. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan membayar pajak, penyebab:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
c. Perlawanan Aktif
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan Wajib Pajak dengan tujuan
untuk menghindari pajak.
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melaporkan
jumlah asli harta, tetapi tetap tidak melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan melanggar undang-
undang, menggelapkan pajak, dsb.

TARIF PAJAK
1. Tarif sebanding/ proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, sehingga pajak yang terutang proporsional
terhadap nilai yang dikenai pajak. Contoh:
- Pajak Pertambahan Nilai.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang sama (tetap) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak. Contoh:
- Tarif Bea Materai
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar (Tarif progresif progresif, tarif progresif tetap, dan tarif progresif
degresif).
Contoh:
- Pajak penghasilan untuk Wajib Pajak
4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai