Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR HUKUM PAJAK

Tjhung Kwong Page 1


I. Pengertian Pajak :

"Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum" - Prof. DR. R. Soemitro
S.H.

"Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum" - S.I. Djajadiningrat.

"Tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses
incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred" - Prof.
Edwin R.A. Seligman.

"Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada pengusaha
menurut norma - norma yang ditetapkan secara khusus tanpa adanya kontraprestasi dan
semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran - pengeluaran umum" - DR. NJ.
Feldmann.

Dari definisi di atas maka ciri - ciri pajak adalah :


1. Pungutan yang bersifat wajib / dipaksakan dari negara kepada warganegaranya.
2. Pungutan tersebut berdasarkan perangkat peraturan atau undang - undang yang
diterbitkan oleh negara.
3. Pungutan tersebut diterima negara untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum
yang terjadi.
4. Pembayar pajak tidak menerima balas jasa timbal balik secara langsung.

Tjhung Kwong Page 2


Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud pengertian pajak adalah :

"Pungutan negara kepada warganegaranya yang bersifat wajib yang dimana mekanisme dan
tata cara pemungutannya diatur berdasarkan seperangkat Undang - undang dan peraturan
pemerintah, yang digunakan oleh negara untuk membiayai kehidupan berbangsa dan
bernegara yang timbul dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya
secara umum dan pembayarnya tidak mendapatkan balas jasa secara langsung"

II. Fungsi Pajak

1. Fungsi sebagai Penerimaan (Budgetair)


Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran -
pengeluaran negara yang bersifat rutin dan membangun.
Contoh : Pajak sebagai salah satu unsur penerimaan negara dari sektor non Migas
terhadap APBN.

2. Fungsi sebagai Pengatur (Regularising)


Pajak berfungsi untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.

Contoh - contoh fungsi pajak sebagai pengatur :


a. Tarif pajak ekspor 0% bertujuan untuk mengatur agar timbul stimulus bagi pengusaha
untuk mengiatkan kegiatan ekspor, membuat harga produksi barang - barang yang
diekspor menjadi lebih kompetitif di mancan negara sehingga diharapkan negara
memperoleh tambahan devisa negara yang lebih besar.
b. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat impor dan
produksi barang mewah yang bertujuan mengurangi konsumsi barang mewah
(minuman keras, dll) atau gaya hidup mewah.

Tjhung Kwong Page 3


c. Tarif pajak progresif bertujuan agar mengatur penerima penghasilan yang lebih besar
dikenakan pajak dengan tarif yang lebih tinggi, sehingga diharapkan tercipta
pemerataan pendapatan masyarakat serta menciptakan suatu rasa yang adil.

III. Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak

HUKUM

PUBLIK PERDATA

Hukum Tata Usaha Tata Negara Hukum Perdata


Pidana Negara (Burgelijke Wetboek =
(Administrasi) BW) dan Hukum
Dagang.

Hukum Pajak

Hukum Publik adalah :

Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan warganya.

Hukum Perdata adalah :

Hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang pribadi di dalam masyarakatnya.

Tjhung Kwong Page 4


Hukum Tata Usaha Negara adalah :

Seperangkat hukum yang mengatur semua tata cara kerja dan pelaksanan wewenang yang
langsung dari lembaga - lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugasnya
masing - masing.

Pada dasarnya yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah pemerintah sehingga untuk
dapat melakukan pemungutan pajak kepada rakyatnya maka pemerintah mengeluarkan
seperangkat Undang - undang yang harus terlebih dahulu disetujui oleh anggota DPR.

Setelah disetujui maka pemerintah dapat melaksanakan kegiatan pemungutan pajak kepada
Wajib Pajak (Orang Pribadi dan/atau Badan). Oleh karena pemungutan tersebut berdasarkan
Undang - undang dan peraturan lainnya yang dimana mengatur hubungan hukum antara
negara dengan Wajib Pajak sehingga membuat hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik di bawah hukum Administrasi.

IV. Pembagian Hukum Pajak:


Hukum pajak dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Hukum Pajak Materiil


Mengatur tentang norma - norma yang menentukan situasi, kondisi, kejadian, perbuatan
dan peristiwa hukum yang perlu dikenakan pajak (Objek Pajak), Siapa saja yang
dikenakan pajak (Subjek Pajak), berapa besar pajak yang terhutang, dan segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya hutang pajak. (Contoh : UU PPh)

b. Hukum Pajak Formil.


