"Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum" - Prof. DR. R. Soemitro
S.H.
"Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum" - S.I. Djajadiningrat.
"Tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses
incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred" - Prof.
Edwin R.A. Seligman.
"Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada pengusaha
menurut norma - norma yang ditetapkan secara khusus tanpa adanya kontraprestasi dan
semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran - pengeluaran umum" - DR. NJ.
Feldmann.
"Pungutan negara kepada warganegaranya yang bersifat wajib yang dimana mekanisme dan
tata cara pemungutannya diatur berdasarkan seperangkat Undang - undang dan peraturan
pemerintah, yang digunakan oleh negara untuk membiayai kehidupan berbangsa dan
bernegara yang timbul dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya
secara umum dan pembayarnya tidak mendapatkan balas jasa secara langsung"
HUKUM
PUBLIK PERDATA
Hukum Pajak
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang pribadi di dalam masyarakatnya.
Seperangkat hukum yang mengatur semua tata cara kerja dan pelaksanan wewenang yang
langsung dari lembaga - lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugasnya
masing - masing.
Pada dasarnya yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah pemerintah sehingga untuk
dapat melakukan pemungutan pajak kepada rakyatnya maka pemerintah mengeluarkan
seperangkat Undang - undang yang harus terlebih dahulu disetujui oleh anggota DPR.
Setelah disetujui maka pemerintah dapat melaksanakan kegiatan pemungutan pajak kepada
Wajib Pajak (Orang Pribadi dan/atau Badan). Oleh karena pemungutan tersebut berdasarkan
Undang - undang dan peraturan lainnya yang dimana mengatur hubungan hukum antara
negara dengan Wajib Pajak sehingga membuat hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik di bawah hukum Administrasi.
b. Teori Kepentingan
Menurut teori ini beban pajak dibagi kepada seluruh rakyat berdasarkan kepentingan
masing - masing orang dalam tugas - tugas pemerintah.
d. Teori Bakti
Menurut teori ini atas apa yang telah dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya maka
setiap orang sudah sepatutnya membayar pajak sebagai kewajiban mutlak untuk
membuktikan tanda baktinya kepada negara.
a. Golongan,
b. Sifat, dan
c. Pihak yang memungut
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus ditanggung/dipikul oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak
dapat dialihkan/dibebankan kepada pihak lain. (Contoh : PPh)
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan orang sebagai wajib pajaknya.
b. Pajak Objektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan objeknya.
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran
pemerintah pusat pada umumnya.
(Contoh : PPh, PPN & PPnBM)
1. Stelsel Pajak
2. Asas Pemungutan Pajak
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak yang sesungguhnya terjadi, sehingga
pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak.
Kelebihannya :
Pajak yang disetor lebih akurat dan benar karena berdasarkan jumlah penghasilan
yang nyata selama setahun.
Kekurangannya :
Wajib Pajak ("WP") akan sangat terbebankan pada akhir tahun karena harus
membayar pajak secara sekaligus dan besar yang dimana mungkin pada saat itu
bisa saja tidak tersedia uang tunai untuk membayar pajak.
Peredaran uang secara makro pada akhir tahun akan terpengaruh oleh karena
pembayaran oleh seluruh WP yang ada.
Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak yang tidak sesungguhnya (berdasarkan
anggapan pada tahun sebelumnya).
Kelebihannya :
Pajak yang disetor dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
sampai akhir tahun pajak.
Kekurangannya :
Pajak yang disetor tidak akurat karena berdasarkan suatu anggapan atau perkiraan
terhadap penghasilan.
c. Stelsel Campuran
Pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan penghasilan yang sesungguhnya /
nyata.
Jika penghasilan pada akhir tahun lebih besar dari penghasilan berdasarkan anggapan
(taksiran) maka pada akhir tahun WP akan membayar kekurangan pajak atas selisih
penghasilan antara yang ditaksir dengan yang sesungguhnya.
Jika penghasilan pada akhir tahun lebih kecil dari penghasilan berdasarkan anggapan
(taksiran) maka pada akhir tahun WP akan mengalami kelebihan pembayaran pajak
atas selisih penghasilan antara yang ditaksir dengan yang sesungguhnya. Kelebihan
tersebut dapat direstitusi atau dikompensasi ke masa/tahun pajak berikutnya.
a. Asas Domisili
Berdasarkan asas ini, suatu negara berhak memajaki seluruh penghasilan WP baik
penghasilan dari dalam maupun dari luar negeri yang bertempat tinggal di
wilayahnya (domisili).
b. Asas Sumber
Berdasarkan asas ini, suatu negara berhak memajaki penghasilan yang bersumber
dari wilayahnya tanpa melihat tempat tinggal (domisili) dari WP tersebut.
c. Asas Kebangsaan
Pada sistem ini, memberikan kewenangan kepada aparatur dari kantor pajak (fiskus)
untuk menentukan/menghitung/memungut pajak yang terhutang dari seorang WP.
Dalam sistem ini peran fiskus lebih dominan ketimbang peran WP.
c. Withholding System
Pada sistem ini, memberikan kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong
dan/atau memungut, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang menurut
pihak ketiga tersebut.
1. Tarif Tetap
30.000.000 Rp3.000
2. Tarif Proporsional
Tarif pajak di mana prosentasenya tetap tanpa dipengaruhi berapa pun besar DPPnya.
Tarif prosentase pajak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya DPP, namum
kenaikan tarif pajaknya tetap.
4. Tarif Progresif-Progresif
Tarif prosentase pajak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya DPP, namum
kenaikan tarif pajaknya juga ikut meningkat.
THE END
Tjhung Kwong Page 12