Mengatur tentang bagaimana mewujudkan hukum pajak Materiil menjadi kenyataan.
(contoh : UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan "KUP")

Tjhung Kwong Page 5


V. Teori Pemungutan Pajak :
Beberapa teori yang mendukung hak negara dalam memungut pajak terdiri dari :
a. Teori Asuransi
Menurut teori ini negara memiliki kewajiban untuk melindungi orang dan segala
kepentingannya termasuk keselamatan jiwa dan harta benda yang dimiliki.
Di dalam hal asuransi untuk melakukan hal tersebut diperlukan pembayaran premi.
Dalam hubungannya antara negara dengan rakyatnya, maka pajak yang dibayar rakyat
kepada negara dianggap sebagai premi.

b. Teori Kepentingan
Menurut teori ini beban pajak dibagi kepada seluruh rakyat berdasarkan kepentingan
masing - masing orang dalam tugas - tugas pemerintah.

c. Teori Gaya Pikul


Teori ini menekankan pada rasa keadilan di mana pajak yang dipikul oleh setiap individu
harus sama beratnya. Gaya pikul seseorang diukur berdasarkan penghasilan yang
diterima dikurangin oleh pengeluaran - pengeluarang yang dilakukan.

d. Teori Bakti
Menurut teori ini atas apa yang telah dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya maka
setiap orang sudah sepatutnya membayar pajak sebagai kewajiban mutlak untuk
membuktikan tanda baktinya kepada negara.

e. Teori Asas Gaya Beli.


Menurut teori ini, pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah adalah mengambil gaya
beli rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara, yang selanjutnya
disalurkan kembali ke masyarakat dengan tujuan untuk memelihara kehidupan
masyarakat dan untuk membawanya kepada tujuan berbangsa dan bernegara.

Tjhung Kwong Page 6


VI. Jenis Pajak

Pembagian pajak dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu berdasarkan:

a. Golongan,
b. Sifat, dan
c. Pihak yang memungut

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Langsung
Pajak yang harus ditanggung/dipikul oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak
dapat dialihkan/dibebankan kepada pihak lain. (Contoh : PPh)

b. Pajak Tidak Langsung


Pajak yang dapat dialihkan/dibebankan/dilimpahkan kepada pihak lain/ketiga. (Contoh
: PPN)

2. Menurut Sifat

Pajak dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Subjektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan orang sebagai wajib pajaknya.

b. Pajak Objektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan objeknya.

3. Menurut Pihak yang memungut

Pajak dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran
pemerintah pusat pada umumnya.
(Contoh : PPh, PPN & PPnBM)

Tjhung Kwong Page 7


b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (Pemda) untuk membiayai
pengeluaran pemerintah daerah itu sendiri.
(Contoh : PBB, BPHTB, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak air tanah, pajak reklame, Pajak Rokok, Pajak Restoran, Pajak
hiburan, dll)

VII. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri dari 3 macam, yaitu :

1. Stelsel Pajak
2. Asas Pemungutan Pajak
3. Sistem Pemungutan Pajak

1. Menurut stelsel pajak

Pemungutan pajak dilakukan dengan 3 stelsel, yaitu :

a. Stelsel Nyata

Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak yang sesungguhnya terjadi, sehingga
pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak.

Kelebihannya :

 Pajak yang disetor lebih akurat dan benar karena berdasarkan jumlah penghasilan
yang nyata selama setahun.

Kekurangannya :

 Wajib Pajak ("WP") akan sangat terbebankan pada akhir tahun karena harus
membayar pajak secara sekaligus dan besar yang dimana mungkin pada saat itu
bisa saja tidak tersedia uang tunai untuk membayar pajak.
 Peredaran uang secara makro pada akhir tahun akan terpengaruh oleh karena
pembayaran oleh seluruh WP yang ada.

Tjhung Kwong Page 8


b. Stelsel Anggapan

Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak yang tidak sesungguhnya (berdasarkan
anggapan pada tahun sebelumnya).

Kelebihannya :

 Pajak yang disetor dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
sampai akhir tahun pajak.

Kekurangannya :

 Pajak yang disetor tidak akurat karena berdasarkan suatu anggapan atau perkiraan
terhadap penghasilan.

c. Stelsel Campuran

Pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan penghasilan yang sesungguhnya /
nyata.

Jika penghasilan pada akhir tahun lebih besar dari penghasilan berdasarkan anggapan
(taksiran) maka pada akhir tahun WP akan membayar kekurangan pajak atas selisih
penghasilan antara yang ditaksir dengan yang sesungguhnya.

Jika penghasilan pada akhir tahun lebih kecil dari penghasilan berdasarkan anggapan
(taksiran) maka pada akhir tahun WP akan mengalami kelebihan pembayaran pajak
atas selisih penghasilan antara yang ditaksir dengan yang sesungguhnya. Kelebihan
tersebut dapat direstitusi atau dikompensasi ke masa/tahun pajak berikutnya.

Tjhung Kwong Page 9


2. Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak terdapat 3 jenis, yaitu :

a. Asas Domisili

Berdasarkan asas ini, suatu negara berhak memajaki seluruh penghasilan WP baik
penghasilan dari dalam maupun dari luar negeri yang bertempat tinggal di
wilayahnya (domisili).

b. Asas Sumber

Berdasarkan asas ini, suatu negara berhak memajaki penghasilan yang bersumber
dari wilayahnya tanpa melihat tempat tinggal (domisili) dari WP tersebut.

c. Asas Kebangsaan

Berdasarkan asas ini, pengenaan pajak terhadap seorang WP dikaitkan dengan


kebangsaan suatu negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Berdasarkan sistem pemungutan pajak terdapat 3 macam sistem, yaitu :

a. Official Assessment System

Pada sistem ini, memberikan kewenangan kepada aparatur dari kantor pajak (fiskus)
untuk menentukan/menghitung/memungut pajak yang terhutang dari seorang WP.
Dalam sistem ini peran fiskus lebih dominan ketimbang peran WP.

b. Self Assessment System

Pada sistem ini, memberikan kewenangan kepada WP dalam :

1. Menghitung sendiri pajak yang terhutang,


2. Membayar sendiri pajak yang terhutang,
3. Melaporkan sendiri pajak yang terhutang, dan
4. Mempertanggungjawabkan sendiri pajak yang terhutang.

Tjhung Kwong Page 10


Dalam sistem ini peran WP lebih dominan dibanding Official Assessment System.

c. Withholding System

Pada sistem ini, memberikan kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong
dan/atau memungut, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang menurut
pihak ketiga tersebut.

VIII. Saat Timbul dan Berakhirnya Hutang Pajak

a. Saat timbulnya hutang pajak adalah :

1. Saat berlakunya undang - undang & peraturan pajak = Ketentuan Meteriil


2. Saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak ("SKP") oleh fiskus = Ketentuan
Formal

b. Saat berakhirnya hutang pajak adalah :

1. Pelunasan hutang pajak


2. Kompensasi (kerugian dan kelebihan pembayaran pajak)
3. Daluwarsa (lewat jangka waktu) pajak 5 tahun (UU KUP No. 28 tahun 2007,
pasal 13 ayat 1).
4. Penghapusan => Bangkrut atau kesulitan likuiditas.

IX. Tarif Pajak

Tarif Pajak terdiri dari :

1. Tarif Tetap

DPP Tarif Pajak


10.000.000 Rp3.000

30.000.000 Rp3.000

Tjhung Kwong Page 11


Penerapan terjadi pada Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp
3.000,00 (tiga ribu rupiah) tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal (PP No. 24 tahun
2000).

2. Tarif Proporsional

Tarif pajak di mana prosentasenya tetap tanpa dipengaruhi berapa pun besar DPPnya.

DPP Tarif Pajak PPh Terhutang


100.000 10% 10.000
1.000.000 10% 100.000
10.000.000 10% 1.000.000

3. Tarif Progresif Proporsional

Tarif prosentase pajak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya DPP, namum
kenaikan tarif pajaknya tetap.

DPP Tarif Pajak Kenaikan Tarif


0 - 25.000.000 15% -
Diatas 25.000.000 - 50.000.000 25% 10%
Diatas 50.000.000 35% 10%

4. Tarif Progresif-Progresif

Tarif prosentase pajak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya DPP, namum
kenaikan tarif pajaknya juga ikut meningkat.

DPP Tarif Pajak Kenaikan Tarif


0 - 25.000.000 10% -
Diatas 25.000.000 - 50.000.000 15% 5%
Diatas 50.000.000 30% 15%

THE END
Tjhung Kwong Page 12

Anda mungkin juga menyukai